Anda di halaman 1dari 17

SOAL SOAL UJIAN GEROTIK :

1. TEORI PENUAAAN

2. MMSE

3. RESIKO JATUH PENYEBAB NYA APA

4. TEORI FUNGSIONAL

5. PERMASALAHAN 14 i PADA LANSIA

6. PERUBAHAN PADA LANSIA

JAWABAN :

1. Proses menua dapat disampaikan melalui beberapa teori, mulai dari teori biologi, teori

psikologis, dan teori sosiologi.


a. Teori Biologi

Teori biologis ini menjelaskan tentang proses penuaan fisik yang berupa

penurunan fungsi dan perubahan struktur tubuh. Teori ini terdiri dari:

1) Teori genetika dan mutasi

Dalam teori ini menjelaskan bagaimana peranan genetik terhadap perubahan


umur. Teori ini mengatakan bahwa masa kehidupan binatang ditentukan oleh
suatu program genetik atau disebut jam biologi, sedangkan untuk kehidupan
manusia diperkirakan bahwa sel –sel manusia normal akan terjadi pembelahan
50 kali, dan untuk selebihnya diprogram secara genetik untuk menghentikan
pembelahan setelah 50 sel (dr. S.Thamber and DRA. Noorkasiani, AMK., 2009)

2) Teori Imunitas
Teori ini didasarkan pada pengetahuan bahwa sistem imun ternyata thymus dan
sel–sel imun kompeten dalam sumsum tulang yang mempunyai efek terhadap
proses penuaan. Pada orang tua pertahanan terhadap mikroorganisme asing
menurun dan sangat memudahkan untuk terkena sakit dan infeksi.
3) Teori radikal bebas
Teori ini menerangkan tentang konsep molekul radikal bebas normal yang
terdapat dalam tubuh dan diduga berhubungan dengan proses penuaan.
Terbentuknya gugus radikal bebas akibat otoksidasi dari molekuler intraseluler
karena pengaruh sinar UV, hal ini akan merusak enzim yang berperan dalam
pertahanan sel.
4) Teori replikasi DNA
Telomer merupakan rangkaian perpanjangan asam nukleat dari akhir kromosom,
yang bertindak untuk menjaga keutuhan kromosom kita.
b. Teori psikologis
Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan
keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. Adanya penurunan dan
intelektual yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar
pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan berinteraksi.
Persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada lingkungan. Dengan adanya
penurunan fungsi sistem sensorik, maka akan terjadi pula penurunan kemampuan
untuk menerima, memproses, dan merespons stimulus sehingga terkadang akan
muncul aksi dan reaksi yang berbeda dari stimulus yang ada. (Erim, 2018).

1). Teori kebutuhann dasar manusia

Dalam teori ini mengemukakan bahwa semua manusia mempunyai motivasi dan

perilaku untuk memenuhi kebutuhann internal pada setiap individu (Erim, 2018).

Teori Maslow ini digunakan untuk orang dewasa dan jika sudah tercapai

aktualisasi diri berarti sudah matang dalam memenuhi kebutuhannya.

2). Teori 8 tahap kehidupan


Ada 8 tahap kehidupan ,yaitu :
- Percaya ›‹ tidak percaya
- Otonomi ›‹ malu dan ragu – ragu
- Inisiatif ›‹ rasa bersalah
- Dapat mengenal identitas ›‹ bingung
- Intim ›‹ menarik diri
- Generatif ›‹ stagnasi
- Integritas ›‹ putus asa
Tahap ini pasti akan dialami oleh manusia, dan tidak jarang akan menimbulkan
konflik yang harus dilalui untuk masuk ke tahap berikutnya (neil j. salkind, 2004)

c. Teori Sosiologi
1) Teori penarikan diri (Disengagement Theory)
Seiring bertambahnya usia, lansia secara perlahan akan melepaskan diri dari
lingkungan sosialnya akibatnya interaksi sosial menurun baik secara kualitas
maupun kuantitas.
2) Teori Interaksi Sosial
Teori ini menjelaskan bagaimana lansia dalam situasi tertentu dengan motivasi
tertentu ingin dihargai oleh masyarakat. Pokok dari teori ini adalah bahwa
masyarakat terdiri dari aktor – aktor sosial yang berupaya mencapai tujuannya
(J.berkman et al., 2001)
3) Teori aktivitas

