Disusun oleh :
Herlina 148114001
Karina Harijadi 148114002
Karmelia Intany Doko 148114003
Clarentia Dwivani 148114004
Maria Titik Arina (Sr.M.Arina) 148114005
Luh Jenny Wahyuni 148114006
Tiffany Gunawan 148114007
Kelompok Praktikum/ meja : A 1/ 1
Puji syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat-Nya
sehingga proposal yang berjudul “Pembuatan Lipstik dengan Pewarna Angkak dan Allura
Red AC” dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima
kasih atas bantuan semua pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya. Laporan proposal skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk mengerjakan Praktikum semi-mandiri Formulasi dan Teknologi Sediaan Farmasi
(FTSF).
Kami menyadari proposal ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Penulis
mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikan unutuk kedepannya
sehingga akhirnya proposal ini dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan serta dapat
dikembangkan kembali lebih lanjut.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu make-up favorit wanita adalah lipstik dimana tujuan dari penggunaan
lipstick adalah untuk menentukan bentuk dan memberi warna serta perlindungan terhadap
lingkungan sekitar. Produk bibir ini telah digunakan sejak jaman kuno, meliputi lipstik,
lipgloss dan lip liner. Lipstik digunakan secara luas oleh kalangan wanita dan menjadi
sangat populer di akhir dekade ini, popularitasnya dapat diukur dari fakta pasar yang telah
dibanjiri produk lipstik dengan ratusan warna dan bentuk. Komponen utama dari
formulasi lipstik adalah bahan pewarna dan basis lipstik. Hal tersebut penting untuk
diperhatikan karena penggunaan langsung pada bibir yang akan terjilat atau ikut dengan
makanan atau minuman yang dimakan sehingga dalam formula lipstik bahan-bahan yang
digunakan harus dipastikan aman.
Lipstik merupakan make-up bibir yang anatomis dan fisiologisnya agak berbeda dari
kulit bagian badan lainnya. Misalnya karena stratum corneum bibir sangat tipis dan
dermisnya tidak mengandung kelenjar keringat maupun kelenjar minyak, sehingga bibir
mudah kering dan pecah-pecah terutama jika dalam udara yang dingin dan kering. Maka,
dengan penggunaan lipstik dapat membantu melembabkan bibir dan tidak
mengeringkannya.
Warna merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan konsumen
terhadap suatu produk kosmetik terutama lipstik. Oleh karena itu pemilihan warna yang
baik dan aman sangatlah penting. Bahan pewarna yang umumnya digunakan adalah
pewarna sintetis seperti bromoacid, eosin, pigmen titanium dioksid, bismut oksiklorid,
allura red serta bahan pewarna lain yang di izinkan oleh Food and Drug Administration
(FDA). Sampai saat ini penggunaan pewarna sintetis begitu pesat digunakan dan sering
kali disalahgunakan. Beberapa pewarna sintetik ternyata tidak aman digunakan karena
sifatnya yang toksik, bahkan diantaranya bersifat karsinogenik (Andersen dan Bernard,
2001). Banyak juga lipstick yang mengandung logam-logam berbahaya seperti timbal dan
merkuri yang beredar dipasaran. Bahan timbal dapat terkandung dalam zat pewarna Pb
karbonat dan Pb sulfat, logam berat tersebut tidak mempunyai fungsi di dalam tubuh
melainkan akan menimbulkan keracunan jika dalam tubuh terdapat jumlah logam berat
yang cukup besar.
Allura Red AC adalah pewarna azo merah yang memiliki beberapa nama seperti
Allura Red, Food Red 17, C.I. 16035, n FD & C Red 40. Di Amerika Serikat, Allura Red
AC disetujui oleh FDA untuk digunakan dalam kosmetik, obat-obatan, dan makanan.
Pewarna ini digunakan dalam beberapa tinta tato dan digunakan dalam banyak produk,
seperti minuman ringan, obat anak-anak, dan permen kapas. Allura Red AC adalah
pewarna merah yang paling umum digunakan di Amerika Serikat, sepenuhnya digunakan
untuk menggantikan amaranth (Red 2) dan juga mengganti eritrosin (Red 3) di sebagian
besar aplikasi karena memiliki efek samping yang lebih rendah terhadap kesehatan
dibandingkan kedua pewarna tersebut (www.ukfoodguide.net).
Seiring perkembangan zaman, banyak produsen kosmetik yang mulai beralih pada
produk bahan alam. Bahan alam relatif memiliki efek yang tidak berbahaya dalam
penggunaan yang benar dibandingkan dengan bahan sintetik yang beresiko efek samping
(Kaul and Dwivedi, 2010). Hal ini didukung juga oleh gaya hidup back to nature yang
diusung oleh masyarakat modern. Berdasarkan hal tersebut maka banyak dipasarkan
lipstik dengan menggunakan zat warna yang berasal dari bahan alam seperti hena, karmin
dan ektrak buah-buahan untuk memenuhi tuntutan para konsumen terutama perempuan.
Angkak merupakan produk hasil fermentasi dengan substrat beras yang menghasilkan
warna merah karena aktivitas kapang Monascus purpureus sebagai metabolit sekunder.
Angkak dapat digunakan untuk berbagai keperluan, antara lain sebagai pewarna kue,
yoghurt, daging, sosis, dan untuk pengawet buah, sayur, serta produk ikan. Pigmen
monascus juga digunakan untuk pewarana lipstik, pemutih atau pelindung kulit, dan
pewarna kain sutera (Sheu et al., 2000).
Dalam formulasi lipstik, terdapat beberapa persyaratan lipstik yang baik dan dapat
diterima oleh masyarakat, yaitu lipstik yang dapat tahan lama di bibir, dapat melekat pada
bibir tapi tidak sampai lengket, melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya, serta
memberi warna yang merata pada bibir (Tranggono dan Latifah, 2007). Selain itu lipstik
yang baik harus memiliki kekerasan yang baik, serta tidak mudah patah dan rapuh
(Wilkinson dan Moore, 1982).
Pada praktikum ini, kelompok praktikum kami akan membandingkan sediaan lipstick
(padat) dengan menggunakan pewarna Allura red AC yang terkandung dalam pewarna
makanan dan pewarna beras angkak dengan basis lanolin dan beeswax. Lanolin adalah
salah satu contoh emmolient yang sering digunakan yang mempunyai sifat moisturizer
(Barel, Paye, dan Maibach, 2001) Sementara beeswax diperoleh dari lilin lebah yang kaya
akan antioksidant. Hasil yang diharapkan adalah lipstick dengan warna yang bagus dan
terjamin keamanannya.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah pengaruh pewarna sintetik makanan (Allura red AC) dan pewarna
alami (beras angkak) terhadap warna lipstick?
C. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh pewarna sintetik makanan (Allura red AC) dan pewarna
alami (beras angkak) terhadap warna lipstick.
BAB II
ALAT, BAHAN, DAN METODE
A. Alat
Peralatan gelas, mortir, stamper, cawan porselen, water bath, neraca analitik,
thermometer, lemari es, cetakan lipstick, batang pengaduk, dan pipet tetes.
B. Bahan
Formula diadopsi dari Barel, Paye, dan Maibach (2011):
Formula Rentang
Emollients 40-55%
Waxes 8-13%
Plasticizers 2-4%
Colorants 3-8%
Pearl 3-6%
Actives 0-2%
Fillers 4-15%
Fragrance 0,05-0,10%
Preservatives/Antioxidants 0,50%
Formula Bobot
Lanolin 7,5 g
Beeswax 6g
Aquadest 4,8 g
Gummi arabicum 2,1 g
Beras angkak/ Pewarna 2,4 g
Makanan
Zinc Oxide 4,5 g
Titanium dioxide 1,2 g
Glycerin 1,2 g
Tween 80 0,6 g
Metil Paraben 0,09 g
Total 27,99 g
C. Cara Kerja:
Pewarna dengan Beras Angkak
1. Masing-masing bahan ditimbang secara seksama sesuai dengan berat yang diinginkan
2. Basis lipstik dipanaskan diatas penangas air pada suhu 80°C.
3. Mortir disiapkan, beras angkak yang telah dihaluskan dilarutkan dalam akuades
kemudian ditambahkan gummi arabicum untuk membentuk fase emulsi dan diaduk
hingga homogen. Lanolin yang sudah meleleh dimasukkan kedalam mortir yang berisi
campuran zat warna dan diaduk hingga homogen.
4. Mortir panas disiapkan untuk mencampur beeswax dengan lanolin, zat warna, zinc
oxide, titanium dioxide, gliserin, tween 80 serta metil paraben dan diaduk hingga
homogen.
