Anda di halaman 1dari 18

Pengukuran Vena

Kelompok 2
Anggota

01 02 03
Abdullah Tamir Indra Amaliah Kiki Reski Amaliah
(PO714242231002) (PO714241232010) (PO7142412320110

04 05 06
Nur Aisyah M Nurul Azzahrah Burhan Suhrani Isna Ramadhani
(PO714241232015) (PO7142412320210 (PO714241232027)
Devinisi Vena
Pembuluh darah vena merupakan kebalikan dari
pembuluh darah arteri yang membawa darah dari alat-alat tubuh
masuk ke jantung. Katup pada vena yang terdapat disepanjang
pembuluh darah berfungsi untuk mencegah dari tidak kembali lagi ke
sel atau jaringan.

Pembuluh balik vena adalah pembuluh yang membawa


darah menuju jantung. Darahnya banyak mengandung
karbondioksida. Umumnya terletak dekat permukaan tubuh, tampak
kebiruan. Dinding pembuluhnya tipis dan tidak elastis, jika diraba
denyut jantung
Struktur dan Fungsi Vena

Karakteristik Struktur Fungsi Pembuluh Darah Vena


Vena terdiri dari tiga lapisan. Namun pada
Membawa darah yang kaya karbondioksida
vena jaringan ikat dan otot kurang tebal yang
(CO2) kembali ke jantung. Setelah darah
membuatnya lebih tipis dibandingkan dengan
terdeoksigenasi dilewatkan pada kapiler,
arteri. Vena berukuran sedang dan besar
bergerak ke vena terkecil yang disebut venula
memiliki katup yang mencegah kembalinya
kemudian ke vena besar. Vena pulmonalis
aliran darah karena pengaruh tarikan gravitasi,
(paru) adalah satu-satunya vena yang
terutama di tangan dan kaki. Katup semilunar
membawa darah yang kaya oksigen, berfungsi
ini akan menjaga darah agar menuju jantung.
membawa darah dari paru-paru ke atrium kiri
Pada varises hal ini terganggu.
jantung.
Vena yang Masuk ke Jantung

V. Kava Superior V. Kava Inferior V. Pulmonalis


merupakan vena besar yang menerima darah dari alat-alat tubuh dua vena pulmonalis yang
menerima darah dari bagian atas bagian bawah, menembus sentrum meninggalkan paru-paru
leher dan kepala yang dibentuk pendineum setinggi veterbrai membawa darah
dibentuk oleh persatuan dua vena torakalis, dan masuk kebagian teroksigenasi (banyak
brakhiosefalikayang masuk ke terbawah atrium dekstra. mengandung oksigen) dan
dalam atrium dektra. Vena masuk keatrium sinistra.
azigos bersatu pada permukaan
posterior vena kava superior
sebelum masuk ke perikardium.
Mekanisme Kerja Vena
Kembalinya darah ke jantung memiliki aspek yang penting
dalam fisiologi kardiovaskuler, karena ikut menentukan ‘cardiac
performance’ dalam menunjang curah jantung. Karena curah
jantung harus sama dengan ‘cardiac input’, maka semua factor
yang mempengaruhi ‘cardiac input’ akan mempengaruhi pula
curah jantung, seperti isi akhir diastolic dan peregangan
kontraktil unsur myocardium.
Perubahan-perubahan mekanik jantung menyebabkan ia
mampu menyalurkan darah ke seluruh bagian tubuh dan
kemudian darah Kembali ke jantung sebagai aliran balik vena.
Aliran balik vena terjadi karena daya isap jantung, kontraksi-
relaksasi, otot-otot rangka atau pompa otot, pompa pernafasan,
dan tonus vena. Sedangkan alirannya ditentukan oleh perbedaan
tekanan antara ventrikel kiri dengan atrium kanan.
Penunjang Aliran Balik Vena
Factor yang menunjang kembalinya darah ke jantung seperti pompa
otot, pengaruh simpatis, dan pengisapan jantung memiliki fungsi sebagai berikut :
Pompa otot terjadi karena aktivitas kontraksi dan relaksasi otot-otot
rangka pada bagian anggota badan, sehingga menimbulkan gerekana memeras dan
terputus-putus sesuai dengan irama kontraksi-relaksasi otot tersebut. Menyebabkan
darah bergerak ke jantung dan tidak kembalinya darah bagian distal disebabkan
karena adanya system katup didalam pembuluh darah vena (kecuali vena otak dan
system viscera) yang mampu menahan kembalinya darah sesuai dengan arah
pergerakannya..
Rangsangan simpatik juga menimbulkan kontriksi vena dan keadaan ini
dapat mengurangi kapasitas penimbunan darah di dalam vena dan menunjang
kembalinya darah ke jantung.
Factor lainnya yang membantu aliran balik vena adalah mekanisme
pengisapan ventrikel yang terjadi akibat ‘diastollic recoiling’ dinding ventrikel
pada saat diastolic.
Jenis- Jenis Gangguan Vena

