Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

TINEA CORPORIS

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Program Pendidikan Profesi Kedokteran Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Kota Tegal
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Jakarta

Disusun oleh:
Juliand Hidayat
(030.13.104)

Pembimbing:
dr. Doddy Suhartono, Sp.KK, MH

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARDINAH KOTA TEGAL
PERIODE 29 APRIL – 01 JUNI 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

i
LEMBAR PENGESAHAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI


JAKARTA
Laporan kasus dengan judul:
“Tinea Corporis”

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Kota Tegal

Periode 29 April – 01 Juni 2019

Disusun oleh :
Juliand Hidayat
(030.13.104)

Tegal, Mei 2019


Mengetahui,

dr. Doddy Suhartono, Sp.KK, MH

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Berkat, Anugerah Keselamatan
dan Belas Kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kasus dengan judul “Tinea
Corporis” ini dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam
Kepaniteraan Klinik di Stase Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, RSUD Kardinah, Tegal periode
29 April – 01 Juni 2019
Dalam kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian laporan kasus ini, terutama kepada dr.
Doddy Suhartono, Sp.KK, MH selaku pembimbing, atas waktu dan pengarahannya selama
penulis belajar dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit Kelamin. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada para dokter dan staff Ilmu Penyakit Kulit Kelamin Rumah
Sakit Umum Daerah Kardinah, Tegal serta rekan-rekan seperjuangan dalam Kepaniteraan Klinik.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran sangat penulis perlukan demi melengkapi laporan kasus ini. Akhir kata,
semoga Tuhan membalas kebaikan semua pihak dan laporan kasus ini hendaknya membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, profesi, dan masyarakat luas terutama dalam
bidang Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin

Tegal, Mei 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................1
1.1 Pendahuluan.........................................................................................................................1
BAB II LAPORAN KASUS ...................................................................................................3
2.1 Identitas ...............................................................................................................................3
2.2 Anamnesis ...........................................................................................................................3
2.3 Pemeriksaan Fisik ...............................................................................................................5
2.4 Diagnosis Banding ..............................................................................................................9
2.5 Resume ...............................................................................................................................9
2.6 Usulan Pemeriksaan............................................................................................................10
2.7 Diagnosis Kerja ..................................................................................................................11
2.8 Penatalaksanaan .................................................................................................................11
2.9 Prognosis ............................................................................................................................11
BAB III ANALISIS KASUS..................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................18

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Mikosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur, yang dibagi


menjadi mikosis profunda dan mikosis superfisialis. Insidens mikosis
superfisialis cukup tinggi di Indonesia karena menyerang masyarakat luas.
Mikosis superfisialis cukup banyak diderita penduduk negara tropis. Indonesia
merupakan salah satu negara beriklim tropis yang memiliki suhu dan kelembaban
tinggi, merupakan suasana yang baik bagi pertumbuhan jamur, sehingga jamur
dapat ditemukan hampir di semua tempat. Mikosis superfisialis diklasifikasikan
menjadi dermatofitosis dan nondermatofitosis.(1)
Dermatofitosis atau yang dikenal dengan tinea, ringworm, kurap, herpes
sirsinata, teigne adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk,
misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku, yang disebabkan
oleh golongan jamur dermatofita. Golongan jamur dermatofita mempunyai sifat
mencernakan keratin, yang dibagi dalam 3 genus yaitu; Microsporum,
Trichophyton dan Epidermphyton. (2)
Pembagian dermatofitosis yang banyak dianut adalah berdasarkan lokasi,
yaitu tinea kapitis (dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala), tinea barbe
(dermatofitosis pada dagu dan jenggot), tinea kruris (dermatofitosis pada daerah
genitokrural, sekitar anus, bokong, kadang sampai perut bagian bawah), tenia
pedis et manum (dermatofitosis pada kaki dan tangan), tinea unguium
(dermatofitosis pada kuku jari dan kaki), dan tinea korporis (dermatofitosis pada
bagian lain yang tidak termasuk bentuk dari 5 tinea yang telah disebutkan).(1,2)
Tinea Korporis atau juga dikenal dengan tinea sirsinata, tinea glabrosa,
Scherende Flechte, kurap, herpes sircine trichophytique, merupakan penyakit
kulit yang disebabkan oleh jamur superfisial golongan dermatofita, menyerang
daerah kulit tak berambut pada wajah, badan, lengan dan tungkai.(3,4)
Insiden tinea korporis dapat menyerang semua umur, tetapi lebih sering
menyerang orang dewasa dan dapat menyerang pria dan wanita. Insiden
meningkat pada kelembapan udara yang tinggi. Penyakit ini tersebar diseluruh
dunia, terutama pada daerah tropis. (5)

1
Tempat predileksinya pada wajah, anggota gerak atas dan bawah, dada,
punggung. Penyakit ini disebabkan oleh golongan jamur dermatofita yang
tersering adalah Epidermophyton floccpasienum atau T. rubrum. Lingkungan
yang kotor mempengaruhi kebersihan perorangan dalam perkembangan penyakit
pada kulit manusia. Keturunan tidak berpengaruh pada penyakit ini.(6)
Variasi klinis tinea korporis dapat berupa lesi berbentuk makula/ plak yang
merah/ hiperpigmentasi dengan tepi aktif dan penyembuhan sentral. Pada tepi
lesi dijumpai papula – papula eritematosa atau vesikel. Pada perjalanan penyakit
yang kronik dapat dijumpai likenifikasi. Gambaran lesi dapat polisiklis, anular
atau geografis. (6,8)
Diagnosa pasien, ditegakkan berdasarkan: anamnesa didapatkan rasa gatal
yang sangat mengganggu, dan gatal bertambah apabila berkeringat, dan
pemeriksaan laboratorium (kerokan kulit dengan KOH 10% bila sensitif
memperlihatkan elemen jamur berupa hifa, sebagai dua garis sejajar, terbagi oleh
sekat dan bercabang, maupun spora berderet (artrospora) pada kelainan kulit
lama dan atau sudah diobati. Penatalaksanaan secara umum perlu diberikan
edukasi kepada pasien untuk meningkatkan kebersihan badan dan menghindari
pakaian yang tidak menyerap keringat, dan penatalaksanaan secara khusus
meliputi sistemik dan topikal. (6)

BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : An, MY

2
Umur : 12 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Belum Menikah
Alamat : Desa Kejen RT 15/ Rw 05 Talang, Tegal
Agama : Islam
Tanggal berkunjung : Kamis, 16 Mei 2019
No RM : 343373

2.2 ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada pasien di Poliklinik Kulit
dan Kelamin RSUD dr. Kardinah Tegal pada tanggal 16 Mei 2019 pukul 10.00 WIB.

A. Keluhan utama:
Gatal-gatal di paha sejak 10 bulan smrs

B. Keluhan tambahan :
Terdapat bercak kemerahan namun menjadi kehitaman

C. Riwayat penyakit Sekarang :


Pasien seorang anak laki-laki usia 12 tahun datang dibawa orangtua ke
Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Kardinah Tegal pada hari Kamis, 16 Mei
2019 dengan keluhan gatal-gatal di badan sejak ± 10 bulan yang lalu, awalnya
timbul bercak kemerahan yang terasa gatal pada paha sebelah kiri, gatal semakin
bertambah apabila pasien berkeringat. Apabila terasa gatal, pasien juga sering
menggaruk dan bercak tersebut semakin melebar dan bertambah banyak.

± 7 bulan yang lalu, timbul bercak kemerahan baru yang sama seperti bercak
pada paha sebelah kiri, di paha kanan, bercak tersebut awalnya kecil, kelainan ini
tidak diawali dengan muncul bintil – bintil merah, karena terasa gatal maka
pasien menggaruknya, rasa gatal makin bertambah apabila pasien berkeringat dan
saat cuaca panas. Kemudian bercak kemerahan tersebut bertambah luas dan rasa
gatal makin bertambah, namun pasien tidak mengobati keluhannya.

± 3 bulan yang lalu, timbul bercak kemerahan yang sama dengan di kedua
paha pada daerah perut dan sampai kepunggung. Kemudian pasien diberikan obat

3
salep yang dibeli diapotek oleh ibunya (pasien lupa nama obatnya), dan pasien
merasakan perubahan bercak yang memerah tadi menjadi menghitam dan gatal
berkurang pada daerah perut, paha dan perut.

Pasien mengatakan sering berkeringat banyak, tetapi tidak segera mengganti


pakaiannya. Riwayat mandi dan ganti pakaian 2 kali sehari, handuk dipakai
sendirian dan pakaian yang sering digunakan pasien adalah kemeja. Karena gatal
yang tidak berkurang dan bercak semakin melebar, akhirnya pasien memutuskan
untuk berobat ke Poliklinik Kulit-Kelamin RSUD Kardinah Tegal pada tanggal 16
Mei 2019.

Riwayat Penyakit Dahulu


 Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.
 Pasien belum pernah berobat di rumah sakit maupun di puskesmas

D. Riwayat Penyakit Keluarga


Ibu dan ayah pasien tidak pernah memiliki keluhan yang sama seperti pasien.

E. Riwayat Kebiasaan
Pasien mempunyai kebiasaan mandi 2 kali sehari. Menggunakan sabun mandi
batang yang digunakan sendiri. Ibu pasien selalu menjaga kebersihan pakaian
yang dipakai anaknya dan mengganti pakaian anaknya 2 kali sehari.
2.3 PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada Kamis, 16 Mei 2019 pukul 10.15 WIB di
Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD dr. Kardinah Tegal.

A. STATUS GENERALIS
Keadaan umum Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Kesan gizi : Baik
Tanda vital Nadi : 82x/menit
Pernapasan : 18x/menit
Suhu : 36.6

4
Antropometri Tinggi Badan : 120 cm
Berat Badan : 45 kg

Kepala dan wajah Rambut Distribusi rambut merata, dan tidak mudah
dicabut
Kulit Lesi (-), rash (-), scar (-), massa (-),
deformitas (-), sianotik (-), ikterik (-), edema
(-).
Mata Konjungtiva tidak anemis, ptosis (-), sclera ikterik (-), mata
cekung (-), pupil bulat, isokor, diameter 3mm/3mm, refleks
pupil langsung dan tidak langsung (+/+).
Hidung Deviasi septum (-/-), sekret (-/-)

Telinga Liang telinga tampak lapang, hiperemis (-/-), serumen (-/-)

Mulut Sianosis (-), caries gigi (-), edema

Leher JVP normal, pembesaran tiroid (-), letak trakea di tengah,


deviasi trakea (-). Pembesaran KGB leher dan
supraklavikular (-), pembesaran kelenjar parotis (-).
Thorax

Jantung Inspeksi Ictus Cordis tidak terlihat

Palpasi Ictus cordis (+) pada ICS V linea


midclavicular sinistra
Perkusi Batas jantung kanan : ICS III - V , linea
sternalis dextra

Batas jantung kiri : ICS V , 1 cm medial


dari linea midklavikularis sinistra

Batas atas jantung : ICS II linea sternalis


sinistra

5
Auskultasi S1 S2 regular, murmur (-), gallop (-).

Paru Inspeksi Gerakan napas simetris tanpa adanya


bagian yang tertinggal, lesi (-),
pernapasan abdominothoracal, retraksi
(-).
Palpasi Gerak simetris, vocal fremitus sama kuat
pada kedua hemithorax
Perkusi Sonor pada kedua hemithorax, batas
paru-hepar pada sela iga VI pada linea
midklavikularis dextra, dengan
peranjakan 2 jari pemeriksa, batas paru-
lambung pada sela iga ke VIII pada
linea axilatis anterior sinistra
Auskultasi Vesikuler +/+, Ronki -/-, Wheezing -/-

Abdomen Inspeksi Smiling Umbilicus (-) caput medusae (-),


spider navy (-).
Auskultasi Bising usus normal (2x/menit)

Palpasi Supel, hepar dan lien tidak teraba, tidak


terdapat nyeri tekan dan tidak ada
undulasi
Perkusi Timpani di seluruh lapang abdomen

Ekstremitas Akral hangat di ke empat ekstremitas, sianotis (-), ikterik (-),


deformitas (-), edema (-), CRT normal (<2 detik).

B. STATUS DERMATOLOGIKUS
Ad Regio : Abdomen, region femur dx&sin, lumbalis dx
Ukuran : Lentikular, Numular, Plakat,
Bentuk dan susunan : Lonjong dan tidak teratur
Batas : Tegas
Distribusi : Regional
Efloresensi: Plak & Makula hiperpigmentasi, Skuama, Krusta, Papul

6
Makula
Hiperpigmentasi

Skuama

Krusta

Gambar 1. Regio abdomen

Krusta

Skuama

Makula
Hiperpigmentasi

Papul

Gambar 2. Regio Femur 1/3 superior Dextra

7
Skuama
Krusta

Makula
Hiperpigmentasi

Gambar 3. Regio Femur 1/3 superior sinistra

Makula
Hipopigmentasi
dengan krusta

Gambar 4. Regio lumbalis posterior dextra

2.4 DIAGNOSIS BANDING

8
 Tinea Korporis
 Tinea Versikolor
 Psoriasis Vulgaris
 Dermatitis Seboroik
 Dermatitis Numularis

2.5 RESUME
Pasien seorang anak laki-laki usia 12 tahun datang dibawa orangtua ke
Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Kardinah Tegal pada hari Kamis, 16 Mei
2019 dengan keluhan gatal-gatal di badan sejak ± 10 bulan yang lalu, awalnya
timbul bercak kemerahan yang terasa gatal pada paha sebelah kiri, gatal semakin
bertambah apabila pasien berkeringat. Apabila terasa gatal, pasien juga sering
menggaruk dan bercak tersebut semakin melebar dan bertambah banyak.

± 7 bulan yang lalu, timbul bercak kemerahan baru di paha kanan, ± 3 bulan
yang lalu, timbul bercak kemerahan yang sama dengan di kedua paha pada daerah
perut dan sampai kepunggung. Kemudian pasien diberikan obat salep yang dibeli
diapotek oleh ibunya (pasien lupa nama obatnya), dan pasien merasakan
perubahan bercak yang memerah tadi menjadi menghitam dan gatal berkurang
pada daerah perut, paha dan perut.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis dan keadaan


umum pasien tampak sakit ringan dengan tanda vital dalam batas normal. Pada
status generalis tidak didapatkan kelainan. Pada status dermatologis ditemukan
pada regio Abdomen, femur 1/3 superior dextra, femur 1.3 superior sinistra,
lumbalis posterior dextra. tampak makula hiperpigmentasi, makula
hipopigmentasi, skuama, krusta, papul.

2.6 USULAN PEMERIKSAAN


- Sediaan kerokan kulit dengan Kalium Hidroksida (KOH) 10%
- Sediaan kerokan kulit dengan Kalium Hidroksida (KOH) 10%
- Pemeriksaan lampu wood
- Pembiakan spesies jamur

9
2.7 DIAGNOSA KERJA
Tinea Corporis

2.8 PENATALAKSANAAN
Non-Farmakologis
Penatalaksanaan umum yaitu dengan memberikan edukasi kepada pasien,
seperti:
- menjelaskan kepada pasiasen tentang penyakit dan
penatalaksanaannya.
- menganjurkan untuk menjaga daerah lesi tetap kering serta menjaga
kebersihan badan.
- menghindari pakaian yang panas dan tidak menyerap keringat,
menggunakan pakaian yang menyerap keringat seperti katun, tidak
ketat dan diganti setiap hari.
- menghindari pemakaian handuk dan baju secara bersama – sama.
- menghindari garukan apabila gatal, karena garukan dapat
menyebabkan infeksi.

Farmakologis
 Sistemik
- Cetrizine tablet dosis 1 x 10 mg, diminum malam hari
- Griseofulvin tablet dosis 2x125 mg
 Topikal
- Krim Hydrocortisone 2,5%, 2 kali sehari dioleskan tipis – tipis pada lesi
- Krim Ketokonazol 2%, 2 kali sehari dioleskan tipis – tipis pada lesi

2.9 Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

10
BAB III
ANALISIS KASUS

Pasien seorang anak laki-laki usia 12 tahun datang dibawa orangtua ke


Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Kardinah Tegal pada hari Kamis, 16 Mei
2019 dengan keluhan gatal-gatal di badan sejak ± 10 bulan yang lalu, awalnya
timbul bercak kemerahan yang terasa gatal pada paha sebelah kiri, gatal semakin
bertambah apabila pasien berkeringat. Apabila terasa gatal, pasien juga sering
menggaruk dan bercak tersebut semakin melebar dan bertambah banyak.
± 7 bulan yang lalu, timbul bercak kemerahan baru di paha kanan, ± 3 bulan
yang lalu, timbul bercak kemerahan yang sama dengan di kedua paha pada daerah
perut dan sampai kepunggung. Kemudian pasien diberikan obat salep yang dibeli
diapotek oleh ibunya (pasien lupa nama obatnya), dan pasien merasakan
perubahan bercak yang memerah tadi menjadi menghitam dan gatal berkurang
pada daerah perut, paha dan perut.

Pasien mengatakan sering berkeringat banyak, tetapi tidak segera


mengganti pakaiannya. Karena gatal yang tidak berkurang dan bercak semakin
melebar, akhirnya pasien memutuskan untuk berobat ke Poliklinik Kulit-Kelamin
RSUD Kardinah Tegal pada tanggal 16 Mei 2019. Dari keluhan yang
disampaikan oleh pasien, merupakan gejala klinis dari dermatofitosis yaitu gejala
subjektif berupa rasa gatal terutama jika berkeringat dan gejala objektif yaitu
makula hiperpigmentasi dengan tepi yang lebih aktif. Oleh karena gatal dan
digaruk, lesi akan meluas terutama pada daerah yang lembab. (6,7) Pembagian
dermatofitosis berdasarkan lokasi lesi yang timbul, pada pasien ini yaitu di perut
kiri bawah digolongkan sebagai tinea korporis, karena tempat predileksi tinea ini
menyerang daerah kulit tak berambut pada wajah, badan, lengan dan tungkai.(6,7)
Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya, Pasien
belum pernah berobat di rumah sakit maupun di puskesmas, Ibu dan ayah pasien
tidak pernah memiliki keluhan yang sama seperti pasien. Pasien mempunyai
kebiasaan mandi 2 kali sehari. Menggunakan sabun mandi batang yang

11
digunakan sendiri. Ibu pasien selalu menjaga kebersihan pakaian yang dipakai
anaknya dan mengganti pakaian anaknya 2 kali sehari.
Pasien mengatakan sering berkeringat banyak tetapi tidak segera
mengganti pakaiannya, merupakan salah satu faktor predisposisi karena penyakit
ini tergantung pada faktor lingkungan seperti iklim yang panas, kebersihan
perseorangan, jamur lebih cepat berkembang pada daerah yang lembab. (8)
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis dan keadaan
umum pasien tampak sakit ringan dengan tanda vital dalam batas normal. Pada
status generalis tidak didapatkan kelainan. Pada status dermatologis ditemukan
pada regio Abdomen, femur 1/3 superior dextra, femur 1/3 superior sinistra,
lumbalis posterior dextra. tampak makula hiperpigmentasi, makula
hipopigmentasi, skuama, krusta, papul. Diagnosis kerja dari kasus ini adalah
Tinea Corporis. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik, namun belum dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien ini.

Tinea Korporis (tinea sirsinata, tinea glabrosa, Scherende Flechte, herpes sirci
ne trichophytique) atau yang dikenal dengan kurap adalah penyakit kulit yang dis
ebabkan oleh jamur superfisial golongan dermatofita, menyerang daerah kulit tak
berambut pada wajah, badan, lengan dan tungkai.(1,2)
Pada kasus, didapatkan lesi pada regio Abdomen, femur 1/3 superior
dextra, femur 1/3 superior sinistra, lumbalis posterior dextra. tampak makula
hiperpigmentasi, makula hipopigmentasi, skuama, krusta, papul. Hal ini sesuai
dengan efloresensi yang terdapat pada tinea korporis yaitu lesi dapat berbentuk
makula/ plak merah/ hiperpigmentasi, bulat atau lonjong, berbatas tegas dengan
tepi aktif dan penyembuhan sentral. Timbulnya kelainan pada kulit ini disebabkan
oleh dermatofit melepaskan enzim keratolitik yang berdifusi ke jaringan
epidermis menimbulkan peradangan. Respon terhadap inflamasi dapat berupa
eritema, papulasi, dan kadang vesikulasi. Karena pertumbuhan jamur dengan pola
radial di dalam stratum korneum menyebabkan timbulnya lesi kulit dengan batas
yang jelas dan meninggi. (8)

12
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah Sediaan kerokan kulit
dengan Kalium Hidroksida (KOH) 10%, Sediaan kerokan kulit dengan Kalium
Hidroksida (KOH) 10%, Pemeriksaan lampu wood, Pembiakan spesies jamur.

Diagnosis banding pada kasus ini yaitu Tinea Korporis, Pitiriasis Versikolor,
Psoriasis, Pitiriasis Rosea, Dermatitis Numularis.
 Tinea Korporis
Tinea Korporis (tinea sirsinata, tinea glabrosa, Scherende Flechte,
herpes sircine trichophytique) atau yang dikenal dengan kurap adalah
penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur superfisial golongan dermatofita,
menyerang daerah kulit tak berambut pada wajah, badan, lengan dan tungkai.
Penderita mengeluh gatal dan kelainan berbatas tegas, terdiri atas bermacam –
macam efloresensi kulit (polimorfi). Bagian tepi lesi aktif (lebih jelas tanda –
tanda peradangannya) daripada bagian tengah. Wujud lesi dapat berupa; lesi
berbentuk makula/ plak yang merah/ hiperpigmentasi dengan tepi aktif dan
penyembuhan sentral, skuama. Pada tepi lesi di jumpai papula – papula
eritematosa atau vesikel. Gambaran lesi dapat polisiklik, anular atau
geografis.( 7,8)
 Pitiriasis Versikolor
Pitiriasis Versikolor adalah penyakit jamur superfisialis yang kronik,
biasanya tidak memberikan keluhan subyektif, berupa bercak berskuama halus
yang berwarna putih sampai coklat hitam yang meliputi badan dan kadang
sampai menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka dan
kulit kepala yang berambut. Penyakit ini disebabkan oleh Malassezia furtur
Robin, faktor predisposisi endogen: defisiensi imun dan eksogen: karena
faktor suhu, kelembapan udara dan keringat. Kelainan kulit meliputi bercak –
bercak berwarna – warni, bentuk tidak teratur sampai teratur, batas jelas
sampai difus, kadang penderita merasa gatal ringan. Pada pemeriksaan lampu
sinar Wood, flouresensi lesi kulit berwarna kuning keemasan dan pada
pemeriksaan sediaan langsung kerokan kulit dengan larutan KOH 20% terlihat
hifa pendek dan spora – spora bulat yang dapat berkelompok.(9,10,11)

13
 Psoriasis Vulgaris
Psoriaris adalah penyakit yang disebabkan oleh autoimun, bersifat
kronik dan residif, ditandai dengan adanya bercak – bercak eritema berbatas
tegas dengan skuama kasar, berlapis – lapis dan transparan disertai femomena
tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner. Sebagian penderita mengeluh gatal ringan.
Fenomena tetesan lilin adalah skuama yang berubah warnanya menjadi putih
pada goresan, seperti lilin yang digores. Fenomena Auspitz tampak serum atau
darah berbintik – bintik yang disebabkan oleh papilomatosis. Tempat
predileksi meliputi skalp, perbatasan daerah tersebut dengan muka,
ekstremitas bagian ekstensor terutama siku serta lutut dan daerah lumbosakral.
(6)

 Pitiriasis Rosea
Pitiriasis Rosea adalah erupsi papuloskuamosa akut, morfologi khas
berupa makula eritematosa lonjong dengan diameter terpanjang sesuai dengan
lipatan kulit serta ditutupi oleh skuama halus. Penyebab penyakit ini masih
belum diketahui, dapat menyerang semua umur dan lebih sering pada cuaca
dingin. Keluhan biasanya berupa timbul bercak seluruh tubuh terutama daerah
yang tertutup pakaian berbentuk bulat panjang, mengikuti lipatan kulit.
Diawali dengan bercak besar disekitarnya terdapat bercak kecil. Ukuran
bercak dari seujung jarum pentul sampai sebesar uang logam. Dapat didahului
gejala prodormal ringan seperti badan lemah. sakit kepala, dan sakit
tenggorokan. Tempat predileksi yaitu tersebar diseluruh tubuh terutama
tempat yang tertutup oleh pakaian. Efloresensi meliputi makula eritematosa
anular dan solitar, bentuk lonjong dengan tepi hampir tidak nyata dan bagian
sentral bersisik, agak berkeringat. Penyakit ini sering disangka jamur karena
gambaran klinisnya mirip tinea korporis yaitu terdapat eritema dan skuama
dipinggir dan bentuknya anular. Perbedaannya pada pitiriasis rosea gatalnya
tidak begitu berat, skuamanya halus sedangkan pada tinea korporis kasar.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk membedakan dengan tinea

14
korporis adalah pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH 10%, yang pada tinea
akan memberikan hasil positif. (9)
 Dermatitis Numularis
Dermatitis numularis adalah dermatitis yang lesinya berbentuk mata
uang atau agak lonjong, berbatas tegas dengan efloresensi berupa
papulovesikel, biasanya mudah pecah sehingga basah. Penyakit ini terjadi
pada orang dewasa, lebig sering pada pria dibanding wanita. Penderita
dermatitis numularis umumnya mengeluh sangat gatal dan disertai nyeri,
perjalanan penyakit ini diawali dengan eritema berbentuk lingkaran,
selanjutnya melebar sebesar uang logam yang dikeliling oleh papul dan
vesikel. Pada lesi akut berupa vesikel dan papulovesikel, kemudian membesar
dengan berkonfluensi atau meluas kesamping, membentuk satu lesi
karakteristik seperti uang logam, eritema, sedikit edematosa, berbatas tegas,
lambat laun akan pecah terjadi eksudasi kemudian mengering menjadi krusta
kekuningan. Pada penyakit ini penyembuhan dimulai dari tengah sehingga
terkesan penyerupai lesi dermatomikosis, lesi yang sama berupa likenifikasi
dan skuama. Jumla lesi pada dermatitis numularis dapat satu, dapat pula
banyak an tersebar, bilateral atau simetri dengan ukuran dari numular sampai
plakat. Tempat predileksi penyakit ini tungkai bawah, badan, tangan termasuk
punggung tangan. Pada pemeriksaan histopatologi, ditemukan spongiosis
vesikel intradermal, serbukan sel radang limfosit dan makrofag disekitar
pembuluh darah. Perbedaaanya pada tinea lesinya berupa pinggir aktif,
bagian tengah agak menyembuh, hifa positif dari pemeriksaan sediaan
langsung. (6)

Penatalaksanaan pada pasien meliputi umum dan khusus, pada


pentalalaksanaan umum adalah memberikan edukasi pada pasien untuk
meningkat kebersihan badan karena penyakit ini juga dipengaruhi oleh
kebersihan lingkungan dan kelembapan.(10)

15
Penatalaksanaan secara khusus meliputi pemberian obat sistemik yaitu
griseofulvin merupakan antibiotik antijamur yang berasal dari spesies Penicilium
mold. obat anti jamur yang pertama diberikan secara oral untuk pengobatan
dermatofitosis yang bersifat fungistatik, berikatan dengan protein mikrotubular
dan menghambat mitosis sel jamur. Dosis griseofulvin (pemberian secara oral)
yaitu dewasa 500 -1000 mg / hari (mikrosize) dosis tunggal atau terbagi dan 330
– 375 mg / hari (ultramikrosize) dosis tunggal atau terbagi.(11)

Pemberan obat topikal yaitu anti jamur golongan imidazol yang mempunyai
spekturm luas. Obat topikal yang dipilih untuk pasien ini adalah mikonazol.
Ketokonazol merupaka spekturm antijamur yang lebar terhadap jamur
dermatofit. Mikonazol menghambat aktivitas jamur Trichophyton,
Epidermophyton, Microsporum, Candida dan Mallassezia furfur. Mekanisme
kerja obat ini belum diketahui sepenuhnya. Ketokonazol masuk kedalam sel
jamur dan menyebabkan kerusakan dinding sel jamur, dengan cara menghambat
sintesa ergosterol, penimbunan peroksida dalam sel jamur dan mengganggu
sintesis asam nukleat. Obat ini diberikan dalam bentuk krim ketokonazle 2%
yang dipakai 2 kali sehari selama 2 minggu. Pada pasien juga diberikan,
cetirizine merupakan antihistamin H1 untuk mengatasi rasa gatal, mekanisme
kerjanya yaitu inhibisi selektif dari reseptor H perifer. Obat ini efek
mengantuknya minimal, dosis yang diberikan adah 1x10 mg sehari. (12) Prognosis
pada kasus tinea korporis ini baik dengan terapi yang tepat asalkan kelembapan
dan kebersihan kulit selalu dijaga.(12)

DAFTAR PUSTAKA

16
1. Editor: Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-6. Jakarta:
FKUI; 2013.
2. Wolff K, Johnson RA, Suurmond D. Cutaneus Fungal Infection. Fitzpatrick’s
Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. The McGraw Hill
Company; 2007.
3. Braun CA. Anderson CM. Phatophysiology Functional Alterations in Human
Health. United Stated: Lipincott Wiliams and Wilkins: 2007.p.114-119.
4. Lesher JL. Tinea Corporis. 2012 Jan 24 (diakses 10 Mei 2019): (4 layar).
Diunduh dari: URL:
http://emedicine.medscape.com/article/1091473-overview#showall.
5. Hidayati AN, Suyoso S, Hinda PD, Sandra E. Mikosis Superfisialis di Divisi
Mikologi Unit Rawat Jalan Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo
Surabaya Tahun 2003–2005. 2009 Apr 1; 21.1-8.
6. Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi ke-3: Jakarta: EGC;
2004.
7. Gomes FS, Oliveira EF, Nepomuceno LB, Pimentel RF, Marques SH,
Mesquita M. Dermatophytosis diagnosed at the Evandro Chagas Institute,
Para, Brazil. Brazilian Journal of Microbiology. 2012 Jun 06. 44(2): 443-446.
8. Kurniati CR. Etiopatogenesis Dermatofitosis. FK UNAIR/RSU Dr. Soetomo.
2008 Des 03; 20.1-8
9. Sutedjo AY. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. Edisi Revisi: Yogyakarta: Amara Books; 2008.hal.204.
10. Siregar RS. Penyakit Jamur Kulit. Edisi ke-2: Jakarta: EGC; 2004.hal.1-13.
11. Sacher A. Mcpherson RA. Prinsip – prinsip Mikrobiologi Klinis dalam
Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Edisi ke-11: EGC: Jakarta;
2004.hal.394.
12. Setiabudy R, Bahry B. Obat Jamur. Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-5:
FKUI: Jakarta; 2007.hal.571-584.

17

Anda mungkin juga menyukai