Lansia yang mengikuti kegiatan sosial dan aktif adalah lansia sukses, selain itu

mampu menjaga hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil

pada usia lanjut (Muhith, 2016)

2. MMSE
Yaitu tes singkat untuk menilai fungsi kognitif seseorang. MMSE dipakai untuk melakukan
skrining pada pasien dengan gangguan kognitif, menelusuri perubahan dalam fungsu
kognitif dari waktu ke waktu dan seringkali untuk menilai efek dari agen terapeutik pada
fungsi kognitif. MMSE merupakann suatu skala terstruktur yg terdiri dari 30 poin yg
dikelompokkan menjadi 7 kategori : orientasi terhadap tempat, orientasi tethadap waktu,
registrasi (mengulang dng cepat 3 kata), atensi dan konsentrasi (secara berurutan
mengurangi 7, dimulai dari angka 100 atau mengeja kata DUNIA secara terbalik), mengingat
kembali (mengingat 3 kata yang telah diulang sblnya), bahasa ( memberi nama 2 benda
,mengulang kalimat, membaca dng kerasdan memahami suatu kalimat,menulis kalimat dan
mengikuti perintah 3 langkah), dann konstruksi visual (menyalin gambar).

MMSE (Mini Mental Status Exam)


No Aspek Nilai Nilai Kriteria
Kognitif maksimal Klien
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar :

Tahun : 2020
Hari : Kamis
Musim : Kemarau
Bulan : Juli
Tanggal : 30
2 Orientasi 5 5 Dimana sekarang kita berada ?

Negara: Indonesia
Alamat: Ds. Sumberdukun
Propinsi: Jawa Timur
Kecamatan: Magetan
Kabupaten/kota : Magetan
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal: kursi,
meja, kertas), kemudian ditanyakan
kepada klien, menjawab:

1) Kursi 2) Meja 3) Kertas


4 Perhatian 5 5 Meminta klien berhitung mulai dari
dan kalkulasi 100 kemudia kurangi 7 sampai 5
tingkat.

Jawaban :
1). 93 2). 86 3). 79 4). 72
5). 65
ATAU

Ejalah kata "DUNIA" secara mundur.


Skor 1 poin per huruf dalam urutan
yang benar

Variasi Jawaban Klien:


AINUD = 5; AIND = 4; AND = 3; AN = 2;
UINDA=1

5 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga


obyek pada poin ke- 2 (tiap poin nilai
1)
Klien mampu mengingat ketiga obyek
(kursi, meja, kertas)
6 Bahasa 9 9 Menanyakan pada klien tentang
benda (sambil menunjukan benda
tersebut).
1) Buku
2) Lemari baju

3). Minta klien untuk mengulangi kata


berikut :
“ tidak ada, dan, jika, atau tetapi

Klien menjawab :
“ tidak ada, dan, atau, tetapi”
Minta klien untuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri 3 langkah.
4) Ambil kertas ditangan anda
5) Lipat dua
6) Taruh dilantai.

Perintahkan pada klien untuk hal


berikut (bila aktifitas sesuai perintah
nilai satu poin)
7). Meminta klien untuk membaca
kalimat yang bertuliskan: “Tutup mata
anda”

8). Perintahkan kepada klien untuk


menulis kalimat dan

9). Menyalin gambar 2 segi lima yang


saling bertumpuk

Total nilai 30 30
Interpretasi hasil:
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan : TIDAK ADA GAMGGUAN KOGNITIF

