Anda di halaman 1dari 49

Juliand Hidayat (030.13.

104)

Pembimbing:
dr. Yosianna Liska, Sp.A

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI


KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG
IDENTITAS PASIEN

Nama • Anak AR

Umur • 1 tahun 7 bulan 18 hari

Tanggal lahir
• 04 Januari 2018

Jenis kelamin • Laki-laki

Alamat • Jl. Poris Kutamukti, Karawang

Agama • Islam
IDENTITAS PASIEN

Suku bangsa • Sunda

Berat badan • 10,8kg

Panjang badan • 78 cm

Interpretasi gizi • (-2SD) -- +1SD (gizi baik)

Masuk rumah sakit • 22 Agustus 2019

No. Rekam Medik • 00750376


Keluhan utama
• Pasien datang dengan keluhan sesak nafas sejak 1 hari
SMRS

Keluhan tambahan
• Batuk, pilek, demam naik turun, keringat dimalam hari
Perjalanan penyakit

1 hari yang
5 hari yang lalu
lalu

• Batuk awalnya ringan • Bersamaan dengan


dan tidak berdahak, batuk pilek, os juga
• Pasien di rawat dengan namun selama 2 hari ini demam naik turun,
keluhan sesak nafas menjadi sering dan lebih sering muncul
sejak 1 hari smrs, baru berulang. Batuk menjadi pada malam hari.
pertama kali, timbul berdahak namun tidak Menggigil (-), kejang
setelah pasien bisa dikeluarkan. Tidak (-), tidak semakin
mengalami batuk yang disertai bersin di pagi berat dan mereda
panjang. Tidak disertai hari. Batuk semakin dengan sendirinya
suara ‘ngik’, tidak lama semakin parah • 1 bulan terjadi
dipengaruhi pencetus yang membuat pasien penurunan bb
spt debu, udara dingin nafas pasien menjadi sebanyak 2 ons, tidak
dan bulu binatang berat dan cepat ada penurunan nafsu
• Disertai pilek bening makan
encer
History of Pregnancy Pregnancy Morbidity -

Antenatal Care Rutin setiap bulan ke bidan setempat

History of Birth Tempat persalinan RSUD Karawang

Penolong persalinan Dokter

Cara persalinan Spontan per vaginam

Masa gestasi 40 minggu


RIWAYAT
KEHAMIL Kondisi bayi Berat lahir : 3200 gram

AN DAN panjang lahir : orang tua pasien lupa

PERSALIN Lingkar Kepala : Orang tua pasien Lupa

AN
Langsung Menangis : (+)

Kemerahan : (+)

APGAR score : orang tua pasien tidak


mengetahui

Kelainan bawaan : (-)


Riwayat perkembangan

• Mengangkat kepala : 4 months (Normal: 1-3


months)
• Menggenggam : 5 months (Normal: 1-3
months)
• Berguling : 8 months (Normal: 4-7
months)
• Tengkurap : 9 months (Normal: 6-9
months)
• Berdiri : 14 months (Normal: 9-16
months)
• Berjalan : 18 Bulan ( normal : 12-18
bulan )

Kesimpulan riwayat pertumbuhan dan perkembangan: Tidak terdapat keterlambatan


dalam pertumbuhan dan perkembangan pada pasien.
Riwayat makanan

Age ASI/PASI Fruit / Milk Steamed


Biscuits
(Months) porridge rice

0-6 ASI - - -

6-10 ASI/PASI + + -

10-17 ASI/PASI + + +
Jenis makanan Frekuensi dan jumlah

Nasi 2-3x/ hari


Sayur 2-3x/ hari
Daging Belum diberikan
Ikan Belum diberikan
Telur 2-3x/ hari
Tahu /Tempe 2-3x/ hari

Kesimpulan riwayat makanan : Kuantitas dan kualitas makanan


pasien cukup baik .
Riwayat Imunisasi

Vaccine Basic (age in months) Repeat (months)


