Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

PSIKODIAGNOSTIKA 2 : OBSERVASI
MOVIE SETTING PSIKOLOGI SOSIAL
BORDER LINE PERSONALITY DISORDER

POSESIF

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
LABORATORIUM DASAR PSIKOLOGI

Disusun oleh
2PA22
Kelompok 3

NO NAMA NPM TANDA TANGAN


1 Ananda Nabila Sahroni 10519686
2 Dimas Surya Affiandi 11519834
3 Hary Darmawan 12519759
4 Hary Darmawan 12519759
5 Inge Inggreani 13519021
6 Risa Nur Amalia 15519608
7 Talisha Rahmi Rahardini 17519077
BEKASI
APRIL 2021

I . PENDAHULUAN

A. Pengamatan Awal

Film ini menceritakan tentang anak SMA yang bernama Lala dan
Yudhis. Lala merupakan seorang siswi SMA sekaligus seorang atlet
loncat indah yang dilatih oleh ayahnya sendiri. Bukan karena loncatan
indahnya dari menara sepuluh meter, bukan pula karena ayahnya yang
melatihnya dengan keras. Tetapi karena cinta pertamanya, Yudhis.
Murid baru di sekolahnya berhasil menaklukkan hati Lala.

Mereka tak sengaja bertemu di ruang guru. Kala itu, Lala


membantu Yudhis yang sedang dihukum. Sialnya, Lala justru
kepergok dan keduanya dihukum. Namun, dari kejadian itu Lala dan
Yudhis akhirnya menjadi dekat. Sampai pada suatu saat Yudhis
menyatakan perasaannya kepada Lala dan mengajaknya untuk
pacaran.

Lala pun menerima perasaan Yudhis. Bagi Lala, Yudhis adalah


cinta pertamanya. Seperti hal cinta remaja lainnya hubungan mereka
berlangsung indah. Bahkan Lala kerap berbohong kepada ayahnya
demi bisa bertemu sang kekasih. Di sisi lain, kedekatan Lala dengan
Yudhis membuat dua sahabat Lala, Rino dan Ega berpikir bahwa ia
telah berubah. Kedua sahabatnya pun akhirnya menjauh.

Namun, semakin lama mengenal Yudhis, Lala jadi tahu jika


kekasihnya itu memiliki sifat posesif. Alih-alih semakin bahagia,
hubungan yang mereka jalin pun semakin tak sehat. Yudhis bahkan
selalu cemburu saat Lala pergi bersama Rino. Ia juga kerap
menelepon Lala puluhan kali jika mereka sedang tidak bersama.
Sampai akhirnya Lala sadar dan mulai tak nyaman atas perilaku
posesif Yudhis. Puncaknya saat mereka berdua bertengkar karena Lala
lebih memilih kuliah di Jakarta ketimbang ikut bersama Yudhis
melanjutkan pendidikan di Bandung.

B. Tujuan

Mengetahui gambaran dan penyebab gangguan kepribadian


ambang yang dilakukan Yudhis.

II. LANDASAN TEORI

A. Definisi Borderline Personality Disorder / Gangguan Kepribadian


Ambang

Berdasarkan Diagnostic and statistic manual of mental


disorder IV (DSM IV), boderline personality disorder (BPD)
adalah suatu pola menetap dari ketidakstabilan beberapa hal
sekaligus, mulai dari hubungan interpersonal, ketidakstabilan
gambaran diri, mood atau emosi, ditambah pola tingkah laku yang
impulsif (tak bisa menahan diri). Penderita gangguan kepribadian
ambang sangat sulit saat merasakan kesendirian. Akibatnya para
penderita BPD menjadi seseorang yang sangat membutuhkan
sebuah hubungan. Keinginan kuat untuk memiliki hubungan
dengan orang lain ini membuat penderita BPD selalu merasakan
ketakutan yang kronis dan berkepanjangan mengenai pengabaian
yang dilakukan oleh orang-orang yang menjadi tempatnya
bergantung.

Ciri khas dari gangguan kepribadian ambang ini termasuk


kedalam perilaku impulsif, merusak diri sendiri (termasuk mutilasi
diri, upaya bunuh diri, dan ancaman bunuh diri), serta
interpersonalitas yang kacau dan badai. Untuk melakukan
diagnosis BPD yang didefinisikan oleh American Psychiatric
Association's (APA) Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders (DSM-IV-TR; APA, 2000), seseorang harus bertemu
lima dari sembilan kriteria yang dapat diatur menjadi empat bidang
fungsi bermasalah (Linehan, & Bohus, 2004).

Berdasarkan pemaparan definisi diatas, maka dapat disimpulkan


bahwa kepribadian ambang atau boderline personality disorder
(BPD) sangat sulit saat merasakan kesendirian. Akibatnya para
penderita BPD menjadi seseorang yang sangat membutuhkan
sebuah hubungan. Keinginan kuat untuk memiliki hubungan
dengan orang lain ini membuat penderita BPD selalu merasakan
ketakutan yang kronis dan berkepanjangan mengenai pengabaian
yang dilakukan oleh orang-orang yang menjadi tempatnya
bergantung.

B. Kriteria Gangguan Kepribadian Ambang

Kriteria gangguan kepribadian ambang menurut DSM IV-TR


dalam (Oltmanns & Emery. 1998).

1. Usaha yang dilakukan dengan ketakutan untuk mengindari


penolakan yang nyata atau imajiner.

2. Sebuah pola hubungan interpersonal yang tidak stabil dan terus-


menerus yang ditandai dengan pertukaran antara idealisasi dan
devaluasi yang ekstrim.

