Anda di halaman 1dari 38

KELAINAN PADA

VENA
Oleh : Aldo Yulian
Preseptor: dr.Irsal Munandar. Sp.B
■ Vena merupakan pembuluh
Vena/Veins/Venous darah yang dilewati
sirkulasi darah kembali
menuju jantung sehingga
disebut juga pembuluh
darah balik. Dibandingkan
dengan arteri, dinding vena
lebih tipis dan mudah
melebar. Sama seperti
arteri, vena memiliki 3 lapis
dinding yaitu tunika intima,
tunika media dan tunika
adventitia.
Sistem vena khususnya
pada ekstremitas bawah
terbagi menjadi 3
subsistem:
■ Vena dangkal
■ Vena dalam
■ Vena komunikans
■ Vena dangkal terletak di jaringan
subkutan tungkai dan menerima aliran
vena dari pembuluh-pembuluh darah
yang lebih kecil di dalam kulit, jaringan
subkutan dan kaki. Sistem dangkal
terdiri dari: Vena Safena Magna dan
Vena Safena Parva.
■ Vena Safena Magna merupakan vena
terpanjang di tubuh, berjalan
dari maleolus naik ke bagian medial
betis dan paha, bermuara ke Vena
Femoralis tepat di bawah selangkangan.
■ Vena Safena Magna mengalirkan darah
dari bagian anteromedial betis dan paha.
Vena Safena Parva berjalan di sepanjang
sisi lateral dari mata kaki melalui betis
menuju lutut, mendapatkan darah dari
bagian posterolateral betis dan
mengalirkan darah ke Vena Poplitea, titik
pertemuan keduanya disebut
Safenopoplitea
■ Pada struktur anatomi vena
didapatkan katup-katup
semilunaris satu arah yang
tersebar di seluruh sistem
vena. Katup-katup tersebut
adalah lipatan dari lapisan
intima yang terdiri dari endotel
dan kolagen, berfungsi untuk
mencegah terjadinya aliran
balik, mengarahkan aliran
kearah proksimal dan dari
sistem permukaan ke sistem
dalam melalui penghubung.
Kemampuan katup untuk
menjalankan fungsinya
merupakan faktor yang sangat
penting sebab aliran darah dari
ekstremitas menuju jantung
berjalan melawan gravitasi.
■ Fisiologi pada aliran vena yang melawan gaya
gravitasi tersebut dipengaruhi oleh faktor yang
disebut pompa vena. Ada 2 komponen pompa vena
yakni perifer dan sentral.
■ Komponen pompa vena perifer adalah adanya
kompresi saluran vena selama kontraksi otot yang
mendorong aliran maju di dalam sistem vena dalam,
katup-katup vena bekerja mencegah
aliran retrograde atau refluks selama otot relaksasi
dan adanya sinus-sinus vena kecil yang tak berkatup
atau venula yang terletak di otot berperan sebagai
reservoir darah selanjutnya akan mengosongkan
darahnya ke vena-vena dalam selama terjadi
kontraksi otot
Varises/Varicose Vein

Varises adalah suatu keadaan dimana


pembuluh darah balik/vena membesar
dan berkelok. Istilah varises umumnya
ditujukan pada daerah tungkai
meskipun sebenarnya dapat terjadi
pada daerah-daerah yang lain.
Etiologi Obesitas

Faktor
Pekerjaan
Usia

Varises

Hormonal Trauma
Patogenesa
Darah
Vena Profundus
dikumpulkan Sirkulasi Sentral
dan ditahan oleh
pada V. Jantung Paru
katup
Superficialis

Kerusakan Katup Stasis Aliran


Sirkulasi Sentral
menyebabkan Vena
Jantung Paru
aliran Refluks Thrombus
Tekanan
Hidrostatik
meninggi
sehingga vena
melebar yang
mengakibatkan
insufisiensi
katup di
bawahnya
Insufisiensi katup V.
Komunikans. Setiap darah
yang dipompa otot diperas
ke atas dan kembali ke
dalam vena dangkal
menyebabkan Varises.

(Ket)
1.Vena dalam
2.Vena dangkal
3.Vena Komunikans
Klasifikasi
Varises Trunkal: Varises V.Saphena Parva
dan Magna

Varises Retikular: cabang dari V.Saphena


Parva dan Magna yang kecil dan berkelok
hebat
Varises Kapiler: Varises kapiler vena
subkutan yang tampak sebagai serabut
halus dari pemb.darah
Sesuai dengan berat ringannya varises dibagi atas empat stadium yakni,
■ stadim I keluhan samar tidak khas
■ stadium II pelebaran vena
■ stdium III varises tampak jelas
■ stadium IV kelainan kulit dan/ tukak karena sindrom insufisiensi vena
menahun.