Hepatitis B 0 2 3
BCG 1
Polio 1 2 3
DPT/PT 2 3 4
Hib 2 3 4
Campak 9

Kesimpulan: Riwayat imunisasi lengkap sesuai usia


•Kakek pasien memiliki riwayat Asma
Riwayat keluarga •Riwayat penyakit diabetes melitus, penyakit jantung, penyakit
paru, penyakit ginjal, dan alergi disangkal oleh orang tua pasien

Riwayat kebiasaan •Ayah pasien seorang perokok 1bungkus/hari


keluarga •Keluarga tidak olahraga secara rutin

•Pasien dan keluarga tinggal dikontrakan, serumah 3 orang yang


Riwayat tinggal
lingkungan tempat •Pencahayaan dan ventilasi cukup baik
•Sampah dibuang setiap hari

Riwayat sosial •Penghasilan per bulan ayah pasien cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Orang tua pasien menolak menyebutkan
ekonomi nominal penghasilan per hari atau per bulannya.
Pemeriksaan fisik

Keadaan umum
• Tampak sakit sedang

Keadaan gizi • Cukup/baik

Tekanan darah • 90/60 mmHg

Nadi • 110x/menit teratur

Pernafasan • 38x/menit

Temperatur • 36,8 C axilla


Pengukuran berdasarkan grafik WHO
• Weight: 10,8 kg
• Length: 78 cm

BB/U : (-2SD) - + 2SD (Berat badan cukup)


TB/U : (-2SD) - + 2SD (Tinggi badan Normal)
BB/TB : (-2SD) - + 2SD (Gizi baik/ cukup)

Kesimpulan : status gizi baik


Status generalis

• Kepala: normocephali
• Rambut: rambut hitam, distribusi merata dan tidak mudah dicabut
• Wajah : Wajah simetris, tidak tampak dismorfik
• Mata : palpebral edema - / -, hyperpemic palpebras - / -, sklera jaundice - / -,
conjunctival anemic - / -, exophthalmos - / -, strabismus - / -, lagoftalmos - /
-, isocorous round periorbita pupil, reflek cahaya langsung + / +; reflek
cahaya tidak langsung + / +
• Hidung : Bentuk simetris, sekret -/-, hiperemis pada mukosa -/-napas
cuping hidung -/-, tidak terdapat deviasi septum nasal
• Bibir: mukosa berwarna kemerahan, tidak tampak sianosis
• Mulut : tidak tampak trismus, mukosa mulut berwarna kemerahan tidak
tampak sianosis
• Tenggorokan : Uvula terletak ditengah, tonsil T1/T1, tidak hiperemis.
• Leher : Tidak tampak deformitas atau benjolan, tidak teraba
pembesaran KGB maupun tiroid
Status generalis

Thoraks :
Jantung
Inspeksi: iktus kordis tidak terlihat di ICS IV line midclavicularis
sinistra
Palpasi : iktus kordis teraba di ICS IV linea midclavicularis sinistra
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi: BJ I & BJ II regular, tidak terdengar murmur dan gallop

Paru-paru
Inspeksi: gerak dinding dada simetris, terdapat retraksi subcostal (+)
Palpasi : gerak napas simetris,
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi: suara napas vesikuler pada kedua lapang paru, Ronkhi
+/+, Wheezing +/+ pada seluruh ekspirasi dan sebagian inspirasi
pada kedua lapang paru
Status generalis

Abdomen :
Inspeksi: datar, tak tampak smiling umbilicus, distensi (-)
Auskultasi : bising usus (+), frekuensi 3-4 x/menit
Palpasi : teraba supel, turgor kulit cepat kembali, tidak teraba
pembesaran organ, nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani di seluruh kuadran abdomen
Genitalia: Jenis kelamin laki-laki. Tidak ada pembesaran skrotum

Ekstremitas :
Inspeksi: simetris, tidak terdapat deformitas, tidak tampak sianosis,
tidak tampak edema pada kedua tungkai bawah.
Palpasi : akral hangat pada keempat ekstremitas, capillary refill
time< 2 detik
Pemeriksaan laboratorium

