Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
DVT (Deep Vein Thrombosis) adalah suatu kondisi dimana ada pembentukan
gumpalan darah dalam sistem mendalam pembuluh darah. Ini mungkin bukan
penyakit serius, tetapi pasien harus menyediakan dengan pengobatan segera untuk
menghindari komplikasi serius di masa depan.
Trombosis vena dalam atau DVT biasanya muncul di kaki, paha, dan beberapa
bagian tubuh. Meskipun hanya bekuan darah yang terbentuk di dalam sistem individu,
dapat sepenuhnya atau sebagian darah aliran darah seseorang di dalam tubuh, yang
dapat menyebabkan pembengkakan dan nyeri kronis. Hal ini juga dapat merusak
katup pembuluh darah, yang akan memberi Anda kesulitan untuk mendapatkan
sekitar. Bekuan darah yang terbentuk juga dapat melakukan perjalanan dan istirahat
gratis melalui organ utama lainnya seperti paru-paru dan jantung. Oleh karena itu,
kondisi ini bukan biasa karena dapat menyebabkan kematian satu orang dalam waktu
beberapa jam.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mengetahui berbagai macam DVT dan bagaimana cara
penanganan DVT tersebut dengan tepat dan benar.

b. Tujuan Khusus
Penyusunan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu mengerahui dan
memahami:
1. Anatomi dan Fisiologi
2. Definisi DVT
3. Etiologi DVT
4. Manifestasi klinis DVT
5. Patofisiologi DVT
6. Pathway DVT
7. Diagnostic test DVT
8. Komplikasi DVT
9. Penatalaksanaan DVT
10. Asuhan Keperawatan DVT

Makalah Asuhan Keperawatan DVT (Deep Vein Thrombosis) 1


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi

Jantung terletak didalam rongga mediastinum dari rongga dada (toraks),


diantara kedua paru. Selaput yang mengitari jantung disebut perikardium, yang terdiri
atas 2 lapisan:

1. Perikardium parietalis, yaitu lapisan luar yang melekat pada tulang dada dan
selaput     paru.
2. Perikardium viseralis, yaitu lapisan permukaan dari jantung itu sendiri, yang juga
disebut epikardium.
Diantara kedua lapisan selaput tersebut, terdapat sedikit cairan pelumas yang
berfungsi mengurangi gesekan yang timbul akibat gerak jantung saat memompa.
Cairan ini disebut cairan perikardium.
a. Struktur Jantung
Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan, yaitu: 
1. Lapisan luar disebut epikardium atau perikardium viseralis.
2. Lapisan tengah merupakan lapisan berotot disebut miokardium.
3. Lapisan dalam disebut endokardium.

b. Ruang-ruang jantung

Jantung terdiri atas 4 ruang, yaitu 2 ruang yang berdinding tipis disebut atrium
(serambi), dan 2 ruang yang berdinding tebal disebut ventrikel (bilik).
1. Atrium 
a. Atrium kanan
berfungsi sebagai penampungan (reservoir) darah yang rendah oksigen
dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui vena kava superior, vena
kava inferior, serta sinus koronarius yang berasal dari jantung sendiri.
Kemudian darah dipompakan ke ventrikel kanan dan selanjutnya ke paru.
b. Atrium kiri
menerima darah yang kaya oksigen dari kedua paru melalui 4 buah vena
pulmonalis. Kemudian darah mengalir ke ventrikel kiri dan selanjutnya ke
seluruh tubuh melalui aorta.

Makalah Asuhan Keperawatan DVT (Deep Vein Thrombosis) 2


2. Ventrikel
a. Ventrikel kanan
menerima darah dari atrium kanan dan dipompakan ke paru-paru melalui
arteri pulmonalis.
b. Ventrikel kiri
menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan ke seluruh tubuh melalui
aorta.
Kedua ventrikel ini dipisahkan oleh sekat yang disebut septum
ventrikel. Permukaan dalam ventrikel memperlihatkan alur-alur otot yang
disebut trabekula. Beberapa alur tampak menonjol yang disebut muskulus
papilaris. Ujung muskulus papilaris dihubungkan dengan tepi daun katup
atrioventrikuler oleh serat-serat yang disebut korda tendinae