3. Gangguan identitas: ketidakstabilan citra diri atau pemahaman diri


yang nyata dan terus-menerus

4. Impulsivitas pada setidaknya dua area yang mempunyai efek


potensial dalam perusakan diri (contoh: belanja, sex,
penyalahgunaan zat, berkendaraan ceroboh, makan dan minum
berlebihan) Catatan: tidak termasuk perilaku bunuh diri yang sering
atau perilaku melukai diri yang terdapat pada kriteria ke-5).

5. Perilaku, isyarat atau ancaman bunuh diri yang sering atau perilaku
melukai diri afek yang tidak stabil yang ditandai Mood yang reaktif
(contoh: episode disforia yang sering, iritabel atau kecemasan yang
berlangsung beberapa jam dan jarang lebih dari 2 hari) Perasaan
kosong yang kronis.
6. Kemarahan yang tidak tepat, sering atau kesulitan dalam
mengendalikan amarah (contoh: sering menunjukkan kemarahan,
marah yang terus-menerus) Ide paranoid yang berhubungan dengan
Stress yang berlangsung sementara atau gejala disosiatif yang
parah.

C. Faktor-Faktor

Menurut Kartono, (2001). yang mempengaruhi gangguan


kepribadian ambang yaitu:

a. Faktor somatik, yang meliputi genetik, cacat kongenital, faktor


jasmaniah, patologi otak, penyakit dan cedera tubuh.

b. Faktor sikologik diantaranya trauma masa kanak-kanak, deprivasi


parental, kekecewaan dan pengalaman yang menyakitkan.

c. Faktor lingkungan sosial.

D. .Definisi Operasional

Kepribadian ambang atau boderline personality disorder (BPD)


sangat sulit saat merasakan kesendirian. Akibatnya para penderita
BPD menjadi seseorang yang sangat membutuhkan sebuah
hubungan. Keinginan kuat untuk memiliki hubungan dengan orang
lain ini membuat penderita BPD selalu merasakan ketakutan yang
kronis dan berkepanjangan mengenai pengabaian yang dilakukan
oleh orang-orang yang menjadi tempatnya bergantung. Kepribadian
ambang yang dimiliki tokoh Yudis dalam film Posesif diketahui
melalui panduan observasi yang dibuat berdasarkan ciri-ciri
kepribadian ambang menurut Sarason, (1999). yaitu keinginan kuat
untuk memiliki hubungan dengan orang lain ini membuat Yudis
yang seorang penderita BPD selalu merasakan ketakutan yang
kronis dan berkepanjangan mengenai pengabaian yang dilakukan
oleh orang-orang yang menjadi tempatnya bergantung yaitu Lala,
kekasihnya.

Berdasarkan pemaparan diatas, penderita dengan gangguan


BPD biasanya akan sangat sulit saat merasakan kesendirian.
Mereka membutuhkan hubungan dengan orang lain yang
disebabkan penderita memiliki rasa takut kronis, dan sering
diabaikan oleh orang disekitarnya.

III. RANCANGAN OBSERVASI

NO Ciri-Ciri Kepribadian Target Perilaku Frekuensi Keterangan


Ambang (menit/waktu)
1. Usaha yang dilakukan
dengan ketakutan untuk
1. Berbohong bermain
mehindari penolakan
dengan teman laki-laki
yang nyata

2. Menjadi berteman
baik dengan teman laki-
laki agar hubungan
menjadi lebih baik
.

3. Menekankan untuk
masuk kuliah yang
sama

4. Berjanji kepada ayah


untuk menjauhi yudhis

5. Berbohong kepada
lala bahwa mobil
yudhis rusak karena
kecelakaan

2. Kemarahan yang tidak


tepat sering atau
1. Menampar
kesulitan dalam
mengendalikan amarah

2. Memukul

3. Mencekik

4. Menjambak

5. Menghancurkan
barang
3. Impulsivitas pada
setidaknya dua area yang
1. Menghina
mempunyai efek
potensial dalam
perusakan diri

2. Mencaci

3. Berbelanja

4.Melakukan Narkotika

5.Ceroboh saat
mengendarai motor
4. Perilaku isyarat atau
ancaman bunuh diri yang
1. Berteriak
sering atau melukai diri
afek yang tidak stabil
yang ditandai Mood
yang reaktif

2. Menangis

3. Merenung

4.Bercerita

5.Marah
5. Sebuah pola hubungan
interpersonal yang tidak
1.Menghardik
stabil dan terus-menerus

2.Menabrak

3.Mengetuk
4.Menghina

5.Meneriaki

DAFTAR PUSTAKA
DSM-IV-TR. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (DSM IV-TR).

Washington DC: American Psychiatric Association.

Rohmah, & Purnamasari, A. (2020). Stresor keluarga sebagai faktor penyebab gangguan kepribadian pada

siswa SMP. In Prosiding Seminar Nasional Magister Psikologi Universitas Ahmad Dahlan , 46-

31.

Review Film Posesif:


Asri, Muspitasari, (2020). Sinopsis film posesif. gambaran toxic relationship di kehidupan nyata. 
https://www.liputan6.com/showbiz/read/4368440/sinopsis-film-posesif-gambaran-toxic-
relationship-di-kehidupan-nyata 
Brooks, Fitzhardinge, (2020). Sinopsis film posesif. cinta remaja tak bisa dianggap remeh. 
https://www.filmcina.com/sinopsis-film-posesif-cinta-remaja-tak-bisa-dianggap-remeh/ 
IB16 (2021). Sinopsis Film posesif (2017) lengkap.
https://sinopsisfilmindia.com/2021/01/sinopsis-film-posesif-2017-lengkap.html 

Anda mungkin juga menyukai