Parameter Hasil Nilai Rujukan


HEMATOLOGI
Hemoglobin 10,5 g/dL 10,5 – 14,0 g/dL
Eritrosit 5,28x 106/ µL 3,60 - 5,20 x 10 6/ µL
Leukosit 10,28x 103/ µL 6,30 - 14,00 x 103/ µL
Trombosit 375 x 103/µL 150 - 400 x 103/µL
Hematokrit 33,5 % 35,0 – 53,0 %
MCV 63 fL 72 – 88 fL
MCH 20 pg 24 – 30 pg
MCHC 32 g/dL 32 – 36 g/dL
RDW-CV 19,5 % 12,2 - 15,3 %
SEROLOGI
LED 17 mm/jam 0 - 10 mm/jam
Rontgen Thorax

Deskripsi:
 Intensitas cukup, simetris,
inspirasi cukup.
 Mediastinum tidak melebar
 Jantung: kesan jantung tidak
membesar, batas jantung kiri,
batas jantung kanan jelas
 Pulmo:
 Tampak perselubungan hiller
dan perihiler kanan,
 tampak peningkatan corakan
bronkovaskuler yang tersebar
merata pada kedua lapang paru
 Diafragma: sinus kostofrenikus
dan hemidiafragma kanan dan
kiri baik
Resume

• Seorang Anak AR, usia 1 tahun 7 bulan dengan keluhan sesak napas sejak
1 hari sebelum masuk rumah sakit. Ibu pasien mengatakan sesak nafas ini
baru terjadi pertama kalinya, timbul setelah pasien mengalami batuk yang
panjang, saat sesak tidak terdengar suara “ngik”, sesak tidak dipengaruhi
perubahan posisi maupun tanpa adanya pencetus seperti debu, udara
dingin, dan bulu binatang
• Sebelumnya, sesak nafas didahului oleh batuk yang di rasakan sejak 5 hari
sebelum masuk rumah sakit. Batuk awalnya hanya ringan, dirasakan tidak
berdahak. Namun selama 2 hari ini batuk terjadi sangat panjang, sering
dan berulang. Batuk terdengar seperti berdahak namun tidak ada dahak
yang keluar. Batuk tidak dicetuskan karena terpapar debu atau dingin, dan
tidak ada bersin-bersin di pagi hari. Batuk semakin lama dirasakan
semakin parah yang membuat napas pasien menjadi berat dan cepat.
Pasien juga mengalami pilek bersamaan dengan batuk. Pilek dengan ingus
bening encer.
Resume

• Bersamaan dengan batuk pilek, ibu pasien mengatakan bahwa anaknya


juga demam. Demam naik turun, lebih sering timbul pada malam hari.
Demam tidak diukur dengan termometer, namun teraba panas yang tidak
terlalu tinggi dengan rabaan tangan. Demam tidak diikuti dengan
menggigil, tidak kejang, tidak semakin berat dan mereda dengan
sendirinya.
• Namun ibu pasien mengatakan tadi malam pasien berkeringat malam.
Selama 1 bulan terjadi penurunan berat badan sebanyak 2 ons, namun
tidak ada penurunan nafsu makan dan pemberian asi. Mual dan muntah
disangkal oleh ibu pasien. BAB dan BAK dalam batas normal
• Riwayat pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan usia. Riwayat
makanan kuantitas dan kualitas makanan pasien cukup baik. Riwayat
imunisasi pasien lenkap sesuai usia.
Resume

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum anak tampak sakit


sedang, nadi: 110 x/menit, pernapasan : 38x/menit, suhu : 36,8°C , SpO2 :
93%. Status antopometri anak:
BB/U : (-2SD) - + 2SD (Berat badan cukup)
TB/U : (-2SD) - + 2SD (Tinggi badan Normal)
BB/TB : (-2SD) - + 2SD (Gizi baik/ cukup)
Resume

Pada pemeriksaan thorax didapatkan retraksi subcostal (+) serta auskultasi


terdengar ekspirasi memanjang disertai ronki dikedua lapang paru dan
wheezing pada kedua lapang paru.