 c. Katup - katup Jantung 
1. Katup atrioventrikuler
Oleh karena letaknya antara atrium dan ventrikel, maka disebut katup
atrioventrikuler. Katup yang terletak diantara atrium kanan dan ventrikel kanan
mempunyai tiga buah daun katup, disebut katup trikuspid. Sedangkan katup
yang letaknya diantara atrium kiri dan ventrikel kiri mempunyai dua buah daun
katup, disebut katup bikuspid/mitral. Katup atrioventrikuler memungkinkan
darah mengalir dari masing-masing atrium ke ventrikel pada fase diastole
ventrikel, dan mencegah aliran balik pada saat sistole ventrikel (kontraksi).
2. Katup semilunar
Katup pulmonal terletak pada arteri pulmonalis, memisahkan pembuluh
ini dari ventrikel kanan.
Katup aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta. Kedua katup
semilunar ini mempunyai bentuk yang sama, terdiri dari 3 daun katup yang
simetris disertai penonjolan menyerupai corong yang dikaitkan dengan sebuah
cincin serabut.
Adanya katup semilunar memungkinkan darah mengalir dari masing-
masing ventrikel ke arteri pulmonalis atau aorta selama sistole ventrikel, dan
mencegah aliran balik waktu diastole ventrikel.Pembukaan katup terjadi pada
waktu masing-masing ventrikel berkontraksi, dimana tekanan ventrikel lebih
tinggi daripada tekanan di dalam pembuluh-pembuluh arteri.
Di sebelah atas daun katup terdapat tiga buah penonjolan dinding aorta,
yang disebut sinus valsava. Muara arteri koronaria terletak pada tonjolan-
tonjolan ini. Sinus-sinus tersebut berfungsi melindungi muara koroner dari
penyumbatan oleh daun katup pada waktu aorta terbuka.

Makalah Asuhan Keperawatan DVT (Deep Vein Thrombosis) 3


d. Arteri Koroner
Arteri koroner adalah cabang pertama dari sirkulasi sistemik. Sirkulasi
koroner terdiri dari arteri koroner kanan dan arteri koroner kiri.
Arteri koroner kiri (Left Main Coronary Artery-LMCA) mempunyai 2 cabang
besar, yaitu ramus desenden anterior (Left Anterior Descendence-LAD) dan
ramus sirkumpleks (Left Circumflex-LCx). Arteri ini melingkari jantung dalam
dua lekuk anatomis eksterna, yaitu sulkus atrioventrikuler yang melingkari
jantung diantara atrium dan ventrikel, dan sulkus interventrikuler yang
memisahkan kedua ventrikel. Pertemuan kedua lekuk ini dibagian permukaan
posterior jantung merupakan suatu bagian yang kritis dipandang dari sudut
anatomis. Tempat ini dikenal dengan sebutan kruks jantung, dan merupakan
salah satu bagian terpenting dari jantung. Nodus Atrio Ventrikuler (AVN)
berlokasi pada titik pertemuan ini, dan pembuluh darah yang melewati kruks
tersebut merupakan pembuluh yang memasok nutrisi untuk AVN.Arteri koroner
kanan berjalan ke sisi kanan jantung, pada sulkus atrio ventrikuler kanan. Pada
dasarnya arteri koroner kanan memberi makan pada atrium kanan, ventrikel
kanan dan dinding sebelah dalam dari ventrikel kiri. 
Ramus sirkumfleks memberi nutrisi pada atrium kiri dan dinding 
samping serta bawah dari ventrikel kiri. Ramus desenden anterior memberi
nutrisi pada dinding depan ventrikel kiri yang masif.
Meskipun nodus SA (Sino Atrial Node) letaknya di atrium kanan, tetapi
hanya55% kebutuhan nutrisinya dipasok oleh arteri koronaria kanan, sedangkan
42% lainnya dipasok oleh cabang arteri sirkumfleks kiri. Nutrisi untuk nodus
AV dipasok oleh arteri yang melintasi kruks, yaitu 90% dari arteri koroner
kanan dan 10% dari arteri sirkumfleks.

