Anda di halaman 1dari 5

Pembahasan Aminophylin

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memahami cara pembuatan larutan
aminophylin 2,4% , proses sterilisasinya , mengetahui uji pH, uji kebocoran serta ada
tidaknya partikel dalam sediaan. Injeksi adalah penyemprotan larutan (atau suspensi)
kedalam tubuh untuk tujuan terapetik atau diagnostic. Injeksi  dapat dilakukan langsung
kedalam aliran darah,kedalam jaringan dan organ. Jika hanya sejumlah relative kecil larutan
dimasukkan kedalam organismus(misalnya 1,2,5 sampai 20mL) dikatakan
sebagai injeksi  (injection = memasukkan kedalam injectabilia).sebaliknya jika digunakan
sejumlah besar larutan (misalnya1 atau beberapa liter) , dikatalkan sebagai infuse(infusion =
penuangan kedalam infundibilia). Bentuk-bentuk tadi dinyatakan sebagai pemasukan
parenteral obat( par enteron = diluar usus) kebalikannya dari penerapan enteral yang
berlangsung melalui saluran lambung-usus (Voight,1984).

Ijeksi aminophylin merupakan larutan steril aminophylin merupakan larutan steril


aminophylin dalam air untuk injeksi, dalam praktikum ini merupakan campuran dari2,4%
teofilin anhidrat dan sisanya merupakan etilen diamin. Sediaan ini bersifat basa,theophylin
berikatan dengan adrenoseptor β2 sehingga berefek bronkodilatasi. Teofilin, sebagai
bronkodilator, memiliki 2 mekanisme aksi utama di paru yaitu dengan cara relaksasi otot
polos dan menekan stimulan yang terdapat pada jalan nafas (suppression of airway stimuli).
Mekanisme aksi yang utama belum diketahui secara pasti. Diduga efek bronkodilasi
disebabkan oleh adanya penghambatan 2 isoenzim yaitu phosphodiesterase (PDE III) dan
PDE IV. Sedangkan efek selain bronkodilasi berhubungan dengan aktivitas molekular yang
lain. Teofilin juga dapat meningkatkan kontraksi otot diafragma dengan cara peningkatan
uptake Ca melalui Adenosin-mediated Chanels ( Lukas,2007 ).
Perhitungan tonisitas dilakukan untuk mengetahui apakah larutan bersifat isotonis,
hipertonis atau hipotonis. Isotonis adalah suatu keadaan dimana tekanan osmose larutan obat
yang sama dengan tekanan osmose tubuh kita (darah, air mata). Sedang hipotonis adalah
keadaan dimana tekanan osmostis larutan obat kurang dari tekanan osmotis cairan tubuh.
Hipertonis adalah tekanan osmotis larutan obat lebih dari tekanan osmotis cairan
tubuh.  Tekanan osmotik diartikan sebagai gaya yang dapat menyebabkan air atau bahan
pelarut lainnya melintas masuk melewati membran semipermeable ke dalam larutan pekat.
Dari hasil perhitungan didapatkan tonisitas larutan adalah  0,436, artinya larutan tersebut
hipotonis, yang dapat menyebabkan cairan dari luar sel masuk ke dalam sel menyebabkan
menggelembung dan pecah, dan ini bersifat irreversible dan berbahaya. Sel yang pecah akan
ikut dalam aliran darah dan terjadi penyumbatan pembuluh darah. Cara mengisotoniskan
larutan berdasarkan atas perhitungan turunnya titik beku dan penyeimbangan tekanan
osmotik larutan terhadap cairan osmotik. Untuk mencapai keadaan isotonis, maka perlu
ditambahkan NaCl. Setelah dihitung jumlah massa yang ditambahkan sebanyak 0,464 g/L
untuk mencapai isotonis. Tonisistas merupakan keadaan cairan yang mempunyai tekanan
osmotik yang sama dengan cairan tubuh.
Sediaan ini dibuat dalam bentuk injeksi, tidak digunakan aminophylin secara
langsung, karena aminophylin bersifat tidak stabil dalam udara. Syarat sediaan steril antara
lain adalah sebagai berikut :

 Aman secara toksikologi :


tetapi beberapa bahan tambahan formulasi tidak cukup aman jika diberikan dengan cara
penyuntikan
 Steril :
bebas dari kontaminasi bahan pirogen ( termasuk endotoksin ) bebas dari partikel
partikulat asing
 Stabil :
tidak hanya secara fisika dan kimia tetapi juga secara mikrobiologi dapat dicampur
(kompatibel) dengan obat lain jika diberikan dalam bentuk campuran (admikur) untuk
pemberian obat secara intravena (jika diindikasikan dan diperlukan
 Isotonis
Tujuannya agar cairan injeksi yang dimasukkan isotonis dengan cairan tubuh, namun
hal ini tidak diperlukan untuk sediaan injeksi dalam jumlah keciluang melalui
intravena, sedangkan untuk sediaan yang diberikan menuju cairan mata, spinal
harusisotonis. Injeksi untuk jarinagn subkutan dan otot juga harus isotonis untuk
meminimalkan rasa pedih dan iritasi jaringan. Agen tonisitasyang digunakan adlah
elektrolit dan mono atau disakarida.

Sediaan aminofilin cenderung mengabsorbsi CO2 dari udara sehingga melepaskan


teofilin, etilendiamin digunakan sebagai stabilitator. Aminofilin cenderung terurai menjadi
thophylin dan etilendiamin, sehingga tidak langsung dibuat dalam dosis tunggal. Penggunaan
air bebas CO2 untuk mencegah terjadinya interaksi CO2 dengan H2O membentuk asam
karbonat (H2CO3) yang bersifat asam. Kelarutan teofilin dalam larutan basa, dengan
penambahan H2CO3 akan mengurangi kelarutannya. Selain itu H2CO3 akan melepaskan H+
yang dpat berinteraksi dengan etilendiamin sehingga teofilin lepas dari ikatannya dengan
etilendiamin dan membentuk endapan, hal ini mengakibatkan terganggunya pembentukkan
komplek aminophylin =.

Reaksi yang terjadi :

CO2 + H2O H2CO3

H2CO3 H+ + HCO3-

HCO3- H+ + CO32-
Pada saat penambahan etilendiamin sedikit demi sedikit dengan pH yang diatur9,2-9,6,
maka akan terjadi reaksi yang membentuk kompleks yang larut air.

+
+

Selanjutnya sediaan dimasukkan ke dalam ampul dengan bantuan pipet volum 10


ml, Setelah itu dilakukan pengujian tersebut, proses sterilisasi dilakukan dengan
menggunakan autoclave dengan suhu 121° C selama 20 menit. Dilakukan sterilisasi basah
karena sediaan aminophylin tahan terhadap temperature tinggi dan basah. Mekanisme
penghancuran bakteri oleh uap air panas adalah karena terjadinya denaturasi dan koagulasi
beberapa protein esensial organisme tersebut. Adnya uap air yang panas dalam sel mikroba,
menimbulkan kerusakan pada temperatur yang relatif rendah (Ansel, 1989). setelah itu ampul
dilas dan dilakukan beberapa uji. Uji-uji yang dilakukan adalah pemeriksaan pH, kebocoran,
adanya partikel.

Pemeriksaan pH dengan menggunakan pH stik bertujuan untuk meningkatkan stabilitas


injeksi aminopilin supaya tidak terjadi kristalisai, mengurangi rasa sakit dan iritasi juga
mencegah pertumbuhan bakteri, karena jika pH terlalu asam/basa  sangat mudah ditumbuhi
bakteri. Untuk hasil percobaan uji kontrol kualitasnya diketahui bahwa pH sebelum
autoclave dan sesudah autoclave sebesar 8,7-9 , pada percobaan ini tidak sesuai dengan pH
yang diinginkan yakni antara 9,5 - 9,6 dapat dikarenakan penambahan etilen diamin yang
kurang.

Pada uji kebocoran, diketahui tidak ada ampul yang bocor sebelum autoclave atau
sesudah autoclave. Uji kebocoran ini dilakukan untuk memastikan bahwa ampul yang
digunakan benar-benar baik kondisinya. Jika terdapat kebocoran akan ada kemungkinan obat
untuk keluar, sehingga dosis yang didapatkan tidak sesuai dengan dosis yang diinginkan.
Selain itu adanya kebocoran dapat menyebabkan partikel asing masuk, partikel ini dapat
berupa mikroorganisme atau pirogen, yang menandakan bahwa larutan tersebut tidak lagi
steril.
Sedangkan untuk uji bebas partikel diketahui hasil sebelum autoclave dan setelah
autoclave yang positif tidak terdapat partikel asing. Ini berarti larutan tersebut dapat
digunakan karena tidak dikhawatirkan menimbulkan emboli dan menyebabkan rasa nyeri.
Partikel ini biasanya adalah bahan yang tidak larut dan secara tidak langsung terdapat dalam
sediaan. Adanya partikel asing dalam sediaan menandakan bahwa larutan tersebut tidak
jernih, karena adanya kontaminasi partikel asing, sehingga bila diamati lebih teliti dalam
sediaan  tersebut keruh dengan partikel asing.
Kelebihan Sediaan Injeksi

1. Dapat dicapai efek fisiologis segera, untuk kondisi penyakit tertentu (jantung
berhenti)
2. Dapat diberikan untuk sediaan yang tidak efektif diberikan secara oral atau obat yang
dirusak oleh sekresi asam lambung
3. Untuk penderita yang tidak memungkinkan mengkonsumsi oral (sakit jiwa atau tidak
sadar)
4. Pemberian parenteral memberikan kemungkinan bagi dokter untuk mengontrol obat,
karena pasien harus kembali melakukan pengobatan

Kekurangan Sediaan Injeksi

1. Pemberian sediaan parenteral harus dilakukan oleh personel yang terlatih dan
membutuhkan waktu pemberian yang lebih lama
2. Pemberian obat secara parenteral sangat berkaitan dengan ketentuan prosedur aseptik
dengan rasa nyeri pada lokasi penyuntikan yang tidak selalu dapat dihindari
3. Bila obat telah diberikan secara parenteral, sukar sekali untuk
menghilangkan/merubah efek fisiologisnya karena obat telah berada dalam sirkulasi
sistemik
4. Harganya relatif lebih mahal, karena persyaratan manufaktur dan pengemasan
5. Persyaratan sediaan parenteral tentang sterilitas, bebas dari partikulat, bebas dari
pirogen, dan stabilitas sediaan parenteral harus disadari oleh semua personel yang
terlibat

VIII.       KESIMPULAN
Injeksi aminophylin 2,4% yang dibuat dalam praktikum ini belum memenuhi
persyaratan. Uji/kontrol kualitas yang sesuai teori dan layak digunakan yaitu pH yang tidak
memasuki range, tidak bocor, dan semua larutan di dalam ampul jernih.

Ansel, Howard C, 1989, Pengantar Buku Sediaan Farmasi, UI Press, Jakarta, hal : 406-410


Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta
hal: 892.
Lukas, Stefanus, 2007, Formulasi Steril, CV Andi Offset, Yogyakarta hal: 72.
Voigt, 1984, Buku Ajar Teknologi Farmasi. Diterjemahkan oleh Soendani Noeroto S., UGM
Press, Yogyakarta.hal: 149.

Anda mungkin juga menyukai