Anda di halaman 1dari 24

Manajemen Nyeri Pasca Operasi

dengan Epidural Analgesia

Oleh: Pembimbing:
Ariantie Ristya Amanda dr.Orizanov, Sp.An
IDENTITAS

 Nama Pasien : Ny. Tasripah


 Umur : 48 Tahun 0 Bulan 8 Hari
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Nama Orang Tua : Ny. Sekar / Tn. Titi
 Masuk IGD : 30 Agustus 2015
 No. RM : 32.36.33
KELUHAN UTAMA DAN ANAMNESIS

 Pasien datang dengan keluhan nyeri perut kanan atas sejak


kemarin. Nyeri terus menerus, terkadang tembus ke
punggung, nyeri saat menarik nafas (-), muntah (+) setiap
makan nasi sejak kemarin. Nyeri kepala (-), sesak (-),
bengkak kaki (-), BAK (+) normal, BAB 1x kemarin cair
ampas. BB turun sejak 3 bulan sebanyak 14 kg. Nafsu
makan menurun.
 RPD: Hipertensi disangkal, batuk berdahak lama (-), batuk
darah (-). Riwayat MRS di RSML dengan diagnosis tumor
paru, pernah disedot cairan paru sebanyak 3x, terakhir
disedot warna hitam 700 cc.
VITAL SIGN

 Tensi : 114/ 86 mmHg


 Nadi : 136x/ menit reguler
 Suhu : 37oC
 Nafas : 25x/ menit
PRIMARY SURVEY

 A : Clear, Gargling (-), snoring (-), speak fluently (+),


potensial obstruksi (-)
 B : Spontan, RR 25x/ menit, ves/ves, Rh -/- , Wh -/-, SaO2
96% tanpa O2 support  SaO2 100% dengan O2 nasal 3
lpm
 C : Akral HKM, CRT <2” , Nadi 136x/menit , TD 114/ 86
mmHg
 D : GCS 456, Lateralisasi -, PBI 3mm/3mm, RC +/+
 E : Temp 37
SECONDARY SURVEY
 GCS 456
 Kepala/leher : anemis-/ikterik-/cyanosis-/dyspneu-, pembesaran KGB -
 Thorax : simetris, retraksi -/-
 Pulmo :
 Inspeksi : -
 Palpasi : -
 Perkusi : -
 Auskultasi : suara nafas vesikuler menurun /+, ronchi -/-, wheezing -/-
 Cor :
 Inspeksi : -
 Palpasi : -
 Perkusi : -
 Auskultasi : S1 S2 tunggal, gallop - , murmur -
 Abdomen :
 Inspeksi : -
 Auskultasi : bising usus (+) normal
 Palpasi : soepel, hepatomegali +4jari, splenomegali -, nyeri tekan epigastrium +, hipocondriac
D, shifting dullness -
 Perkusi : -
 Extremitas : anemis ikterik edema -, akral hangat kering merah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Laboratorium
 
 Leukosit : 13.1  GDA : 82
 Limfosit : 26.2 SGOT : 30
 Monosit : 4.3 SGPT : 16
 Eosinofil : 4.4 Globulin : 5.09
Albumin : 2.5
 Basofil : 3.3
Kalium serum : 3.7
 Eritrosit : 3.73 Natrium serum : 137
 Hb : 9.3 Clorida serum : 97
 Hct : 26.4 Urea : 27
 MCV : 70.80
Serum creatinin : 0.4
Bilirubin direct : 0.43
 MCH : 24.90
Bilirubin total : 0.70
 MCHC : 35.20
 RDW :17
 Trombosit : 494
 
 MPV : 2

 
Radiologi
 USG
Hepar : Besar dan bentuk normal, intensitas echoparenchym homogen,
sudut tajam dengan tepi reguler, VP/VH baik, tak nampak dilatasi
IHBD, tak nampak nodul solid/ cystic.
Gall bladder : Ukuran normal, dinding reguler, tak tampak batu, sludge
(+).
Pankreas : Ukuran normal, intensitas echoparenchym baik, tak tampak
kalsifikasi/ nodul.
Lien : Ukuran normal, intensitas ecoparenchym baik, tak tampak nodul.
Ginjal kanan : besar dan bentuk normal, intensitas echo cortex baik,
batas sinus cortex tegas, tak tampak dilatasi pelviocalyceal system,
tak tampak batu/ cyst.
Ginjal kiri : besar dan bentuk normal, intensitas echo cortex baik, batas
sinus cortex tegas, tak tampak dilatasi pelviocalyceal system, tak
tampak batu/ cyst.
Buli : Terisi cukup cairan, dinding reguler, tak tampak batu/
mass/ sludge.
Uterus dan adnexa kesan baik.
Lain-lain: tampak lesi kistik dengan internal echo yang
kesan melekat dengan lobus kanan hepar ukuran
1.9x15.3x14.8 cm, volume 1763 ml.

DD Hepatic abcess/ loculated pleural fluid collection kanan


(kental)
 Sludge di gall bladde
 Ascites minimal
 Thorax PA
Cor : batas kanan jantung tertutup opasitas
Pulmo :
- granuler di lapang paru kiri, paru kanan tertutup opasitas
homogen
- sinus costophrenicus kanan tertutup opasitas, kiri tajam,
tulang dan soft tissue tak tampak kelainan

Kesimpulan :
- efusi pleura kanan masif
- keradangan paru, bisa merupakan proses spesifik DD
milier TB
TERAPI
 O2 nasal 3 lpm
 Infus Assering 1500 cc/ 24 jam
 Inj. Acran 2x50 mg
 Inj. Santagesic 1 amp  lanjut inj. Lantepain 3x1 amp prn
 Inj. Ceteron 3x1 amp  prn bila muntah
 Inj. Ceftriaxone 2x1 g
LAPORAN ANESTESI

 Tgl operasi: 31 Agt 2015


 Izin anestesi: +
 Premedikasi: Miloz 2.5 mg
SA 0.25 mg
 Jenis anestesi: SAB
 Induksi: Recain 20 mg
 Pemeliharaan: O2
 Diagnosis pra bedah: Abses hepar
 Diagnosis pasca bedah: Proses metastase lien
 Jenis operasi: Laparotomy
 Catatan obat:
Norepinefrin 10 mg
Ketamin 20 mg
 Infus:
RA 500 cc
 Teknik anestesi: SAB SP Ø 27 G L3-4 jernih
 Masalah: ASA II (suspect massa paru dextra)
 Post op analgetik: Epidural
PEMBAHASAN
 Nyeri merupakan salah satu efek dari operasi yang dapat
diantisipasi.
 Pada nyeri akut, kombinasi regional analgesia obat
golongan morfin dan obat golongan lainnya seperti
NSAID diperlukan untuk mengurangi bahkan
menghilangkan nyeri yang timbul.
 Salah satu regional analgesia yang banyak digunakan
untuk menghilangkan nyeri adalah epidural.
 Epidural akan menghilangkan sensitisasi sentral karena
bekerja langsung di sentral.
 Indikasi: mengatasi nyeri durante operasi maupun sesudah
operasi.
 Epidural dikombinasikan dengan spinal untuk menghasilkan
onset yang lebih cepat disertai dengan relaksasi lapangan
operasi yang baik dan obat lokal anestesi akan diberikan
melalui kateter epidural setelah obat lokal anestesi spinal
diperkirakan telah habis  op bisa dilanjutkan.
Prosedur:
 Epidural dilakukan pada posisi duduk atau left lateral
decubitus pada L4-L5, diinsersikan kateter epidural dan
memasukkan 6 cm kateter epidural ke dalam ruang
epidural.
 Penelitian penggunaan ajuvan fentanyl dibandingkan
dengan morfin per epidural menguntungkan...

MENGAPA?

 Karena ajuvan yang paling sering digunakan adalah


golongan opiat seperti morfin. Dimana morfin intratekhal
sering menimbulkan efek samping mual, muntah,
pruritus fentanyl dapat digunakan sebagai alternatif
ajuvan dari golongan opiat.
 Keuntungan epidural:
- Menurunkan resiko gangguan cardiovascular
- Menurunkan resiko gangguan pernafasan dan
pencernaan
- Menekan angka kematian

 Kendala:
onset lama, untuk blok sensorik maupun motorik.
KESIMPULAN
 Berdasarkan jurnal Reg Anesth Pain Med 2012:
“Epidural anaelgesia merupakan gold standar untuk
manajemen nyeri pasca operasi.”

 Sesuai dengan kondisi pasien diatas, yang memiliki


gangguan pada pernafasan dan kardiovaskuler sehingga
diberikan epidural analgesia untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian.
DAFTAR PUSTAKA

Hartono, Ruddi, Wiwi Jaya, Djudjuk Rahmad Basuki. 2013.


Pengaruh Pemberian Fentanyl 1µg/Kgbb Sebagai Ajuvan
pada Bupivacaine 0,5% Terhadap Onset Blok Motorik
dan Sensorik Pasien yang Dilakukan Anestesi Epidural.
Jurnal Anestesiologi Indonesia

Koller, Carl. 2012. Epidural Technique for Posoperative


Pain- Gold Standard No More? Published in Reg Anesth
Pain in Med

Anda mungkin juga menyukai