e. Vena Jantung
Sistem vena jantung mempunyai tiga bagian, yaitu:
1. Vena tebesian merupakan sistem yang terkecil, menyalurkan sebagian darah
dari miokardium atrium kanan dan ventrikel kanan.
2. Vena kardiaka anterior mempunyai fungsi yang cukup berarti,
mengosongkan sebagian besar isi vena ventrikel langsung ke atrium kanan.
3. Sinus koronarius dan cabangnya, merupakan sistem vena yang paling besar
dan paling penting, berfungsi menyalurkan pengembalian darah vena

Makalah Asuhan Keperawatan DVT (Deep Vein Thrombosis) 4


miokard ke dalam atrium kanan melalui ostium sinus koronarius yang
bermuara di samping vena kava inferior 

B. Definisi
DVT adalah kondisi dimana bekuan darah dalam bentuk deep vein(vena
dalam), biasanya di kaki.
Ada dua tipe dari vena-vena di kaki; vena-vena superficial (dekat permukaan)
dan vena-vena deep (yang dalam). Vena-vena superficial terletak tepat dibawah kulit
dan dapat terlihat dengan mudah pada permukaan. Vena-vena deep, berlokasi dalam
didalam otot-otot dari kaki. Darah mengalir dari vena-vena superficial ke dalam
sistem vena dalam melalui vena-vena perforator yang kecil. Vena-vena superficial
dan perforator mempunyai klep-klep (katup-katup) satu arah yang mengalirkan darah
balik ke jantung ketika vena-vena ditekan atau ketika tubuh beraktivitas.
Bekuan darah (thrombus) dalam sistem vena dalam dari kaki sebenarnya tidak
berbahaya. Situasi menjadi mengancam nyawa ketika potongan dari bekuan darah
terlepas (embolus, pleural=emboli), berjalan melalui jantung ke dalam sistem
peredaran paru, dan menyangkut dalam paru. Diagnosis dan perawatan dari deep
venous thrombosis (DVT) dimaksudkan untuk mencegah pulmonary embolism.
Bekuan-bekuan dalam vena-vena superficial tidak memaparkan bahaya yang
menyebabkan pulmonary emboli karena klep-klep vena perforator bekerja sebagai
saringan untuk mencegah bekuan-bekuan memasuki sistem vena dalam. Mereka
biasanya tidak berisiko menyebabkan pulmonary embolism.
Klasifikasi umum DVT terbagi menjadi dua yaitu :
1. Venous thromboembolism (VTE), yang terjadi pada pembuluh balik
2. Arterial thrombosis, yang terjadi pada pembuluh nadi

C. Etiologi
Pada dasarnya penyebab utama DVT belum jelas, namun ada 3 faktor  yang
dianggap penting dalam pembentukan bekuan darah, hal ini dihubungkan dengan :
1. statis aliran darah
2. abnormalitas dinding pembuluh darah
3. gangguan mekanisme pembekuan
Statis vena terjadi bila aliran darah melambat, seperti pada gagal jantung dan
syock; ketika vena berdilatasi, sebagai akibat terapi obat, dan bila kontraksi otot
skeletal berkurang, seperti pada istirahat lama, paralysis ekstremitas atau anestesia.
Tirah baring terbukti memperlambat aliran darah tungkai sebesar 50%.
Kerusakan lapisan intima pembuluh darah menciptakan tempat pembentukan bekuan
darah. Trauma langsung pada pembuluh darah, seperti pada fraktur atau dislokasi,
penyakit vena dan iritasi bahan kimia terhadap vena, baik akibat obat atau larutan
intra vena, semuanya dapat merusak vena. Kenaikan koagubilitas terjadi paling sering
pada pasien dengan penghentian obat ani koagulan secara mendadak. Kontrasepsi oral
dan sejumlah besar diskrasia dapat menyebabkan hiperkoagulabilitas.
DVT atau deep vein thrombosis terjadi ketika ada kehadiran pembentukan
bekuan darah dalam pembuluh darah yang terletak di dalam otot tubuh seseorang. Ini
biasanya terjadi di kaki, tetapi juga dapat berkembang pada dada, lengan atau
beberapa bagian tubuh. DVT adalah kondisi umum yang dialami oleh banyak orang,
tetapi hal ini dapat berbahaya jika Anda akan mengabaikannya. Bekuan darah
terbentuk di dalam pembuluh darah dapat menghalangi sirkulasi darah tubuh Anda di
otak, jantung, dan paru-paru. Menurut para ahli, penyebab utama mengapa beberapa

