Anda di halaman 1dari 13

JOURNAL READING

Prevalence and Risk Factors of HookwormRelated


Cutaneous Larva Migrans (HrCLM) in a Resource-Poor
Community in Manaus, Brazil

Disusun Oleh :
Theo Andariaz Zofania – 2010221027

Pembimbing :
dr. Jihan Rosita, Sp.KK

SMF ILMU KULIT


FAKULTAS KEDOKTERAN UPN ‘VETERAN’ JAKARTA
2020 1
ABSTRACT
• Background : HrCLM adalah penyakit kulit tropis yang terabaikan terkait patologi klinis yang
signifikan
• Methodology/Principal Findings : Untuk memahami epidemiologi HrCLM di Amazonas dilakukan
studi cross-sectional di kota yang miskin sumber daya di Manaus, Brazil. HrCLM didiagnosis pada
8.2% (95% CI, 6.3-10.1) dari populasi penelitian (N=806) dengan puncak prevalensi 18,2 % (95%
CI, 9.3-27.1%) pada anak-anak usia 10-14. Sebagian besar (62.4%) terletak di kaki. HrCLM
dikaitkan secara independen pada laki-laki berusia 15 tahun kebawah, adanya feses-feses hewan
di lingkungan sekitar, berjalan tanpa alas kaki di tanah berpasir dan kemiskinan
INTRODUCTIO
N
• Hookworm-related cutaneous larva migrans (HrCLM)  penyakit
kulit parasit yang disebabkan oleh penetrasi larva cacing tambang
pada kucing atau anjing ke dalam epidermis manusia
• Spesies yang paling sering adalah Ancylostoma braziliense,
Ancylostoma caninum dan Uncinaria stenocephala
• Pada manusia  larva bermigrasi masuk ke kulit
• Migrasi larva cacing tambang  peningkatan jalur eritematosa
linier atau serpiginosa yang diketahui sebagai “creeping eruption”
• HrCLM biasanya terjadi di area tropis dan subtropis di Amerika
Selatan, Karibia, Afrika, dan Asia Tenggara
• Untuk menyelidiki epidemiologi HrCLM di Amazonas, peneliti
menentukan prevalensi faktor risiko di daerah miskin sumber daya
di pinggiran kota Manaus, Brazil
METHODS
• Study area and population
- Penelitian dilakukan di Manaus, ibukota Negara Bagian Amazonas, Brazil Utara
- Area studi  jalan tak beraspal, tidak adanya fasilitas kesehatan umum , taman
kanak-kanak atau sekolah.
- Tidak ada sistem pembuangan limbah
- Banyak kucing dan anjing berkeliaran di jalanan dan taman
- Anak-anak biasanya bermain di jalanan

• Study design
- Dilakukan secara cross-sectional
- Dilakukan sensus seluruh rumah tangga dan penduduk
- Selama survei door-to-door, rumah tangga dipetakan dengan GPS. Faktor-faktor
resiko seperti lingkungan, sosial ekonomi, dan perilaku didokumentasikan
menggunakan kuesioner terstruktur yang telah diuji sebelumnya. Kriteria inklusi 
residensi di wilayah studi >2 bulan
- Seluruh partisipan di tes secara klinis untuk HrCLM
- Lesi dihitung  tiap jalur dihitung 1 lesi

5
METHODS (lanjutan)

• Statistics
- Penelitian ini menggunakan metode statistik bivariat dan multivariat dengan
menggunakan PASW Statistics versi 18

• Results
- Sebanyak 412 rumah tangga yang ada, 127 sedang tidak dihuni. Sisa 285 , 5 (2%)
tidak masuk kriteria inklusi dan 18 (6%) menolak untuk bergabung. Sisa 262 rumah
tangga dihuni oleh 1104 orang dimana hanya 806 (73%) yang hadir untuk sampling

5
- Sebanyak 78% orang dewasa  tidak bekerja atau
bekerja di sektor informal
- Sebanyak 58% rumah tangga mempunyai satu
upah minimum (R$ 465 per bulan) atau kurang
- Hanya 11.5 % rumah tangga yang dikunjungi
petugas kesehatan dalam 12 bulan terakhir
- Sebanyak 31% rumah tangga yang menyatakan
setidaknya terjadi 1 kasus HrCLM pada anggota
rumah tangga dalam 12 tahun teralhir
- Mayoritas partisipan  perempuan (59.3%)
- Sebanyak 66 (8.2%) orang  terkena HrCLM dengan jumlah total 117 lesi
- Anak-anak berusia 10-14 tahun mempunyai prevalensi yang paling tinggi, dan pada semua
kelompok umur anak-anak  laki-laki secara signifikan lebih terkena dibandingkan perempuan
(p<0.001)
- Kaki  lokalisasi umum HrCLM
- Pada analisis bivariat  laki-laki,
pendapatan keluarga rendah, nilai kekayaan
yang rendah, bermain sepakbola,
berolahraga tanpa alas kaki, adanya feses
hewan di lingkungan sekitar secara
signifikan berkaitan dengan resiko tinggi
terkena HrCLM
- Pada analisis multivariat  berjalan diatas dataran yang berpasir atau tanah adalah faktor
risiko independent terpenting
DISCUSSION
Untuk mengetahui epidemiologi HrCLM di wilayah Amazonas , peneliti melakukan studi
cross-sectional di pinggiran Manaus dan temuan yang dilaporkan berupa prevalensi, faktor
risiko dan patologi klinis.

• Clinical pathology
- Kebanyakan lesi (62.4%) berlokasi di kaki  mencerminkan fakta bahwa banyak
orang yang berjalan tanpa alas kaki
- Persentase superinfeksi 10.6%
- Kondisi dan praktik hidup yang tidak higienis serta akses terbatas ke perawatan
kesehatan dapat menjelaskan proporsi superinfeksi yang lebih tinggi pada HrCLM
dalam penelitian yang dilakukan peneliti

5
DISCUSSION (lanjutan)
• Prevalency
- Prevalensi keseluruhan 8,2% (95% CI 6,3-
10,1%) yang ditemukan dalam penelitian ini
adalah yang tertinggi yang pernah
didokumentasikan dalam penelitian berbasis
populasi.
- Prevalensi berbeda menurut kelompok usia
dan jenis kelamin dengan prevalensi puncak
25,6% pada anak laki-laki berusia 10-14 tahun
- Banyak anjing liar dan kucing berkeliaran dan
juga tidak ada layanan dokter hewan dan
hewan tidak dirawat terhadap cacing usus.
Feses hewan bertebaran di banyak area, dan
perilaku berisiko seperti kontak dengan tanah
yang terkontaminasi sering terjadi dimana
mayoritas anak-anak tidak menggunakan alas
kaki

5
DISCUSSION (lanjutan)
• Risk factors
- Pada model multivariabel menunjukkan faktor risiko yang kompleks dengan berjalan
tanpa alas kaki di tanah menjadi yang paling signifikan
- Peserta yang selalu menggunakan sepatu berisiko lebih rendah tertular HrCLM
dibandingkan mereka yang kadang memakai sepatu (Tabel 4)
- Nilai kekayaan yang rendah  faktor resiko independent

5
CONCLUSIO
N

HrCLM umum terdapat di komunitas miskin sumber daya di Amazonas dan


terkait dengan kemiskinan. Untuk mengurangi beban penyakit akibat HrCLM,
kondisi kehidupan harus ditingkatkan.

19

Anda mungkin juga menyukai