Anda di halaman 1dari 17

BAB II

PEMBAHASAN

Sistem sirkulasi terdiri dari atas sistem kardiovaskuler dan limfe. Sistem karidovakuler terdiri dari
struktur-struktur sebagai berikut:

1. Jantung, yang berfungsi untuk memompa darah.

2. Pembuluh darah yang berfungsi untuk mengalirkan darah menuju ke jaringan dan sebaliknya.

3. Cairan darah yang berfungsi mengangkut O2 dan CO2, zat-zat makanan dsb ke jaringan dan
sebaliknya.

A. Pembuluh Darah

Struktur Umum Pembuluh-Pembuluh Darah

Pembuluh darah biasanya terdiri atas lapisan-lapisan sebagai berikut:

1. Tunika intima (tunika interna) terdiri atas selapis sel endotel yang membatasi permukaan dalam
pembuluh. Di bawah endotel adalah lapisan subendotel, terdiri atas jaringan penyambung
jarang halus yang kadang-kadang mengandung sel otot polos yang berperan untuk kontraksi
pembuluh darah.
2. Tunika media terdiri dari sel-sel otot polos yang tersusun melingkar (sirkuler). Pada arteri,
tunika media dipisahkan dari tunika intima oleh suatu membrana elastik interna. Membran ini
terdiri atas elastin, biasanya berlubang-lubang sehingga zat-zat dapat berdifusi melalui lubang-
lubang yang terdapat dalam membran dan memberi makan pada sel-sel yang terletak jauh di
dalam dinding pembuluh. Pada pembuluh besar, sering ditemukan membrana elstika externa
yang lebih tipis yang memisahkan tunika media dari tunika adventitia yang terletak di luar.

3. Tunika adventitia terdiri atas jaringan penyambung dengan serabut-serabut elastin. Pada
pembuluh yang lebih besar, vasa vasorum (pembuluh dalam pembuluh) bercabang-cabang luas
dalam adventitia.

4. Vasa vasorum memberikan metabolit-metabolit untuk adventitia dan tunika media pembuluh-
pembuluh besar, karena lapisan-lapisannya terlalu tebal untuk diberi makanan oleh difusi dari
aliran darah.

Aorta

➢ Tunica intima: endothelium - sel berbentuk poligonal selapis, subendothelium - serabut elastis,
kolagen, fibroblast, sel-sel otot polos. Serabut elastis membentuk membrana elastica interna,
tidak sejelas pada arteri ukuran medium, dan terlihat berlubang-lubang.

➢ Tunica media: membrana fenestrata - dibentuk oleh serabut elastis, sel-sel otot polos tampak
pada jaringan ikat diantara membrana fenestrata.

➢ Tunica adventitia: jaringan ikat longgar tipis vasa vasorum

Arteri

Berdasarkan ukurannya, arteri dapat diklasifikasikan menjadi (1) arteri besar atau arteri elastis; (2) arteri
ukuran sedang, arteri muskuler, dan (3) arteriola.

1. Arteri besar (arteri elastin) termasuk aorta dan cabang-cabang besarnya. Seperti Arteri
Subclavia dan Arteri Iliaka. Arteri jenis ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: (1) Intima,
dibatasi oleh sel-sel endotel. Pada arteri besar membrana basalis subendotel kadang-kadang
tidak terlihat. Membrana elastika interna tidak selalu ada. (2) Lapisan media terdiri atas
serangkaian membran elastin yang tersusun konsentris. (3) Tunica adventitia tidak
menunjukkan membrana externa, relatif tidak berkembang dan mengandung serabut-serabut
elastin dan kolagen. Diameter 1-2 cm. tekanan darah tertinggi sistolik 120mm Hg diastolik 80
mmhg.

2. Arteri ukuran sedang dan kecil memiliki lapisan muskuler yang tebal. Sel-sel ini bercampur
dengan sejumlah serabut elastin serta kolagen dan proteoglikan. Diameter lumen 0,1-1cm.
fungsinya mengalirkan darah ke organ-organ, tekanan darah kurang dari aorta.

3. Arteriola merupakan pembuluh arteri yang paling kecil (halus), bergaris tengah kurang dari 0,5
mm dan relatif mempunyai lumen yang sempit. Memiliki tunika intima dengan tanpa lapisan
subendotel dan umumnya tidak mempunyai membrana elastik interna. Lapisan media adalah
lapisan sel-sel otot polos yang tersusun melingkar. Lapisan adventitia tipis, tidak berkembang
dengan baik dan tidak menunjukkan adanya membrana elastik externa. Arteriola terkecil
mempunyai spincter prekapiler. Perubahan tekanan bermakna pada resistensi perifir total.
Vena

➢ Tunica intima: endothelium - selnya pipih selapis, subendothelium - jaringan ikat tipis langsung
berhubungan dengan tunica adventitia.

➢ Tunica media: tidak ada.

➢ Tunica adventitia: jaringan ikat longgar dengan serabut colagen yang membentuk berkas-berkas
longitudinal, sel fibroblast tampak diantaranya. sel- sel otot polos tampak pula.

➢ Aliran lambat
Vena biasanya digolongkan menjadi:

1. Venula, garis tengah 0,2 – 1 mm, ditandai oleh tunika intima yang terdiri atas endotel, tunika
media tebal yang terdiri atas lapisan sel otot polos, dan lapisan adventitia merupakan lapisan
yang paling tebal, terdiri atas jaringan penyambung yang kaya akan serabut-serabut kolagen.
Mempunyai kapasitas untuk meregang. Dapat menampung lebih banyak darah dibanding
kapiler

2. Vena ukuran kecil atau sedang dan mempunyai garis tengah 1 – 9 mm. Tunika intima biasanya
mempunyai lapisan subendotel yang tipis, tetapi hal ini pada suatu saat mungkin tidak ada.
Tunika media terdiri atas berkas-berkas kecil otot polos yang bercampur dengan serabut-
serabut kecil kolagen dan jala-jala halus serabut elastin. Lapisan kolagen adventitia berkembang
dengan baik.