5. Cetakan lipstik yang sudah dipanaskan disiapkan terlebih dahulu.
6. Semua campuran lipstik dipindahkan ke cawan porselen dan dipanaskan diatas
penangas air pada suhu 80°C kemudian dituang ke cetakan lipstik yang sudah
dipanaskan dan dioleskan parafin cair.
7. Ditunggu sampai cetakan dingin, kemudian dimasukkan dalam lemari es. Setelah 24
jam
cetakan diambil dari dalam lemari es dan disimpan dalam suhu ruang.
Pewarna dengan Pewarna Makanan
1. Masing-masing bahan ditimbang secara seksama sesuai dengan berat yang diinginkan.
2. Basis lipstik dipanaskan diatas penangas air pada suhu 80°C.
3. Mortir disiapkan, pewarna makanan kemudian ditambahkan gummi arabicum untuk
membentuk fase emulsi dan diaduk hingga homogen. Lanolin yang sudah meleleh
dimasukkan kedalam mortir yang berisi campuran zat warna dan diaduk hingga
homogen.
4. Mortir panas disiapkan untuk mencampur beeswax dengan lanolin, zat warna, zinc
oxide, titanium dioxide, gliserin, tween 80 serta metil paraben dan diaduk hingga
homogen.
5. Cetakan lipstik yang sudah dipanaskan disiapkan terlebih dahulu.
6. Semua campuran lipstik dipindahkan ke cawan porselen dan dipanaskan diatas
penangas air pada suhu 80°C kemudian dituang ke cetakan lipstik yang sudah
dipanaskan dan dioleskan parafin cair.
7. Ditunggu sampai cetakan dingin, kemudian dimasukkan dalam lemari es. Setelah 24
jam cetakan diambil dari dalam lemari es dan disimpan dalam suhu ruang.
Uji Organoleptis
Menurut Fernandes, et.al, 2013 warna dan penampilan yang ditandai secara visual
sementara bau, dibandingkan dengan evaluator. Kriteria yang dijelaskan di bawah
didirikan oleh evaluator untuk menentukan organoleptik. karakteristik, dengan sampel
yang dianalisis dalam rangkap selama waktu yang telah ditentukan untuk setiap kondisi,
dan dibandingkan terhadap formulasi baru disiapkan pada t0 dengan kriteria penilaian : N –
Normal; M – Modified; IM - Intensely Modified.
Uji spreadability
Menurut Fernandes, et.al, 2013 uji spreadability terdiri dari penerapkan produk
berulang kali ke kulit untuk mengamati keseragaman visual dalam pembentukan lapisan
pelindung dan apakah terfragmentasi, rusak atau pecah selama aplikasi. Untuk itu, kriteria
berikut didirikan oleh analis:
G -Baik: seragam, tidak meninggalkan fragmen; aplikasi sempurna, tanpa deformasi
dari lipstick;
I - Intermediate: seragam; meninggalkan beberapa fragmen; aplikasi yang sesuai;
sedikit deformasi dari lipstick;
B -Bad: tidak seragam; meninggalkan banyak fragmen; sulit atau aplikasi yang tidak
pantas, deformasi intens Lipstick.
Uji Stabilitas
Menurut Fernandes, et.al, 2013 uji stabilitas lipstick biasanya dimulai dari 24 jam atau
48 jam setelah pembuatan, lipstick disimpan pada suhu ruangan (22 ± 3.0 oC) selama 14
hari lalu dievaluasi.
Uji iritasi
Menurut Sharma, 2008 lipstick diaplikasikan pada kulit selama 10 menit.
STUDI PREFORMULASI
1. Lanolin
Nama lain : Adeps lane; cera lanae; lanolina; lanolin anhydrous
Deskripsi : Berwarna kuning pucat, manis dan berbau khas
Titik leleh : suhu 45oC sampai 55 oC
Density : 0.932 sampai 0.945 g/cm3 pada suhu 15oC
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup, terlindung dari sinar matahari, ditempat dingin
dan kering. Masa penyimpanan yang normal selama 2 tahun
Khasiat : Agen pengemulsi; basis ointment
Inkompatibilitas : Lanolin mengandung pro-oksidan yang dapat mempengaruhi stabilitas
dari obat aktif
2. Beeswax
Nama lain : Bleached wax; cera alba
Deskripsi : Rasanya hambar; putih atau sedikit kekuningan. Baunya seeperti lilin
kuning namun lebih intens
Titik leleh : 61 – 65oC
Density : 0.95 – 0.96 g/cm3
Penyimpanan : White wax stabil disimpan di tempat yang tertutup rapat dan
terlindung dari sinar matahari
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan agen pengoksidasi
3. Titanium dioxide
Rumus kimia : TiO2
Massa molar : 79.866 g/mol
Bentuk : putih padat
Bau : tidak berbau
Densitas : 4.23 g/cm3 (Rutile)
3.78 g/cm3 (Anatase)
Titik leleh : 1,843 °C (3,349 °F; 2,116 K)
Titik didih : 2,972 °C (5,382 °F; 3,245 K)
Kelarutan : tidak larut dalam air, larut dalam sulfuric acid, hydrofluoric
acid, alkali dalam keadaan panas
Penyimpanan : simpan pada tempat yang kedap, dalam keadaan sejuk, dan
area dengan ventilasi yang baik
Stabilitas dan reaktivitas
Ketidakcocokan dengan berbagai zat : Reaktif dengan asam. Sedikit reaktif untuk
reaktif dengan logam.
korosi : Non-korosif di kaca
Keterangan Khusus tentang Reaktivitas : Reaksi dari titanium dioksida dan lithium
terjadi sekitar 200 °C dengan kilatan cahaya; suhu bisa mencapai 90°C. reaksi
kekerasan atau pemijaran dengan logam (aluminium, kalsium, magnesium, kalium,
natrium, seng, dan lithium) dapat terjadi pada suhu tinggi.
polimerisasi: tidak akan terjadi.
4. Glycerine
Pemerian: cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna; rasa manis; hanya berbau khas
lemah (tajam atau tidak enak). Higroskpik; netral terhadap lakmus
Sifat Fisikokimia
Bentuk : liquid
Bau : sedikit berbau
Warna : bening
Rasa : manis
Molecular formula : C3H8O3
Molecular Weight : 92.09 g/mole
Massa jenis : 1.2636
Titik didih : 250°C
Titik leleh : 19 °C
pH :-
Kelarutan: Larut dalam air dinging, air panas, dan alkohol. Larut sebagian dalam
acetone. Sangat sedikit larut dalam dietil eter (etil eter). Sangat terbatas kelarutannya
dalam etil asetat. Tidak larut dalam karbon tetraklorida, benzene, kloroform, petroleum
eter, dan minyak.
Stabilitas dan Reaktivitas
Stabilitas : stabil
Kondisi penyebab ketidakstabilan : hindari kontak dengan material inkompatibel,
panas berlebih, dan kelembapan.
8. Metil Paraben
Sifat fisikokimia
Bentuk : Solid (Crystalline Powder)
Bau : tidak berbau / mungkin memiliki karakteristik bau yang lemah
Rasa : Burning / Slight
Warna : Putih
Molecular formula : C8H8O3
Molecular Weight : 152,15 g/mol
Massa jenis :-
Titik didih : 190°C - 280°C
Titik leleh : 125°C - 128°C
pH : 3 – 4,5 dalam larutan jenuh
Kelarutan : mudah larut dalam dietil eter, aseton. Sangat sedikit larut
dalam air dingin/ air panas. 1 gram terdisolusi dalam 40 mL
minyak panas. 1 gram terdisolusi dalam 70 mL gliserol panas.
Sedikit larut dalam karbon tetraklorida. Larut dalam benzena,
minyak, lemak. Kelarutan dalam air 0,25% (wt/wt) pada 20°C
atau 0,30% (wt/wt) pada 25°C
Stabilitas dan Reaktivitas
Stabilitas : stabil
Kondisi yang harus dihindari : hindari dari panas, sumber api, wadah kosong
dapat menimbulkan resiko kebakaran,
penguapan residu dibawah lemari asam, hindari
dengan agen pengoksidasi, alkalis
Material yang inkompatibel : Reaktif dengan agen pengoksidasi, alkalis
Hazardous Decomposition Products : Carbon Oxide (CO, CO2)
Hazardous Polymerization : tidak terjadi
Wadah dan penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat, sejuk, dan area yang berventilasi
baik
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 3. Hasil Penimbangan Bahan Minggu ke-1
Lanolin Beeswax Gummi TiO (g) ZnO Glycerin Tween Metil Beras
(g) (g) Arabicum (g) (g) 80 (g) Paraben Angkak
(g) (g) (g)
wadah 25.4660 26.7850 0.2545 0.2460 0.2456 15.4655 15.6550 0.2550 0.2545
wadah 33.0260 32.8550 2.4045 1.4460 4.7656 16.6655 16.2550 0.3450 2.6595
+ isi
Isi 7.5600 6.07000 2.1500 1.2000 4.5200 1.2000 0.6200 0.0900 2.4050
Lanolin Beeswax Gummi TiO (g) ZnO (g) Glycerin Tween Metil Beras
(g) (g) Arabicum (g) 80 (g) Paraben Angkak
(g) (g) (g)
wadah 26.7650 26.5400 0.2550 0.2560 0.2450 16.5000 15.8700 0.2350 0.2450
wadah 34.3150 32.5450 2.3550 1.4590 2.7950 17.7050 16.4850 0.3300 4.3050
+ isi
Isi 7.5500 6.0050 2.1000 1.2030 2.5500 1.2050 0.6150 0.0950 4.0600
Lanolin Beeswax Gummi TiO ZnO Glycerin Tween Metil Pewarna Pewangi
(g) (g) Arabicum (g) (g) (g) 80 (g) Paraben Makanan ( g)
(g) (g) (g)
wadah 25.1400 25.5000 0.2330 0.240 0.2545 15.6500 15.5000 0.2555 16.7800 8.3400
0
wadah 34.1400 31.5000 2.3830 1.445 2.8045 16.8600 16.1081 0.3465 19.1890 8.7500
+ isi 0
Isi 9.0000 6.0000 2.1500 1.205 2.5500 1.2100 0.6081 0.0910 2.4090 0.4100
0
Ketika lipstik dicoba untuk diaplikasikan di tangan, penyebaran warna lipstik merata dan
tidak meninggalkan fragmen.
Selama 2 minggu sejak pembuatan, lipstik masih stabil: warna masih sama dan bentuknya
tidak beubah.
Dilakukan dengan cara mengoleskan lipstik ke bibir dan dilihat apakah ada iritasi selama
10 menit. Hasilnya lipstik yang kami buat tidak menyebabkan iritasi ada bibir.
Gambar 6. Pengaplikasian Menit Ke-0 Gambar 7. Pengaplikasian Menit Ke-10
B. Pembahasan
Lipstik merupakan kosmetik dekoratif untuk bibir yang dicetak dalam bentuk batang
yang dibuat dengan basis yang mengandung campuran minyak, lemak dan lilin
(Wilkinson dan Moore, 1982). Dalam penelitian digunakan kombinasi antara lilin dan
emollient yang dimaksudkan untuk menghasilkan lipstik yang dapat diterima secara fisik.
Basis lipstik merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan kualitas sediaan
lipstik yang akan diformulasikan (Wilkinson dan Moore, 1982). Basis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah beeswax dan lanolin. Basis ini digunakan untuk membentuk
struktur dan badan lipstik.
Formula yang digunakan dalam penelitian ini merupakan modifikasi dari formula
lipstik menurut Barel, Paye, dan Maibach (2001). Bahan-bahan yang digunakan dalam
pembuatan lipstik ini meliputi beeswax, lanolin, ekstrak beras angkak, gummi arabicum,
akuades, titanium dioxide, zinc oxide, glycerin, tween 80, dan metil paraben.
Dalam praktikum semi mandiri ini, Zinc oxide digunakan sebagai bahan pengisi, yaitu
bahan pembuat efek matte dan sebagai bahan texturing agent. Bahan-bahan yang bisa
digunakan sebagai pengisi antara lain mika, silika, nilon, PMAA, teflon, boron nitrit,
BiOCl, tepung starch, lauroyl lisine, campuran tepung, talk, dan kopolimer akrilat.
Titanium dioxide biasa digunakan dalam produk kosmetik dekoratif yang berfungsi
sebagai pearlescent. Selain itu, titanium dioxide berperan sebagai pigmen warna dalam
lipstik (Barel, Paye, dan Maibach, 2001).
