Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Identitas Pasien

Nama Pasien : An. V

Umur : 7 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama/suku : Islam/Jawa

Alamat : Gabru RT 2 RW 1, Gurah, Kediri

Tanggal Pemeriksaan : 18 Mei 2017

Pekerjaan : Pelajar

1.2 Anamnesis

Keluhan Utama: Terasa mengganjal di tenggorokan

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien mengeluh mengganjal di tenggorokan sejak 1 bulan yang lalu, mengganjal

terasa terus menerus saat serangan, kesulitan menelan disangkal, bau mulut

disangkal. Selain itu pasien juga mengeluh batuk pilek sejak 7 hari sebelum

datang ke poli, batuk tidak berdahak, pilek mengeluarkan ingus pada kedua

lubang hidung warna putih, encer, bau (-). Pasien juga mengeluhkan demam,

nyeri telan, dan rasa mengganjal di tenggorok yang dirasakan terutama saat

serangan. Keluhan-keluhan tersebut dirasakan hilang timbul sejak 1 bulan yang

lalu. Keluhan tersebut meredah jika diberi obat demam yang dibeli di apotek oleh

ibunya. Keluhan demam, bersin-bersin, dan sakit kepala atau sakit di daerah

wajah disangkal pasien. Keluhan nyeri pada telinga, telinga terasa mendengung

dan rasa penuh di telinga disangkal pasien. Keluhan gangguan suara/suara serak,
sukar membuka mulut sesak nafas disangkal pasien. Belum dilakukan pengobatan

medis hingga saat ini.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Batuk pilek sering kambuh sejak 2 tahun yll. Riwayat asma disangkal, alergi debu

disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Keluhan serupa di keluarga (-)

Riwayat Penyakit Sosial:

1.3 Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

GCS : E4 V5 M6

Vital sign

Tekanan Darah : 125/70 mmHg

Nadi : 82 x/menit

RR : 19 x/menit

Suhu : 36,9 °C

Status Generalis

Kepala/Leher

Inspeksi : anemia -, icterus -, sianosis -, dispsneu -, mata cowong -, KGB +/+ (at

submandibula, mobile, regular, permukaan rata, nyeri tekan -, ukuran 1cm/1cm),

JVP -.

Thorax

Paru :
Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan dinding dada simetris,

retraksi -

Palpasi : Thrill -, fremissment -, krepitasi -

Perkusi : Sonor/sonor

Auskultasi : Suara nafas vesikuler/vesikuler, Rh -/-, Wh -/-

Jantung :

Inspeksi : Ictus cordis -, voussure cardiac -

Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat, thrill/fremissment -

Perkusi : Batas jantung normal

Auskultasi : S1S2 Tunggal, murmur -, gallop –

Abdomen :

Inspeksi : Flat

Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium -, hepar lien tidak teraba

membesar

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus + normal

Ekstremitas :

Inspeksi : Benjolan pada ekstremitas (-), mobile, nyeri tekan -.

Deformitas(-). Oedem (-)

Palpasi : Hangat, kering, merah, CRT<2 detik

Status Lokalis

Telinga

Bagian Dextra Sinistra


Mastoid Tragus pain (-), fistula (-), Tragus pain (-), fistula (-),
abses (-) abses (-)
Auricula Bentuk normal, udem (-), Bentuk normal, udem (-),
fistel (-) fistel (-)
MAE (meatus Bau busuk (-), sekret (-) Bau busuk (-), sekret (-),
akustikus ekstrenus) banyak, granulasi/polip granulasi/polip tidak ada,
tidak ada, dinding dinding belakang atas
belakang atas normal, normal, fistula (-), nyeri
fistula (-), nyeri tekan (-) tekan (-)
Membran timpani Utuh (+), retraksi (-), Utuh (+), retraksi (-),
bombans (-), perforasi (-), bombans (-), perforasi (-),
sekret (-) sekret (-)

Membran Timpani
Tes pendengaran

Tes bisik modifikasi : telinga kanan normal dan telinga kiri normal.

Hidung

Bentuk Dextra Sinistra


Bentuk Normal Normal
Secret (-) (-)
Foetor ex nasi (-) Foetor ex nasi (-)
Mukosa cavum nasi Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Edema (-) Edema (-)
Konka media Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Hipertrofi (-) Hipertrofi (-)
Konka inferior Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Hipertrofi (-) Hipertrofi (-)
Meatus media Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Sekret (-) Sekret (-)
Meatus inferior Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Sekret (-) Sekret (-)
Septum Deviasi (-) Deviasi (-)
Massa Massa (-) Massa (-)

Tenggorok

 Bibir : normal

 Orofaring

 Oral : dapat membuka mulut dengan baik

 Mukosa bukal : merah muda


 Ginggiva : merah muda

 Gigi geligi : carries (-)

 Lidah 2/3 anterior : merah muda

 Uvula : merah muda, posisi di tengah,

radang (-), tumor (-)

 Arkus faring anterior : simetris, merah muda, radang (-),

tumor (-)

 Palatum durum : merah muda

 Palatum mole : merah muda

 Kelenjar Getah Bening: +/+ at submandibula, mobile,

regular, permukaan rata, nyeri tekan -, ukuran 1cm/1cm

Tonsil

Dextra Sinistra
Ukuran T3 T2
Warna merah muda merah muda
Udem (+) (+)
Kripte melebar melebar
Detritus (+) (+)
Membran (N) (N)
Ulkus (-) (-)
Tumor (-) (-)

Mobilitas (+) (+)

Darah (-) (-)

Faring

 Warna : Merah muda

 Oedem : (-)

 Granula : (-)
 Lateral band : normal

 Sekret :tidak ada sekret dan darah

 Reflek muntah : (+)

Kelenjar getah bening

Terdapat pembesaran KGB at regio submandibula D/S

Warna kulit : sesuai dengan warna kulit

Soliter/multiple : soliter/ (-)

Ukuran : diameter 1 cm

Konsistensi : kenyal

Nyeri tekan : (-)

Mobilitas : mobile
Gambar 1 Foto Klinis Pasien

1.5 Clue & Cue

- ♂, 20 tahun

- Rasa mengganjal di tenggorokan

- 7 tahun

- Riwayat nyeri telan (+)

- Batuk pilek (+)

- Selama 7 tahun mengalami serangan 3-4 kali pertahun


- Riwayat merokok (+)

- Tonsil dextra hipertofi (T3 berada diantara garis paramedian dengan garis

median)

- Tonil sinistra hipertrofi (T2 melewati pilar anterior belum masuk garis

paramedian)

- Kripta melebar berisi detritus pada tonsil dekstra dan sinistra

1.6 Problem List

Tonsilitis Kronis dekstra dan sinistra

1.7 Initial Diagnosis

Tonsilitis Kronis dekstra dan sinistra

1.8 Planning Diagnosis

1.9 Planning Therapy

- MRS

- Tonsilektomi D/S

- Premed: Inj ceftriaxon 2 g iv

- Inf ringer laktat D5% 2:1

Terapi post op:

- Inj Ketopain 3x30 mg

- Cefixime 2x1 g

1.10 Planning Monitoring

- Keadaan umum pasien

- Vital Sign (TD, nadi, suhu, RR)

- Keluhan pasien
- Tanda-tanda komplikasi post tonsilektomi: bleeding, odem uvula, sesak

nafas

1.11 Planning Education

Menjelaskan pada keluarga dan pasien tentang keadaan pasien (radang pada

kedua tonsil/amandel sudah lama/kronik), pemeriksaan penunjang (darah

lengkap dan foto thorax) akan dilakukan, rencana tindakan (tonsilektomi

kanan dan kiri), prognosis (ad vitam, ad sanam: bonam), komplikasi yang

akan terjadi dari tindakan yang akan dilakukan (bleeding, odem uvula, sesak

nafas)

1.12 Advice

- Menjaga kebersihan mulut, tidak merokok

- Makan nasi harus dikunyah sampai halus, makanan tidak boleh panas atau

hangat sebelum dimakan harus didinginkan terlebih dahulu, dianjurkan

makan ice cream

- Kontrol ke poli THT 5 hari setelah KRS atau bila didapatkan keluhan yang

memberat (Muntah darah, sering menelan)

BAB 2

PEMBAHASAN

Pada laporan ini diajukan kasus penderita laki-laki, 20 tahun datang ke

poli THT RS Siti Khodijah Sepanjang dengan keluhan rasa mengganjal pada

tenggorokan. sejak 7 tahun yang lalu, mengganjal terasa terus menerus saat

serangan, nyeri telan disangkal, kesulitan menelan disangkal, demam disangkal,


bau mulut disangkal. Selain itu pasien juga mengeluh batuk pilek sejak 7 hari

sebelum datang ke poli, batuk tidak berdahak, pilek mengeluarkan ingus pada

kedua lubang hidung warna putih, encer, bau (-). Pasien juga mengeluhkan

demam, nyeri telan, dan rasa mengganjal di tenggorok yang dirasakan terutama

saat serangan. Keluhan-keluhan tersebut dirasakan hilang timbul sejak 7 tahun

yang lalu saat usia 10 tahun. Saat ini amandel di sisi kanan dan kiri membesar,

bagian kanan hampir mencapai bagian tengah. Keluhan-keluhan tersebut

dirasakan hilang timbul sejak 7 tahun yang lalu. Pasien mengalami serangan 3-4

kali dalam setahun. Pasien rutin merokok 2-3 batang setiap harinya.

Pada pemeriksaan umum yang dilakukan saat pasien datang, didapatkan

keadaan umum baik dengan kesadaran GCS 456, dengan tekanan darah 125/70

mmHg, nadi 82 x per menit, respiratory rate 19 x per menit, suhu badan 36.9°C.

Tidak didapatkan tanda-tanda anemis maupun ikterik pada konjungtiva dan sklera

juga pada pemeriksaan leher terdapat pembesaran KGB at regio submandibular

deksta dan sinistra, thorax, abdomen dan extrimitas dalam batas normal. Pada

pemeriksaan THT telinga dan hidung dalam batas normal, pada pemeriksaan

tenggorok didapatkan tonsil membesar T3 (dextra) pembesaran tonsil berada

diantara garis paramedian dengan garis median dan T2 (sinistra) pembesaran

tonsil sudah melewati pilar anterior tetapi belum masuk garis paramedian,

hiperemis, permukaan tidak rata dan pelebaran kripta disertai detritus pada kedua

tonsil. Pada pemeriksaan penunjang foto thorax PA didapatkan hasil cor dalam

batas normal, pulmo tak tampak fibroinfiltrat, tak tampak perselubungan, tak

tampak kalsifikasi pada kedua lapang paru, kedua sinus phrenicocostalis tajam,
tulang dan soft tissue tak nampak kelainan. Pemeriksaan penunjang darah lengkap

didapatkan hasil dibawah ini :

Parameter Hasil Nilai Normal

Hemoglobin 14.5 13.0 - 18.0


RBC 4.77 4.5 – 5.5
HCT 43.3 40.0 – 50.0
MCV 90.8 80.2 – 92.0
MCH 30.4 27.0 – 31.0
MCHC 33.5 32.0 – 37.0
RDW-SD 42.4 35 – 47
RDW-CV 13.1 11.5 – 14.5
WBC 6.96 4.0 – 11.0
Diffcount 2.0/0.1/58.4/31.2/8.3 0-1/0-1/50-70/20-40/2-8
Creatinin 1.0 Anak 0.24 – 0.87
Dewasa 0.7 – 1.2
Ureum (UV) 28 17 – 43
BUN 13 7 – 20
SGOT 11 < 35
SGPT 12 < 35
GDA 77 < 200
Faal Homeostasis
PT 13.1 11 – 15
APTT 31.8 25 - 35

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dapat ditegakkan bahwa

pasien ini menderita tonsillitis kronis. Tonsillitis adalah suatu proses inflamasi

atau peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh virus atau bakteri. Tonsilitis

yang disebabkan oleh bakteri ini disebut peradangan lokal primer. Penyembuhan

yang tidak sempurna akan menyebabkan peradangan ringan pada tonsil. Apabila
keadaan ini menetap atau berulang, bakteri patogen akan bersarang di dalam tonsil

dan terjadi peradangan yang kronis. Tonsilitis kronis adalah peradangan tonsil

yang menetap sebagai akibat infeksi akut atau subklinis yang berulang.

Terdapat perpaduan bakteri aerobik dan anaerobik, namun yang paling

dominan jenis streptokokus. Streptokokus group A beta-hemotlitikus

menyebabkan gejala fokal. Drainase yang buruk pada kripta akan menyebabkan

terjadinya retensi debris sel, sehingga dapat menjadi medium yang baik untuk

perkembangan bakteri. Ketika terbentuk abses di kripta, infeksi menyebar dari

epitel yang defek ke parenkim tonsilaris sehingga menyebabkan tonsilitis

parenkim kripta. Infeksi juga melakukan penetrasi ke kapiler sekitar kripta,

sehingga memberikan jalan untuk toksin dan bakteri menyebar ke sirkulasi

sistemik. Dalam jangka waktu yang panjang, parenkim tonsilaris akan menjadi

jaringan fibrois dan megalami atrofi.

Disamping menyebabkan efek iritatif pada jaringan dan organ tempat

melekatnya bakteri, tonsillitis kronik juga akan menyebabkan infeksi fokal.

Beberapa hal mengenai fokal infeksi: “Fokus” infeksi merupakan perubahan lokal

dalam organ yang menyebabkan perubahan patologis disekitarnya. Pada struktur

tonsila palatine, terjadi penyempitan kripta, epithel spongiosum, dan pembuluh

darah tidak terlindungi sehingga menciptakan suasana yang ideal untuk

berkembangnya mikroorganisme patologi,toksin, mediator radang, ke dalam

pembuluh darah.

Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu

(Pseudomembran), sedangkan pada tonsilitis kronik terjadi karena proses radang

berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses
penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan

mengkerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh

detritus, proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul

perlengketan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris.

Pada pasien ini sudah menderita tonsilitis sejak 7 tahun yang lalu dan

dalam 7 tahun ini mengalami serangan 3-4 kali dalam setahun. Faktor predisposisi

tonsillitis kronis bisa karena rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis

makanan, hygiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan

pengobatan tonsillitis akut yang tidak adekuat. Selain itu mempunyai riwayat

merokok aktif yang merupakan faktor predisposisi dari tonsillitis kronis.

Fungsi tonsil sebagai pertahanan terhadap masuknya bakteri ke tubuh baik

yang melalui hidung maupun mulut. Bakteri yang masuk dihancurkan oleh

makrofag, sel – sel polimorfonuklear. Jika tonsil berulang kali terkena infeksi

maka pada suatu waktu tonsil tidak bisa membunuh bakteri – bakteri semuanya,

akibatnya bakteri bersarang di tonsil. Pada keadaan inilah fungsi pertahanan tubuh

dari tonsil berubah menjadi sarang infeksi (tonsil sebagai fokal infeksi). Sewaktu-

waktu bakteri bisa menyebar ke seluruh tubuh misalnya pada keadaan umum yang

menurun.

Pada saat pasien mengeluhkan demam, nyeri telan, dan rasa mengganjal di

tenggorok. Biasanya nyeri tenggorok dan nyeri menelan dirasakan lebih dari 4

minggu dan kadang dapat menetap. Brook dan Gober seperti dikutip oleh

Hammouda menjelaskan tonsillitis kronis adalah suatu kondisi yang merujuk

kepada adanya pembesaran tonsil sebagai akibat infeksi tonsil yang berulang.

Infeksi yang berulang dan sumbatan pada kripta tonsil mengakibatkan


peningkatan stasis debris maupun antigen di dalam kripta, juga terjadi penurunan

integritas epitel kripta sehingga memudahkan bakteri masuk ke parenkim tonsil.

