Anda di halaman 1dari 2

Promotif Disebut juga program preemtif atau program pembinaan.

Program ini ditujukan kepada


masyarakat yang belum memakai narkoba, atau bahkan belum menegnal narkoba. Prinsipnya adalah
dengan meningkatkan peranan atau kegiatan agar kelompok ini secara nyata lebih sejahtera sehingga
tidak pernah berpikir untuk memperolelh kebahagiaan semu dengan memakai narkoba Bentuk program
promotif, meliputi pelatihan, dialog interaktif, dan lain- lain pada kelompok belajar, kelompok olah raga,
seni budaya atau kelompok usaha (tani, dagang, bengkel, koperasi, kerajinan, dan lain- lain). Penekanan
dalam program preemtif adalah peningkatan kualitas kinerja agar lebih bahagia dan sejahtera.
Pengenalan terhadap masalah narkoba hanya peringatan sepintas lalu. Pelaku program promotif yang
paling tepat adalah lembaga-lembaga kemasyarakatan yang difasilitasi dan diawasi oleh pemerintah.

2.

Preventif Disebut juga program pencegahan. Program ini ditujukan kepada masyarakat sehat yang
belum mengenal narkoba agar mengetahui seluk beluk narkoba sehingga tidak tertarik untuk
menyalahgunakannya. Selain dilakukan oleh pemerintah (instansi terkait) program juga sangat efektif
jika dibantu oleh instansi dan institusi lain, termasuk lembaga profesional terkait, lembaga swadaya
masyarakat, per- kumpulan, ormas, dan lain-lain.

3. Kuratif

Diasebut juga program pengobatan. Program kuratif ditujukan kepada pemakai narkoba, Tujuannya
adalah mengobati ketergantungan dan menyembuhkan penyakit sebagai akibat dari pemakaian
narkoba, sekaligus menghentikan pemakaian narkoba Tidak sembarang orang boleh mengobati pemakai
narkoba. Pemakaian narkoba sering dikuti oleh masuknya penyakit-penyakit berbahaya serta gangguan
mental dan moral. Pengobatannya harus dilakukan oleh dokter yang mempelajari narkoba secara khusus
Pengobatan terhadap pemakai narkoba sangat rumit dan membutuhkan kesabaran luar biasa dari
dokter, keluarga dan penderita. Inilah sebabnya mengapa pengobatan pemakai narkoba memerlukan
biasa besar tetapi hasilnya banyak yang gagal. Kunci sukses pengobatan adalah kerja sama yang baik
antara dokter, keluarga, dan penderita Bentuk kegiatan dalam pengobatan penderita atau pemakai
meliputi penghentian pemakaian narkoba, pengobatan gangguan kesehatan akibat penghentian dan
pemakaian narkoba (detoksifikasi), pengobatan terhadap kerusakan organ tubuh akibat narkoba, dan
pengobatan terhadap penyakit lain yang masuk bersama narkoba (penyakit yang tidak langsung
disebabkan oleh narkoba) seperti HIV/AIDS hepatitis B/C, sifilis, pneumonia dan lain-lain.

Pengobatan terhadap pemakai narkoba tidak sederhana, tetapi sangat kompleks dan berbiaya mahal.
Selain itu, kesembuhannya pun merupakan tanda tanya besar. Keberhasilan penghentian
penyalahgunaan narkoba tergantung pada jenis narkoba yang disalahgunakan, kurun waktu pe-
nyalahgunaan, sikap atau kesadaran penderita, sikap keluarga penderita, dan hubungan pende- rita
dengan sindikat pengedar. Tidak semua penyalahgunaan narkoba berhasil dihentikan. Pemakaian
narkoba terntentu dapat dihentikan. Namun, penyembuhan penyakit HIV/AIDS, hepatitis B/C, tidak
mungkin. Oleh karena itu, jangan sampai mencoba atau mulai menggunakannya. Pencegahan lebih
penting daripada pengobatan.

4. Rehabilitatif

Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang ditujukan kepada pemakai narkoba
yang sudah menjalani program kuratif Tujuannya agar ia tidak memakai lagi dan bebas dari penyakit
ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian narkoba. Pemakai narkoba dapat mengalami penyakit
seperti kerusakan fisik (saraf, otak, darah, jantung, paru-paru, ginjal, hati dan lain-lain), kerusakan
mental,A perubahan karakter ke arah negatif, asosial, dan penyakit-penyakit ikutan (HIV/AIDS, hepatitis,
sifilis, dan lain- lain) Itulah sebabnya mengapa pengoba- tan narkoba tanpa upaya pemulihan
(rehabilitasi) tidak bermanfaat. Setelah sembuh, masih banyak masalah lain yang akan timbul. Se- mua
dampak negatif tersebut sangat sulit diatasi. Karenanya, banyak pemakai narkoba yang ketika "sudah
sadar" malah mengalami putus asa, kemu- dian bunuh diri.

5. Represif Program represif adalah program penindakan terhadap produsen, bandar, pengedar, dan
pemakai berdasarkan hukum. Program ini merupakan program instansi pemerintah yang berkewajiban
mengawasi dan mengendalikan produksi maupun distribusi semua zat yang tergolong narkoba. Selain
mengendalikan produksi dan distribusi, program represif berupa penindakan juga dilakukan terhadap
pemakai sebagai pelanggar undang-undang tentang narkoba. Instansi yang bertanggung jawab terhadap
distribusi, produksi, penyimpanan, dan penyalahgunaan narkoba adalah:

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Departemen Kesehatan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
- Direktorat Jenderal Imigrasi Kepolisian Republik Indonesia Kejaksaan Agung/Kejaksaan
Tinggi/Kejaksaan Negeri Mahkamah Agung/Pengadilan Tinggi/Pengadilan Negeri Banyak narkoba dibuat
dari bahan kimia yang sehari-hari bermanfaat untuk kepentingan industri lain dan pertanian. Bahan-
bahan yang disebut prekursor tersebut dapat diramu menjadi narkoba dan diedarkan dalam
perdagangan gelap. Karena luas dan rumitnya masalah ini, seluruh rakyat, termasuk LSM dan lembaga
kemasyrakatan yang lain, harus berpartisipasi membantu aparat terkait.

Anda mungkin juga menyukai