Glycerin digunakan terutama unuk humektan dan emollient. Glycerin digunakan
sebagai solvent atau cosolvent dalam krim dan emulsi. Fungsi lain glycerin adalah
sebagai plasticizer. Polysorbate 80 atau lebih dikenal dengan tween 80, telah banyak
digunakan di dunia kosmetik dan makanan. Tween 80 berperan sebagai dispersing agent,
emulsifying agent, dan surfaktan nonionik. Tween 80 mengandung 20 unit oksietilena
yang merupakan surfaktan nonionik hidrofilik yang digunakan secara luas sebagai agen
pengemulsi dalam menyusun emulsi. Pengawet yang digunakan yaitu metil paraben.
Metil paraben mempunyai keefektifan yang cukup baik dalam berbagai kondisi pH
(Rowe, Sheskey, dan Quinn ,2009).
Pada praktikum semi mandiri ini, range tiap bahan yang kami gunakan, adalah :
Tabel 6. Bobot Bahan yang Digunakan pada Minggu ke-1
Formula Bobot Range bobot Penggunaan Sumber
Bahan yang yang dalam lipstik
digunakan digunakan yang
(%) diperbolehkan
(%)
Lanolin 7,5 g 25 0,1 – 50 Pathol, 1980
Beeswax 6g 20 5 – 20 Mercado,
dkk., 1991.
Aquadest 4,8 g 16 - -
Gummi 2,1 g 7 5 – 20 Barel, Paye,
arabicum dan
Maibach,
2001.
Ekstrak 2,4 g 8 - -
beras angkak
Zinc oxide 4,5 g 15 4 – 15 Barel, Paye,
dan
Maibach,
2001.
Titanium 1,2 g 4 1 – 10 Barel, Paye,
dioxide dan
Maibach,
2001.
Glycerin 1,2 g 2 ≤ 30 Rowe,
Sheskey, dan
Quinn, 2009.
Tween 80 0,6 g 4 1 – 15 Rowe,
Sheskey, dan
Quinn, 2009.
Methyl 0,09 g 0,3 0,1 – 0,3 FDA, 2007
Paraben
Pada pembuatan listrik dengan pewarna dari ekstrak beras angkak, ekstrak beras
angkak dilarutkan dengan akuades dimana 2,4 gram beras angkak dilarutkan dalam
4,8 mL. Setelah itu, larutan ekstrak beras kemudian dicampurkan dengan gummi
arabicum yang berfungsi sebagai emulgator agar dapat terbentuk fase emulsi dengan
basis minyak dan lemak. Pencampuran dilakukan di dalam mortir panas untuk
menghindari shock termal. Apabila menggunakan mortir dalam keadaan normal,
beeswax yang sudah meleleh akan cepat membeku dan mengakibatkan sulit tercampur
homogen. Urutan penambahan bahan-bahan lipstik berdasarkan massa yang paling
banyak dalam formula, hal ini bertujuan agar terbentuk campuran yang homogen.
Selama pembuatan lipstik dilakukan dengan pengadukan konstan. Tujuan pengadukan
yang konstan ini agar fase emulsi yang terbentuk tidak mengalami fenomena
ketidakstabilan emulsi seperti creaming. Pada akhir proses pembuatan lipstik, sebelum
campuran dituang kedalam cetakkan, cetakkan terlebih dahulu dipanaskan dan
dilakukan pengolesan paraffin cair. Pengolesan parafin cair bertujuan untuk
mempermudah lipstik saat akan dikeluarkan dari cetakan. Sedangkan pemanasan
cetakan bertujuan untuk mengkondisikan supaya saat campuran dituangkan ke dalam
cetakan tidak mengalami perbedaan suhu yang terlalu tinggi.
Pada percobaan minggu pertama, lipstik di buat dengan bahan-bahan dan langkah
kerja seperti diatas, tetapi didapatkan hasil yang kurang memuaskan. Pertama, setelah
seluruh bahan dicampur hingga homogen, campuran tersebut tidak dapat mengalir ke
cetakan karena sudah mengeras dalam mortir. Hal ini mungkin terjadi karena mortir
yang digunakan sudah mendingin ketika seluruh bahan telah dicampurkan sehingga
basis beeswax dan lanolin memadat kembali. Maka dari itu, kami memanaskan mortir
kembali diatas water bath agar campuran dapat leleh kembali sehingga dapat mengalir
ke cetakkan. Kedua, setelah kami dapat menuangkan campuran ke dalam cetakkan dan
mendapatkan hasilnya, ketika di aplikasi kan ke bibir, warna merah yang diinginkan
tidak keluar / tidak pigmented. Hal ini disebabkan karena pada saat penambahan zinc
oxide, warna merah dari beras angkak yang digunakan menjadi pudar sehingga warna
merah yang diinginkan menjadi berwarna pink secara organoleptis dan berwarna putih
pucat ketika diaplikasikan ke bibir. Selain itu, lipstik yang dihasilkan terlalu matte
sehingga sulit untuk dihapus setelah di aplikasi kan ke bibir. Hal ini juga disebabkan
karena penggunaan zinc oxide.
