Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

“ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN SUFOKASI”

Fasilitator : Dr. Yulis Setiya Dewi, S.Kep.,Ns.,M.Ng


Disusun Oleh : Kelompok 3 (Kelas AJ-2/B21)

Nanik Widyastuti (131811123005)


Riyanto Faizin (131811123015)
Lisa Setyowati (131811123021)
Meyta Rahayu (131811123047)
A. Fahmil Haq Aplizuddin (131811123054)
Ria Ulfah Indriani (131811123055)
Yosefina Imak Resi (131811123056)
Muhammad Nurkholik (131811123070)
M. Farid Ma’ruf Budiantoro (131811123077)
Yulia Putri Ariyanti (131811123078)
Muhammad Sangga Perkasa (131811123079)
Anggrainy Lidia R. (131811123080)
Yunita Veronika S. (131811123081)
Melania Mone (131811123082)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
Kasus :
Seorang laki-laki ditemukan lemas didalam kendaraannya yang masih menyala.
Diduga korban menghirup gas berbahaya didalam kendaraannya.
1. Jelaskan patofisiologi yang terjadi pada kasus diatas
2. Tambahkan data pengkajian yang diperlukan
3. Jelaskan tindakan  yang perlu dilakukan pada kasus diatas Kelompok

Pembahasan :
1. Definisi
Sufokasi adalah asfiksia dimana pasokan oksigen tidak memadai di
lingkungan sekitarnya dan gagal mencapai aliran darah. Sufokasi meliputi
pembekapan (smoothering), seperti kepala korban ditutupi dengan kantong
plastik atau dibekap dengan bantal sehingga terjadi obstruksi atau oklusi jalan
napas eksternal yang menyebabkan penekanan eksternal pada dada atau
trakea. Hal ini dapat juga disebut sebagai sufokasi mekanik. Keracunan gas
dapat terjadi akibat dari kelebihan karbon dioksida. Sebab kematian pada
peristiwa sufokasi, biasanya merupakan kombinasi dari hipoksia, keracunan
CO2 dan hawa panas (Stewart, 2012).
2. Klasifikasi
Untuk mengetahui klasifikasi dari sufokasi, terlebih dahulu kita mengenal
klasifikasi asfiksia sehingga lebih mudah memahami sufoksia dan
klasifikasinya. Secara fisiologis dapat dibedakan empat bentuk asfiksia
(sering disebut anoksia) :
a. Anoksia anoksik (anoxic anoxia)
Keadaan  ini  diibaratkan  dengan  tidak  atau  kurang  pemasokan  oks
igen  untuk keperluan tubuh. Pada tipe ini O2 tidak dapat masuk ke dalam
paru-paru karena :
1) Tidak ada atau tidak cukup O2 bernafas dalam ruangan tertutup,
kepala, ditutupi kantong plastik, udara yang kotor atau busuk, udara
lembab, bernafas dalam selokan tertutup atau di pegunungan yang
tinggi. Ini disebut asfiksia murni (suffocation)
2) Hambatan mekanik dari luar maupun dari dalam jalan nafas seperti
pembekapan, gantung diri, penjeratan, pencekikan, pemitingan atau
korpus alienum dalam tenggorokan. Ini disebut sebagai asfiksia
mekanik (mechanical asphyxia).
b. Anoksia anemia (anaemic anoxia)
Dimana tidak cukup hemoglobin untuk membawa oksigen. Ini
didapatkan pada anemi berat dengan pendarahan yang tiba-tiba.
c. Anoksia hambatan (stagnant anoxia)
Tidak lancarnya sirkulasi darah yang membawa oksigen. Ini bias
karena gagal jantung, syok, dan sebagainya. Dalam keadaan ini tekanan
oksigen cukup tinggi, tetapi sirkulasi darah tidak lancar.
d. Anoksia jaringan (histotoxic anoxia)
Gangguan terjadi di dalam jaringan sendiri, sehingga jaringan atau
tubuh tidak dapat menggunakan oksigen secara efektif.
Jenis - jenis sufokasi, berdasarkan penyebabnya dibedakan atas:
a. Pembekapan (smoothering) : Keadaan ini biasanya adalah kecelakaan
berupa asfiksia pada anak atau bayi karena ibu yang kurang
berpengalaman. Bayi didekap terlalu erat pada dada ibu sewaktu
menyusui. Jarang sekali hal ini terjadi sebagai upaya pembunuhan. Orang
dewasa juga sangat jarang mengalami kematian akibat pembekapan.
b. Tersedak benda asing (gagging and choking) : Yaitu jika terdapat benda
asing di dalam saluran  pernafasan. Misalnya biji kopi. Hal ini lebih
sering akibat kecelakaan, yaitu karena adanya makanan, tulang, biji-bijian