DVT Insufisiensi Vena Kronis


Insufisiensi vena kronis didefinisikan
Tromboflebitis dan Deep Vein Thrombosis sebagai kondisi tidak memadainya
(DVT) adalah gangguan yang mempengaruhi aliran balik vena dalam jangka waktu
ektremitas bawah yang diakibatkan oleh lama. Ini dimulai setelah fase kronik
thrombosis yang ditandai oleh peradangan DVT, Yang terkait dengan varises
akut baik oklusi parsial atau oklosi komplet trauma ekstremitas bawah atau
pada vena superficial maupun deep vein. penyumbatan neoplasma sistem Vena.
Terjadi ketidakcukupan oksigenasi pada
sel akhirnya akan menyebabkan
nekrosis jaringan dan vena.
Jenis- Jenis Gangguan Vena
Deep VeinThrombosis dan Tromboflebitis Insuffisiensi Vena Kronis

Pada tahap awal dapat diidentifikasi Timbulnya edema perifer


melalui manifestasi klinis seperti nyeri tajam saat kaki bergelantung atau berdiri
atau berat nyeri, Bengkak atau perubahan suhu
jangka waktu atau duduk lama adalah
dan warna kulit, Panas dan penerangan serta
edema tapi mungkin terlalu sulit dipalpasi. Jika bentuk manifestasi umum diskusi Vena
bekuan dalam betis (DVT distal), nyeri, dan kronis pasien rasa sakit atau rasa berat
nyeri tekan otot Betis dapat terasa dengan pada ekstremitas. Jika ada varises
dorsofleksi pasif kaki yang terganggu terjadi Distensi Vena (menggembung
(Homans’sign). Namun sering temuan negatif Vena). Jika edema berlanjut, kulit akan
palsu atau positif palsu pengukuranmelalui menjadi kurang lentur dari waktu ke
ultrasonografi,skrining duplex vena, atau
waktu dan akan membuat pigmentasi
venografi dapat mengkonfirmasi adanya DVT.
berwarna kecokletan pada kulit.
Pemeriksaan dan Evaluasi Kelayakan Vena
1. Pengukuran sirkumferensia

• Tujuan : Pengukuran sirkumferensia untuk menentukan


keberadaan dan tingkat edema
• Prosedur: Minta pasien untuk tidur terlentang. Lalu
pemeriksa menentukan titik anatomi yang akan di ukur.
ukur besar vena (lingkar betis) pada kedua tungkai. lalu
lihat apakah ada perbedaan antara kedua tungkai.
Pemeriksaan dan Evaluasi Kelayakan Vena
2. Kompetensi Vena Saphena Magna (Tes Perkusi)

• Tujuan : untuk mengevaluasi katup vena safena magna


yang digunakan pada pasien yang memiliki
gejala varises.
• Prosedur : Minta pasien untuk berdiri sampai terjadi pengisian
pada pembuluh darah di kaki. Sambil mempalpasi
bagian dari vena spahena dibawah lutut, ketuklah
dengan kuat pada vena di bagian atas lutut.
• Normal : Jika katup tidak berfungsi secara memadai, pemeriksa
merasa aliran darah di bagian bawah jari yang
mempalpasi tersebut (ada teraba denyutan)
Pemeriksaan dan Evaluasi Kelayakan Vena
3. Homan’s Sign

• Tujuan :
untuk menguji atau mengetahui apakah pasien mengalami deep
vein thrombosis (DVT
• Prosedur :
Pasien tidur terlentang dan lutu ekstensi. Berikan dorsofleksi pasif pada sendi
pergelangan kaki sambal tetap meremas otot betis. Jika rasa sakit terjadi di
betis, maka menunjukkan adanya tanda Homan’s positif serta kemungkinan
adanya DVT. Meskipun demikian tes ini bukan tes pasti karena tanda Homan
ditemukan positif pada lebih dari 50% dari subyek yang tidak memiliki DVT.
4. Penerapan Manset Tekanan Darah di sekitar betis