Pada pemeriksaan laboratorium, yaitu pemeriksaan darah rutin yang


dilakukan pemeriksaan laboratorium pada tanggal 22 Agustus 2019,
didapatkan nilai Eritrosit 5,28 x 106/ µL, Hematokrit 33,5%, MCV 63 fl,
MCH 20 pg, RDW-CV 19,5%, LED 17 mm/jam.
Diagnosis kerja

• Bronkiolitis Akut Pemeriksaan anjuran


• Gizi baik
• Imunisasi lengkap sesuai usia

• Analisa gas darah


• Rontgen thorax
• Mantoux test

Diagnosis banding

• Asma persisten serangan ringan


sedang
• Tb paru
• Bronkopneumonia
Tatalaksana

• O2 nasal 2l/menit
• Edukasi kepada orang tua • IVFD KAEN 1B 3cc/kgbb/jam
pasien mengenai keadaan • Bronkodilator : Terbutalin (0,05 –
pasien dan menjelaskan 0,1 mg/kgbb) → 2x0,5 mg
kemungkinan adanya gejala • Nebulisasi : Combivent 0,5 cc
berulang lagi dalam NaCl 0,9% 1 cc diulang
• Edukasi agar pasien jangan tiap 4-6 jam
terpapar dengan asap rokok • Antibiotik : Inj Ampicillin ( 100-
dan menghindari polusi 200 mg/kgbb) → x 250 mg
udara • Steroid : Inj. Dexamethasone (0,6
• Edukasi keluarga untuk mg/kgbb) → 4 x 1,5 mg
lebih memperhatikan • Mukolitik : Ambroxol 3 x 5 mg
lingkungan bermain anak • Antipiretik : Paracetamol
(20mg/kgbb) → 2 x 100 mg bila
suhu ≥38°C
Follow Up 22 Agustus 2019
S: Sesak (+), Batuk (+), Pilek (+), demam (-)

O: Kesan sakit: TSS Kepala : Normocephal


Kesadaran: CM Konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-,
N: 120x/menit Thorax: SNV +/+; Rh +/+; Wh +/+, retraksi
P: 38 x/menit subcostal (+)
S: 36,5 0C Jantung: S1 S2 reg m (-) g (-)
SpO2 : 98 % Abdomen: BU 2-3x/menit, supel, NT-,
Ekstremitas: AH +/+; oedem ekstremitas -/-
CRT < 2”

A: - Bronkiolitis Akut

P: O2 nasal 2l/menit
IVFD KAEN 1B 3cc/kgbb/jam
Nebulisasi combivent 0,5cc dalam NaCl 0,9% 1 cc
Terbutalin 2x0,4mg
Inj.Ampicillin 4x250mg
Inj.Dexamethasone 3x1,5mg
Ambroxol 3x5mg
Follow Up 23 Agustus 2019
S: Sesak berkurang (+), Batuk (+), Pilek (+), demam (-)

O: Kesan sakit: TSS Kepala : Normocephal


Kesadaran: CM Konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-,
N: 110x/menit Thorax: SNV +/+; Rh -/-; Wh -/-, retraksi
P: 30x/menit subcostal (-)
S: 37,50C Jantung: S1 S2 reg m (-) g (-)
SpO2 : 98 % Abdomen: BU 2-3x/menit, supel, NT-,
Ekstremitas: AH +/+; oedem ekstremitas -/-
CRT < 2”

A: - Bronkiolitis Akut

P: Oksigen nasal 2l/menit


IVFD KAEN 1B 3cc/kgbb/jam
Nebulisasi combivent 0,5cc dalam NaCl 0,9% 1 cc
Terbutalin 2x0,4mg
Inj. Ampicillin 4x250mg
Ambroxol 3x5mg
Follow Up 24 Agustus 2019
S: Tidak ada keluhan

O: Kesan sakit: TSS Kepala : Normocephal


Kesadaran: CM Konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-,
N: 112x/menit Thorax: SNV +/+; Rh -/-; Wh -/-, retraksi
P: 30x/menit subcostal (-)
S: 37,40C Jantung: S1 S2 reg m (-) g (-)
Abdomen: BU 2-3x/menit, supel, NT-,
Ekstremitas: AH +/+; oedem ekstremitas -/-
CRT < 2”