Makalah Asuhan Keperawatan DVT (Deep Vein Thrombosis) 5


orang mendapatkan DVT adalah karena mereka memiliki sirkulasi darah yang buruk
dalam tubuh mereka.
Selain penyebab DVT, ada juga beberapa faktor yang meningkatkan risiko
untuk mengembangkan pengobatan vena dalam. Salah satu faktor tersebut adalah usia
seseorang. Kebanyakan individu yang memiliki usia 60 dan di atas memiliki DVT.
Faktor gaya hidup lain yang meningkatkan risiko DVT termasuk aktif atau duduk
selama berjam-jam, berat badan ekstra, perjalanan panjang dengan mobil atau
penerbangan panjang pesawat, dan merokok.

D. Manifestasi Klinis
Ada beberapa kasus DVT yang bisa terjadi tanpa gejala. Jika Anda memiliki
gejala DVT tercantum di bawah ini dan mereka telah terjadi kepada Anda tiba-tiba,
memanggil dokter Anda secepat mungkin adalah ide yang baik. Berikut adalah gejala
DVT:
1. Pembengkakan kaki
2. Kelelahan kaki
3. Vena permukaan terlihat
4. Warna atau kulit merah
5. Kelembutan atau nyeri di kedua kakinya. Ini mungkin terjadi saat Anda berjalan
atau berdiri.
Gejala-gejala mungkin meniru infeksi atau cellulitis dari kaki. Tanda yang
paling dapat dipercaya adalah bengkak dan edema dari ekstremitas yang
bersangkutan. Pembengkakan disebabkan oleh peningkatan volume intravaskuler
akibat bendungan darah vena ; edema menunjukan adanya perembesan darah di
sepanjang membrane kapiler memasuki jaringan interstisial yang terjadi karena
peningkatan tekanan hidrostatik. Vena permukaan dapat juga berdilatasi karena
obstruksi aliran ke system dalam.
Nyeri adalah gejala yang paling umum. Biasanya dilukiskan sebagai sakit
atau berdenyut dan bias berat. Berjalan dapat memperparah nyeri. Nyeri tekan pada
ekstremitas yang terserang. Tanda homan positif dianggap sebagai tanda DVT yang
tidak terlalu dapat dipercaya. Nyeri di paha atau betissewaktu penggembungan manset
disebut tanda lowenburg.

E. Patofisiologi
DVT adalah peradangan pada dinding vena dan biasanya disertai
pembentukan bekuan darah. Ketika pertama kali terjadi bekuan pada vena akibat statis
atau hiperkoagulabilitas, tanpa disertai peradangan maka proses ini dinamakan
Flebotrombosis. Trombosis vena dapat terjadi pada semua vena, namun yang paling
sering terjadi adalah pada vena ekstremitas . Gangguan ini dapat menyerang baik vena
superficial maupun  vena dalam tungkai. Pada vena superficial, vena safena adalah
yang paling sering terkena. Pada vena dalam tungkai, yang paling sering terkena
adalah vena iliofemoral, popliteal dan betis.
Trombus vena tersusun atas agregat trombosit yang menempel pada dinding
vena , disepanjang bangunan tambahan seperti ekor yang mengandung fibrin, sel
darah putih dan sel darah merah. “Ekor “ dapat tumbuh membesar atau memanjang
sesuai arah aliran darah akibat terbentuknya lapisan bekuan darah. Trombosis vena
yang terus tumbuh ini sangat berbahaya karena sebagian bekuan dapat terlepas dan
mengakibatkan oklusi emboli pada pembuluh darah paru. Fragmentasi thrombus dapat
terjadi secara spontan karena bekuan secara alamiah bisa larut, atau dapat terjadi

Makalah Asuhan Keperawatan DVT (Deep Vein Thrombosis) 6


sehubungan dengan peningkatan tekanan vena, seperti saat berdiri tiba-tiba atau
melakukan aktifitas otot setelah lama istirahat.