• Tujuan :
tes ini dilakukan untuk mengidentifikasi adanya gangguan
tromboflebilitis akut
• Prosedur :
Pompalah manset secara bertahap hingga pasien mengalami rasa
nyeri pada otot betis. Pasien dengan tromboflebitis akut biasanya
tidak bisa mentolerir tekanan di atas 40 mmHg
Normal : apabila pemeriksa memompa tekanan di atas 40 mmHg terus
pasien masih bisa menahannya itu berarti baik. Tapi jika sebaliknya
pasien tidak bisa menahan nyeri itu berarti ada gangguan tromboflebitis.
5. Test Brodie Trendeleburg

• Tujuan :
Untuk menentukan kompetensi katup-katup vena superfisial dan vena komunikantes
digunakan tes Brodie Trendelenburg.
• Persiapan pasien :
Posisi pasien dalam keadaan supine lying (terlentang). Usahakan daerah yang akan diukur
bebas dari pakaian yaitu daerah kaki agar tidak menghalangi proses pengukuran.
• Persiapan Alat :
Turniket dan stopwatch
• Prosedur :
Vena-vena dikosongkan dengan mengangkat tungkai beberapa waktu, lalu muara vena
safena magna ditekan dengan kuat atau dipasang torniket pada paha bagian atas. Pasien
diminta berdiri, lalu tiba-tiba penekanan dilepas. Bila vena terisi dengan segera, berarti
katup inkompeten. Kemudian tes dicoba untuk kedua kalinya tanpa melepas penekanan.
Bila selama kira-kira 20-30 detik vena­-vena terisi, maka berarti katup vena komunikantes
tidak kompeten lagi. Di katakan kompeten apabila vena tidak terisi
6. Test Perthes
\
• Tujuan :
untuk menentukan kompetensi katup-katup profunda digunakan test perthes.
• Persiapan pasien :
Posisi pasien dalam keadaan berdiri. Usahakan daerah yang akan diukur bebas
dari pakaian yaitu daerah kaki agar tidak menghalangi proses pengukuran.
• Persiapan Alat :
Turniket dan stopwatch
• Prosedur :
Turniket dipasang pada pangkal paha, pasien diminta berjalan-jalan berkeliling
selama 1 menit .
• Normal : Bila vena tungkai jadi melebar, berarti ada obstruksi. Bila tak melebar,
berarti vena komunikantes profunda masih baik dan darah terus naik lewat
system profunda .
E. Pengukuran Pembuluh Darah Vena
pengukuran pembuluh darah vena menggunakan Jugular Venosus Preassure (JVP).
Adapun prosedur pemeriksaan seperti berikut:
1. Persiapan alat untuk pengukuran JVP (2 buah mistar, spidol dan penlight/senter)
2. Cuci tangan
3. Pemeriksa hendaknya berdiri di samping kanan bed pasien
4. Jelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan, serta minta persetujuan pasien untuk melakukan
pemeriksaan
5. Posisikan pasien berbaring pada bed dan atur posisi bed semiflower (30-45 derajat dari bidang
horizontal)
6. Anjurkan pasien untuk menengok ke kiri
7. Identifikasi vena jugularis
8. Tentukan undulasi pada vena jugularis (titikteratas pada pulsasi vena jugularis), bendung vena
dengan cara mengurut vena kebawah lalu lepas
9. Tentukan titik angulus sternalis
10. Dengan mistar pertama, proyeksikan titik tertinggi pulsasi vena secara horizontal ke dada
sampai titik manubrium sterni
k. Kemudian mistar kedua diletakkan vertikal dari angulus sternalis
i. Lihat hasil pengukuran dengan melihat hasil angka pada mistar kedua (titik pertemuan antara
mistar pertama dan kedua). Hasil pembacaan kemudian ditambahkan dengan angka 5 cm, karena
diasumsikan jarak antar angulus sternalis dengan atrium kanan sekitar 5 cm.
THANK
YOU
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo
, including icons by Flaticon and infographics & images by
Freepik

Anda mungkin juga menyukai