Anda di halaman 1dari 15

TATALAKSANA SYOK SEPSIS

Syok septik adalah kondisi medis yang berpotensi


fatal yang terjadi ketika sepsis , yang merupakan cedera
atau kerusakan organ sebagai respons terhadap infeksi ,
menyebabkan tekanan darah rendah yang berbahaya dan
kelainan pada metabolisme seluler.

Sepsis adalah konstelasi gejala sekunder dari infeksi


yang bermanifestasi sebagai gangguan pada detak
jantung, laju pernapasan, suhu, dan jumlah sel darah
putih. Jika sepsis memburuk ke titik disfungsi organ akhir
(gagal ginjal, disfungsi hati, perubahan status mental, atau
kerusakan jantung), maka kondisinya disebut sepsis
berat. Setelah sepsis parah memburuk ke titik di mana
tekanan darah tidak lagi dapat dipertahankan dengan
cairan intravena saja, maka kriteria telah dipenuhi untuk
syok septik.
EARLY GOAL
DIRECTED
THERAPY

Merupakan tatalaksana syok septik 6 jam


pertama, dengan pemberian terapi yang
mencakup penyesuaian beban jantung,
preload, afterload dan kontraktilitas dengan
oxygen delivery dan demand.

Protokol tersebut mencakup pemberian


cairan kristaloid dan koloid 500 ml tiap 30
menit untuk mencapai tekanan vena sentral
(CVP) 8-12 mmHg.

Bila tekanan arteri rata-rata (MAP) kurang


dari 65 mmHg, diberikan vasopressor
hingga >65 mmHg dan bila MAP >90
mmHg berikan vasodilator
PERBAIKAN
HEMODINAMIK

Banyak pasien syok septik yang mengalami


penurunan volume intravaskuler

Untuk mencapai cairan yang adekuat


pemberian pertama 1 L-1,5 L dalam waktu 1-2
jam.

Bila dalam 6 jam resusitasi, saturasi oksigen


tidak mencapai 70% dengan resusitasi cairan
dengan CVP 8-12 mmHg, maka dilakukan
transfusi SDM untuk mencapai hematokrit
>30%
 Terutama pada pasien sepsis berat dengan
hipertensi atau syok
 Dilakukan secepat mungkin, secara intensif :
1. Airway, breathing circulation
2. Oksigenasi
3. Terapi cairan
4. Transfusi darah bila diperlukan Anemia
sering terjadi pada pasien sepsis
ANTIBIOTIKA
 First line agen terapi sepsis antibiotik spektrum luas β lactam karena tempat
infeksi dan mikroorganisme biasanya belum diketahui awalnya.
 Pemilihan antibiotika berdasarkan :
 pengalaman tentang jenis organisme penyebab dengan sensitivitasnya di
rumah sakit .
 sumber infeksi.
 infeksi didapat di luar rumah sakit atau di rumah sakit.
 Antibiotika yang diberikan harus dapat mencapai sumber infeksi dan
diberikan dosis optimal.
 Untuk gram positif sering dipakai vancomycin . Selain itu digunakan juga
apabila pasien resistan terhadap methicillin untuk melawan Staphylococcus
aureus .
 Pada gram negatif digunakan antibiotik yang mencegah pelepasan endotoksin
Continue....
Terapi Empiris Terapi Kombinasi
 untuk sumber infeksi tak jelas : 1. Memperluas spektrum
cefotaxim 3 g iv/6jam atau 2. Mengatasi jenis bakteri resisten yang
ceftazidime 2 g/ 8 jam + muncul setelah bakteri sensitif mati
Gentamycin/ Tobramycin 1,5 selama pengobatan
mg/Kg/BB/8 jam 3. Mendapatkan efek aditif dan sinergis
 Urosepsis : ampicilin-sulbaktam,  Mis : Sefalosporin generasi III
karbapenem, fluorokuinolon dengan aminoglikosida
 Sistem epidermidis : Klindamisin, (seftriakson, seftazidim, sefotaxim
sefalosporin generasi III +gentamisin/amikasin). Semua
 Infeksi intra abdomen: obat ini baik untuk penderita
karbapenem, fluorokuinolon dengan non-neutropenia.
kombinasi metronidazole untuk  Pada penderita neutropenia,
anaerob untuk P. Aeruginosa dipakai
penisilin aktivitasnya tinggi seperti
mezlocilin dikombinasi dengan
aminoglikosida atau karbapenem,
misalnya imipenem
Mencegah dan mengatasi komplikasi akibat sepsis sehingga
kondisi pasien dapat dipertahankan atau diperbaiki sebelum
antimikroba bekerja.

Macam-macamnya :
a.Oksigenasi  untuk mengatasi hipoksia dengan
upaya meningkatkan saturasi oksigen darah,
meningkatkan transpor oksigen dan memperbaiki
utilisasi oksigen di jaringan.
b.Terapi cairan
 Hipovolemia dapat terjadi karena penurunan venous
return, dehidrasi, pendarahan dan kebocoran plasma
 mengganggu transpor oksigen dan nutrisi dan
dapat mengakibatkan syok.
 Hipovolemia diatasi dengan pemberian cairan baik
kristaloid (NaCl 0,9% atau RL) maupun koloid.
 Albumin merupakan protein plasma yang berfungsi
sebagai koloid.
 Transfusi SDM diperlukan pada pendarahan aktif
hingga Hb 10 g/dl dengan mempertimbangkan
kondisi klinis pasien.
c.Vasopressor /inotropik
 Diberikan setelah hipovolemik teratasi namun
masih terjadi hipotensi.
 Hipotensi tersebut timbul karena vasodilatasi
atau disfungsi miokard.
 Pilihan vasopresor: dopamin mulai 8 mcg/kg/
menit, norepinefrin 0,03-1,5 mcg/kg/ menit.
 Pilihan inotropik : dobutamin 2-28 mcg/kg/
menit, dopamin 3-8 mcg/kg/ menit, epinefrin
0,1-0,5 mcg/kg/ menit atau fosfodiesterase
inhibitor (amrinon & milrinon).
d. Bikarbonat
 Mengoreksi asidemia pada sepsis.
 Dapat diberikan PH < 7,2 atau serum
bikarbonat < 9 meq/L.
 Disertai upaya memperbaiki hemodinamik

e. Nutrisi
 Kebutuhan kecukupan nutrisi berupa kalori,
protein (asam amino ), asam lemak, cairan
vitamin dan mineral perlu diberikan sedini
mungkin.
 Diutamakan pemberian enteral, bila perlu
parenteral.
 Perlu pengendalian kadar gula darah.
f. Hyperglycemia dan Terapi Insulin
Intensif
 Insulin berfungsi sebagi anti inflammatory,
anti koagulan, dan antiapoptotik.

g. Disfungsi ginjal
 Terjadi secara akut pada pasien sepsis dan
Syok Septik
 Diberikan vasopresor bila diperlukan
(Dopamin dosis renal 1-3 mcg/kg/ menit)
 Pada oliguria pemberian cairan dipantau
ketat.
Terapi Kuratif
a. Gangguan koagulasi
 Proses inflamasi menyebabkan gangguan koagulasi dan DIC
berupa konsumsi faktor pembekuan dan pembentukan
mikrotrombus di sirkulasi. Pada sepsis berat atau syok septik
terjadi penurunan aktivitas anti koagulan dan supresi
fibrinolisis  kegagalan organ.
 Terapi anti koagulan : heparinisasi, antitrombin, dan subtitusi
faktor pembekuan.
 ACTIVATED PROTEIN C
 Setelah pemberian ventilasi mekanik pelindung paru-paru,
dan terapi antibiotik
 Meningkatkan protein C dan menurunkan nilai trombin
generat ion (misalnya,d-Dimer, pada koagulasi
intravascular.
 Disetujui untuk kondisi sepsis berat dan peningkatan risiko
kematian
b. Kortikosteroid
 Hanya diberikan dengan indikasi insufisiensi
adrenal.
 Hidrokortison 50 mg bolus IV 4x sehari selama
7 hari pada pasien syok septik terbukti
menurunkan mortalitas dibanding kontrol.

c. Pengobatan Pada Sepsis Anemia


 Erythropoietin diperlukan waktu berhari-hari
dan bermingu-minggu untuk mendorong kembali
produksi sel darah merah dengan demikian tidak
mungkin efektif untuk terapi akut.
 Transfusi bermanfaat jika diperlukan selama
kondisi darurat.

Anda mungkin juga menyukai