F. Pathway

Usia (penuaan)

Bedrest yang lama resiko terjadinya DVT

Peredaran darah rusak


defisiensi
pengetahuan
Peredaran darah mengalami kelainan

Darah membeku

Aliran darah terhambat statis vena

Terjadi penumpukan penurunan nadi perifer

DVT teraba dingin pada daerah yang terkena

ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer

kemerahan bengkak nyeri tekan dan Hambatan


nyeri saat bergerak Mobilitas
fisik

Kerusakan Gangguan
Nyeri
integritas citra
Akut
kulit tubuh

Makalah Asuhan Keperawatan DVT (Deep Vein Thrombosis) 7


G. Diagnostic Test
a. Venography yaitu dengan menyuntikan zat pewarna (dye) kedalam vena-vena
untuk mencari thrombus, umumnya tidak dilakukan lagi dan telah lebih menjadi
catatan kaki sejarah.
b. D-dimer adalah tes darah yang mungkin digunakan sebagai tes penyaringan
(screening) untuk menentukan apakah ada bekuan darah. D-dimer adalah kimia
yang dihasilkan ketika bekuan darah dalam tubuh secara berangsur-angsur
larut/terurai. Salah satu kondisi yang umum ditemukan adalah pada
trombosis vena dalam (DVT, Deep Vein Thrombosis) yang berhubungan dengan
pembekuan darah di dalam pembuluh darah balik (vena) di dalam tubuh terutama
di kaki yang menyebabkan penyumbatan alirah darah di kaki sehingga
menimbulkan nyeri dan kerusakan jaringan. Hal ini juga dapat menimbulkan
gumpalan kecil yang terpecah dan berjalan mengikuti aliran darah menuju bagian
lain di tubuh sehingga dapat menimbulkan embolisme paru (PE, Pulmonary
Embolism - bekuan darah di paru-paru).Tes digunakan sebagai indikator positif
atau negatif. Jika hasilnya negatif, maka tidak ada bekuan darah. Jika tes D-dimer
positif, itu tidak perlu berarti bahwa deep vein thrombosis hadir karena banyak
situasi-situasi akan mempunyai hasil positif yang diharapkan (contohnya, dari
operasi, jatuh, atau kehamilan). Untuk sebab itu, pengujian D-dimer harus
digunakan secara selektif.
c. EKG adalah Elektrokardiogram (ECG atau EKG) adalah tes non-invasif yang
digunakan untuk mencerminkan kondisi jantung yang mendasarinya dengan
mengukur aktivitas listrik jantung. Dengan posisi lead (listrik sensing perangkat)
pada tubuh di lokasi standar, informasi tentang kondisi jantung yang dapat
dipelajari dengan mencari pola karakteristik pada EKG
d. Hematokrit : Hemokonsentrasi (penigkatan Ht) potensial risiko pembentukan
trombus.
e. Ultrasonography vena dapat digunakan untuk menentukan ada tidaknya thrombus
pada vena ekstremitas bawah, menentukan karakteristik dan staging dari penyakit
thrombus dan mengevaluasi apakah suatu thrombus berpotensi menyebabkan
suatu emboli. Meskipun ultrasonography vena sangat reliable untuk mendiagnosa
DVT pada fase akut, tetapi ultrasonography vena sangat terbatas dalam
mendiagnosa DVT kronik. Ultrasonography vena merupakan tes yang obyektif
pada pasien dengan high atau moderate pretest probability. Jika hasil
ultrasonography vena pada kelompok tersebut positif maka diagnosa DVT sudah
dapat ditegakkan. Jika ultrasonography vena dikerjakan pada kelompok low
pretest probability hasilnya negatif maka diagnosa DVT dapat disingkirkan.

H. Komplikasi
Komplikasi dari DVT sangat umum, tetapi mereka bisa berbahaya dan harus
dianggap serius. Jika ada bekuan darah terbentuk dalam pembuluh darah Anda, Anda
mungkin menghadapi masalah yang mengancam jiwa dan beberapa komplikasi DVT.
Salah satu yang dikenal dan umum komplikasi DVT adalah pulmonary embolism. Ini
terjadi jika bekuan telah sepenuhnya atau sebagian diblokir arteri paru-paru. Hal ini
dapat terjadi tepat setelah pembentukan bekuan kaki atau hari kemudian setelah
pembentukan bekuan darah di pembuluh darah dalam. Para ahli menyatakan bahwa
setidaknya sepuluh persen pasien dengan DVT mungkin memiliki emboli paru.
DVT adalah kondisi yang tak boleh diambil untuk diberikan. Dengan
mengetahui lebih lanjut tentang tanda-tanda dan gejala, penyebab dan komplikasi
yang mungkin, orang akan dapat menentukan tindakan yang terbaik yang mereka

Makalah Asuhan Keperawatan DVT (Deep Vein Thrombosis) 8


dapat mengambil dalam rangka untuk membebaskan diri dari kekhawatiran dibawa
oleh kondisi tertentu.

I. Penatalaksanaan
Tujuan penanganan medis DVT adalah mencegah perkembangan dan
pecahnya thrombus beserta risikonya yaitu embolisme paru dan mencegah
tromboemboli kambuhan.
Penatalaksanaan farmakologi. Terapi antikoagulasi dapat mencapai kedua
tujuan tersebut. Heparin yang diberikan selama 10-12 hari dengan infus intermitten
intravena atau infus berkelanjutan dapat mencegah berkembangnya bekuan darah dan
tumbuhnya bekuan baru. Dosis pengobatan diatur dengan memantau waktu
tromboplastin partial (PTT). Empat sampai 7 hari sebelum terapi heparin intravena
berakhir, pasien mulai diberikan antikoagulan oral. Pasien mendapat antikoagulan
oral selama 3 bulan atau lebih untuk pencegahan jangka panjang.
Tidak seperti heparin, pada 50% pasien, terapi trombolitik, menyebabkan
bekuan mengalami dekompensasi da larut. Terapi trombolitik diberikan dalam 3 hari
pertama setelah oklusi akut, dengan pemberian streptokinase, mokinase atau activator
plasminogen jenis jaringan. Kelebihan terapi litik adalah tetap utuhnya katup vena dan
mengurangi insidens sindrompasca flebotik dan insufisiensi vena kronis. Namun,
terapi trombolitik mengakibatkan insidens perdarahan sekitar tiga kali lipat
disbanding heparin. PTT, waktu protrombin, hemoglobin, hematokrit, hitung
trombosit dan tingkat fibrinogen pasien harus sering dipantau. Diperlukan observasi
yang ketat untuk mendeteksi adanya perdarahan. Apabila terjadi perdarahan, dan tidak
dapat dihentikan, maka bahan trombolitik harus dihentikan.
Penataksanaan Bedah. Pembedahan trombosis vena dalam (DVT) diperlukan
bila : ada kontraindikasi terapi antikoagulan atau trombolitik, ada bahaya emboli paru
yang jelas dan aliran darah vena sangat terganggu yang dapat mengakibatkan
kerusakan permanen pada ekstremitas. Trombektomi (pengangkatan trombosis)
merupakan penanganan pilihan bila diperlukan pembedahan. Filter vena kava harus
dipasang pada saat dilakukan trombektomi, untuk menangkap emboli besar dan
mencegah emboli paru.
Penatalaksanaan Keperawatan. Tirah baring, peninggian ekstremitas yang
terkena, stoking elastik dan analgesik untuk mengurangi nyeri adalah tambahan terapi
DVT. Biasanya diperlukan tirah baring 5 – 7 hari setelah terjadi DVT. Waktu ini
kurang lebih sama dengan waktu yang diperlukan thrombus untuk melekat pada
dinding vena, sehingga menghindari terjadinya emboli. Ketika pasien mulai berjalan,
harus dipakai stoking elastik. Berjalan-jalan akan lebih baik daripada berdiri atau
duduk lama-lama. Latihan ditempat tidur, seperti dorsofleksi kaki melawan papan
kaki, juga dianjurkan. Kompres hangat dan lembab pada ekstremitas yang terkena
dapat mengurangi ketidaknyamanan sehubungan dengan DVT. Analgesik ringan
untuk mengontrol nyeri, sesuai resep akan menambah rasa nyaman.

J. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1.Aktifitas / Istirahat
Gejala :    Tindakan yang memerlukan duduk atau berdiri lama
Imobilitas lama (contoh ; trauma orotpedik, tirah baring yang lama, paralysis,
kondisi kecacatan)
Nyeri karena aktifitas / berdiri lama
Lemah / kelemahan pada kaki yang sakit

Makalah Asuhan Keperawatan DVT (Deep Vein Thrombosis) 9


Tanda :    Kelemahan umum atau ekstremitas
2.Sirkulasi
Gejala : Riwayat trombosis vena sebelumnya, adanya varises
Adanya factor pencetus lain , contoh : hipertensi (karena kehamilan), DM,
penyakit katup jantung
Tanda : Tachicardi, penurunan nadi perifer pada ekstremitas yang sakit
Varises dan atau pengerasan, gelembung / ikatan vena (thrombus)
Warna kulit / suhu pada ekstremitas yang sakit ; pucat, dingin, oedema,
kemerahan, hangat sepanjang vena
Tanda human positif
3.Makanan / Cairan
Tanda : Turgor kulit buruk, membran mukosa kering (dehidrasi, pencetus untuk
hiperkoagulasi)
Kegemukan (pencetus untuk statis dan tahanan vena pelvis)
Oedema pada kaki yang sakit (tergantung lokasi)
4.Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Berdenut, nyeri tekan, makin nyeri bila berdiri atau bergerak
Tanda:  Melindungi ekstremitas kaki yang sakiy
5.Keamanan
Gejala : Riwayat cedera langsung / tidak langsung pada ekstremitas atau vena
(contoh : fraktur, bedah ortopedik, kelahiran dengan tekanan kepala bayi lama
pada vena pelvic, terapi intra vena)
Adanya keganasan (khususnya pancreas, paru, system GI)
Tanda:  Demam, menggigil
6.Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Penggunaan kontrasepsi / estrogen oral, adanya terapi antikoagulan
(pencetus hiperkoagulasi)
Kambuh atau kurang teratasinya episode tromboflebitik sebelumnya

b. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


1. Defisiensi pengetahuan b.d keterbatasan kognitif
2. Resiko infeksi b.d proses inflamasi
3. Kerusakan intergritas kulit b.d perubahan tugor dan pigmentasi
4. Gangguan citra tubuh b.d penyakit
5. Nyeri akut b.d agen cidera biologis
6. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d kurang pengetahuan tentang proses
penyakit

c. Rencana Keperawatan
1. Defisiensi pengetahuan b.d keterbatasan kognitif
Hasil yang diharapkan :
1) Klien mengkomunikasikan semua keperluan yang diketahui
2) Klien menyatakan atau mendemonstrasikan pemahaman tentang apa yang
diajarkan
3) Klien menyusun pembelajaran yang realistis
Intervensi :

Makalah Asuhan Keperawatan DVT (Deep Vein Thrombosis) 10


1) Tumbuhkan sikap saling percaya dan perhatian.
Rasional: Meningkatkan pembelajaran. Kosistensi antara tindakan dan kata-
kata yang dikombinasikan dengan pertumbuhan
2) Ajarkan ketrampilan yang klien harus masukkan ke dalam gaya hidup sehari-
hari.
Rasional: untuk membantu mengajarkan klien mendapatkan rasa percaya
3) Negosiasi dengan klien tentang usaha mengembangkan tujuan pembelajaran.
Rasional: Keterlibatan klien dalam perencanaan tujuan yang berarti
mendukung kontinuitas
4) Pilih strategi pembelajaran (diskusi, demonstrasi, bermain peran, materi
visual, dll) yang tepat untuk pembelajaran secara individual
Rasional: Untuk meningkatkan pengajaran

2. Resiko infeksi
Hasil yang diharapkan :
1) Suhu tetap dalam keadaan rentang normal
2) Klien mempertahankan kepribadian dan hygiene perorangan yang baik
3) Klien terbebas dari tanda-tanda infeksi seperti rubor, tumor, dolor dan
fungsiolaesa
Intervensi :
1) Minimalkan resiko infeksi klien dengan mencuci tangan sebelum dan setelah
makan
Rasional: Mencegah penyebaran pathogen terhadap objek dan makanan lain
2) Anjurkan klien untuk minum obat antibiotic/anti inflamasi
Rasional: Mempercepat penyembuhan luka
3) Pantau suhu minimal 4 jam sekali dan menggrafikkanya
Rasional: Suhu yang terus meningkat setelah pembedahan merupakan tanda
awitan komplikasi pulmonali, infeksi luka/dehisens, infeksi saluran kemih/
trombo flebitis
4) Beri obat anti perdarahan
Rasional: Menghentikan perdarahan
5) Rawat luka setiap hari dan pantau perkembangannya
Rasional: mencegah infeksi menyebar dan mengetahui perkembangan luka

3. Kerusakan intergritas kulit b.d perubahan tugor dan pigmentasi


Hasil yang di harapkan :
1) Klien menunjukan tidak adanya kerusakan integritas kulit
2) Klien menunjukan turgor kulit yang normal
3) Integritas kulit pasien pulih
4) Luka bedah sembuh
5) Klien menyampaikan pemahaman dan menyampaikan keinginan
Intervensi :
1) Inspeksi kulit klien setiap pergantian tugas jaga, jelaskan dan
dokumentasikan kondisi kulit dan laporkan perubahan
Rasional: Untuk menentukan regimen perawatan kulit
2) Berikan obat nyeri sesuai program dan pantu kefektifannya
Rasional: Pengurangan nyeri diperlukan untuk mempertahankan kesehatan
3) Pertahankan lingkungan nyaman
Rasional: Untuk meningkatkan rasa sejahtera klien

Makalah Asuhan Keperawatan DVT (Deep Vein Thrombosis) 11


4) Berikan pengarahan kepada klien dan anggota keluarga atau pasangan dalam
program perawatan kulit.
Rasional:Untuk mendorong kepatuhan

4. Gangguan citra tubuh b.d penyakit


Kriteria yang diharapkan:
1) Klien menerima perubahan citra tubuh
2) Klien mengkomunikasikan terhadap perubahan citra tubuh
3) Klien berpartisipasi dalam program rehabilitasi dan konseling
4) Klien menyatakan perasaan positif terhadap dirinya sendiri

Intervensi
1) Terima presepsi diri klien dan berikan jaminan bahwa klien dapat mengatasi
krisis ini
Rasional: Untuk memvalidasi perasaannya
2) Dorong klien melakukan perawatan diri
Rasional: Untuk meningkatkan rasa kemandirian dan control
3) Bimbing dan kuatkan focus klien pada aspek-aspek positif dari
penampilannya dan upayanya dalam menyesuaikan diri dengan perubahan
citra tubuhnya
4) Berikan kesempatan kepada klien menyatakan perasaan tentang citra
tubuhnya dan hospitalisasi

5. Nyeri akut b.d agen cidera biologis


Kriteria yang diharapkan :
1) Klien menyatakan nyeri terkontrol (dari skala berapa menjadi berapa)
2) Klien menunjukkan postur badan rileks mampu tidur dan beristirahat
3) Klien mampu mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan
aktifitas hiburan
Intervensi :
1) Kaji intensitas jenis, tingkat, kualitas, durasi dan lokasi nyeri
Rasional: membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan dan keefektivan
analgesik
2) Dorong penggunaan teknik relaksasi contoh pedoman imajinasi terapeutik
Rasional: membantu klien untuk beristirahat lebih efektif
3) Lakukan kompres hangat, basah untuk sendi yang sakit
Rasional: menurunkan kekuatan otot atau sendi meningkatkan relaksasi dan
menyebabkan kemampuan koping
4) Berikan obat analgesik sesuai kebutuhan
Rasional: untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri

6. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d kurang pengetahuan tentang proses


penyakit
Kriteria yang diharapkan :
1) Klien mengungkapkan perasaan nyaman atau tidak merasa nyeri saat istirahat
2) Nadi perifer ada dan kuat
3) Kaki tetap bersih dan terbebas dari tekanan
4) Kebutuhan metabolik klien berubah
5) Klien mempertahankan perfusi jaringan dan sel
Intervensi :

Makalah Asuhan Keperawatan DVT (Deep Vein Thrombosis) 12


1) Tinggikan bagian kepala tempat tidur klien 30 derajat
Rasional: untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstermitas bawah klien
2) Ubah posisi klien setiap 2 jam
Rasional: untuk mengurangi resiko kerusakan kulit
3) Berikan analgesik yang diprogramkan dan pantau keefektifannya
Rasional: untuk membantu mengurangi nyeri iskemik yang dialami klien dan
menentukan pemberian analgesik
4) Pantau tanda-tanda vital dan irama jantungklien tiap 4 jam
Rasional: untuk mengetahui penurunan curah jantung, yang mengakibatkan
penuruna perfusi jaringan

Makalah Asuhan Keperawatan DVT (Deep Vein Thrombosis) 13

Anda mungkin juga menyukai