3. Vena besar mempunyai tunika intima yang berkembang dengan baik. Tunika media jauh lebih
kecil, dengan sedikit sel-sel otot polos dan banyak jaringan penyambung. Tunika adventitia
adalah lapisan yang paling tebal dan pada pembuluh yang paling besar dapat mengandung
berkas-berkas longitudinal otot polos. Di samping perbedaan lapisan ini, vena ukuran-kecil atau
sedang menunjukkan adanya katup-katup di dalamnya. Struktur ini terdiri atas 2 lipatan
semilunaris dari lapisan dalam pembuluh yang menonjol ke dalam lumen. Mereka terdiri atas
jaringan penyambung elastin dan dibatasi pada kedua sisinya oleh endotel. Katup-katup
khususnya banyak pada vena anggota badan (lengan dan tungkai). Mereka mendorong darah
vena ke arah jantung--- berkat kontraksi otot-otot rangka yang terletak di sekitar vena.

Kapiler

Kapiler tersusun atas selapis sel endotel yang berasal dari mesenkim, melingkar dalam bentuk tabung,
mengelilingi ruang silindris, garis tengah rata-rata kapiler berkisar dari 7 sampai 9 µm. Kapiler dapat
dikelompokkan dalam 3 jenis menurut struktur dinding sel endotel.

1. Kapiler kontinu. Susunan sel endotel rapat.

2. Kapiler fenestrata atau perforata ditandai oleh adanya pori-pori diantara sel endotel. Kapiler
perforata biasanya ditemukan dalam jaringan-jaringan dimana terjadi pertukaran-pertukaran
zat dengan cepat antara jaringan dan darah, seperti yang terdapat pada ginjal, usus, dan
kelenjar endokrin.

3. Kapiler sinusoid, berkelok-kelok dan garis tengahnya sangat besar (30-40 µ m), sirkulasi darah
lambat, tidak memiliki dinding yang dibatasi kontinu oleh sel– sel endotel, tetapi terbuka pada
ruang–ruang antara sel, dan adanya sel dengan dinding bulat selain sel endotel yang biasa
dengan aktivitas fogositosis. Kapiler sinusoid terutama ditemukan pada hati dan organ-organ
hemopoetik seperti sumsum tulang dan limpa. Struktur ini diduga bahwa pada kapiler sinusoid
pertukaran antar darah dan jaringan sangat dipermudah, sehingga cairan darah dan
makromolekul dapat berjalan dengan mudah bolak-balik antara kedua ruangan tersebut.

Kapiler-kapiler beranastomosis (berhubungan satu dengan lainnya) membentuk jala-jala antar arteri-arteri
dan vena-vena kecil. Arteriol bercabang menjadi pembuluh-pembuluh kecil yang mempunyai lapisan otot
polos yang tidak kontinu, yang disebut metarteriol. Metarteriol bercabang menjadi kapiler-kapiler yang
membentuk jala-jala. Konstriksi metarteriol membantu mengatur, tetapi tidak menghentikan sama sekali
sirkulasi dalam kapiler, dan mempertahankan perbedaan tekanan dalam dua sistem. Suatu cincin sel-sel otot
polos yang disebut sfinkter, terdapat pada tempat asal kapiler dari metarteriol. Sfinkter prekapiler ini dapat
menghentikan sama sekali aliran darah dalam kapiler. Seluruh jala-jala tidak berfungsi semua secara
serempak, dan jumlah kapiler yang berfungsi dan terbuka tidak hanya tergantung pada keadaan kontraksi
metarteriol tetapi juga pada anastomosis arteriovenosa yang memungkinkan metarteriol langsung
mengosongkan darah kedala vena-vena kecil. Antar hubungan ini banyak sekali pada otot rangka dan kulit
tangan dan kaki. Bila pembuluh-pembuluh anastomis arteriovenosa berkontraksi, semua darah harus
berjalan melalui jala-jala kapiler. Bila ia relaksasi, sebagian darah mengalir langsung ke vena bukan mengalir
ke dalam kapiler. Sirkulasi kapiler diatur oleh rangsang syaraf dan hormon.

Tubuh manusia luas permukaan jala-jala kapiler mendekati 6000 m². Garis tengah totalnya kira-kira 800 kali
lebih besar daripada garis tengah aorta. Suatu unit volume cairan dalam kapiler berhubungan dengan luas
permukaan yang lebih besar daripada volume yang sama dalam bagian sistem lain. Aliran darah dalam aorta
rata-rata 320 mm/detik; dalam kapiler sekitar 0,3 mm/detik. Sistem kapiler dapat dimisalkan dengan suatu
danau di mana sungai-sungai masuk dan keluar; dindingnya yang tipis dan alirannya yang lambat, kapiler
merupakan tempat yang cocok untuk pertukaran air dan solut antara darah dan jaringan-jaringan.
KAPILER

Hubungan Arteriola-kapiler-venula

Sirkulasi Darah

Kecepatan aliran darah ditentukan oleh perbedaan tekanan antara kedua ujung pembuluh darah. Pembuluh
darah dan aliran arteri adalah:

1. Aliran darah dalam pembuluh darah

2. Tekanan darah arteri : Sistolik, diastolic, nadi, dan darah rata-rata.

3. Gelombang nadi.
4. Analisis gelombang nadi: dapat di nilai dari: frekuensi gelombang nadi, irama denyut nadi,
amplitude dan ketajaman gelombang.

5. Factor yang mempengaruhi tekanan darah arteri.

Sedangkan Pembuluh dan Aliran Vena Yaitu:

1. Tekanan Vena: biasanya sangat rendah Gelombang denyut vena: perubahan tekanan dan
volume

2. Kurva denyut nadi: vena jugularis eksterna dengan cara non invasive

3. Kecepatan aliran darah vena

4. Factor yang mempengaruhi kecepatan aliran darah vena

5. Pengaruh gravitasi pada tekanan darah vena

B. Mikrosirkulasi

Tempat pertukaran zat CIS dan CES (interstitial) adalah kapiler. Dan dipengaruhi oleh kecuali dinding
kapiler, arteriole, venolus karena dapat mengatur jumlah dan kecepatan aliran darah. Ketiga rangkaian
tersebut disebut dengan mikrosirkulasi. Mikrosirkulasi didefinisikan sebagai sirkulasi darah melalui
pembuluh darah terkecil arteriol, kapiler dan venula. Sirkulasi ada untuk memasok jaringan dengan darah
dalam jumlah yang sesuai.
Kapiler, yang dindingnya terdiri dari satu lapisan sel endotel, berfungsi sebagai pengganti transfer cepat
oksigen dan nutrisi ke jaringan dan penerimaan produk sampingan metabolik. Ada sekitar 10 miliar kapiler
yang menyediakan luas permukaan total yang melebihi 6.300 m2 untuk pertukaran nutrisi. Kepadatan
kapiler bervariasi dari jaringan ke jaringan. Kapiler banyak digunakan dalam jaringan metabolisme aktif,
seperti otot jantung dan kerangka, sedangkan pada jaringan yang kurang aktif, kepadatan kapiler rendah.
Namun demikian, tidak mungkin sel fungsional mana pun lebih besar dari 50mm dari kapiler. Otot arteriol
berfungsi sebagai penghambat utama dan mengatur aliran darah regional ke tempat tidur kapiler. Venules
bertindak terutama sebagai pengumpul saluran dan pembuluh penyimpanan.

Anatomi Mikrosirkulasi

Arterioles akan berlanjut menjadi metarterioles, yang kemudian berlanjut menjadi kapiler (Gambar
14-17) Metarteriol berfungsi sebagai saluran jalan menuju venula, melewati kapiler bed. Kapiler mengalir
melalui venula pengumpul pendek ke venula. Darah mengalir melalui kapiler diatur oleh otot sphincters
prapillular yang hadir pada pembukaan kapiler. Arteriole, metarterioles, dan venula mengandung otot polos.
Akibatnya, arterioles berfungsi sebagai bejana resistansi utama dan mengatur aliran darah regional ke
kapiler bed, sedangkan venula dan vena berfungsi terutama sebagai saluran pengumpulan dan penyimpanan
atau kapasitansi.
Dinding kapiler setebal 1 μm, terdiri dari satu lapisan sel endotel yang dikelilingi oleh membran
dasar tipis di bagian luar (Gambar 14-18) .Struktur dinding kapiler bervariasi dari satu jaringan ke jaringan
lainnya, namun pada banyak organ , termasuk otot skeletal, jantung, dan polos, persimpangan interdigitasi
antara sel endotel memungkinkan terbentuknya molekul berdiameter hingga 10 nm. Selain itu, sitoplasma
sel endotel dilemahkan untuk membentuk celah atau pori-pori yang berdiameter 20 sampai 100 nm. Pori-
pori ini mengizinkan pelepasan molekul yang relatif besar. Juga terlihat bahwa plasma dan protein
terlarutnya diambil oleh endositosis, diangkut melintasi sel endotel, dan dikeluarkan oleh eksositosis ke
cairan interstisial. Di otak, kapiler menyerupai otot skeletal, kecuali persimpangan interdigitasi antara sel
endotel lebih ketat (sawar darah otak), yang memungkinkan hanya ada molekul kecil. Diameter pori kapiler
sekitar 25 kali diameter molekul air (0,3 nm), yang merupakan molekul terkecil yang biasanya melewati
saluran kapiler. Protein plasma memiliki diameter yang melebihi lebar pori kapiler. Zat lain, seperti natrium,
kalium, dan ion klorida dan glukosa, memiliki diameter antara (0,39 sampai 0,86 nm) sehingga permeabilitas
pori kapiler untuk zat yang berbeda bervariasi sesuai dengan berat molekulnya . Oksigen dan karbon
dioksida larut dalam lipid dan mudah melewati sel endotel. Kapiler sejati tidak memiliki otot polos dan
karena itu tidak mampu aktif menyempitkan. Meskipun demikian, sel endotel yang membentuknya
mengandung aktin dan miosin dan dapat mengubah bentuknya sebagai respons terhadap rangsangan kimia
tertentu. Diameter kapiler (7 sampai 9 mm) cukup untuk memungkinkan eritrosit masuk ke dalam satu file.
Dinding tipis kapiler mampu menahan tekanan intraluminal yang tinggi karena diameternya yang kecil
mencegah ketegangan dinding yang berlebihan (law space)

Kapiler-kapiler termasuk interdigitated junction dan pori-pori untuk memfasilitasi jalur molekul dan ion tidak
larut lemak

Aliran Darah dalam Kapiler


Aliran darah pada kapiler kira-kira 1 mm per detik dan bersifat intermiten dari pada kontinu. Aliran
darah intermiten ini mencerminkan kontraksi dan relaksasi metarterioles dan sfingter precapillary dalam
siklus bergantian 6 sampai 12 kali per menit. Fenomena kontraksi dan relaksasi bergantian dikenal sebagai
vasomotion. Oksigen adalah penentu terpenting dari tingkat pembukaan dan penutupan metarterioles dan
sfingter precapillary. Po2 rendah memungkinkan lebih banyak darah mengalir melalui kapiler untuk
memasok jaringan. Dalam hal ini, dampak oksigen pada aliran darah kapiler memberikan suatu bentuk
autoregulasi aliran darah jaringan. Selain aliran darah nutritif melalui jaringan yang diatur oleh oksigen, ada
juga aliran darah nonnutritif (shunt) yang diatur oleh sistem saraf otonom. Aliran darah nonnutritif ditandai
oleh hubungan vaskular langsung antara arteriol dan venula. Beberapa sambungan arteriovenosa ini
memiliki penutup otot sehingga aliran darah dapat berubah dalam rentang yang luas. Di beberapa bagian
kulit, anastomosis arteriovenosa ini menyediakan mekanisme untuk memungkinkan masuknya darah arteri
secara cepat untuk menghangatkan kulit dan menghilangkan panas.

Peran Vasoaktif Kapiler Endothelium


Endotelium diakui sebagai sumber penting zat yang menyebabkan kontraksi atau relaksasi pembuluh
darah otot polos. Salah satu zat ini adalah prostasiklin yang bisa mengendurkan otot polos pembuluh darah
melalui peningkatan konsentrasi adenosin monofosfat siklik. Prostacyclin terbentuk di endotelium dari asam
arakidonat dan reaksinya dikatalisis oleh prostasiklin sintase. Fungsi utama prostasiklin adalah untuk
menghambat kepatuhan platelet terhadap endotelium dan agregasi trombosit dan dengan demikian
mencegah pembentukan gumpalan intravaskular. Pembentukan dan pelepasan nitric oxide (NO) juga penting
dalam pelebaran vaskular endotelium. NO dilepaskan saat sel endotel dirangsang oleh asetilkolin atau zat
vasodilator lainnya (adenosine trifosfat, bradikinin, serotonin, zat P, dan histamin). Pelepasan NO dapat
distimulasi oleh tegangan geser aliran darah pada endotelium. Peptida vasokonstriktor yang disintesis oleh
endothelium kapiler adalah endotelin. Endothelin dapat mempengaruhi tonus vaskular dan tekanan darah.

Gerakan Cairan melalui Membran Kapiler


Pelarut dan gerakan zat terlarut melewati sel endotel kapiler terjadi melalui filtrasi, difusi, dan
pinositosis melalui vesikel endotel.Difusi merupakan proses yang paling penting untuk pertukaran
transcapillary dan pinocytosis adalah yang paling penting. Penting untuk membedakan antara filtrasi dan
difusi melalui membran kapiler. Filtrasi adalah gerakan keluar bersih cairan di ujung arteri kapiler. Difusi
cairan terjadi di kedua arah melalui membran kapiler.

Penyaringan (Filtrasi)
Empat tekanan yang menentukan apakah cairan akan bergerak keluar melintasi membran kapiler
(filtrasi) atau ke dalam membran kapiler (reabsorpsi) adalah tekanan kapiler, tekanan cairan interstisial,
tekanan osmotik koloid plasma, dan tekanan osmotik koloid interstisial. Efek bersih dari keempat tekanan ini
adalah tekanan filtrasi positif pada ujung arteri kapiler, yang menyebabkan cairan bergerak keluar melintasi
membran sel ke dalam ruang cairan interstisial. Pada ujung kapiler vena, efek bersih dari keempat tekanan
ini adalah tekanan reabsorpsi positif yang menyebabkan fluida bergerak ke dalam melintasi membran kapiler
ke dalam kapiler. Secara keseluruhan, nilai rata rata dari empat tekanan yang bekerja di membran kapiler
hampir identik sehingga jumlah cairan yang disaring hampir sama dengan jumlah yang diserap kembali.
Cairan apa pun yang tidak diserap akan masuk ke pembuluh limfe. Secara tradisional, filtrasi danggap terjadi
pada ujung arteri kapiler dan penyerapan terjadi pada ujung vena karena tekanan gradien hidrostatik
disepanjang kapiler. Walau demikian, banyak kapiler hanya menyaring, sedangkan yang lain hanya
menyerap. Di beberapa bantalan vaskular seperti glomerulus ginjal, tekanan hidrostatik pada kapiler cukup
untuk menyebabkan terjadinya filtrasi di sepanjang kapiler.
Rata-Rata Tekanan Melewati Membran Kapiler
Tekanan pada gerak kearah luar
Tekanan Kapiler 17 mmHg
Tekanan Cairan Interstisial -6.3 mmHg
Tekanan Osmotik Interstisial Cairan Koloid 5 mmHg
Total 28.3 mmHg
Tekanan pada gerakan kearah dalam
Tekanan Osmotik Koloid Plasma 28 mmHg
Tekanan Bersih Filtrasi 0.3 mmHg

Tekanan Kapiler
Tekanan kapiler cenderung menggerakkan cairan ke luar melintasi ujung arteri membran kapiler.
Diperkirakan bahwa tekanan kapiler pada ujung arteri kapiler adalah 25 mmHg, sedangkan tekanan pada
ujung kapiler vena adalah 10 mmHg, sesuai dengan tekanan venula. Tekanan kapiler rata-rata sekitar 17
mmHg. Perubahan tekanan arterial memiliki sedikit pengaruh pada tekanan dan aliran kapiler karena adanya
penyesuaian tahanan pembuluh precapillary. Autoregulasi menggambarkan pemeliharaan dari aliran darah
pada jaringan yang tidak berubah meskipun terjadi perubahan tekanan perfusi.

Tekanan Interstisial Cairan


Tekanan cairan interstisial cenderung bergerak ke luar cairan melintasi membrane kapiler.
Diperkirakan bahwa tekanan cairan interstisial rata-rata adalah -6,3 mmHg. Tekanan negatif ini bertindak
sebagai vakum untuk menahan jaringan secara bersamaan dan mempertahankan jarak minimal untuk difusi
nutrisi. Dalam kondisi normal, hampir seluruh cairan interstisial ditahan dalam gel yang mengisi ruang antar
sel. Gel ini mengandung mucopolysaccharides dalam jumlah besar, dimana komposisi didalamnya yang
paling melimpah adalah asam hyaluronic. Kehilangan tekanan negatif cairan interstisial memungkinkan
cairan menumpuk diruang jaringan yang dikenal sebagai edema.

Tekanan Osmotik Koloid Plasma


Protein plasma pada dasarnya bertanggung jawab atas tekanan osmotik koloid plasma (onkotik)
yang cenderung menyebabkan pergerakan cairan masuk kedalam melalui membran kapiler. Setiap gram
albumin mengandung dua kali tekanan osmotik koloid dari tiap gram globulin. Karena ada sekitar dua kali
lipat albumin seperti globulin di dalam plasma, sekitar 70% dari total tekanan osmotic koloid hasil albumin
dan hanya sekitar 30% dari globulin dan fibrinogen. Fenomena khusus yang dikenal sebagai keseimbangan
Donnan menyebabkan tekanan osmotik koloid menjadi sekitar 50% lebih besar daripada yang disebabkan
oleh protein saja. Ini mencerminkan karakteristik muatan negative protein yang mengharuskan adanya
jumlah ion positif yang seimbang, terutama ion natrium, pada sisi yang sama dari membran kapiler seperti
pada peran dari protein. Ion positif ekstra ini meningkatkan jumlah zat aktif osmotik dan dengan demikian
meningkatkan tekanan osmotik koloid. Memang, sekitar sepertiga dari tekanan osmotik koloid plasma
normal yaitu 28 mm Hg disebabkan oleh ion bermuatan positif yang dimiliki protein di dalam plasma. Karena
hal tersebut, protein plasma ini tidak dapat digantikan oleh zat inert, seperti dekstran, tanpa sedikit
penurunan tekanan osmotik koloid plasma.

Tekanan Osmotik Koloid Interstisial


Protein yang ada dalam cairan interstisial pada dasarnya bertanggung jawab atas tekanan osmotik
koloid cairan interstisial sekitar 5 mmHg, yang cenderung menyebabkan pergerakan cairan ke luar membran
kapiler. Albumin, karena ukurannya yang kecil, biasanya bocor 1,6 kali secepat globulin melewati kapiler,
yang menyebabkan protein dalam cairan interstisial memiliki rasio albumin terhadap rasio globulin yang
tidak proporsional. Kandungan protein total cairan interstisial mirip dengan kandungan protein total plasma,
namun karena volume cairan interstisial adalah empat kali volume plasma, kandungan protein cairan
interstisial rata-rata hanya seperempatnya dalam plasma atau sekitar 1,8 g/dL. Kandungan protein cairan
interstisial juga tetap rendah karena protein tidak dapat dengan mudah berdifusi melintasi membran kapiler,
dan setiap persilangan kemungkinan akan dikeluarkan oleh pembuluh getah bening.

Difusi
Difusi adalah mekanisme yang paling penting untuk transfer nutrisi antara plasma dan cairan
interstisial. Oksigen, karbon dioksida, dan gas anestesi adalah contoh molekul larut lemak yang dapat
berdifusi secara langsung melalui membrane kapiler secara bebas dari pori-pori. Ion natrium, kalium, dan
klorida serta glukosa tidak larut dalam membran kapiler lipid dan oleh karena itu harus melewati poripori
untuk mendapatkan akses terhadap cairan interstisial. Kecepatan difusi molekul larut lemak melalui
membran kapiler di kedua arah sebanding dengan perbedaan konsentrasi antara kedua sisi membran. Untuk
alasan ini, sejumlah besar oksigen bergerak dari kapiler ke jaringan, sedangkan karbon dioksida bergerak ke
arah yang berlawanan. Biasanya, hanya terdapat sedikit perbedaan
tekanan parsial untuk mempertahankan pengangkutan oksigen yang memadai antara cairan plasma dan
interstisial.

Pinositosis
Pinositosis adalah proses dimana sel endotel kapiler menyerap sejumlah kecil cairan plasma atau
interstisial diikuti dengan migrasi ke permukaan yang berlawanan dimana cairan dilepaskan. Pengangkutan
zat berberat molekul tinggi seperti protein plasma, glikoprotein, dan polisakarida (dekstran) kemungkinan
besar terjadi terutama oleh pinositosis.

Limfatik

Sistem limfatik atau peredaran getah bening merupakan sistem sirkulasi selain peredaran darah.
Kelebihan cairan interstisial (cairan yang berada dalam jaringan) akan dikembalikan menuju darah melalui
sistem limfatik tersebut. Sistem limfatik juga memiliki fungsi dalam membasmi mikroorganisme yang masuk
ke dalam tubuh dan terbawa dalam cairan interstisial. Selain itu, sistem ini juga berperan dalam transportasi
lemak dari usus halus sebelum diantarkan menuju peredaran darah untuk dibawa ke bagian tubuh yang
membutuhkan.

Sistem limfatik tersusun atas kapiler limfa, pembuluh limfa, nodus limfa, dan organ limfatik. Kapiler
limfa akan menyalurkan cairan yang dibawa menuju pembuluh limfa yang di sepanjang perjalanan menuju
pembuluh darah akan menemui banyak nodus limfa dan organ limfatik.

Perjalanan cairan interstisial menuju pembuluh darah

Cairan interstisial atau cairan yang tergenang pada jaringan berasal dari plasma darah yang keluar
karena adanya tekanan dalam pembuluh darah. Kelebihan cairan interstisial akan dikembalikan menuju
pembuluh darah melalui sistem limfatik. Cairan interstisial akan masuk menuju kapiler limfa, dan selanjutnya
cairan tersebut dinamakan dengan cairan limfa. Kapiler limfa memiliki ujung yang tidak berlubang (ujung
buta), sehingga cairan interstisial akan masuk kapiler limfa melalui peristiwa osmosis.

Cairan limfa akan mengalir menuju pembuluh limfa, saluran yang megumpulkan cairan dari banyak
kapiler limfa di sekitarnya. Pergerakan cairan di sepanjang pembuluh limfa dipengaruhi oleh kontraksi otot
rangka. Pembuluh limfa memiliki katup searah seperti yang dimiliki oleh pembuluh vena, katup ini
memungkinkan cairan limfa tidak dapat mengalir balik ke arah yang berlawanan. Selain oleh kontraksi otot,
pembuluh limfa juga berkontraksi secara berirama untuk membawa cairan limfa kembali menuju pembuluh
darah.
Pembuluh limfa dibedakan menjadi pembuluh limfa kanan (duktus limfatikus dekster) dan pembuluh
limfa kiri (duktus torakikus). Pembuluh limfa kanan membawa cairan limfa yang berasal dari kepala dan leher
bagian kanan, dada kanan, lengan kanan, jantung, dan paru-paru. Pembuluh ini akan berakhir dan
menyerahkan isinya menuju pembuluh darah vena di bawah tulang selangka kanan. Sedangkan pembuluh
limfa kiri akan membawa cairan limfa yang berasal dari kepala dan leher bagian kiri, dada kiri, lengan kiri,
dan tubuh bagian bawah. Pembuluh ini akan mengantarkan cairan limfa menuju pembuluh darah vena yang
terletaak di bawah tulang selangka kiri.

Pembuluh Darah Limfe

Darah yang meninggalkan jantung melalui arteri dan dikembalikan melalui vena dan sebagian cairan
meninggalkan sirkulasi dikembalikan melalui saluran limfe yang merembes dalam ruang-ruang jaringan.
Susunan pembuluh limfe disebut juga midleman atau susunan tengah karena merupakan saluran antara
darah dan cairan jaringan dimana terdapat zat-zat koloid, dan garam elektrolit tidak dapat masuk kedalam
kapiler darah tetapi akan masuk melalui kapiler-kapiler limfe atau saluran limfe. Struktur pembuluh limfe
serupa dengan vena kecil tetapi memiliki lebih banyak katup dan pembuluh darah limfe merupakan jalinan
halus kapiler yang sangat kecil atau sebagai rongga limfe didalam jaringan berbagai organ, misalkan pada vili
usus terdapat pembuluh limfe khusus yang disebut lakteal.

Saluran limfe terbagi menjadi dua saluran, yaitu :

a. Duktus limfatikus sinistra

Merupakan kumpulan dari pembuluh limfe yang berasal dari kepala kiri, leher kiri, dada sebelah kiri
bagian perut, anggota gerak bawah dan alat-alat dalam rongga perut.

b. Duktus limfatikus dekstra

Merupakan pembuluh limfe yang pendek dengan panjangnya ± 1,20 Cm, menerima limfe yang berasal
dari pembuluh limfe kepala kanan, leher kanan, dada kanan dan lengan sebelah kanan yang bermuara
pada vena kava subklavia dekstra.
Fungsi pembuluh limfe

a. Mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke dalam sirkulasi darah.

b. Mengangkut limfosit dari kelenjar limfe ke sirkulasi darah.

c. Membawa lemak yang sudah dibuat emulsi dari usus ke sirkulasi darah, dilaksanakan oleh saluran
limfe lakteal.

d. Menyaring dan menghancurkan mikroorganisme.

e. Menghasilkan zat antibodi untuk melindungi terhadap infeksi.

Kelenjar limfe

Bentuk bulat lonjong dengan ukuran kira-kira 10-25 mm. Limfe disebut juga getah bening
merupakan cairan dimana susunan isinya hampir sama dengan plasma darah dan cairan jaringan. Bedanya
ialah dalam cairan limfe banyak mengandung sel darah limfosit. Tidak terdapat CO2 dan mengandung sedikit
O2, cairan limfe yang berasal dari usus banyak mengandung zat lemak.

Cairan limfe ini dibentuk atau berasal dari cairan jaringan melalui difusi atau filtrasi ke dalam kapiler-kapiler
limfe dan seterusnya akan masuk ke dalam peredaran darah melalui vena.

Fungsi kelenjar limfe

a. Menyaring cairan limfe dan benda-benda asing

b. Pembentukan limfosit

c. Membentuk antibodi

d. Pembuangan bakteri-bakteri

e. Laktealnya berfungsi untuk membantu transportasi lemak

Faktor-faktor yang memungkinkan cairan limfe bergerak

a. Adanya kontraksi otot-otot yang akan menekan cairan limfe untuk bergerak.

b. Pada saat inspirasi dan ekspirasi rongga dada, akanmengakibatkan adanya perubahan tekanan.

c. Massage tubuh ( pemijatan tubuh)

4. Pembuluh darah limpa

Limpa merupakan sebuah organ yang terletak di sebelah kiri abdomen/perut di daerah hipogastrium
kiri bawah iga ke 9,10 dan 11, limpa berdekatan pada fundus dan permukaan luarnya menyentuh diafragma.

Limpa menerima darah dari arteri lienalis dan keluar melalui vena lienalis pada vena porta. Darah dari limpa
tidak langsung menuju jantung tetapi terlebih dulu ke hati. Pembuluh darah masuk dan keluar melalui hilus
yang berada di permukaan dalam. Pembuluh darah itu memperdarahi pulpa sehingga darah bercampur
dengan unsur limpa.

Lapisan limpa :

1. Lapisan luar limpa diselimuti oleh peritonium, di bawah peritonium terdapat selaput yang langsung
membungkus limpa, selaput ini terbuat dari jaringan otot polos yang sangat elastis. Jaringan ini berbentuk
seperti spon dan di dalam jaringan limpa terdapat banyak lubang-lubang yang berisi retikulum, endotelium
dan banyak juga terdapat kapiler-kapiler darah.

2. Limpa dibungkus oleh kapsula yang terdiri atas jaringan kolagen elastis berupa serabut halus.

Fungsi limpa

b. Sebagai gudang darah seperti hati, karena limpa banyak memiliki kapiler-kapiler darah sehingga dengan
demikian banyak darah yang mengalir dalam limpa.

c. Sebagai pabrik-pabrik sel darah, limpa dapat memproduksi lekosit dan eritrosit terutama limfosit

d. Sebagai tempat penghancuran eritrosit, karena di dalam limpa terdapat juga jaringan retikulum endotel
maka limpa tersebut dapat menghancurkan eritrosit sehingga hemoglobin dapat dipisahkan dari zat besinya.

e. Menghasilkan zat antibodi.

Cairan limfa mengandung sel-sel darah putih yang berfungsi mematikan kuman penyakit yang masuk ke
dalam tubuh dan mengandung lemak, lemak dari usus diangkut oleh pembuluh Limfa (pembuluh kil).

Peredaran limfe dimulai dari cairan jaringan tubuh, masuk ke pembuluh limfe, untuk dikembalikan ke
peredaran darah

C. Proses peredaran darah manusia

Peredaran darah pada manusia dapat terbagi menjadi 2 yaitu peredaran darah kecil dan peredaran darah
besar
Penentu Aliran Darah Jaringan

Aliran darah pada jaringan secara langsung berbanding lurus dengan perbedaan tekanan antara dua
titik (tekanan tidak absolut) dan berbanding terbalik dengan ketahanan terhadap aliran melalui pembuluh
darah. Hubungan antara aliran, tekanan, dan ketahanan dapat dinyatakan secara matematis sebagai hukum
Ohm, dimana aliran darah (ampere) terhadap penurunan tekanan pada dua titik (volt ) dan berbanding
terbalik dengan tahanan . Susunan formula ini menekankan bahwa tekanan langsung berbanding lurus aliran
kali tahanan. Tahanan berbanding lurus dengan tekanan dan berbanding terbalik terhadap aliran.
Selanjutnya, tahanan berbanding lurus dengan kekentalan darah dan panjang pembuluh darah dan
berbanding terbalik dengan kekuatan keempat pada pembuluh darah (menggandakan radius dari pembuluh
darah atau ukuran kateter intravena menurunkan tahanan aliran 16 kali lipat [hukum Poiseuille]).
Penting untuk dipahami bahwa tahanan terhadap aliran darah tidak dapat diukur, melainkan
pengukuran yang dihitung pada pengukuran tekanan dan curah jantung. Misalnya, tahanan pembuluh darah
sistemik dihitung sebagai perbedaan antara tekanan arterial rata-rata tekanan atrium dibagi dengan curah
jantung. Tekanan pembuluh darah pulmonal dihitung sebagai perbedaan antara tekanan arteri pulmonal dan
tekanan atrium kiri dibagi dengan curah jantung. Tahanan dinyatakan dalam dynes/s/cm-5 dan dihitung
dengan mengalikan dengan persamaan untuk tahanan pembuluh darah sistemik atau tahanan pembuluh
darah pulmonal. Konduktivitas adalah tahanan timbal balik dan diukur jumlah aliran darah yang dapat
melewati pembuluh darah dalam waktu tertentu.

Kemampuan Pembuluh Darah Meregang

Pembuluh darah meregang ketika meningkatnya tekanan darah yang menyebabkan diameter
pembuluh darah meningkat, dimana tahanan menurun. Sebaliknya, menurunkan tekanan dalam pembuluh
darah meningkatkan tahanan terhadap aliran darah. Kemampuan pembuluh darah untuk meregang sehingga
tekanan intravaskular meningkat sangat bervariasi di berbagai bagian sirkulasi. Secara anatomi, dinding
arteri lebih kuat dari vena. Akibatnya, vena 6 sampai 10 kali lebih mampu meregang daripada arteri. Tekanan
darah sistemik pada akhirnya bisa menurun ke tingkat dimana tekanan dalam pembuluh darah tidak lagi
mampu menjaga pembuluh darah tetap terbuka. Tekanan ini rata-rata 20 mmHg dan didefinisikan sebagai
tekanan penutupan kritis. Saat jantung tiba-tiba berhenti, tekanan di seluruh sistem peredaran darah
(tekanan sirkulari rata-rata) sekitar 7 mmHg.

Daya Tampung Pembuluh Darah

Daya tampung pembuluh darah merupakan peningkatan volume atau kapasitas pembuluh darah
yang dihasilkan oleh tekanan dalam pembuluh darah. Daya tampung pembuluh darah diperkirakan 100 mL
untuk setiap peningkatan 1mmHg pada tekanan dalam pembuluh darah. Daya tampung vena jauh lebih
besar daripada arteri. Misalnya, volume darah yang biasanya ada di semua pembuluh darah sekitar 2.500 ml,
sedangkan sistem arteri hanya mengandung sekitar 750 mL darah bila tekanan arteri rata-rata adalah 100
mmHg. Aktivitas sistem syaraf simpatik dapat sangat mengubah distribusi volume darah. Pengaruh saraf
simpatik pada pembuluh darah, khususnya pada vena dapat menurunkan sistem sirkulasi dan sirkulasi
berfungsi secara normal meskipun 25% dari total volume darah berkurang. Vasokonstriksi atau vasodilatasi
mengacu pada perubahan tahanan arteri dimana perubahan pada kaliber vena digambarkan sebagai
venokontriksi atau venodilatasi.
Pengendalian Aliran Darah Jaringan

Pengendali aliran darah pada jaringan yang berbeda mencakup mekanisme, respons sistem saraf
otonom dan pelepasan hormon. Total aliran darah jaringan atau curah jantung sekitar 5 L per menit, dengan
jumlah tersebut dikirim ke jantung, otak, hati, dan ginjal (Tabel 14-5).4 Sebaliknya, otot rangka mewakili 35%
sampai 40% massa tubuh namun hanya menerima sekitar 15% dari total curah jantung, yang mencerminkan
tingkat metabolisme otot skeletal yang tidak aktif.

Pengendalian Lokal Aliran Darah

Pengendali lokal aliran darah didasarkan pada kebutuhan pengiriman oksigen atau nutrisi lainnya
seperti glukosa atau asam lemak ke jaringan. Respon terhadap penurunan pengiriman oksigen mungkin
mencerminkan pelepasan substansi vasodilator (adenosine, asam laktat, karbon diaoksida, ion potasium),
menghasilkan peningkatan aliran darah dan pengiriman oksigen.

Pengaturan Otomatis Aliran Darah

Pengatur otomatis adalah makanisme lokal yang mengontrol aliran darah pada jaringan tertentu
yang mampu mempertahankan aliran darah konstan secara konstan pada berbagai tekanan arteri rata-rata.
Bila tekanan arteri rata-rata meningkat, peningkatan aliran darah jaringan menyebabkan pembuluh darah
menyempit, sehingga membatasi peningkatan aliran darah. Sebaliknya, penurunan tekanan arteri rata-rata
menyebabkan vasodilatasi, yang mempertahankan aliran darah jaringan. Respon pengaturan otomatis
terhadap perubahan mendadak pada tekanan arteri terjadi dalam 60 sampai 120 detik. Kemampuan
pengaturan otomatis untuk mengembalikan aliran darah jaringan ke normal adalah tidak lengkap.

Pengaturan Jangka Panjang Aliran Darah

Pengaturan jangka panjang yang mengembalikan aliran darah jaringan lokal ke normal melibatkan
perubahan vaskularitas jaringan. Misalnya, peningkatan tekanan arteri rata-rata yang berlanjut ke jaringan
tertentu, seperti terjadi di atas koarktasio aorta, disertai dengan penurunan ukuran dan jumlah pembuluh
darah. Demikian juga, jika metabolisme dalam jaringan menjadi meningkat secara kronis, peningkatan
vaskularisasi, atau, jika metabolism menurun, penurunan vaskularisasi. Penyaluran oksigen yang tidak
adekuat ke jaringan adalah stimulus untuk pengembangan pembuluh darah kolateral. Pada neonatus yang
terpapar pada oksigen yang meningkat dapat menyebabkan pertumbuhan pembuluh darah baru pada
retina. Pertumbuhan pembuluh darah yang baru dapat menyebabkan kebutaan (retrolental fibroplasia).

Kontrol Sistem Saraf Otonom pada Aliran Darah

Kontrol sistem saraf otonom pada aliran darah dicirikan dengan waktu respon yang cepat (dalam 1
detik) dan kemampuan untuk meregulasi aliran darah untuk jaringan tertentu dengan mengorbankan
jaringan lain. Sistem saraf simpatik merupakan komponen sistem saraf otonom yang paling penting dalam
meregulasi aliran darah; stimulasi simpatik menyebabkan pengeluaran norepinephrine, yang menstimulasi
reseptor α-adrenergic sehingga menyebabkan vasokonstriksi.
Konstriksi arteri kecil mempengaruhi resistensi menuju aliran darah melewati jaringan, sedangkan
vasokonstriksi mengubah kapasitansi vascular dan distribusi darah didalam sirkulasi perifer. Inervasi sistem
saraf simpatik dominan terdapat diginjal dan kulit dan minimal di sirkulasi serebral.

Pusat Vasomotor
Pusat vasomotor terletak di pons dan medulla, mentransmisikan impuls sistem saraf simpatik
melewati sumsum tulang menuju semua pembuluh darah. Kondisi vasokonstriksi parsial (tonus vasomotor)
tiba-tiba menurunkan tekanan darah sistemik yang terjadi ketika inervasi sistem saraf simpatik menuju
pembuluh darah secara tiba-tiba terganggu, sebagai robekan sumsum tulang belakang akibat trauma atau
anesthesia regional. Aktivitas pusat vasomotor dapat dipengaruhi oleh impuls dari beberapa tempat,
termasuk area difusi pada reticular activating system, hipotalamus, dan cortex serebral. Impuls sistem saraf
simpatik ditansmisikan menuju medulla adrenal pada waktu yang sama ditansmisikan menuju pembuluh
darah perifer. Impuls ini menstimulasi medulla adrenal untuk mensekresikan epinephrine dan
norepinephrine menuju sirkulasi, yang langsung bekerja pada reseptor adrenergic di dinding otot polos
pembuluh darah. Bagian medial dan bawah pusat vasomotor tidak ikut serta mentransmisikan impuls
vasokonstriktor tetapi memiliki fungsi sebagai penghambat aktivitas sistem saraf simpatik, yang
memungkinkan terjadinya dilatasi pembuluh darah. Secara konsep, bagian ini pada pusat vasomotor
berfungsi sebagai sistemsaraf parasimpatik.

Kontrol Hormon pada Aliran Darah

Hormon vasokonstriktor yang mempengaruhi aliran darah lokal jaringan termasuk epinephrine,
norepinephrine, angiotensin, dan arginine vasopressin (sebelumnya dikenal dengan nama hormone
antideuretik). Bradikinin, serotonin, histamine, prostaglandin, dan epinephrine konsentrasi rendah adalah
substansi vasodilatasi. Karbondioksida juga mempunyai efek vasokonstriktor tidak langsung karena
karbondioksida menstimulasi aliran impuls sistem saraf simpatik dari pusat vasomotor.

Anda mungkin juga menyukai