Melihat dari hasil percobaan minggu pertama, maka kami memutuskan untuk
menambah konsentrasi beras angkak menjadi 4 gram beras angkak dalam 4,8 mL
aquadest. Selain itu kami juga menggurangi penggunaan zinc oxide menjadi 2,5 g
dengan pertimbangan lipstik yang dihasilkan memiliki warna yang diinginkan dan
tetap dalam kondisi matte. Kami mengurangi zinc oxide juga memiliki pertimbangan
bahwa penggunaan titanium dioxide juga dapat mempertahankan warna nya. Lipstik
yang dihasilkan juga masih memiliki bau dari beeswax dan lanolin yang masih kuat
dimana bau tersebut kurang dapat diterima sehingga kami menambahkan pewangi
stroberi. Pada percobaan ini pencampuran bahan seluruhnya dilakukan di dalam mortir
yang diletakkan di atas waterbath untuk mempertahankan suhu pada mortir sehingga
campuran bahan tidak mengeras dalam mortir dan dapat dengan mudah di alirkan ke
cetakkan. Setelah seluruhnya dicampurkan, campuran tersebut dapat mengalir ke
cetakkan. Hasil yang kami peroleh tetap belum memuaskan karena ketika di aplikasi
kan ke bibir, warna tetap tidak keluar, tetapi secara organoleptis ketika belum di
aplikasikan ke bibir, lipstik yang di peroleh bewarna merah. Melihat hal ini, kami
menyimpulkan bahwa penambahan konsentrasi beras angkak dan pengurangan zinc
oxide belum cukup kuat untuk membuat warna lipstiknya keluar.
Pada minggu ketiga, kami mengganti pewarna beras angkak menjadi pewarna
makanan. Pewarna makanan yang kami gunakan adalah pewarna makanan merk
Rajawali berwarna merah tua. Pewarna makanan ini terbuat dari pewarna sintesis yaitu
Allura Red AC. Allura Red AC adalah pewarna azo merah yang memiliki beberapa
nama seperti Allura Red, Food Red 17, C.I. 16035, n FD & C Red 40. Hal ini
digunakan sebagai pewarna makanan dan memiliki jumlah E E129. Di Amerika
Serikat, Allura Red AC disetujui oleh FDA untuk digunakan dalam kosmetik, obat-
obatan, dan makanan. Pewarna ini digunakan dalam beberapa tinta tato dan digunakan
dalam banyak produk, seperti minuman ringan, obat anak-anak, dan permen kapas.
Allura Red AC adalah pewarna merah yang paling umum digunakan di Amerika
Serikat, sepenuhnya digunakan untuk menggantikan amaranth (Red 2) dan juga
mengganti eritrosin (Red 3) di sebagian besar aplikasi karena memiliki efek samping
yang lebih rendah terhadap kesehatan dibandingkan kedua pewarna tersebut.
(www.ukfoodguide.net, 2016).
Kami melakukan prosedur yang sama seperti pada minggu kedua dimana zinc
oxide tetap digunakan dan pewarna diganti dengan pewarna makanan, penambahan
pewangi stroberi dan penambahan lanolin untuk menyesuaikan formula. Kami
mencoba menggunakan konsentrasi pewarna makanan yaitu 2,4 g dan 0,03 g untuk
pewangi stroberi. Komposisi antara pewarna dan pewangi yang digunakan sudah
sesuai dengan teori menurut Barel, Paye, dan Maibach, 2001 dimana pewarna yang
boleh digunakan sebesar 3 – 8 % dan pewangi yang digunakan 0,05 – 0,1%. Hasil
yang kami dapatkan cukup memuaskan karena ketika diaplikasikan warna yang
dihasilkan sudah pigmented. Lalu, bau lanolin dan beeswax telah dapat teratasi dengan
penambahan pewangi stroberi. Selain itu meskipun kami mengubah komposisi lanolin,
masih didapatkan lipstik dengan hasil yang tidak berbeda sebelum ditambahkan
lanolin dari segi struktur dan badan lipstik.
Setelah pembuatan, kami melakukan beberapa uji, yaitu :
a. Uji Organoleptis
Menurut Fernandes, et.al, 2013 warna dan penampilan yang ditandai secara visual
sementara bau, dibandingkan dengan evaluator. Kriteria yang dijelaskan di bawah
didirikan oleh evaluator untuk menentukan organoleptik. karakteristik, dengan sampel
yang dianalisis dalam rangkap selama waktu yang telah ditentukan untuk setiap
kondisi, dan dibandingkan terhadap formulasi baru disiapkan pada t0 dengan kriteria
penilaian : N – Normal; M – Modified; IM - Intensely Modified.
Bentuk lipstik akhir yang dibuat pada proyek ini secara keseluruhan sudah terlihat
bagus, namun permukaan lipstick kurang merata, warna merah muda yang sudah
cukup merata, bau lanolin dan beeswax sudah tertutupi dengan wangi stroberi. Kurang
meratanya permukaan lipstick dikarenakan pada proses pencetakan, basis beeswax
yang cepat memadat dapat menghambat proses pencetakan, serta pada saat pelepasan
lipstik dari cetakan masih dengan menggunakan metode konvensional yaitu dengan
tangan. Berdasarkan hasil expo, sebagian besar pengunjung mengatakan bahwa warna
dan wangi sudah baik, namun tekstur lipstik masih belum sempurna.
b. Uji Spreadability
Menurut Fernandes, et.al, 2013 uji spreadability terdiri dari penerapkan produk
berulang kali ke kulit untuk mengamati keseragaman visual dalam pembentukan
lapisan pelindung dan apakah terfragmentasi, rusak atau pecah selama aplikasi. Untuk
itu, kriteria berikut didirikan oleh analis:
G -Baik: seragam, tidak meninggalkan fragmen; aplikasi sempurna, tanpa deformasi
dari lipstick;
I - Intermediate: seragam; meninggalkan beberapa fragmen; aplikasi yang sesuai;
sedikit deformasi dari lipstick;
B -Bad: tidak seragam; meninggalkan banyak fragmen; sulit atau aplikasi yang tidak
pantas, deformasi intens Lipstick.
Berdasarkan pengaplikasian pada kulit lipstik yang dibuat masuk pada kriteria G
(baik) yakni seragam, tidak meninggalkan fragmen, aplikasi sempurna, tanpa
deformasi dari lipstick, ini berarti bahwa warna lipstick ini dapat dengan mudah
menempel pada bibir. Tekstur yang halus dan warna yang langsung merata pada bibir
saat diaplikasikan, mengartikan bahwa lipstick telah memenuhi kriteria pengaplikasian
pada umumnya.
c. Uji Stabilitas
Menurut Fernandes, et.al,2013 uji stabilitas lipstick biasanya dimulai dari 24 jam
atau 48 jam setelah pembuatan, lipstick disimpan pada suhu ruangan (22 ± 3.0 oC)
selama 14 hari lalu dievaluasi. Berdasarkan dari segi organoleptis lipstik relatif stabil
dalam penyimpanan, karena tidak mengalami perubahan bentuk, warna, dan bau.
d. Uji Iritasi
Pada menit ke-10 tidak dirasakan tanda-tanda adanya erythema seperti rubor, kalor
atau dolor. Dapat disimpulkan bahwa lipstik aman digunakan pada kulit.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil akhir dari pembuatan lipstick dengan pewarna dari beras angkak
dan pewarna makanan Allura red AC, pembuatan lipstick dengan pewarna makanan yang
mengandung Allura red AC lebih baik dalam memberikan warna merah pada lipstick
serta warnanya dapat melekat pada bibir dibandingkan pewarna lipstick dari beras angkak
yang kurang mampu memberikan warna pada lipstick maupun saat diaplikasikan.
B. Saran
Pada praktikum ini kami belum melakukan uji kekerasan dan mikrobiologi, maka
kami menyarankan untuk selanjutnya dapat dilakukan uji kekerasan dan mikrobiologi
untuk menjamin kulaitas lipstick. Kami juga menyarankan untuk menguji waktu Expired
date, serta dapat dikembangkan warna lipstick lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM, 1995, Farmakope Indonesia Edisis III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta,