104)
Pembimbing:
dr. Yosianna Liska, Sp.A
Nama • Anak AR
Tanggal lahir
• 04 Januari 2018
Agama • Islam
IDENTITAS PASIEN
Panjang badan • 78 cm
Keluhan tambahan
• Batuk, pilek, demam naik turun, keringat dimalam hari
Perjalanan penyakit
1 hari yang
5 hari yang lalu
lalu
AN
Langsung Menangis : (+)
Kemerahan : (+)
0-6 ASI - - -
6-10 ASI/PASI + + -
10-17 ASI/PASI + + +
Jenis makanan Frekuensi dan jumlah
Riwayat sosial •Penghasilan per bulan ayah pasien cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Orang tua pasien menolak menyebutkan
ekonomi nominal penghasilan per hari atau per bulannya.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
• Tampak sakit sedang
Pernafasan • 38x/menit
• Kepala: normocephali
• Rambut: rambut hitam, distribusi merata dan tidak mudah dicabut
• Wajah : Wajah simetris, tidak tampak dismorfik
• Mata : palpebral edema - / -, hyperpemic palpebras - / -, sklera jaundice - / -,
conjunctival anemic - / -, exophthalmos - / -, strabismus - / -, lagoftalmos - /
-, isocorous round periorbita pupil, reflek cahaya langsung + / +; reflek
cahaya tidak langsung + / +
• Hidung : Bentuk simetris, sekret -/-, hiperemis pada mukosa -/-napas
cuping hidung -/-, tidak terdapat deviasi septum nasal
• Bibir: mukosa berwarna kemerahan, tidak tampak sianosis
• Mulut : tidak tampak trismus, mukosa mulut berwarna kemerahan tidak
tampak sianosis
• Tenggorokan : Uvula terletak ditengah, tonsil T1/T1, tidak hiperemis.
• Leher : Tidak tampak deformitas atau benjolan, tidak teraba
pembesaran KGB maupun tiroid
Status generalis
Thoraks :
Jantung
Inspeksi: iktus kordis tidak terlihat di ICS IV line midclavicularis
sinistra
Palpasi : iktus kordis teraba di ICS IV linea midclavicularis sinistra
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi: BJ I & BJ II regular, tidak terdengar murmur dan gallop
Paru-paru
Inspeksi: gerak dinding dada simetris, terdapat retraksi subcostal (+)
Palpasi : gerak napas simetris,
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi: suara napas vesikuler pada kedua lapang paru, Ronkhi
+/+, Wheezing +/+ pada seluruh ekspirasi dan sebagian inspirasi
pada kedua lapang paru
Status generalis
Abdomen :
Inspeksi: datar, tak tampak smiling umbilicus, distensi (-)
Auskultasi : bising usus (+), frekuensi 3-4 x/menit
Palpasi : teraba supel, turgor kulit cepat kembali, tidak teraba
pembesaran organ, nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani di seluruh kuadran abdomen
Genitalia: Jenis kelamin laki-laki. Tidak ada pembesaran skrotum
Ekstremitas :
Inspeksi: simetris, tidak terdapat deformitas, tidak tampak sianosis,
tidak tampak edema pada kedua tungkai bawah.
Palpasi : akral hangat pada keempat ekstremitas, capillary refill
time< 2 detik
Pemeriksaan laboratorium
Deskripsi:
Intensitas cukup, simetris,
inspirasi cukup.
Mediastinum tidak melebar
Jantung: kesan jantung tidak
membesar, batas jantung kiri,
batas jantung kanan jelas
Pulmo:
Tampak perselubungan hiller
dan perihiler kanan,
tampak peningkatan corakan
bronkovaskuler yang tersebar
merata pada kedua lapang paru
Diafragma: sinus kostofrenikus
dan hemidiafragma kanan dan
kiri baik
Resume
• Seorang Anak AR, usia 1 tahun 7 bulan dengan keluhan sesak napas sejak
1 hari sebelum masuk rumah sakit. Ibu pasien mengatakan sesak nafas ini
baru terjadi pertama kalinya, timbul setelah pasien mengalami batuk yang
panjang, saat sesak tidak terdengar suara “ngik”, sesak tidak dipengaruhi
perubahan posisi maupun tanpa adanya pencetus seperti debu, udara
dingin, dan bulu binatang
• Sebelumnya, sesak nafas didahului oleh batuk yang di rasakan sejak 5 hari
sebelum masuk rumah sakit. Batuk awalnya hanya ringan, dirasakan tidak
berdahak. Namun selama 2 hari ini batuk terjadi sangat panjang, sering
dan berulang. Batuk terdengar seperti berdahak namun tidak ada dahak
yang keluar. Batuk tidak dicetuskan karena terpapar debu atau dingin, dan
tidak ada bersin-bersin di pagi hari. Batuk semakin lama dirasakan
semakin parah yang membuat napas pasien menjadi berat dan cepat.
Pasien juga mengalami pilek bersamaan dengan batuk. Pilek dengan ingus
bening encer.
Resume
Diagnosis banding
• O2 nasal 2l/menit
• Edukasi kepada orang tua • IVFD KAEN 1B 3cc/kgbb/jam
pasien mengenai keadaan • Bronkodilator : Terbutalin (0,05 –
pasien dan menjelaskan 0,1 mg/kgbb) → 2x0,5 mg
kemungkinan adanya gejala • Nebulisasi : Combivent 0,5 cc
berulang lagi dalam NaCl 0,9% 1 cc diulang
• Edukasi agar pasien jangan tiap 4-6 jam
terpapar dengan asap rokok • Antibiotik : Inj Ampicillin ( 100-
dan menghindari polusi 200 mg/kgbb) → x 250 mg
udara • Steroid : Inj. Dexamethasone (0,6
• Edukasi keluarga untuk mg/kgbb) → 4 x 1,5 mg
lebih memperhatikan • Mukolitik : Ambroxol 3 x 5 mg
lingkungan bermain anak • Antipiretik : Paracetamol
(20mg/kgbb) → 2 x 100 mg bila
suhu ≥38°C
Follow Up 22 Agustus 2019
S: Sesak (+), Batuk (+), Pilek (+), demam (-)
A: - Bronkiolitis Akut
P: O2 nasal 2l/menit
IVFD KAEN 1B 3cc/kgbb/jam
Nebulisasi combivent 0,5cc dalam NaCl 0,9% 1 cc
Terbutalin 2x0,4mg
Inj.Ampicillin 4x250mg
Inj.Dexamethasone 3x1,5mg
Ambroxol 3x5mg
Follow Up 23 Agustus 2019
S: Sesak berkurang (+), Batuk (+), Pilek (+), demam (-)
A: - Bronkiolitis Akut
A: - Bronkiolitis Akut
P: Terbutalin 2x0,4mg
Ampicillin 2x100mg
Ambroxol 3x5mg
Boleh pulang
Diagnosis
• Bronkiolitis akut
Prognosis
• Ad vitam: ad bonam
• Ad functionam: ad bonam
• Ad sanationam: Dubia ad bonam
Analisis kasus
Pasien datang keluhan sesak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak pada
pasien disebabkan oleh virus yang bereplikasi di dalam nasofaring dan
kemudian menyebar dari saluran nafas atas ke saluran nafas bawah melalui
penyebaran langsung pada epitel saluran nafas
Pasien yang masih berusia 1 tahun 7 bulan sangat rentan untuk mengalami
bronkiolitis karena respon imun yang buruk sehingga virus lebih mudah
bereplikasi dan menginfeksi saluran nafas.
Analisis kasus
Pasien tinggal di tempat yang padat penduduk dengan sosial ekonomi yang
rendah. Hal ini merupakan faktor risiko untuk terjadinya bronkiolitis.
Pasien yang masih berusia 1 tahun 7 bulan sangat rentan untuk mengalami
bronkiolitis karena respon imun yang buruk sehingga virus lebih mudah
bereplikasi dan menginfeksi saluran nafas.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan takipnea dan retraksi sela iga. Takipnea
biasanya terjadi saat adanya ketidakseimbangan antara karbondioksida dan
oksigen. Takipnea merupakan mekanisme kompensasi agar oksigen bisa masuk dan
tersalurkan ke dalam tubuh dan dapat membuang karbon dioksida yang
menumpuk.
Analisis kasus
adanya ronkhi dan wheezing pada saat inspirasi dan ekspirasi menandakan
bahwa adanya udara yang melewati saluran nafas yang sempit karena
adanya obstruksi saluran nafas.
• Bronkiolitis akut
• Bronkiolitis obliteran.
• Mula-mula bayi mendapatkan infeksi saluran napas ringan berupa pilek encer,
batuk, bersin-bersin, dan kadang-kadang demam.
• kemudian timbul distres respirasi yang ditandai oleh batuk paroksimal, mengi,
dispneu
• distres pernapasan
• terdapat napas cuping hidung, penggunaan otot pernapasan tambahan, retraksi,
dan kadang-kadang sianosis.
• Mungkin terdengar ronki pada akhir inspirasi dan awal ekpirasi
• Leukosit dan hitung jenis biasanya dalam batas normal
• Pada keadaan yang berat, gambaran analisis gas darah akan menunjukkan
hiperkapnia
Penegakan
diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan Lab
• Tes laboratorium rutin tidak spesifik.
Hitung lekosit biasanya normal
Pemeriksaan fisik • Leukosit dan hitung jenis biasanya dalam
• distres nafas dengan frekuensi nafas batas normal
lebih dari 60 kali per menit (takipneu) • Analisa gas darah hiperkapnea, asidosis
• kadang-kadang disertai sianosis, dan metabolik/ respiratorik
nadi juga biasanya meningkat.
• nafas cuping hidung
• penggunaan otot pembantu pernafasan Pemeriksaan Radiologi
yang mengakibatkan terjadinya retraksi • bronkiolitis ringan paru-paru
pada daerah interkostal dan daerah sub mengembang. Bisa juga didapatkan bercak-
kostal.). bercak yang tersebar, mungkin atelektasis
• Terdapat ekspirasi yang memanjang, (patchy atelectasis ) atau pneumonia (patchy
wheezing yang dapat terdengar infiltrates).
• Hepar dan lien akan teraba beberapa cm
dibawah tepi batas bawah tulang iga. pemeriksaan antigen RSV dengan
menggunakan cara imunofluoresen atau
ELISA. Sensitifitas pemeriksaan ini adalah 80-
90%.4,5
• Untuk menilai kegawatan penderita dapat dipakai skor Respiratory Distress Assessment
Instrument (RDAI)
Bila skor lebih dari 15 dimasukkan kategori berat
bila skor kurang 3 dimasukkan dalam kategori ringan.
Saturasi oksigen <95% merupakan tanda terjadinya hipoksia dan merupakan indikasi untuk
rawat inap
Penatalaksanaan
Pengobatan Medikamentosa
• Antivirus (Ribavirin) dengan cara
Terapi supportif nebulizer aerosol 12-18 jam per hari
• Pemberian oksigen, minimal handling atau dosis kecil.6
pada bay • Bronkodilator Obat-obat beta 2 agonis
• cairan intravena dan kecukupan cairan • Kortikosteroid (tidak melebihi 5 hari):
• tunjangan respirasi bila perlu, dan nutrisi. deksametason 0,5 mg/kgBB
dilanjutkan 0,5 mg/kgBB/hari dibagi
3-4 dosis
• Antibiotik: ampisilin 100 - 200
mg/kgBB/hari secara intravena
dibagi 4 dosis. kemungkinan sekunder
Edukasi oleh Chlamidia trachomatis diberikan
• Informasi mengenai penyakit bronkiolitis kloramfenikol 50-100 mg/kgBB/hari
• Cara pencegahan penyakit dan dlam 3 kali pemberian.6
penyebarannya dengan menghindari
anak dari paparan asap rokok ataupun
zat yang mengiritasi lainnya, melakukan
cuci tangan, dll.8
Pencegahan
• Fase penyakit yang paling kritis terjadi selama 48-72 jam pertama
sesudah batuk dan dispnea
• Sesudah periode klinis, perbaikan terjadi dengan cepat dan
seringkali secara drastis. Penyembuhan selesai dalam beberapa
hari
• Kematian pada bronkiolitis akibat dari serangan apnea yang
lama, asidosis respiratorik berat yang tidak terkompensasi, atau
dehidrasi berat akibat
Daftar pustaka