PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
DVT (Deep Vein Thrombosis) adalah suatu kondisi dimana ada pembentukan
gumpalan darah dalam sistem mendalam pembuluh darah. Ini mungkin bukan
penyakit serius, tetapi pasien harus menyediakan dengan pengobatan segera untuk
menghindari komplikasi serius di masa depan.
Trombosis vena dalam atau DVT biasanya muncul di kaki, paha, dan beberapa
bagian tubuh. Meskipun hanya bekuan darah yang terbentuk di dalam sistem individu,
dapat sepenuhnya atau sebagian darah aliran darah seseorang di dalam tubuh, yang
dapat menyebabkan pembengkakan dan nyeri kronis. Hal ini juga dapat merusak
katup pembuluh darah, yang akan memberi Anda kesulitan untuk mendapatkan
sekitar. Bekuan darah yang terbentuk juga dapat melakukan perjalanan dan istirahat
gratis melalui organ utama lainnya seperti paru-paru dan jantung. Oleh karena itu,
kondisi ini bukan biasa karena dapat menyebabkan kematian satu orang dalam waktu
beberapa jam.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mengetahui berbagai macam DVT dan bagaimana cara
penanganan DVT tersebut dengan tepat dan benar.
b. Tujuan Khusus
Penyusunan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu mengerahui dan
memahami:
1. Anatomi dan Fisiologi
2. Definisi DVT
3. Etiologi DVT
4. Manifestasi klinis DVT
5. Patofisiologi DVT
6. Pathway DVT
7. Diagnostic test DVT
8. Komplikasi DVT
9. Penatalaksanaan DVT
10. Asuhan Keperawatan DVT
1. Perikardium parietalis, yaitu lapisan luar yang melekat pada tulang dada dan
selaput paru.
2. Perikardium viseralis, yaitu lapisan permukaan dari jantung itu sendiri, yang juga
disebut epikardium.
Diantara kedua lapisan selaput tersebut, terdapat sedikit cairan pelumas yang
berfungsi mengurangi gesekan yang timbul akibat gerak jantung saat memompa.
Cairan ini disebut cairan perikardium.
a. Struktur Jantung
Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan, yaitu:
1. Lapisan luar disebut epikardium atau perikardium viseralis.
2. Lapisan tengah merupakan lapisan berotot disebut miokardium.
3. Lapisan dalam disebut endokardium.
b. Ruang-ruang jantung
Jantung terdiri atas 4 ruang, yaitu 2 ruang yang berdinding tipis disebut atrium
(serambi), dan 2 ruang yang berdinding tebal disebut ventrikel (bilik).
1. Atrium
a. Atrium kanan
berfungsi sebagai penampungan (reservoir) darah yang rendah oksigen
dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui vena kava superior, vena
kava inferior, serta sinus koronarius yang berasal dari jantung sendiri.
Kemudian darah dipompakan ke ventrikel kanan dan selanjutnya ke paru.
b. Atrium kiri
menerima darah yang kaya oksigen dari kedua paru melalui 4 buah vena
pulmonalis. Kemudian darah mengalir ke ventrikel kiri dan selanjutnya ke
seluruh tubuh melalui aorta.
e. Vena Jantung
Sistem vena jantung mempunyai tiga bagian, yaitu:
1. Vena tebesian merupakan sistem yang terkecil, menyalurkan sebagian darah
dari miokardium atrium kanan dan ventrikel kanan.
2. Vena kardiaka anterior mempunyai fungsi yang cukup berarti,
mengosongkan sebagian besar isi vena ventrikel langsung ke atrium kanan.
3. Sinus koronarius dan cabangnya, merupakan sistem vena yang paling besar
dan paling penting, berfungsi menyalurkan pengembalian darah vena
B. Definisi
DVT adalah kondisi dimana bekuan darah dalam bentuk deep vein(vena
dalam), biasanya di kaki.
Ada dua tipe dari vena-vena di kaki; vena-vena superficial (dekat permukaan)
dan vena-vena deep (yang dalam). Vena-vena superficial terletak tepat dibawah kulit
dan dapat terlihat dengan mudah pada permukaan. Vena-vena deep, berlokasi dalam
didalam otot-otot dari kaki. Darah mengalir dari vena-vena superficial ke dalam
sistem vena dalam melalui vena-vena perforator yang kecil. Vena-vena superficial
dan perforator mempunyai klep-klep (katup-katup) satu arah yang mengalirkan darah
balik ke jantung ketika vena-vena ditekan atau ketika tubuh beraktivitas.
Bekuan darah (thrombus) dalam sistem vena dalam dari kaki sebenarnya tidak
berbahaya. Situasi menjadi mengancam nyawa ketika potongan dari bekuan darah
terlepas (embolus, pleural=emboli), berjalan melalui jantung ke dalam sistem
peredaran paru, dan menyangkut dalam paru. Diagnosis dan perawatan dari deep
venous thrombosis (DVT) dimaksudkan untuk mencegah pulmonary embolism.
Bekuan-bekuan dalam vena-vena superficial tidak memaparkan bahaya yang
menyebabkan pulmonary emboli karena klep-klep vena perforator bekerja sebagai
saringan untuk mencegah bekuan-bekuan memasuki sistem vena dalam. Mereka
biasanya tidak berisiko menyebabkan pulmonary embolism.
Klasifikasi umum DVT terbagi menjadi dua yaitu :
1. Venous thromboembolism (VTE), yang terjadi pada pembuluh balik
2. Arterial thrombosis, yang terjadi pada pembuluh nadi
C. Etiologi
Pada dasarnya penyebab utama DVT belum jelas, namun ada 3 faktor yang
dianggap penting dalam pembentukan bekuan darah, hal ini dihubungkan dengan :
1. statis aliran darah
2. abnormalitas dinding pembuluh darah
3. gangguan mekanisme pembekuan
Statis vena terjadi bila aliran darah melambat, seperti pada gagal jantung dan
syock; ketika vena berdilatasi, sebagai akibat terapi obat, dan bila kontraksi otot
skeletal berkurang, seperti pada istirahat lama, paralysis ekstremitas atau anestesia.
Tirah baring terbukti memperlambat aliran darah tungkai sebesar 50%.
Kerusakan lapisan intima pembuluh darah menciptakan tempat pembentukan bekuan
darah. Trauma langsung pada pembuluh darah, seperti pada fraktur atau dislokasi,
penyakit vena dan iritasi bahan kimia terhadap vena, baik akibat obat atau larutan
intra vena, semuanya dapat merusak vena. Kenaikan koagubilitas terjadi paling sering
pada pasien dengan penghentian obat ani koagulan secara mendadak. Kontrasepsi oral
dan sejumlah besar diskrasia dapat menyebabkan hiperkoagulabilitas.
DVT atau deep vein thrombosis terjadi ketika ada kehadiran pembentukan
bekuan darah dalam pembuluh darah yang terletak di dalam otot tubuh seseorang. Ini
biasanya terjadi di kaki, tetapi juga dapat berkembang pada dada, lengan atau
beberapa bagian tubuh. DVT adalah kondisi umum yang dialami oleh banyak orang,
tetapi hal ini dapat berbahaya jika Anda akan mengabaikannya. Bekuan darah
terbentuk di dalam pembuluh darah dapat menghalangi sirkulasi darah tubuh Anda di
otak, jantung, dan paru-paru. Menurut para ahli, penyebab utama mengapa beberapa
D. Manifestasi Klinis
Ada beberapa kasus DVT yang bisa terjadi tanpa gejala. Jika Anda memiliki
gejala DVT tercantum di bawah ini dan mereka telah terjadi kepada Anda tiba-tiba,
memanggil dokter Anda secepat mungkin adalah ide yang baik. Berikut adalah gejala
DVT:
1. Pembengkakan kaki
2. Kelelahan kaki
3. Vena permukaan terlihat
4. Warna atau kulit merah
5. Kelembutan atau nyeri di kedua kakinya. Ini mungkin terjadi saat Anda berjalan
atau berdiri.
Gejala-gejala mungkin meniru infeksi atau cellulitis dari kaki. Tanda yang
paling dapat dipercaya adalah bengkak dan edema dari ekstremitas yang
bersangkutan. Pembengkakan disebabkan oleh peningkatan volume intravaskuler
akibat bendungan darah vena ; edema menunjukan adanya perembesan darah di
sepanjang membrane kapiler memasuki jaringan interstisial yang terjadi karena
peningkatan tekanan hidrostatik. Vena permukaan dapat juga berdilatasi karena
obstruksi aliran ke system dalam.
Nyeri adalah gejala yang paling umum. Biasanya dilukiskan sebagai sakit
atau berdenyut dan bias berat. Berjalan dapat memperparah nyeri. Nyeri tekan pada
ekstremitas yang terserang. Tanda homan positif dianggap sebagai tanda DVT yang
tidak terlalu dapat dipercaya. Nyeri di paha atau betissewaktu penggembungan manset
disebut tanda lowenburg.
E. Patofisiologi
DVT adalah peradangan pada dinding vena dan biasanya disertai
pembentukan bekuan darah. Ketika pertama kali terjadi bekuan pada vena akibat statis
atau hiperkoagulabilitas, tanpa disertai peradangan maka proses ini dinamakan
Flebotrombosis. Trombosis vena dapat terjadi pada semua vena, namun yang paling
sering terjadi adalah pada vena ekstremitas . Gangguan ini dapat menyerang baik vena
superficial maupun vena dalam tungkai. Pada vena superficial, vena safena adalah
yang paling sering terkena. Pada vena dalam tungkai, yang paling sering terkena
adalah vena iliofemoral, popliteal dan betis.
Trombus vena tersusun atas agregat trombosit yang menempel pada dinding
vena , disepanjang bangunan tambahan seperti ekor yang mengandung fibrin, sel
darah putih dan sel darah merah. “Ekor “ dapat tumbuh membesar atau memanjang
sesuai arah aliran darah akibat terbentuknya lapisan bekuan darah. Trombosis vena
yang terus tumbuh ini sangat berbahaya karena sebagian bekuan dapat terlepas dan
mengakibatkan oklusi emboli pada pembuluh darah paru. Fragmentasi thrombus dapat
terjadi secara spontan karena bekuan secara alamiah bisa larut, atau dapat terjadi
F. Pathway
Usia (penuaan)
Darah membeku
ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer
Kerusakan Gangguan
Nyeri
integritas citra
Akut
kulit tubuh
H. Komplikasi
Komplikasi dari DVT sangat umum, tetapi mereka bisa berbahaya dan harus
dianggap serius. Jika ada bekuan darah terbentuk dalam pembuluh darah Anda, Anda
mungkin menghadapi masalah yang mengancam jiwa dan beberapa komplikasi DVT.
Salah satu yang dikenal dan umum komplikasi DVT adalah pulmonary embolism. Ini
terjadi jika bekuan telah sepenuhnya atau sebagian diblokir arteri paru-paru. Hal ini
dapat terjadi tepat setelah pembentukan bekuan kaki atau hari kemudian setelah
pembentukan bekuan darah di pembuluh darah dalam. Para ahli menyatakan bahwa
setidaknya sepuluh persen pasien dengan DVT mungkin memiliki emboli paru.
DVT adalah kondisi yang tak boleh diambil untuk diberikan. Dengan
mengetahui lebih lanjut tentang tanda-tanda dan gejala, penyebab dan komplikasi
yang mungkin, orang akan dapat menentukan tindakan yang terbaik yang mereka
I. Penatalaksanaan
Tujuan penanganan medis DVT adalah mencegah perkembangan dan
pecahnya thrombus beserta risikonya yaitu embolisme paru dan mencegah
tromboemboli kambuhan.
Penatalaksanaan farmakologi. Terapi antikoagulasi dapat mencapai kedua
tujuan tersebut. Heparin yang diberikan selama 10-12 hari dengan infus intermitten
intravena atau infus berkelanjutan dapat mencegah berkembangnya bekuan darah dan
tumbuhnya bekuan baru. Dosis pengobatan diatur dengan memantau waktu
tromboplastin partial (PTT). Empat sampai 7 hari sebelum terapi heparin intravena
berakhir, pasien mulai diberikan antikoagulan oral. Pasien mendapat antikoagulan
oral selama 3 bulan atau lebih untuk pencegahan jangka panjang.
Tidak seperti heparin, pada 50% pasien, terapi trombolitik, menyebabkan
bekuan mengalami dekompensasi da larut. Terapi trombolitik diberikan dalam 3 hari
pertama setelah oklusi akut, dengan pemberian streptokinase, mokinase atau activator
plasminogen jenis jaringan. Kelebihan terapi litik adalah tetap utuhnya katup vena dan
mengurangi insidens sindrompasca flebotik dan insufisiensi vena kronis. Namun,
terapi trombolitik mengakibatkan insidens perdarahan sekitar tiga kali lipat
disbanding heparin. PTT, waktu protrombin, hemoglobin, hematokrit, hitung
trombosit dan tingkat fibrinogen pasien harus sering dipantau. Diperlukan observasi
yang ketat untuk mendeteksi adanya perdarahan. Apabila terjadi perdarahan, dan tidak
dapat dihentikan, maka bahan trombolitik harus dihentikan.
Penataksanaan Bedah. Pembedahan trombosis vena dalam (DVT) diperlukan
bila : ada kontraindikasi terapi antikoagulan atau trombolitik, ada bahaya emboli paru
yang jelas dan aliran darah vena sangat terganggu yang dapat mengakibatkan
kerusakan permanen pada ekstremitas. Trombektomi (pengangkatan trombosis)
merupakan penanganan pilihan bila diperlukan pembedahan. Filter vena kava harus
dipasang pada saat dilakukan trombektomi, untuk menangkap emboli besar dan
mencegah emboli paru.
Penatalaksanaan Keperawatan. Tirah baring, peninggian ekstremitas yang
terkena, stoking elastik dan analgesik untuk mengurangi nyeri adalah tambahan terapi
DVT. Biasanya diperlukan tirah baring 5 – 7 hari setelah terjadi DVT. Waktu ini
kurang lebih sama dengan waktu yang diperlukan thrombus untuk melekat pada
dinding vena, sehingga menghindari terjadinya emboli. Ketika pasien mulai berjalan,
harus dipakai stoking elastik. Berjalan-jalan akan lebih baik daripada berdiri atau
duduk lama-lama. Latihan ditempat tidur, seperti dorsofleksi kaki melawan papan
kaki, juga dianjurkan. Kompres hangat dan lembab pada ekstremitas yang terkena
dapat mengurangi ketidaknyamanan sehubungan dengan DVT. Analgesik ringan
untuk mengontrol nyeri, sesuai resep akan menambah rasa nyaman.
J. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1.Aktifitas / Istirahat
Gejala : Tindakan yang memerlukan duduk atau berdiri lama
Imobilitas lama (contoh ; trauma orotpedik, tirah baring yang lama, paralysis,
kondisi kecacatan)
Nyeri karena aktifitas / berdiri lama
Lemah / kelemahan pada kaki yang sakit
c. Rencana Keperawatan
1. Defisiensi pengetahuan b.d keterbatasan kognitif
Hasil yang diharapkan :
1) Klien mengkomunikasikan semua keperluan yang diketahui
2) Klien menyatakan atau mendemonstrasikan pemahaman tentang apa yang
diajarkan
3) Klien menyusun pembelajaran yang realistis
Intervensi :
2. Resiko infeksi
Hasil yang diharapkan :
1) Suhu tetap dalam keadaan rentang normal
2) Klien mempertahankan kepribadian dan hygiene perorangan yang baik
3) Klien terbebas dari tanda-tanda infeksi seperti rubor, tumor, dolor dan
fungsiolaesa
Intervensi :
1) Minimalkan resiko infeksi klien dengan mencuci tangan sebelum dan setelah
makan
Rasional: Mencegah penyebaran pathogen terhadap objek dan makanan lain
2) Anjurkan klien untuk minum obat antibiotic/anti inflamasi
Rasional: Mempercepat penyembuhan luka
3) Pantau suhu minimal 4 jam sekali dan menggrafikkanya
Rasional: Suhu yang terus meningkat setelah pembedahan merupakan tanda
awitan komplikasi pulmonali, infeksi luka/dehisens, infeksi saluran kemih/
trombo flebitis
4) Beri obat anti perdarahan
Rasional: Menghentikan perdarahan
5) Rawat luka setiap hari dan pantau perkembangannya
Rasional: mencegah infeksi menyebar dan mengetahui perkembangan luka
Intervensi
1) Terima presepsi diri klien dan berikan jaminan bahwa klien dapat mengatasi
krisis ini
Rasional: Untuk memvalidasi perasaannya
2) Dorong klien melakukan perawatan diri
Rasional: Untuk meningkatkan rasa kemandirian dan control
3) Bimbing dan kuatkan focus klien pada aspek-aspek positif dari
penampilannya dan upayanya dalam menyesuaikan diri dengan perubahan
citra tubuhnya
4) Berikan kesempatan kepada klien menyatakan perasaan tentang citra
tubuhnya dan hospitalisasi