Bakteri yang masuk ke dalam parenkim tonsil akan mengakibatkan terjadinya

infeksi tonsil. Pada tonsil yang normal jarang ditemukan adanya bakteri pada

kripta, namun pada tonsilitis kronis bisa ditemukan bakteri yang berlipat ganda.

Bakteri yang menetap di dalam kripta tonsil menjadi sumber infeksi yang

berulang terhadap tonsil.

Pada pemeriksaan tenggorok didapatkan tonsil yang membesar permukaan

tidak rata, dengan kripta yang melebar disertai adanya detritus, hal ini akibat dari

infiltrasi bakteri penyebab tonsillitis tersering yaitu grup A Streptokokus ß

hemolitikus kemudian timbul reaksi radang berupa keluarnya lekosit

polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus, detritus merupakan kumpulan

leukosit, bakteri yang mati dan epitel yang terkelupas dan secara klinis detritus

mengisi kripta tonsil dan tampak sebagai bercak kuning.

Ukuran tonsil membesar akibat hyperplasia parenkim atau degenerasi

fibrinoid dengan obstruksi kripta tonsil, namun dapat juga ditemukan tonsil yang

relatif kecil akibat pembentukan sikatrik yang kronis. Pembesaran tonsil dapat

mengakibatkan terjadinya obstruksi sehingga timbul gangguan menelan, obstruksi

sleep apnue dan gangguan suara. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tonsil

yang membesar dalam berbagai ukuran, dengan pembuluh darah yang dilatasi

pada permukaan tonsil, arsitektur kripta yang rusak seperti sikatrik, eksudat pada

kripta tonsil dan sikatrik pada pilar.

Tarapi yang direncanakan untuk pasien adalah tonsilektomi. Hal ini sesuai

dengan indikasi The American Academy of Otolaryngology – Head and Neck


Sugery Clinical Indicators Compendium tahun 1995 menetapkan indikasi

dilakukannya tonsilektomi yaitu : 1) Serangan tonsillitis lebih dari tiga kali

pertahun walaupun telah mendapatkan terapi yang adekuat 2) Tonsil hipertrofi

yang menimbulkan maloklusi gigi dan gangguan pertumbuhan orofasial 3)

Sumbatan jalan nafas : tonsil hipertrofi, sleep apnea, gangguan menelan,

gangguan berbicara 4) Rinitis dan sinusitis kronis, peritonsilitis, abses peritonsil

5) Nafas bau tidak berhasil dengan pengobatan 6) Tonsilitis berulang : bakteri

grup A streptococcus ß hemoliticus 7) Hipertofi tonsil dicurigai keganasan 8)

Otitis media efusa/ otitis media supuratif. Pada pasien ini telah terjadi infeksi

berulang 3-4 kali dalam 7 tahun terahir, dan hipertrofi tonsil hingga menimbulkan

keluhan mengganjal dan dirasa mengganggu. Pasien saat ini dapat dilakukan

tonsilektomi karena tidak dalam keadaan infeksi/eksaserbasi, dapat didukung

dengan pemeriksaan tidak didapatkan tanda-tanda peradangan. Selama masa

perawatan premed inj ceftriaxon 2 g iv dan puasa. Terapi post operasi inf ringer

laktat D5% 2:1, cefixime 2x1 g, ketopain 3x30 mg. Terapi KRS amoxicillin-

clavulanic acid 3x500 mg selama 5 hari po, mefenamic acid 3x500 mg po, boleh

makan makanan kasar seperti nasi tapi harus dikunyah sampai halus, makanan

tidak boleh panas atau hangat sebelum dimakan harus didinginkan terlebih

dahulu.

Pasien dilakukan tonsilektomi pada tanggal 6 April 2016, operasi dimulai

pada jam 07.30 WIB – 08.30 WIB dengan metode diseksi.

Follow up

Tgl Subjek Objek Assesment Terapi


6/4/2016 - Px mengeluh KU : cukup Post Inf RL : D5%
sakit pada bekas Kesadaran : tonsilektomi 2:1
operasi compos mentis hari ke 1 Inj Cefixime
- Nyeri telan (+) GCS : 456 2x1gr
- Terlihat sering Vital Sign Inj Ketopain 3x
menelan (-) TD : 120/75 30 mg iv
- Perdarahan pada mmHg
bekas operasi (-) N : 97 x/mnt Jika sudah sadar
- Sesak nafas (-) RR : 21 x/mnt penuh minum ice
- Mual (-), T : 36.8 C cream, makan
muntah (-), Pmx dan minum harus
batuk (+) Tonsil T0/T0 dingin, tidak
- Nyeri kepala (+) tampak bekas boleh hangat atau
insisi abses, panas. Makan
hiperemis (+) bubur halus, jika
Uvula edema makan nasi harus
(+), letak di dikunyah sampai
tengah, bleeding halus baru di
(+), telan.

7/4/2016 - Px mengeluh KU : cukup Post KRS


sakit pada bekas Kesadaran : tonsilektomi Po amoxicillin-
operasi compos mentis hari ke 2 clavulanic acid
berkurang GCS : 456 3x500 mg (5 hari)
- Nyeri telan (+) Vital Sign Po Mefenamic
- Sering menelan TD : 110/70 acid 3x500 mg
(-) mmHg
- Perdarahan pada N : 80 x/mnt Makanan tidak
bekas operasi (-) RR : 20 x/mnt boleh panas atau
- Sesak nafas (-) T : 36.8 C hangat harus
- Mual (-), Pmx didinginkan
muntah (-), Tonsil T0/T0 sebelum
batuk (-) tampak bekas dimakan,
- Nyeri kepala (-) insisi dianjurkan
Beslag (+)/(+) memakan ice
hiperemis (+) cream
Odem uvula (+),
letak di tengah

BAB 3

KESIMPULAN

Pada pasien laki-laki, 20 tahun dari anamnesis terasa mengganjal pada

tenggorkan sejak 7 tahun yang lalu, mengganjal terasa terus menerus saat

serangan, nyeri telan disangkal, kesulitan menelan disangkal, demam disangkal,


bau mulut disangkal. Selain itu pasien juga mengeluh batuk pilek sejak 7 hari

sebelum datang ke poli, batuk tidak berdahak, pilek mengeluarkan ingus pada

kedua lubang hidung warna putih, encer, bau (-). Pasien juga mengeluhkan

demam, nyeri telan, dan rasa mengganjal di tenggorok yang dirasakan terutama

saat serangan. Keluhan-keluhan tersebut dirasakan hilang timbul sejak 7 tahun

yang lalu saat usia 10 tahun. Setelah dilkukanpemeriksaan fisik, tonsil membesar

T3 (dextra) pembesaran tonsil berada diantara garis paramedian dengan garis

median dan T2 (sinistra) pembesaran tonsil sudah melewati pilar anterior tetapi

belum masuk garis paramedian, hiperemis, permukaan tidak rata dan pelebaran

kripta disertai detritus pada kedua tonsil dengan kesimpulan: tonsillitis kronis.

Setelah dilakukan tonsilektomi dan dirawat di Rumah Sakit selama 2 hari dengan

berbagai medikamentosa pasien mengalami perbaikan yang cukup signifikan.

Keluhan nyeri telan, rasa mengganjal pada tenggorok, dan batuk pilek membaik

pada hari ke dua pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA

Brodsky, L & Poje, C (2015). Tonsillitis, Tonsilektomy And Adenoidectomy.

Dalam : Beiley, BJ. Head & Neck Surgery Otolaryngology, Vol 1, Thrid

ed. Lippincott Milliams & Wilkins.


Prancy, R et al (2014) Pelajaran Ringkas THT, penerbit PT Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta.

Soepardi, E., Iskandar, N., Bashiruddin, J. and Restuti, D. (2012). Buku Ajar

Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. 7th ed.

Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pp.53-

56.

LAMPIRAN
Operasi tonsilektomi

Tonsil dextra dan sinistra


Foto Thorax PA

Anda mungkin juga menyukai