Sedangkan sindrom insufisiensi vena kronik dibagi menjadi tiga derajat


yaitu;
■ derajat I pelebaran vena
■ derajat II hiperpigmentasi dan atrofi kulit
■ stadium III ulkus varikosum
Gejala Klinis
Sensasi
Bengkak,
Terbakar,
Nyeri
berdenyut

Edema
hingga Ulkus
Trombofle Varicose
bitis

Perdarahan
Pemeriksaan
Inspeksi

•Inspeksi tungkai dilakukan dari distal ke proksimal dari depan


ke belakang. Pada inspeksi juga dapat dilihat adanya ulserasi,
sianosis akral, eksema, brow spot, dermatitis, varises vena
prominent, jaringan parut karena luka operasi, atau riwayat
injeksi sklerotan sebelumnya. Vena normalnya terlihat distensi
hanya pada kaki dan pergelangan kaki. Pelebaran vena
superfisial yang terlihat pada region lainnya pada tungkai
biasanya merupakan suatu kelainan. Pada seseorang yang
mempunyai kulit yang tipis vena akan terlihat lebih jelas.
Palpasi

Palapsi merupakan bagian penting pada pemeriksaan


vena. Seluruh permukaan kulit dilakukan palpasi
dengan jari tangan untuk mengetahui adanya dilatasi
vena walaupun tidak terlihat ke permukaan kulit.
Palpasi membantu untuk menemukan keadaan vena
yang normal dan abnormal. Setelah dilakukan perabaan
pada kulit, dapat diidentifikasi adanya kelainan vena
superfisial. Penekanan yang lebih dalam dapat
dilakukan untuk mengetahui keadaan vena profunda.
■ Tes Trendelenburg sering dapat
membedakan antara pasien dengan
refluks vena superficial dengan pasien
dengan inkopetensi katup vena
profunda. Tes ini dilakukan dengan
cara pada fase I vena ditekan untuk
menutup hubungan safenofemoral.
Fase II: Pada keadaan ini varises tidak
tampak karena vena tetap kosong
akibat tekanan di persilangan
safenofemoral. Vena safena magna
tidak terisi darah jika katup vena
komunikans dan vena dalam utuh.
Fase III: tidak tampaknya varises
membuktikan katup safenofemorar
dan popliteofemoral utuh.
■ Hasil uji trendelenburg positif jika vena
safena magna segera terisi mulai dari
atas karena darah cepat mengalir balik
dari perut ke tungkai melalui
persilangan safenofemoral dan
menyebabkan terjadinya varises pada
vena safena magna dan/ vena safena
parva karena katupnya insufisien.
■ Uji perthes merupakan pengujian
terhadap sistem vena dalam. Jika
terdapat varises tidak boleh
dilakukan tindak bedah pengeluaran
varises atau terapi sklerosis karena
jalan darah kembali satu-satunya
akan tertutup dengan pembedahan
ini.
■ Untuk menetapkan ada atau
tidaknya peredaran darah vena,
cukup dilakukan uji perthes. Pada
keadaan berdiri, saat varises penuh,
lipat paha diikat sehingga vena
saphena magna tertutup.
Selanjutnya penderita diminta
berjalan ditempat sehingga pompa
otot tungkai berfungsi baik. Jika
varises berangsur-angsur hilang,
artinya sistem vena memadai.
Penatalaksanaan
Scleroterapi

Sceloterapi adalah menginjeksikan suatu substansi yang dapat


menyebabkan obliterasi pembuluh vena, ini merupakan treatment yang
sering digunakan untuk talengiektasis vena, reticular vena, dan vena-
vena kecil. Secara umum, vena-vena kecil memberi respon yang lebih
baik terhadap sceloroterapi.

Bahan-bahan sclerotan yang dapat digunakan seperti hipertonik salin,


salin 10% dalam dektrose 25%, sodium morhuatee 5% dan ethanolamic
oxalat. Sklerotan dibagi berdasarkan jenis substansinya yaitu yang
berbentuk foam dan berbentuk liquid. Pada sklerotan jenis foam memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan dengan jenis liquid yaitu dosis yang
diperlukan lebih sedikit, lebih efektif dan komplikasi yang ditimbulkan
lebih rendah.
Radiofrekuensi Ablasi (RFA)

Radiofrekuensi ablasi adalah teknik untuk


mengobliterasi lumen vena menggunakan bipolar
kateter yang ditempatkan interaluninal dan
menggunakan duplex sebagai guidence. Pemanasan
lokal yang terjadi dengan prosedur ini mengakibatkan
spasme pembuluh vena dan denaturasi kolagen yang
bersifat irreversibel dengan destruksi pada intimal.
Prosedur tindakan ablasi ini dapat dilakukan dengan
general atau regional anastesi.
■ Pembalut elastis/Stocking
Pembalut elastic yang dibuat khusu
untuk memaksakan aliran vena ke
atas. Dipasangkan mulai dari jari
hingga ke lipat paha.
Umumnya pasien tidak puas
karena harus menggunakan
seumur hidup, panas, dan harus
diganti sebelum kaus kaki mulai
longgar.
Pembedahan

Indikasi untuk melakukan tindakan pembedahan


diantaranya ulserasi, nyeri, bengkak dan terjadi
perdarahan. Pembedahan juga dilakukan untuk alasan
kosmetik. Kontraindikasi relatif dalam melakukan
tindakan pembedahan diantaranya deep vein
trombosis, deep venus insufisiensi dengan atau tanpa
ulkus.
•Ligasi Vena Safena
•Ambulatory atau stab phlebectomy
•Tanslluminated powered phlebectomy (TIPP)
• Ligasi Vena Saphena

Vena saphena parva/magna


dikeluarkan seluruhnya
dengan bantuan alat kawat
yang dimasukan di vena
safena magna setinggi
malleolus medialis
pergelangan kaki dan keluar
di setinggi lipat paha dan
dicabut sekaligus.
(Ket)
1. malleolus medial
2. kawat keluar di ujung
v.s.magna pd lipat paha
Ulkus
Varikosum
Tromboflebitis
Tromboflebitis adalah suatu penyakit yang menghalangi bekuan darah (yang
merupakan trombus) jika terbentuk maka akan menyebabkan pembuluh
darah sekitarnya menjadi meradang (flebitis).

Tromboflebitis pada sistem vena tepi biasanya disebabkan oleh trauma


mekanik ,kimiawi atau termal, misalnya pemasangan infuse atau pemberian
obat intravena Kadang-kadang oleh aliran darah yang terganggu. Sistem
vena pada kedua ekstremitas atas dan bawah mempunyai banyak katup,
berbeda dengan anatomi vena pada anggota badan yang lain, turbulensi
yang terjadi di sudut antara katup dan dinding vena menyebabkan thrombus
lebih mudah terjadi, apalagi pada kelainan vena dengan varises
Etiologi dan Faktor Resiko
Pasca bedah

Mempunyai
Keturunan varises pada
vena

Adanya
malignitas Obesitas
(karsinoma)

Pernah
Trauma mengalami
tromboflebitis
Patogenesa

Stasis vena.

Triad Of
Virchow
Aktivitas Kerusakan
faktor pembuluh
pembekuan. darah.
Gejala Klinis
Nyeri di daerah vena (nyeri yang terlokalisasi), yang nyeri tekan

Kulit di sekitarnya kemerahan (timbul dengan cepat diatas vena)

Terasa hangat sampai panas. oedema atau pembengkakan agak luas

Nyeri bila terjadi atau menggerakkan lengan

Pengerasan dari jalur tempat-tempat dimana terdapat katup vena

Fluktuasi, sebagai tanda adanya hambatan aliran vena dan menggembungnya vena di daerah katup.

Febris, Malaise
Penatalaksanaan

•Istirahat/bedrest
Untuk terapi •Tinggikan daerah yang terkena
pada pasien untuk mengurangi pembengkakan
dengan •Berikan stocking pendukung pada
tromboflebitis kaki bagi pasien dengan varises
terdiri dari •Pemberian antibiotic, analgesic,
antikoagulan serta trombolitik
DVT/Deep Vein Thrombosis

Trombosis adalah suatu pembentukan bekuan darah


(trombus) didalam pembuluh darah. Trombus adalah
bekuan abnormal dalam pembuluh darah yang
terbentuk walaupun tidak ada kebocoran pembuluh
darah. Sedangkan, trombus vena adalah bekuan
darah pada vena yang terdiri dari deposit intravaskuler
yang tersusun atas fibrin dan sel darah merah disertai
berbagai komponen trombosit dan lekosit.
DVT dapat terjadi pada
ektremitas inferior maupun
superior. Pada ektremitas
inferior biasanya terjadi pada
bagian proksimal atau distal
dari vena popliteal atau pada
daerah pelvis. Sedangkan pada
ektremitas superior DVT
biasanya terjadi pada vena
subclavian atau axillary.
Etiologi

Peningkatan
viskositas darah dan Injuri mekanik pada
tekanan vena sentral vena

Perbedaan anatomi
menyebabkan Venous
Stasis
Patogenesa

Stasis vena.

Triad Of
Virchow
Aktivitas Kerusakan
faktor pembuluh
pembekuan. darah.
Pemeriksaan ■ Pada pemeriksaan fisis, tanda-
tanda klinis yang klasik tidak
selalu ditemukan.
■ Gambaran klasik DVT adalah
edema tungkai unilateral, eritema,
hangat, nyeri, dapat diraba
pembuluh darah superfisial, dan
tanda Homan yang positif. Tanda
Homan dilakukan dengan cara
kaki dalam keadaan fleksi lalu
pergelangan kaki secara paksa di
dorsofleksikan. Tanda Homan
positif apabila terasa nyeri pada
bagian betis maupun regio
popliteal. Trombosis vena dalam
juga dapat dinilai menggunakan
sistem skor klinik Scarvelis dan
Wells
■ Venografi atau flebografi
merupakan gold standart untuk
mendiagnosis DVT baik pada betis,
paha, maupun sistem ileofemoral.
Venografi dilakukan dengan
memasukan kontras ke vena
melalui kateter lalu diperiksa
dengan menggunakan x-ray.
Kerugiannya adalah pemasangan
kateter vena dan resiko alergi
terhadap bahan radiokontras atau
yodium. MRI umumnya digunakan
untuk mendiagnosis DVT pada
perempuan hamil atau pada DVT di
daerah pelvis, iliaka dan vena kava
dimana USG doppler pada
ekstremitas bawah menunjukan
hasil negatif.
Scarvelis dan Wells
Karakteristik klinis Skor

Kanker yang aktif 1

Paralisis atau pemasangan gips pada 1


ekstremitas bawah

 Skor ≥ 2 mengindikasikan probabilitas yang tinggi Rawat inap > 3 hari atau operasi besar < 4 1
minggu
untuk terjadinya DVT
 Skor ≤ 2 mengindikasikan probabilitas yang rendah Nyeri tekan yang terlokalisir 1

untuk terjadinya DVT Pembengkakan seluruh kaki 1

Pembengkakan tungkai >3cm dibandingkan 1


dengan kaki sebelahnya

Pitting edema 1

Riwayat DVT 1

Koateral vena superfisial 1

Alternatif diagnosis yang mirip dengan DVT -2


Penatalaksanaan

Antikoagulan

Unfractioned Heparin (UFH). Mekanisme kerja utama heparin adalah


meningkatkan kerja antitrombin III sebagai inhibitor anti pembekuan dan
melepaskan tissue factor pathway inhibitor (TFPI) dari dinding pembuluh darah.
Terapi ini diberikan dengan bolus 80 IU/kg BB/jam dengan pemantauan nilai
activated partial thromboplastin time (APTT) sekitar 6 jam setelah bolus untuk
mencapai target APTT A1,5-2, 5 kali nilai kontrol dan kemudian dipantau
sedikitnya setiap hari. Sebelum memulai terapi heparin, APTT, masa protrombin
(prothrombin time) dan jumlah trombosit harus diperiksa, terutama pada pasien
dengan risiko pendarahan yang tinggi atau dengan gangguan hati atau ginjal.
Terapi trombolitik

Terapi ini bertujuan untuk melisiskan thrombus secara tepat dengan cara
mengaktifkan plasminogen menjadi plasmin. Terapi ini umumnya hanya efektif
pada fase awal dan penggunaannya harus benar-benar dipertimbangkan dengan
baik karena mempunyai risiko perdarahan tiga kali lipat dibandingkan dengan
terapi antikoagulan saja. Pada umumnya terapi ini hanya dilakukan pada DVT
dengan oklusi total, terutama pada iliofemoral

Trombektomi

Anda mungkin juga menyukai