Tugas Mandiri
Stase Keperawatan Gawat Darurat
Profesi Studi Ners
Disusun Oleh:
3. Klasifikasi
4. Etiologi
a) Tungkai terasa nyeri dan berat (sering lebih buruk pada malam hari
dan setelah latihan atau berdiri lama)
b) Pelebaran vena dekat permukaan kulit
c) Munculnya spider veins (telangiektasia) di tungkai yang terkena
d) Pergelangan kaki bengkak, terutama pada malam hari
e) Perubahan warna kulit menjadi kuning kecoklatan yang mengilap
di dekat pembuluh darah yang terkena
f) Kemerahan, kering, dan gatal di daerah kulit, yang disebut
dermatitis atau eksim stasis vena
g) Kram bisa terjadi terutama saat pergerakan tiba-tiba, seperti
gerakan berdiri
h) Cedera ringan pada daerah yang terkena dapat menyebabkan
perdarahan lebih dari normal atau membutuhkan waktu lama untuk
penyembuhannya
i) Pada beberapa orang, kulit di atas pergelangan kaki dapat mengisut
(lipodermatosklerosis) karena lemak di bawah kulit menjadi keras
j) Bercak bekas luka yang memutih dan tidak teratur dapat muncul
pada pergelangan kaki; dikenal sebagai atrophie blanche Selain
masalah kosmetik, varises bisa menyakitkan/nyeri, terutama saat
berdiri.
7. Patofisiologi
8. Penatalaksanaan
a) Terapi Konservatif
Gejala varises dapat dikontrol dengan tindakan berikut ini:
Mengangkat tungkai, tindakan ini mengurangi edema dan
tekanan intraabdominal, serta sering mengurangi gejala
sementara.
Olahraga teratur, seperti berjalan, dapat memperkuat otot
betis, sehingga memulihkan fungsi pompa otot betis.
Pemakaian stocking kompresi yang merupakan andalan terapi
konservatif telah terbukti dapat memperbaiki pembengkakan,
pertukaran nutrisi, dan meningkatkan mikrosirkulasi pada
tungkai yang terkena varises. Stocking pendukung atau
stocking kompresi adalah stocking tungkai atau celana ketat
yang terbuat dari bahan elastis yang kuat. Stocking ini akan
menekan varises untuk menghambat perkembangannya dan
membantu aliran darah di tungkai, serta mengurangi rasa
nyeri.
Pemakaian perangkat kompresi pneumatik intermiten, telah
terbukti mengurangi pembengkakan dan meningkatkan
sirkulasi.
Diosmin / hesperidin dan fl avonoid lainnya.
Obat anti-inflamasi seperti ibuprofen atau aspirin dapat
digunakan sebagai bagian dari pengobatan untuk
tromboflebitis superfisial bersama dengan stocking.
Karena CVI progresif dapat menyebabkan integritas kulit
terganggu, penting untuk menjaga kelembapan kulit yang
terkena untuk mengurangi risiko kerusakan dan infeksi kulit.
Aplikasi gel topikal membantu mengelola gejala yang
berkaitan dengan varises, seperti peradangan, nyeri, bengkak,
gatal, dan kulit kering. Steroid topikal diperlukan jika terjadi
dermatitis stasis. Silver-impregnated dressing efektif
mengontrol infeksi dan memulihkan integritas jaringan.
Pengobatan topikal ber sifat non-invasif dan memiliki tingkat
kepatuhan pasien yang baik.
b) Intervensi Aktif
Teknik Non-Bedah
Teknik non-bedah antara lain meliputi skleroterapi dan terapi
ablasi dengan radiofrequency atau laser endovena.
- Skleroterapi
Skleroterapi telah digunakan dalam pengobatan varises
selama lebih dari 150 tahun. Skleroterapi vena
merupakan suatu modalitas terapi untuk telangiektasis
obliterasi, varises, dan segmen vena dengan refluks.
Skleroterapi dapat digunakan sebagai terapi primer atau
bersama dengan prosedur bedah untuk pengobatan CVI,
sclerosant disuntikkan ke dalam pembuluh darah untuk
membuat pembuluh darah menciut. Skleroterapi
diindikasikan untuk berbagai kondisi termasuk spider
veins (< 1 mm), varises dengan diameter 1-4 mm,
perdarahan varises, dan hemangioma kavernosus kecil
(malformasi vaskuler).
Obat yang biasa digunakan sebagai sclerosant adalah
polidokanol, natrium tetradesil sulfat (STS), larutan
salin hipertonik, gliserin dan gliserin dikromasi. Kanter
dan Thibault pada tahun 1996 melaporkan tingkat
keberhasilan 76% setelah 24 bulan pengobatan
saphenofemoral junction dan inkompetensi vena safena
besar dengan larutan STS 3%.11 Cairan STS dan
polidokanol dapat dicampur dengan berbagai
konsentrasi sclerosant dan berbagai proporsi
sclerosant/gas, dengan udara atau CO2 atau O2 untuk
membuat busa. Bentuk busa memungkinkan lebih
banyak pembuluh darah vena dapat diterapi per sesi
dengan keberhasilan sebanding. Penggunaannya yang
berbeda dengan sclerosant cair masih agak
kontroversial.
- Terapi Ablasi
Terapi ablasi adalah penggunaan energi termal dalam
bentuk radiofrequency atau laser untuk mengobliterasi
vena.
Radiofrequency Ablation
c) Teknik Bedah
Stripping
Stripping adalah pengambilan seluruh atau sebagian batang
utama vena safena (besar/ panjang atau lebih kecil/pendek).
Komplikasi meliputi trombosis vena (5,3%), emboli paru
(0,06 %), dan komplikasi luka termasuk infeksi (2,2%).19
Ada bukti bahwa vena safena besar tumbuh kembali setelah
stripping. Untuk operasi, dilaporkan tingkat kekambuhan
setelah 10 tahun berkisar 5-60%.20 Selain itu, karena
stripping menghilangkan batang utama safena, tidak tersedia
lagi vena untuk cangkokan bypass vena di masa depan
(penyakit arteri koroner atau tungkai).
Ligasi Vena dan Phlebectomy
Ligasi saphenofemoral junction telah dipertimbangkan
sebagai terapi standar untuk banyak pasien CVI. Kumpulan
varises vena besar yang berhubungan dengan vena safena
inkompeten dapat diavulsi dengan teknik stab phelebctomy.
Ligasi dan stripping CVI tingkatan 2-6 dengan refl uks vena
superfi sial telah menghasilkan perbaikan bermakna
hemodinamika vena, dan menghilangkan gejala CVI stadium
lanjut, serta membantu penyembuhan ulkus.
Cryosurgery Dalam teknik ini, sebuah cryoprobe diturunkan
melalui vena safena panjang setelah ligasi saphenofemoral.
Kemudian probe didinginkan dengan NO2 atau CO2 hingga
suhu -85o C. Vena tersebut membeku ke arah probe dan
dapat ditarik secara retrograde setelah 5 detik pembekuan. Ini
adalah varian stripping. Satu-satunya keunggulan teknik ini
adalah untuk menghindari sayatan distal dalam pelepasan
stripper.
9. Pemeriksaan Penunjang
a) Duplex Doppler ultrasonography
Jenis prosedur USG yang dilakukan untuk menilai pembuluh
darah, aliran darah serta struktur vena-vena kaki.
b) Venogram Dilakukan dengan menggunakan x-ray dan intavena
(IV) pewarna kontras. Ini untuk memvisualisasikan pembuluh
darah. Pewarna kontras menyebabkan pembuluh darah muncul
suram yang memudahkan untuk memvisualisasikan pembuluh
darah yang dievaluasi.
c) Magnetic resonance venography (MRV) Adalah alat yang paling
sensitive dan spesifik untuk mengevaluasi gangguan sistem
superficial dan profunda pada ekstremitas inferior dan pelvis. Dan
juga dapat mendeteksi penyebab nonvaskuler nyeri dan edema
pada kaki.
d) Tes fisiologis Mengukur fungsi vena, dapat dilakukan dengan
mengukur Venous Refilling Time (VRT) atau waktu yang
dibutuhkan untuk betis agar dipenuhi dengan darah setelah pompa
otot betis telah mengosongkan pembuluh darah kaki semaksimal
mungkin, normalnya adalah paling tidak 2 menit; Maximum
Venous Outflow (MVO) test. Ini dipakai untuk mendeteksi adanya
obstruksi outflow vena dari betis, apapun penyebabnya. Hasilnya
akan mencerminkan kecepatan darah dapat mengalir keluar dari
betis yang kongesti ketika tourniquet dip aha dilepas; Calf Muscle
Pump Ejection Fraction (MPEF) atau kemampuan pompa otot betis
untuk mengeluarkan darah dari betis. Pada pasien normal,
dibutuhkan 10-20 kali dorsifleksi atau beridiri dengan jari kaki
untuk mengosongkan vena-vena betis.
e) Uji Trendelenberg Ini dipakai untuk membedakan kongesti vena
distal yang disebabkan oleh refluks vena superficial dengan
kegagalan sistem vena profunda.
10. Komplikasi
11. Pencegahan
1. Praoperasi :
Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi dan pengalam
tentang operasi infomrasi (sifat operasi, semua pilihan alternative,
hasil yang diperkirakan dan kemungkinan komplikasi),
2. Inoperasi :
Risiko perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan efek
sekunder dari ligasi dan pemotongan vena
Risiko tinggi infeksi, hemorargi dan tromboplebitis berhubungan
dengan efeks sekunder ligasi dan pemotongan vena
3. Paskaoperasi :
Risiko terhadap aspirasi berhubungan dengan somnolen dan
peningkatan skeresi sekunder intubasi
Nyeri berhubungan dengan sekunder terhadap erauma pada jaringan
dan saraf
Perencanaan
1. Praoperasi :
Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi dan pengalaman
tentang operasi infomrasi (sifat operasi, semua pilihan alternative, hasil
yang diperkirakan dan kemungkinan komplikasi),
Tujuan : Cemas berkurang
Kriteria :
Klien dapat menyatakan rasa cemas dan masalahnya
Klien tenang dan tidak gelisah
INTERVENSI RASIONAL
1. Ciptakan saling percaya 1. Dasar untuk menemukan dan
2. Dorong pengungkapan pemcehan masalah.
masalah atau rasa cemas 2. Perasaan cemas yang
3. Jawab pertanyaan yang diungkapakan pada orang yang
berhubungan dengan dipercaya akan memberikan
penatalaksanaan keperawatan dampak lega dan merasa aman.
dan perawatan medis 3. Pertanyaan yang dijawab dan
4. Selesaikan persiapan pasien dimengerti akan mengurangi
sebelum masuk ke kamar rasa cemasnya.
operasi 4. Persiapan yang matang dapat
5. Meminimalkan keributan di menengkan suasana lingkungan
lingkungan sebelum operasi.
6. Orientasikan pada ruang 5. Lingkungan ribut memuat
operasi (ulangi informasi stress.
untuk memungkinkan 6. Lingkungan yang dimengerti
penyerapan) akan mendorong kenyamanan
7. Pemantauan psikologis klien dan keamanan klien.
8. Tunjukkan perhatian dan 7. Tingkat kecemasan intoleran
sikap mendukung akan mengganggu pelaksanaan
9. Beri penjelasan singkat operasi dan anestesi.
tentang prosedur operasi 8. Support system meningkatkan
10. Beri reinforcement terhadap mekanisme koping klien dalam
pernyataan yang positif dan menghadapi masalah.
mendukung 9. Penjelasan tentang informaasi
seputar bedah memberikan
informasi yang positif dan
pengalaman persiapan diri
dalam pembedahan.
10. Reinforcement meberikan
dorongan system social untuk
meningkatan koping
mekanisme.
2. Intraoperasi :
Risiko perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan efek
sekunder dari ligasi dan pemotongan vena
Tujuan : Perfusi jaringan normal/baik
Kriteria :
Penurunan edema
Ekstremitas hangat
Nadi pedalis dapat diraba
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau status 1. Pencatatan perdarahan selama
neurovaskuler setiap 15 operasi < 250 cc, pulsasi nadi
menit pedalis merupakan data pendukung
2. Observasi tanda-tanda tentang perfusi jaringan masih baik.
vital 2. Salah satu tanda penurunan pefusi
3. Balance cairan jairngan menurun adalah tensi
4. Pantau saturasi oksigen menurun, suhu akral dingin dan nadi
pada jaringan perifer meningkat.
3. Cairan masuk dan perdarahan serta
output lainnya perlu diperhitungkan
untuk memenuhi kebutuhan balance
cairan
4. Saturasi oksiegen > 95%
menunjukkan perfusi jaringan
perifer masih baik.
Kritera hasil :
Perdarahan Dirawat
Lapangan Operasi Bersih
INTERVENSI RASIONAL
1. Persiapan operasi secara 1. Aseptik merupakan cara untuk
seaseptik dan antiseptic membuat ruang antikontminasi. Dan
alat-alat bersih dan tak
terkontaminasi, sehingga pajangan
2. Dasar doek operasi infeksi minimal.
dilandasi dengan perlak, 2. Darah dan rembsean darah
plastic atau bahan lain merupakan media yang paling baik
yang kedap air dalam perkembangan kuman atau
bakteri
3. Perwatan darah (kasa 3. Darah bekas insisi, lligasi
steril/penyedot cairan dibersihkan untuk mencegah
atau darah) perdarahan yang tercecer,
tromboplebitis.
4. Tambahkan doek diatas 4. Penambahan doek untuk mencegah
doek yang penuh dengan infeksi atau kontaminasi.
perdarahan
3. Paskaoperasi :
Risiko terhadap aspirasi berhubungan dengan somnolen dan peningkatan
sekresi sekunder intubasi
Tujuan : tidak terjadi aspirasi
Kriteria Hasil :
Jalan nafas lancar
Tidak ada tanda-tanda syok
Sekresi tidak ada
Tanda-tanda vital normal (tensi 130/80, nadi 88 kali/menit, RR 16-20
kali/menit)
INTERVENSI RASIONAL
1. Atur posisi klien tanpa bantal, 1. Posisi ini untuk meluruskan jalan
ekstensi dan miring kanan/kiri nafas sehingga pemenuhan akan
2. Kaji ekstubasi jalan nafas dan oksigen terpenuhi dan jalan
aspirasi (muntahan atau nafas bersih dan lancer
lidakh tertekuk) 2. Lidah tertekuk dan muntahan
3. Observasi Tanda-tanda vital dapat menghambat/membuntui
4. Bersihkan jalan nafas dengan jalan nafas.
slem suction 3. Hipotensi, dyspneu dan apneu
5. Oritentasi klien dengan merupakan tanda terjadinya
menggunakan observasi syok.
aldert. 4. Jalan nafas yang penuh dengan
secret peru dihilangkan untuk
jalan nafas spontan paska
ekstubasi.
5. Tingkat perkembangan paska
anestesi dapat dilihat dari
aktivitas, kesadaran, warna
Kriteria :
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji jtingkat nyeri 1. Nyeri dapat diantisipasi klien
2. Atur posisi yang baik dan secara individualisme dan
mengenakkan penanganan yan berbeda
3. Anjurkan klien nafas panjang 2. Posisi kaki lebih tinggi dari
dan dalam badan 30o dapat mengurangi
4. Observasi luka paskaoperasi peningkatan penekanan pada
5. Terapi analgetik jaringan yang rusak sehingga
mengurangi nyeri.
3. Nafas panjang dan dalam
merelaksasi otot yang
dioperasi dan terimobilisasi
sehingga nyeri berkurang
4. Perhatikan stuwing yang
meningkat menghambat suplai
oksigen sehingga nyeri
bertambah.
5. Analgetik merupakan obat anti
nyeri yang bekerja secara
sentral atau perifer/local.
DAFTAR PUSTAKA
Jusi dan Djang, 2010. Dasar-dasar ilmu bedah vaskuler. Edisi kelima. Jakarta:
FKUI. Hal : 85, 204-255
Kumar, Anish P. 2016. Insufisiensi Vena Kronik. Universitas Sriwijaya Rsup Dr.
Mohammad Hoesin Palembang diakses pada tgl 15 – 2 – 2018
http://docshare01.docshare.tips/files/31513/315135220.pdf
Winardi, Ronald K. 2015. Gangguan Vena Menahun. Bagian Bedah Jantung Paru
dan Pembuluh Darah, RS Husada, Jakarta, Indonesia tgl 15 – 2 – 2018
http://www.kalbemed.com/Portals/6/09_224Gangguan%20Vena%20Mena
hun.pdf