3. Resiko Jatuh
- Penyebab jatuh misalnya kecelakaan seperti terpeleset, sinkop/kehilangan
kesadaran mendadak, dizzines/vertigo, hipotensi orthostatik, proses penyakit.
- Dipengaruhi oleh faktor intrinsik (faktor risiko yang ada pada pasien misalnya
kekakuan sendi, kelemahan otot, gangguan pendengaran ,penglihatan,
gangguan keseimbangan, penyakit misalnya hipertensi, DM, jantung) dan
faktor risiko ekstrinsik (faktor yang terdapat di lingkungan misalnya alas kaki
tidak sesuai, lantai licin, jalan tidak rata, penerangan kurang, benda-benda
dilantai yang membuat terpeleset).
- Akibat yang ditimbulkan akibat jatuh berupa cedera kepala, cedera jaringan
lunak, sampai patah tulang yang bisa menimbulkan imobilisasi.
- Prinsip dasar tatalaksana usia lanjut dengan masalah instabilitas dan riwayat
jatuh adalah: mengobati berbagai kondisi yang mendasari instabilitas dan
jatuh, memberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa latihan cara berjalan,
penguatan otot, alat bantu, sepatu atau sandal yang sesuai, serta mengubah
lingkungan agar lebih aman seperti pencahayaan yang cukup, pegangan, lantai
yang tidak licin.

4. TEORI FUNGSIONAL

The Functional Consequences Theory terdiri dari teori tentang penuaan,


lansia, dan keperawatan holistik. Konsep domain keperawatan adalah orang,
lingkungan, kesehatan, dan keperawatan dihubungkan bersama secara khusus
dalam kaitannya dengan lansia.

Komponen Functinal Consequen:


1) Functional Consequence

Mengobservasi akibat dari tindakan, faktor risiko, dan perubahan terkait usia
yang mempengaruhi kualitas hidup atau aktivitas sehari-hari dari lansia. Efek
tersebut berhubungan dengan semua tingkat fungsi, termasuk tubuh, pikiran,
dan semangat. Konsekuensi fungsional yang positif atau negatif adalah efek-
efek yang bisa diamati dari tindakan, faktor risiko dan perubahan terkait
umur yang mempengaruhi kualitas hidup atau kegiatan sehari-hari dari lansia.
Faktor-faktor risiko bisa berasal dari lingkungan atau berasal dari pengaruh
fisiologi dan psikososial. Dampak-dampak fungsional positif ketika mereka
membantu level performa tertinggi dan jumlah ketergantungan yang paling
kecil. Sebaliknya mereka negatif ketika berinterferensi dengan level fungsi
atau kualitas hidup seseorang.

2) Negative Functional Consequences


Hal-hal yang menghambat fungsi dari lansia atau kualitas hidup dari lansia.
Dampak-dampak fungsional negatif biasanya terjadi karena kombinasi
perubahan terkait usia dan faktor-faktor resiko yang dijelaskan dalam contoh
gangguan performa visual. Hal ini juga bisa disebabkan oleh intervensi, di
mana kasus intervensi menjadi faktor-faktor resiko. Misalnya, konstipasi yang
berasal dari penggunaan obat analgesik adalah contoh dari konsekwensi
fungsional negatif yang disebabkan oleh sebuah intervensi. Dalam kasus ini
obat merupakan intervensi untuk nyeri dan faktor resiko untuk gangguan
fungsi pencernaan. `
3) Positive Functional Consequences (Wellness Outcomes)

Hal-hal yang memfasilitasi tingkat tertinggi fungsi dari lansia secara baik,
sedikit ketergantungan, dan kualitas hidup terbaik. Konsekuensi fungsional
positif bisa berasal dari tindakan tooatmis atau intervensi sengaja. Seringkali
lansia membawa dampak fungsional positif ketika mereka mengompensasi
perubahan-perubahan terkait usia dengan atau tanpa maksud sadar.
Misalnya seorang lansia mungkin meningkatkan jumlah cahaya untuk
membaca atau mulai menggunakan kacamata tanpa menyadari bahwa
tindakan tersebut mengompensasi perubahan-perubahan terkait umur.
Misalnya seorang wanita mungkin memandang ketidakmampuan post
menopause untuk menjadi hamil sebagai efek positif penuaan. Akibatnya,
hubungan seksual mungkin lebih memuaskan pada masa lansia (Alligood,
2014; Miller, 2012).

5. PERMASALAHAN 14 i PADA LANSIA

a. Immobility (kurang bergerak)

- Immobility merupakan keadaan tidak bergerak/ tirah baring selama 3 hari atau
lebih.
- Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot,
ketidakseimbangan, masalah psikologis, depresi atau demensia.
- Komplikasi yang timbul adalah luka di bagian yang mengalami penekanan terus
menerus (lecet bahkan infeksi), kelemahan otot, kontraktur/ kekakuan otot
dan sendi, infeksi paru-paru dan saluran kemih, konstipasi dan lain-lain.
- Penanganan latihan fisik, perubahan posisi secara teratur, menggunakan kasur
anti dekubitus, monitor asupan cairan dan makanan yang berserat.
b. Instability (mudah jatuh)

- Penyebab jatuh misalnya kecelakaan seperti terpeleset, sinkop/kehilangan


kesadaran mendadak, dizzines/vertigo, hipotensi orthostatik, proses penyakit.
- Dipengaruhi oleh faktor intrinsik (faktor risiko yang ada pada pasien misalnya
kekakuan sendi, kelemahan otot, gangguan pendengaran ,penglihatan,
gangguan keseimbangan, penyakit misalnya hipertensi, DM, jantung) dan
faktor risiko ekstrinsik (faktor yang terdapat di lingkungan misalnya alas kaki
tidak sesuai, lantai licin, jalan tidak rata, penerangan kurang, benda-benda
dilantai yang membuat terpeleset).
- Akibat yang ditimbulkan akibat jatuh berupa cedera kepala, cedera jaringan
lunak, sampai patah tulang yang bisa menimbulkan imobilisasi.
- Prinsip dasar tatalaksana usia lanjut dengan masalah instabilitas dan riwayat
jatuh adalah: mengobati berbagai kondisi yang mendasari instabilitas dan
jatuh, memberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa latihan cara berjalan,
penguatan otot, alat bantu, sepatu atau sandal yang sesuai, serta mengubah
lingkungan agar lebih aman seperti pencahayaan yang cukup, pegangan, lantai
yang tidak licin.
c. Incontinence (tidak mampu menahan BAB/ BAK atau beser)

- Inkontinensia urin merupakan keluarnya urin yang tidak dikehendaki dalam


jumlah dan frekuensi tertentu sehingga menimbulkan masalah sosial dan/atau
kesehatan.
- Inkontinensia urin akut terjadi secara mendadak dapat diobati bila penyakit
yang mendasarinya diatasi misalnya infeksi saluran kemih, gangguan
kesadaran, obat-obatan, masalah psikologik dan skibala.
- Inkontinesia urin yang menetap di bedakan atas:
1) Tipe urgensi yaitu keinginan berkemih yang tidak bisa ditahan penyebanya 
overaktifitas/kerja otot detrusor karena hilangnya kontrol neurologis,
terapi dengan obat-obatan antimuskarinik prognosis baik
2) Tipe stres kerena kegagalan mekanisme sfingter/katup saluran kencing
untuk menutup ketika ada peningkatan tekanan intra abdomen mendadak
seperti bersin, batuk, tertawa terapi dengan latihan otot dasar panggul.
3) Tipe overflow yaitu menggelembungnya kandung kemih melebihi volume
normal, post void residue > 100 cc terapi tergantung penyebab misalnya
atasi sumbatan/retensi urin.
- Inkontinensia alvi/fekal sebagai perjalanan spontan atau ketidakmampuan
untuk mengendalikan pembuangan feses melalui anus, penyebab cedera
panggul, operasi anus/rektum, prolaps rektum, tumor.
- Pada inkontinensia urin ntuk menghindari sering mengompol pasien sering
mengurangi minum yang menyebabkan terjadi dehidrasi.
d. Intellectual Impairment (gangguan intelektual/ demensia)

- Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang


disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan
tingkat kesadaran sehingga mempengaruhi aktifitas kerja dan sosial secara
bermakna.
- Demensia tidak hanya masalah pada memori. Demensia mencakup
berkurangnya kemampuan untuk mengenal, berpikir, menyimpan atau
mengingat pengalaman yang lalu dan juga kehilangan pola sentuh, pasien
menjadi perasa, dan terganggunya aktivitas.
- Faktor risiko: hipertensi, DM, gangguan jantung, PPOK dan obesitas.
e. Infection (rentang mengalami infeksi)

- Pada lanjut usia terdapat beberapa penyakit sekaligus, menurunnya daya


tahan/imunitas terhadap infeksi, menurunnya daya komunikasi pada lanjut
usia sehingga sulit/jarang mengeluh, sulitnya mengenal tanda infeksi secara
dini.
- Ciri utama pada semua penyakit infeksi biasanya ditandai dengan
meningkatnya temperatur badan, dan hal ini sering tidak dijumpai pada usia
lanjut, malah suhu badan yang rendah lebih sering dijumpai.
- Keluhan dan gejala infeksi semakin tidak khas antara lain berupa
konfusi/delirium sampai koma, adanya penurunan nafsu makan tiba-tiba,
badan menjadi lemas, dan adanya perubahan tingkah laku sering terjadi pada
pasien usia lanjut.
f. Impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran, penglihatan dan

penciuman)
- Gangguan pendengaran sangat umum ditemui pada lanjut usia dan
menyebabkan pasien sulit untuk diajak komunikasi
- Penatalaksanaan untuk gangguan pendengaran pada geriatri adalah dengan
cara memasangkan alat bantu dengar atau dengan tindakan bedah berupa
implantasi koklea.
- Gangguan penglihatan bisa disebabkan gangguan refraksi, katarak atau
komplikasi dari penyakit lain misalnya DM, HT dll, penatalaksanaan dengan
memakai alat bantu kacamata atan dengan operasi pada katarak.
g. Isolation (rentan depresi/ stres sehingga sering menyendiri)
- Isolation (terisolasi)/depresi, penyebab utama depresi pada lanjut usia adalah
kehilangan seseorang yang disayangi, pasangan hidup, anak, bahkan binatang
peliharaan.
- Selain itu kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan, menyebabkan
dirinya terisolasi dan menjadi depresi. Keluarga yang mulai mengacuhkan
karena merasa direpotkan menyebabkan pasien akan merasa hidup sendiri dan
menjadi depresi. Beberapa orang dapat melakukan usaha bunuh diri akibat
depresi yang berkepajangan.
h. Inanition (kurang gizi)

Asupan makanan berkurang  sekitar 25% pada usia 40-70 tahun. Anoreksia
dipengaruhi oleh faktor fisiologis (perubahan rasa kecap, pembauan, sulit
mengunyah, gangguan usus, dan lain-lain), psikologis (depresi dan demensia) dan
sosial (hidup dan makan sendiri) yang berpengaruh pada nafsu makan dan asupan
makanan

i. Impecunity (penurunan penghasilan)

- Dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan mental akan
berkurang secara berlahan - lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan tubuh
dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaan sehingga tidak dapat
memberikan penghasilan.
- Usia pensiun dimana sebagian dari lansia hanya mengandalkan hidup dari
tunjangan hari tuanya.
- Selain masalah finansial, pensiun juga berarti kehilangan teman sejawat,
berarti interaksi sosial pun berkurang memudahkan seorang lansia mengalami
depresi.
j. Iatrogenic (menderita penyakit pengaruh obat-obatan)

- Lansia sering menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan
obat yang lebih banyak, apalagi sebagian lansia sering menggunakan obat
dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan dokter sehingga dapat
menimbulkan penyakit.
- Akibat yang ditimbulkan antara lain efek samping dan efek dari interaksi obat-
obat tersebut yang dapat mengancam jiwa.
k. Insomnia (sulit tidur)
- Dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang menyebabkan seorang
lansia menjadi depresi. Selain itu beberapa penyakit juga dapat menyebabkan
insomnia seperti diabetes melitus dan gangguan kelenjar thyroid, gangguan di
otak juga dapat menyebabkan insomnia. Jam tidur yang sudah berubah juga
dapat menjadi penyebabnya.
- Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh lansia yaitu sulit
untuk masuk kedalam proses tidur, tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun,
jika terbangun sulit untuk tidur kembali, terbangun dini hari, lesu setelah bangun
di pagi hari.
- Agar bisa tidur:  hindari olahraga 3-4 jam sebelum tidur, santai mendekati waktu
tidur, hindari rokok waktu tidur, hindari minum minuman berkafein saat sore
hari, batasi asupan cairan setelah jam makan malam ada nokturia, batasi tidur
siang 30 menit atau kurang, hindari menggunakan tempat tidur untuk menonton
tv, menulis tagihan dan membaca.
l. Immunodeficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh)

Daya tahan tubuh menurun bisa disebabkan oleh proses menua disertai
penurunan fungsi organ tubuh, juga disebabkan penyakit yang diderita,
penggunaan obat-obatan, dan keadaan gizi yang menurun

m. Impotence (Gangguan seksual)

Impotensi pada usia lanjut terutama disebabkan oleh gangguan organik seperti
gangguan hormon, syaraf, dan pembuluh darah dan juga depresi.

n. Impaction (sulit buang air besar)


- Faktor yang mempengaruhi: kurangnya gerak fisik, makanan yang kurang
mengandung serat, kurang minum, akibat obat-obat tertentu.
- Akibatnya pengosongan usus menjadi sulit atau isi usus menjadi tertahan, kotoran
dalam usus menjadi keras dan kering dan pada keadaan yang berat dapat terjadi
penyumbatan di dalam usus dan perut menjadi sakit.

6. Perubahan pada Lansia


a. Perubahan Fisik pada Lansia
Menurut Maryam (2008), perubahan fisik yang terjadi pada lanjut usia adalah:

1) Sel
Perubahan sel pada lanjut usia meliputi: terjadinya penurunan jumlah sel,
terjadi perubahan ukuran sel, berkurangnya jumlah cairan dalam tubuh dan
berkurangnya cairan intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak,
otot, ginjal, darah, dan hati, penurunan jumlah sel pada otak, terganggunya
mekanisme perbaikan sel, serta otak menjadi atrofi.

2) Sistem Persarafan
Perubahan persarafan meliputi: berat otak yang menurun 10-20% (setiap
orang berkurang sel syaraf otaknya dalam setiap harinya), cepat
menurunnya hubungan persarafan, lambat dalam respon dan waktu untuk
bereaksi khususnya dengan stress, mengecilnya syaraf panca indra:
berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf
penciuman dan perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan
ketahanan terhadap sentuhan, serta kurang sensitif terhadap sentuhan.

3) Sistem Pendengaran
Perubahan pada sistem pendengaran meliputi: Terjadinya presbiakusis
(gangguan pada pendengaran) yaitu gangguan dalam pendengaran pada
telinga dalam terutama terhadap bunyi suara, nada-nada yang tinggi, suara
yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata. Terjadinya otosklerosis akibat
atropi membran timpani. Terjadinya pengumpulan serumen dapat
mengeras karena meningkatnya kerotin.

4) Sistem Penglihatan
Perubahan pada sistem penglihatan meliputi: timbulnya sklerosis dan
hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih berbentuk sefris (bola), terjadi
kekeruhan pada lensa yang menyebabkan katarak, meningkatnya ambang,
pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan
susah melihat pada cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya
lapang pandang. Pada mata bagian dalam, perubahan yang terjadi adalah
ukuran pupil menurun dan reaksi terhadap cahaya berkurang dan juga
terhadap akomodasi, lensa menguning dan berangsur-angsur menjadi lebih
buram mengakibatkan katarak, sehingga mempengaruhi kemampuan untuk
menerima dan membedakan warna-warna. Kadang warna gelap seperti
coklat, hitam, dan marun tampak sama. Pandangan dalam area yang suram
dan adaptasi terhadap kegelapan berkurang, sementara cahaya
menyilaukan dapat menyebabkan nyeri dan membatasi kemampuan untuk
membedakan objek dengan jelas.

5) Sistem Kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler meliputi: katup jantung menebal dan
menjadi kaku, terjadinya penurunan elastisitas dinding aorta, menurunnya
kemampuan jantung untuk memompa darah yang menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya, kehilangan elastisitas pembuluh
darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,
perubahan posisi yang dapat mengakibatkan tekanan darah menurun (dari
tidur ke duduk dan dari duduk ke berdiri), tekanan darah meningkat akibat
resistensi dari pembuluh darah perifer.

6) Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh


Perubahan pada sistem pengaturan tempertur tubuh meliputi: pada
pengaturan sistem tubuh, hipotalamus dianggap bekerja sebagai
thermostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, perubahan yang sering
ditemui antara lain temperatur suhu tubuh menurun (hipotermia) secara
fisiologis kurang lebih 35°C, ini akan mengakibatkan metabolisme yang
menurun. Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi
panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.

7) Sistem Respirasi
Perubahan sistem respirasi meliputi: otot pernapasan mengalami kelemahan
akibat atropi, aktivitas silia menurun, paru kehilangan elastisitas,
berkurangnya elastisitas bronkus, oksigen pada arteri menurun, karbon
dioksida pada arteri tidak berganti, reflek dan kemampuan batuk berkurang,
sensitivitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia menurun, sering terjadi
emfisema senilis, kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot
pernapasan menurun seiring pertambahan usia.

8) Sistem Gastrointestinal
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan meliputi: kehilangan gigi,
indra pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecap terhadap
rasa asin, asam dan pahit, esofagus melebar, rasa lapar menurun, asam
lambung menurun, motilitas dan waktu pengosongan lambung menurun,
peristaltik usus lemah dan biasanya timbul konstipasi, fungsi absorbsi
melemah, hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun, aliran
darah berkurang.

9) Sistem Perkemihan
Perubahan pada sistem perkemihan antara lain ginjal yang merupakan alat
untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urine, darah masuk ke
ginjal disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron,
kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50% sehingga fungsi tubulus berkurang, akibatnya,
kemampuan mengkonsentrasi urine menurun, berat jenis urine menurun.
Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, sehingga kapasitasnya menurun
sampai 200 ml atau menyebabkan buang air seni meningkat. Vesika urinaria
sulit dikosongkan sehingga terkadang menyebabkan retensi urine.

10) Sistem Endokrin


Perubahan yang terjadi pada sistem endokrin meliputi: produksi semua
hormon turun, aktivitas tiroid, BMR (basal metabolic rate), dan daya
pertukaran zat menurun. Produksi aldosteron menurun, Sekresi hormon
kelamin, misalnya progesterone, estrogen, dan testoteron menurun.

11) Sistem Integumen


Perubahan pada sistem integumen, meliputi: kulit mengerut atau keriput
akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit cenderung kusam, kasar,
dan bersisi. Timbul bercak pigmentasi, kulit kepala dan rambut menipis dan
berwarna kelabu, berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan
vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, jumlah dan fungsi kelenjar
keringat berkurang.

12) Sistem Muskuloskeletal


Perubahan pada sistem muskuloskeletal meliputi: tulang kehilangan densitas
(cairan) dan semakin rapuh, kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terjadi
kifosis, gangguan gaya berjalan, tendon mengerut dan mengalami sklerosis,
atrofi serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot kram, dan menjadi
tremor, aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan proses menua. Semua
perubahan tersebut dapat mengakibatkan kelambanan dalam gerak, langkah
kaki yang pendek, penurunan irama. Kaki yang tidak dapat menapak dengan
kuat dan lebih cenderung gampang goyah, perlambatan reaksi
mengakibatkan seorang lansia susah atau terlambat mengantisipasi bila
terjadi gangguan terpeleset, tersandung, kejadian tiba-tiba sehingga
memudahkan jatuh.

b. Perubahan Kognitif pada lansia


Perubahan kognitif meliputi: terjadi penurunan kemampuan meningkatkan
fungsi intelektual, penurunan efisiensi saraf otak yang menyebabkan proses
informasi melambat dan banyak informasi hilang selama transmisi, penurunan
kemampuan mengakumulasi informasi baru, penurunan mengambil informasi
dari memori, kemampuan mengingat kejadian masa lalu lebih baik dibandingkan
kemampuan mengingat kejadian yang baru saja terjadi.

c. Perubahan Psikososial pada Lansia


Perubahan psikososial yang terjadi meliputi: Kesepian (terjadi pada saat
pasangan hidup atau teman meninggal), Duka cita (bereavement), Depresi
disebabkan karena stres lingkungan dan menurunnya kemampuan adaptasi,
Gangguan cemas (fobia, panik, gangguan cemas umum, gangguan stres setelah
trauma dan gangguan obsesi kompulsif), Parafrenia merupakan suatu bentuk
skizofrenia pada lansia yang ditandai dengan waham curiga, Sindroma Diogenes
merupakan suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku
sangat mengganggu, Kehilangan sumber finansial untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya dan keluarga, kehilangan status pekerjaan/ pensiun sebagian
menyebabkan post power syndrome, Merasakan atau sadar akan kematian.

Anda mungkin juga menyukai