atau cairan yang diaspirasi dari saluran pernafasan sehingga menyebabkan
asfiksia parsial.
c. Penekanan pada dada : Keadaan ini sering terjadi akibat kecelakaan dan
jarang sekali merupakan upaya pembunuhan. Pada kasus pembunuhan
maka akan tampak tanda-tanda perlawanan. Penekanan pada dada akan
disertai dengan cedera dada dan fraktur tulang iga.
d. Inhalasi gas-gas berbahaya. Gas yang sering terhirup adalah karbon
dioksida, karbon monoksida dan sulfur dioksida. Hal ini bias disebabkan
karena kecelakaan  ataupun bunuh diri. Jika seluruh ruangan penuh berisi
gas yang berbahaya, akan mengakibatkan sufokasi yang fatal.
3. Penyebab
Banyak sekali pendapat tentang penyebab dari kondisi sufokasi ini,
menurut Muttaqin (2010) adalah :
a. Benda - benda menyumbat jalan nafas
b. Kepala dimasukkan ke dalam kantong plastik tertutup yang diikat
dibagian leher
c. Tidak sengaja bersembunyi didalam lemari es atau korban masuk ke
dalam selokan yang pengap atau sumur yang kering (sering terjadi pada
anak - anak )
d. Berada di pegunungan dimana tekanan oksigen sangat rendah
e. Karena akamulasi bekuan darah yang menutupi jalan nafas
f. Oksigen yang ada di udara lokal kurang memadai misalnya dalam satu
ruang kecil tanpa ventilasi cukup berdesak - desakan dengan banyak
orang,pertambangan yang mengalami keruntuhan ,atau terjebak dalam
ruanagn yang tertutp rapat. 
Menurut Wong. (2008), penyebab terjadinya sufokasi adalah:
a. Balon lateks : Apakah digelembungkan sebagian, tidak digelembungkan,
atau pecah, merupakan penyebab utama kematian pediatric karena
tersedak akibat produk anak. Balon lateks harus dijauhkan dari bayi dan
anak kecil. Bahkan menggelembungkan sarung tangan lateks bias
membahayakan terutama pada anak yang sensitive terhadap lateks.
b. Tempat tidur dan kasur : Bayi yang diletakkan ditempat tidur dengan
selimut dan sprei yang dimasukkan ke dalam kasur dapat terperangkap
dan tidak bias membebaskan diri. Bantal bayi yang berisi manik-manik
busa plastik yang menyerupai kantong kacang kecil dapat menyebabkan
sufokasi apabila bantal tersebut menyesuaikan bentuk wajah dan
menghambat jalan napas. Terdapat potensi bahaya apabila orang dewasa
tidur bersama bayi kecil karena mereka bias saja berguling dan
membekap bayi.
c. Kantong plastik: Kantong plastic sangat ringan dan dapat dengan mudah
dan cepat membungkus kepala bayi yang aktif atau menekan wajah. Maka
dari itu, bantal dan kasur lebih baik tidak dibungkus menggunakan plastic.
Anak yang lebih besar dapat bermain dengan kantong plastic dan secara
tidak sengaja menariknya ke kepala mereka. Karena plastic tidak berpori
maka sufokasi dapat terjadi dalam waktu hitungan menit.
d. Tali: Sangat berpotensi untuk menyebabkan bayi tercekik yang berakibat
asfiksia. Serbet atau lap makan harus dilepas saat tidur dan barang seperti
dot tidak boleh digantungkan dengan tali di leher bayi. Mainan bertali
seperti telepon atau mainan yang diikat ditempat tidur berbahaya karena
dapat mengikat atau menjerat sekeliling leher bayi. Sebagai tindakan
kewaspadaan maka semua tali panjangnya harus kurang dari 30 cm,
mainan harus tergantung cukup tinggi sehingga bayi tidak dapat
meraihnya.
Sehingga dapat disimpulkan dalam klasifikasi penyebabnya adalah
a. Alamiah
Misalnya penyakit yang menyumbat saluran pernafasan seperti
laringitis difteri, atau menimbulkan gangguan pergerakan paru seperti fibr
osis paru.
b. Mekanik
Yang   menyebabkan   asfiksia   mekanik,misalnya   trauma   yang
mengakibatkan  emboli  udara  vena,  emboli  lemak,  pneumotoraks  bilat
eral,sumbatan pada saluran nafas dan sebagainya. Kejadian ini sering diju
mpaipada keadaan gantung diri, tenggelam, pencekikan, dan pembekapan.
c. Keracunan
Bahan yang menimbulkan depresi pusat pernafasan misalnya barbiturat,
narkotika.
4. Patofisiologi Sufokasi

Penutupan lubang sauran nafas


atas: pembekapan dan Penekanan dinding saluran
penyumbatan nafas: penjeratan, pencekikan

Obsturiksi jalan nafas


eksternal

Penekanan eksternal pada


leher dan dada

D. 0003 Gangguan Pertukaran


Proses ventilasi terganggu
Gas

Oksigen tidak dapat masuk ke


paru-paru

Suplay oksigen ke paru-paru


menurun

Menurunnya kadar oksigen


Kerusakan otak Gangguan proses ventilasi
dalam darah

Penurunan kesadaran Sianosis D. 0001 Bersihan Jalan Nafas


Tidak Efektif

D.0009 Perfusi Hipoksia dan hiperkapnea


Jaringan Tidak Efektif
5. Patologi
Dari pandangan patologi, kematian akibat asfiksia dapat dibagi dalam dua
golongan:
a. Primer (akibat langsung dari asfiksia)
Kekurangan oksigen ditemukan di seluruh tubuh, tidak tergantung
pada tipe dari asfiksia. Sel – sel otak sangat sensitif terhadap kekurangan
O2. Bagian – bagian otak tertentu membutuhkan lebih banyak O2, dengan
demikian bagian tersebut lebih rentan terhadap kekurangan oksigen.
Perubahan yang karakteristik terlihat pada sel – sel serebrum, serebelum
dan ganglia basalis. Di sini sel – sel otak yang mati akan digantikan oleh
jaringan glial, sehingga pada organ tubuh yang lain yakni jantung, paru –
paru, hati, ginjal dan yang lainnya perubahan akibat kekurangan O 2
langsung atau primer tidak jelas
b. Sekunder (berhubungan dengan penyebab dan usaha kompensasi dari
tubuh)
Jantung berusaha mengkompensasi keadaan tekanan oksigen yang
rendah dengan mempertinggi outputnya, akibatnya tekanan arteri dan
vena meninggi. Karena oksigen dalam darah berkurang terus dan tidak
cukup untuk kerja jantung maka terjadi gagal jantung dan kematian
berlangsung dengan cepat. Keadaan ini didapati pada :
1) Penutupan mulut dan hidung (pembekapan)
2) Obstruksi jalan nafas seperti pada mati gantung, penjeratan,
pencekikan dan korpus alienum dalam saluran nafas atau pada
tenggelam karena cairan menghalangi udara masuk ke paru – paru
3) Gangguan gerakan pernafasan karena terhimpit atau berdesakan
(traumatic asphyxia)
4) Penghentian primer dari pernafasan akibat kegagalan pada pusat
pernafasan, misalnya pada luka listrik dan beberapa bentuk keracunan
6. Dampak
Hiperinflasi duktus yang terjadi akibat emfisema yang akut merupakan
tanda khas dari kasus sufokasi.Pada orang yang mengalami asfiksia akan
timbul gejala yang dapat dibedakan dalam 4 fase yaitu (Yustisiari, 2008 ) :
a. Fase dispnoe :Penurunan kadar oksigen sel darah merah dan penimbunan
CO2 dalam plasma akan merangsang puasat pernafasan di medulla
oblongata,sehingga amplitudo dan frekwensi pernafasan akan
meningkat.Nadi cepat,tekanan darah meninggi dan mulai tampak tanda –
tanda sianosis terutama pada muka dan tangan
b. Fase konvulsi: Akibat kadar CO2 yang naik maka akan timbul rangsangan
terhadap susunan saraf pusat sehingga terjadi konvulsi ( kejang ),yang
mula – mula berupa kejang klonik tetap kemudian menjadi kejang
tonik,dan akhirnya timbul episode epistotonik.Pupil mengalami
dilatasi,denyut jantung menurun,tekanan darah juga menurun.Efek ini
berkaitan dengan paralisis pusat yang lebih tinggi dalam otak akibat
kekurangan O2.
c. Fase Apnoe: Depresi pusat pernafasan menjadi lebih hebat,pernafasan
melemah dan dapat berhenti. Kesadaran menurun dan akibat relaksasi
sfingter dapat terjadi pengeluaran cairan sperma,urin dan tinja.
d. Fase Akhir: Terjadi paralisis pusat pernafasan yang lengkap.Pernafasan
berhenti setelah kontraksi otomatis otot pernafasan kecil pada
leher.Jantung masih berdenyut beberapa saat setelah pernafasan berhenti.
7. Penatalaksanaan
Prinsip – prinsip umum tertentu harus dilakukan ketika pemberian
ventilasi buatan dadengan metode apapun:
a. Perhatikan waktu karena sangat penting,setiap detiknya berharga.
b. Jangan memakan waktu untuk memindahkan korban kecuali tempat
kejadian yang berbahaya
c. Tidak menunda ventilasi dan melonggarkan pakaian korban dan
menghangatkan korban.Hal sekunder yang penting untuk mendapatkan
udara kedalam paru – paru korban.
d. Melakukan metode head – tilt/ chin-lift untuk membuka nafas yang akan
membawa lidah ke depan.
e. Bersihkan setiap benda asing yang terlihat dari mulut.
f. Asisten harus melonggarkan setiap pakaian dalam yang ketat untuk
meningkatkan sirkulasi dan pergi untuk meminta bantuan
g. Gunakan selimut, pakaian atau bahan lain untuk menjaga korban agar
tetap hangat dan kering.
h. ventilasi buatan berhenti sampai terjadi hal – hal berikut :
1) Pernafasan spontan
2) Tenaga kesehatan datang membantu
3) Dokter mengucapkan bahwa korban telah meninggal dunia.
4) Anda yang lelah secara fisik tidak dapat melanjutkan
5) Jangan melawan korban saat upaya untuk bernafas.
i. Setelah korban pulih, terus - menerus memantau kondisi korban karena
pernafasan dapat berhenti lagi.
j. Menjaga korban dan mengobati korban pada kondisi syok.
Berupa bantuan dasar hidup atau sering disebut sebagai BLS, meliputi
pembebasan Airway atau jalan nafas. Penanganan yang spesifik pada klien
dengan tersedak,apabila klien yang tersedak masih bayi adalah :
a. Aktifkan sistem EMS dengan cara memanggil orang terdekat untuk
menghubungi EMS (Ambulance 118 )
b. Pastikan penderita sadar atau tidak.
c. Bila anak tidak sadar tepuk/goyang pundak anak dengan hati – hati.Lihat
pergerakan dada,debgar suara nafas dan rasakan hembusan nafas.
d. Tapi bila anak sadar maka perintahkan anak untuk membatukkan benda
yang menyebabkan anak tersedak.
e. Jika dengan batuk benda penyebab tersedak tidak juga bisa keluar,minta ia
batuk sambil membungkuk atau posisi kepala lebih rendah agar gaya
grvitasi membantu ia mengeluarkan benda tersebut.
f. Jika tidak berhasil juga,lakukan tindakan pertolongan maneuver
Heimlich.Manuver Heimlich adalah tindakan yang dikenal dengan
menolong orang yang tersedak
g. Bila korban terbaring,korban dipangku oleh penolong lalu dengan 2 atau 3
jari saja lakukan penekanan pada perut bagian atas dan lakukan penekanan
kearah bawah atas agar benda asing terdorong keluar.
h. Perhatikan tekanan sesuai dengan keadaan fisik anak.
Tindakan Heimlich pada bayi atau pada anak dibawah usia lima tahun
dilakukan dengan cara segera
a. Menelentangkan penderita di pangkuan penolong
b. Berikan pukulan ringan namun cepat pada punggung penderita diantar
kedua tulang beilikat sebanyak 4 kali
c. Lakukan upaya ini hingga beberapa kali hingga penolong yakin benda
asing penyebab tersedak telah keluar yang ditandai dengan membaiknya
kesadaran penderita,tak tersumbatnya pernafsan yang mengakibatkan rasa
lega saat bernafas,hilangnya bunyi mengi pada saat bernafas.
Tindakan Heimlich pada anak usia 4 tahun hingga anak usia 14 -15 dilakukan
dengan cara :
a. Bila korban masih bisa berdiri,penolong berada di belakang korban
b. Lingkarkan tangan ke dada pasien sedangkan kepalan tangan berada di
perut bagian atas.
c. Kemudian hentakan tangan sebanyak 4 kali kearah belakang atas secara
tiba- tiba dengan harapan agar baenada asing akan terdorong keluar karena
tekanan yang dihasilkan.
d. Berikan istirahat sekitar setengah menit kemudian ulangi tindakan
tersebut  beberapa kali.
e. Berikan istirahat sekitar setengah menit kemudian ulangi tindakan tersebut
beberapa kali.
f. Bila penderita tetap merasa sesak nafas,atau muka masih membiru hingga
penderita merasa lega bernafas.Rujukan ke rumah sakit untuk tindakan
selanjutnya.
g. Pada posisi penderita tengkurap,penolong berlutut diatas penderita dengan
kedua lutut disamping tubuh penderita.
h. Miringkan kepala penderita ke samping kiri /kanan
i. Letakan kedua telapak tangan dibawah tulang belikat.
j. Lakukan penekanan tangan dangan kuat dan cepat kearah dada atas sekitar
empat kali.
k. Lakukan berulang kali  dengan interval istirahat sekitar setengah menit
hingga penderita sadar.
l. Bila penderita muntah,bersihkan mulut penderita.
m. Tapi bila kesemua tindakan darurat tersebut tidak berhasil,maka segera
rujukan ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Bila klien anak – anak maka dilakukan tindakan chest trush :
a. Tanyakan pada klien tersedak atau tidak (pasien biasanya tidak menjawab
dengan tangan memegangi leher)
b. Berdiri di belakang anak lingkarkan lengan di dada penderita.
c. Buat kepalan dengan sisi jempol di sebelah dalam,letakkan diatas garis
tengah diatas dada penderita.
d. Genggam kepalan dangan tangan yang lain dan jauhkan dari processus
xyfoideus dan pinggir tulang rusuk.
e. Tekan dada ke belakang, ulangi hentakkan samapai berhasil atau penderita
sampai tidak sadar. Perhatikan kekuatan tekanan sesuai keadaan fisik anak.
8. Tambahan data pegkajian yang diperlukan
a. Primary survey
1) Airway : Kaji adanya sumbatan jalan nafas akibat menghirup gas
berbahaya
2) Breathing : Periksa adanya peningkatan frekuensi nafas, nafas dangkal
dan cepat, dan kesulitas bernafas.
3) Circulation : Akral dingin, basah, pucat
4) Disability : Cek kesadaran klien (biasanya stupor), terjadi penurunan
kesadaran, dan reaksi pupil
5) Exposure : Kaji apakah terdapat jejas.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum: Klien biasanya kesulitan bernafas, dan mengalami
penurunan kesadaran.
2) B1 (Breathing) : Pernapasan meningkat, sulit bernapas, obstruksi jalan
napas, terdapat penggunaan otot tambahan, adanya wheezing, dan
hipoksia
3) B2 (Blood) : Peningkatakn denyut jantung, takipnea, pucat, dan
sianosis
4) B3 (Brain) : Konfusi, stridor, dan penurunan kesadaran
5) B4 (Bladder) : Tidak ditemukan kelainan
6) B5 (Bowe) : Tidak ditemukan kelainan
7) B6 (Bone) : Terjadi kelemahan.
9. Berikut pertolongan pertama pada korban keracunan gas (karbon monoksida
atau CO):
a. Pindahkan korban dari area ruangan yang penuh gas beracun/ karbon
monoksida atau buka jendela di area yang tertutup agar oksigen bisa
masuk.
b. Pindahkan korban ke area yang memiliki banyak oksigen.
c. Jika korban tak sadarkan diri, maka periksa terlebih dahulu kondisi
fisiknya apakah ada luka atau tidak. Salah penanganan awal akan berakibat
fatal.
d. Hubungi layanan kesehatan darurat (911)
e. Cek pernapasan dan juga detak jantungnya sampai petugas kesehatan
datang.
f. Jika korban tak sadarkan diri namun masih bernapas, maka posisikan
mereka dalam recovery position (pertolongan pertama posisi pemulihan)
untuk menjaga jalan napas korban yang tak sadar agar tetap terbuka. Posisi
pemulihan adalah posisi dengan satu lengan diluruskan dan tangan lainnya
di area pipi dekat tangan lurs
g. Jika korban tak sadar dan tak bernapas lakukan RJP.
DAFTAR PUSTAKA

Stewart, kent. (2012). Forensic Nursing Science. St. Louis. Missouri: Elsevier
Mosby

Tasmono, 2008. Distribusi Kasus Kematian Akibat Asfiksia di Malang Raya yang
Diperiksa di Instalasi Kedokteran Forensik RSSA Tahun 2006-2007. pp. 36-
39.

Setyanti. 2017. Pertolongan Pertama pada Korban Keracunan Karbon Monoksida.


Diakses dari : https://m.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20171219122447-255-
263419/pertolongan-pertama-pada-korban-keracunan-karbon-monoksida

Anda mungkin juga menyukai