A: - Bronkiolitis Akut

P: Terbutalin 2x0,4mg
Ampicillin 2x100mg
Ambroxol 3x5mg
Boleh pulang
Diagnosis

• Bronkiolitis akut

Prognosis
• Ad vitam: ad bonam
• Ad functionam: ad bonam
• Ad sanationam: Dubia ad bonam
Analisis kasus

Pasien datang keluhan sesak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak pada
pasien disebabkan oleh virus yang bereplikasi di dalam nasofaring dan
kemudian menyebar dari saluran nafas atas ke saluran nafas bawah melalui
penyebaran langsung pada epitel saluran nafas

Pasien juga mengeluh batuk berdahak. Batuk merupakan mekanisme pertahanan


dari tubuh akibat adanya infeksi atau benda asing. Selain itu, pada bronkiolitis
tertimbun banyak mukus sehingga akan terjadi respon batuk untuk mengeluarkan
mukus.

Pasien yang masih berusia 1 tahun 7 bulan sangat rentan untuk mengalami
bronkiolitis karena respon imun yang buruk sehingga virus lebih mudah
bereplikasi dan menginfeksi saluran nafas.
Analisis kasus

Pasien tinggal di tempat yang padat penduduk dengan sosial ekonomi yang
rendah. Hal ini merupakan faktor risiko untuk terjadinya bronkiolitis.

Pasien yang masih berusia 1 tahun 7 bulan sangat rentan untuk mengalami
bronkiolitis karena respon imun yang buruk sehingga virus lebih mudah
bereplikasi dan menginfeksi saluran nafas.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan takipnea dan retraksi sela iga. Takipnea
biasanya terjadi saat adanya ketidakseimbangan antara karbondioksida dan
oksigen. Takipnea merupakan mekanisme kompensasi agar oksigen bisa masuk dan
tersalurkan ke dalam tubuh dan dapat membuang karbon dioksida yang
menumpuk.
Analisis kasus

adanya ronkhi dan wheezing pada saat inspirasi dan ekspirasi menandakan
bahwa adanya udara yang melewati saluran nafas yang sempit karena
adanya obstruksi saluran nafas.

Pada pemeriksaan labroratorium darah rutin tidak didapatkan peningkatan


jumlah leukosit sehingga meyingkirkan adanya infeksi akibat bakteri.

Pada pemeriksaan foto rontgen thorax didapatkan perselubungan hiller dan


perihiler kanan, tampak peningkatan corakan bronkovaskuler yang tersebar
merata pada kedua lapang paru sehingga dapat ditegakkan kesan
bronkiolitis.
Tinjauan Pustaka
Bronkiolitis

 Bronkiolitis adalah penyakit infeksi respiratorik akut-bawah


yang ditandai dengan adanya inflamasi pada bronkiolus.
Umumnya infeksi disebabkan oleh virus.

Penyakit ini terjadi sampai usia 2 tahun dengan insidens


puncaknya pada sekitar usia 6 bulan. Secara klinis ditandai
dengan episode wheezing, nafas cepat dan retraksi dada.4,5
Etiology

• Penyebab utama dari bronkiolitis adalah infeksi Repiratory Syncytical


Virus (RSV)
• penyebab lainadalah Adenovirus, virus influenza, virus parainfluenza,
Rhinovirus dan mikoplasma.
• Terdapat dua macam strain antigen RSV yaitu A dan B. RSV strain A
menyebabkan gejala yang pernapasan yang lebih berat dan
menimbulkan sekuele.
• Masa inkubasi RSV 2 - 5 hari
Epidemiologi

• Bronkiolitis mengenai anak usia dibawah 2 tahun dengan insiden


tertinggi pada bayi usia 6 bulan. Pada daerah yang penduduknya padat,
bronkiolitis oleh karena RSV terbanyak pada usia 2 bulan
• Di Negara dengan 4 musim, bronkiolitis banyak terdapat pada musim
dingin sampai awal musim semi, di Negara tropis pada musim hujan.6\
• Insiden infeksi RSV sama pada laki-laki dan wanita, namun
bronkiolitis berat lebih sering terjadi pada laki-laki
Faktor Resiko

• anak usia dibawah 2 tahun dengan insiden tertinggi pada bayi


usia 6 bulan
• kadar antibodi maternal (maternal neutralizing antibody) yang
rendah
• bayi dan anak dengan penyakit jantung bawaan
• status sosial ekonomi yang rendah
• jumlah anggota keluarga yang besar
• perokok pasif
• berada pada tempat penitipan anak atau tempat dengan
lingkungan yang padat penduduk
Klasifikasi

• Bronkiolitis akut
• Bronkiolitis obliteran.

Bronkiolitis akut dengan bronkiolitis obliteran dibedakan pada bronkhiolus dan


saluran pernafasan yang lebih kecil terjejas, karena upaya perbaikan
menyebabkan sejumlah besar jaringan granulasi yang menyebabkan obstruksi
jalan nafas, lumen jalan nafas terobliterasi oleh masa noduler granulasi dan
fibrosis. Bronkiolitis obliterans merupakan komplikasi yang lazim pada
transplantasi paru.1
Patofisiologi
Manifestasi klinis

• Mula-mula bayi mendapatkan infeksi saluran napas ringan berupa pilek encer,
batuk, bersin-bersin, dan kadang-kadang demam.
• kemudian timbul distres respirasi yang ditandai oleh batuk paroksimal, mengi,
dispneu
• distres pernapasan
• terdapat napas cuping hidung, penggunaan otot pernapasan tambahan, retraksi,
dan kadang-kadang sianosis.
• Mungkin terdengar ronki pada akhir inspirasi dan awal ekpirasi
• Leukosit dan hitung jenis biasanya dalam batas normal
• Pada keadaan yang berat, gambaran analisis gas darah akan menunjukkan
hiperkapnia
Penegakan
diagnosis
Anamnesis

• Kriteria bronkiolitis terdiri dari:


(1) wheezing pertama kali
(2) umur 24 bulan atau kurang
(3) gambaran infeksi virus misalnya batuk, pilek, demam
(4) demam dari 38,50C hingga 390C, akan tetapi bisa juga tidak
disertai demam
Penegakan diagnosis

Pemeriksaan Lab
• Tes laboratorium rutin tidak spesifik.
Hitung lekosit biasanya normal
Pemeriksaan fisik • Leukosit dan hitung jenis biasanya dalam
• distres nafas dengan frekuensi nafas batas normal
lebih dari 60 kali per menit (takipneu) • Analisa gas darah  hiperkapnea, asidosis
• kadang-kadang disertai sianosis, dan metabolik/ respiratorik
nadi juga biasanya meningkat.
• nafas cuping hidung
• penggunaan otot pembantu pernafasan Pemeriksaan Radiologi
yang mengakibatkan terjadinya retraksi • bronkiolitis ringan  paru-paru
pada daerah interkostal dan daerah sub mengembang. Bisa juga didapatkan bercak-
kostal.). bercak yang tersebar, mungkin atelektasis
• Terdapat ekspirasi yang memanjang, (patchy atelectasis ) atau pneumonia (patchy
wheezing yang dapat terdengar infiltrates).
• Hepar dan lien akan teraba beberapa cm
dibawah tepi batas bawah tulang iga. pemeriksaan antigen RSV dengan
menggunakan cara imunofluoresen atau
ELISA. Sensitifitas pemeriksaan ini adalah 80-
90%.4,5
• Untuk menilai kegawatan penderita dapat dipakai skor Respiratory Distress Assessment
Instrument (RDAI)
Bila skor lebih dari 15 dimasukkan kategori berat
bila skor kurang 3 dimasukkan dalam kategori ringan.
Saturasi oksigen <95% merupakan tanda terjadinya hipoksia dan merupakan indikasi untuk
rawat inap
Penatalaksanaan

Pengobatan Medikamentosa
• Antivirus (Ribavirin) dengan cara
Terapi supportif nebulizer aerosol 12-18 jam per hari
• Pemberian oksigen, minimal handling atau dosis kecil.6
pada bay • Bronkodilator Obat-obat beta 2 agonis
• cairan intravena dan kecukupan cairan • Kortikosteroid (tidak melebihi 5 hari):
• tunjangan respirasi bila perlu, dan nutrisi. deksametason 0,5 mg/kgBB
dilanjutkan 0,5 mg/kgBB/hari dibagi
3-4 dosis
• Antibiotik: ampisilin 100 - 200
mg/kgBB/hari secara intravena
dibagi 4 dosis. kemungkinan sekunder
Edukasi oleh Chlamidia trachomatis diberikan
• Informasi mengenai penyakit bronkiolitis kloramfenikol 50-100 mg/kgBB/hari
• Cara pencegahan penyakit dan dlam 3 kali pemberian.6
penyebarannya dengan menghindari
anak dari paparan asap rokok ataupun
zat yang mengiritasi lainnya, melakukan
cuci tangan, dll.8
Pencegahan

• menghindari faktor paparan asap rokok dan polusi udara


• membatasi penularan terutama dirumah sakit misalnya dengan
membiasakan cuci tangan dan penggunaan sarung tangan dan
masker, isolasi penderita, menghindarkan bayi/anak kecil dari
tempat keramaian umum, pemberian ASI, menghindarkan
bayi/anak kecil dari kontak dengan penderita ISPA.4

Langkah preventif yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian


imunisasi aktif (Vaksinasi) dan pasif (Immunoglobulin).4
Prognosis

• Fase penyakit yang paling kritis terjadi selama 48-72 jam pertama
sesudah batuk dan dispnea
• Sesudah periode klinis, perbaikan terjadi dengan cepat dan
seringkali secara drastis. Penyembuhan selesai dalam beberapa
hari
• Kematian pada bronkiolitis akibat dari serangan apnea yang
lama, asidosis respiratorik berat yang tidak terkompensasi, atau
dehidrasi berat akibat
Daftar pustaka

• Behrman, R.E., Kliegman R.M., Hal, Jenson, Bronchiolitis, Nelson Textbook


of Pediatrics. 17thed,Philadelphia: WB Saunders Company. 2004; 378: 1415-
17
• Setiawati L, Asih R, Makmuri MS. Kapita Selekta Ilmu Kesehatan Anak.
Tatalaksana Bronkiolitis. Devisi Respirologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK
Unair RSU Dr. Soetomo Surabaya.2005
• Krilov RL. Respiratory Syncytial Virus Infection. In: Medscape. Steele RW,
Kumar A, Lutwick LI, et al, editors. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/971488-overview#aw2aab6b2b2aa.
Accessed on august 24th, 2019.
• Menkes JH, Moser FG. Neurologic examination of the child and infant.
Dalam: Menkes JH, Sarnat HB, penyunting. Child neurology. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins; 2006.h.1-27
• RahajoeN, Supriyatno B, Setyanto. DB Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi
Pertama. Jakarta : Badan Penerbit IDAI. 2008
• Pusponegoro Hardiono D, dkk. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.
Edisi Pertama. Jakarta : Badan Penerbit IDAI. 2005.
Daftar pustaka

• Steiner RWP. Treating Acute Bronchiolitis Associated with RSV. American


Family Physician 2004;69:326-30
• Kim CK, Kim SW, Park CS, Kim BI, Kang H, Koh YY. Bronchoalveolar
lavage cytokine profiles in acute asthma and acute bronchiolitis. J Allergy
Clin Immunol 2003;112:64-71
• Orenstein DM. Bronchiolitis. In : Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM eds.
Nelson’s Textbook of pediatrics; 17th ed. Philadelphia: WB Saunders , 2004;
1285-7.
• Garna H Herry. Pedoman Diagnosis Ilmu Kesehatan Anak. Bandung : Penerbit
FK Unpad. 2005
• Orenstein DM. Bronchiolitis. In: Behrman RE, Kliegen RM, Arvin AM, editors.
Nelson Texbook of Pediatrics. 15th. Toronto: WB Saunders Company; 1987. p.
1211-2.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai