Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Tentang

STRATEGI DAKWAH DALAM MENGATASI KONVERSI


AGAMA

Dosen :

Siti Rahma Harahap, M.A

Oleh :

Kelompok III

1. Ilman
2. Riska Armelia Lubis

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

MANDAILING NATAL

T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Sebagaimana yang telah ditugaskan oleh dosen mata kuliah Teknologi


Informasi untuk memperbaiki nilai Teknologi Inforasi,maka saya membuat
makalah ini dengan tema Membuat Presentasi pada Microsoft Office Powerpoint
yang akan memperdalam tentang bagaimana cara membuat sebuah file presentasi
yang insya Allah bisa bermanfaat bagi semua khususnya untuk saya.
Kegaiatan Presentasi kini merupakan salah satu aspek penting dalam
kehidupan sehari-hari, dengan pesatnya perkembangan teknologi di dunia. Maka
kita selaku generasi muda dan calon pekerja harus bisa mengikuti perkembangan
jaman, karena saat ini dunia kerja makin akrab dengan hal-hal yang berbau
presentasi agar sebuah rencana dapat dengan mudah dimengerti oleh pihak lain.
Tujuan dibuatnya makalah ini untuk menambahkan nilai mata kuliah ini, selain itu
untuk menambah wawasan bagi saya pribadi.
Pepatah mengatakan “tiada gading yang tak retak”, tentu dalam penyajian
makalah ini masih terdapat kesalahan dan kekurang sempurnaan, untuk itu saya
meminta maaf,

Panyabungan, Oktober 2020

Pemakalah

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dakwah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan, ajakan baik


dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan
secara sadar dan terencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara
individu maupun secara kelompok supaya timbul dalam dirinya suatu
pengertian kesadaran, sikap penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran
agama sebagai pesan yang disampaikan kepadanya tanpa adanya unsur-unsur
paksaan (Ahmad, 2002: 68).

Dakwah Islam merupakan sebuah aktifitas komunikasi, sehingga


keberhasilan dakwah tergantung pada beberapa komponen yang
mempengaruhinya, yakni da’i sebagai orang yang menyampaikan pesan
(komunikator), mad’u sebagai orang yang menerima pesan (komunikan),
materi dakwah sebagai pesan yang akan disampaikan, media dakwah sebagai
sarana yang akan dijadikan saluran dakwah, metode dakwah sebagai cara yang
digunakan untuk berdakwah. Adanya keharmonisan antar unsur-unsur tersebut
diharapkan tujuan dakwah bisa tercapai secara maksimal.

Strategi dakwah dapat diartikan sebagai proses menentukan cara dan


upaya untuk menghadapi sasaran dakwah dalam sitiuasi dan kondisi tertentu
guna mencapai tujuan dakwah secara optimal. Berkaitan dengan strategi
dakwah Islam, maka diperlukan pengenalan yang tepat dan akurat terhadap
realitas hidup manusia yang secara aktual berlangsung dalam kehidupan dan
mungkin realitas antara masyarakat dengan masyarakat lain berbeda. Disini
juru dakwah dituntut memahami situasi dan kondisi mayarakat yang terus
mengalami perubahan, baik secara kultural maupun sosial keagamaan.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Strategi Dakwah?

2. Bagaimana Mengatasi Konversi Dakwah ?

3. Bagaimanakah Proses Konversi Agama ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Strategi Dakwah

Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata “stragos” atau “strategis”
dengan kata jamak strategi yang berarti jenderal, tetapi dalam Yunani kuno berarti
perwira negara dengan fungsi yang luas (Salulu, 1985: 85). Strategi adalah
rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus
(Depdikbud, 1995: 984). Strategi dakwah dapat diartikan sebagai proses
menentukan cara dan upaya untuk menghadapi sasaran dakwah dalam sitiuasi dan
kondisi tertentu guna mencapai tujuan dakwah secara optimal.

Untuk mencapai keberhasilan dakwah secara maksimal, maka diperlukan


berbagai faktor penunjang, diantaranya adalah strategi dakwah yang tepat
sehingga dakwah mengena sasaran. Strategi yang digunakan dalam usaha dakwah
haruslah memperhatikan beberapa asas dakwah, diantaranya adalah:

a. Asas filosofis.
b. Asas kemampuan dan keahlian da’i.
c. Asas sosiologi.
d. Asas psikologi.

e. Asas aktivitas dan efisien (Amin, 2009: 109).

3
B. Mengatasi Konversi agama

Konversi agama merupakan suatu fenomena agama yang tidak baru lagi.
Proses perpindahan/masuk agama ini sudah terjadi sejak dulu, bahkan sejak para
nabi dan rasul Allah muncul di muka bumi dan diutus untuk menyebarkan ajaran-
Nya kepada umat manusia. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, fenomena konversi agama yang terjadi pada masa modern ini menjadi
beragam. Tentu hal ini didukung karena adanya gejala sosial yang merambat
masuk lalu mempengaruhi kejiwaan seseorang. Adanya agama besar yang lebih
dari satu serta aliran dan sekte-sekte pada agama juga membuat fenomena
konversi agama itu menjadi beragam.

Di Indonesia, kasus konversi agama tidak susah untuk ditemukan.


Seringkali terjadi adanya kabar bahwa pemeluk agama Islam berpindah menjadi
pemeluk agama Kristen, begitu pula sebaliknya, atau pemeluk agama Hindu
berpindah menjadi pemeluk agama Islam dan begitu pula sebaliknya. Bahkan
kasus konversi agama yang tidak melibatkan pelakunya untuk berpindah agama
namun hanya terjadi peningkatan keyakinan terhadap agama yang dipeluknya pun
ada, hal itu dikarenakan suatu tekanan batin yang justru membuat pelaku berubah
sikap dari yang awalnya acuh terhadap ajaran agama dan Tuhannya lalu bertaubat
dan menjadi taat terhadap Tuhannya. Contoh kasus ini pernah dijelaskan oleh
Zakiyah Daradjat dalam buku Ilmu Jiwa Agama.

1
onversi agama menurut etimologi konversi berasal dari kata lain
“Conversio” yang berarti: tobat, pindah, dan berubah (agama). Selanjutnya, kata
tersebut dipakai dalam kata Inggris Conversion yang mengandung pengertian:
berubah dari suatu keadaan atau dari suatu agama ke agama lain (change from one
state, or from one religion, to another).

1 M. Sarlan (ed.), Islam Di Bali: Sejarah Masuknya Agama Islam Ke Bali,(Denpasar:


Departemen Agama Provinsi Bali, 2009), hlm. 3-5.

4
Berdasarkan kata-kata tersebut dapat diartikan bahwa konversi agama
mengandung pengertian: bertobat, berubah agama, berbalik pendirian terhadap
ajaran agama atau masuk ke dalam agama.
Konversi agama menurut terminologi, menurut pengertian ini
dikemukakan oleh:
1.    Max Heirich mengatakan bahwa konversi agama adalah suatu tindakan
di mana seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah ke
suatu sistem kepercayaan atau perilaku yang berlawanan dengan
kepercayaan sebelumnya.
2.    W.H.Clark mendefinisikan konversi agama merupakan sebagai suatu
macam pertumbuhan atau perkembangan spiritual yang mengandung
perubahan arah yang cukup berarti, dalam sikap terhadap ajaran dan
tindakan agama.
3.    William James mengatakan, konversi agama merupakan berubah,
digenerasikan, untuk menerima kesukaan, untuk menjalani pengalaman
beragama, untuk mendapatkan kepastian adalah banyaknya ungkapan
pada proses baik itu berangsur-angsur atau tiba-tiba, yang dilakukan
secara sadar dan terpisah-pisah, kurang bahagia dalam konsekuensi
penganutnya yang berlandaskan kenyataan beragama.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan, bahwa konversi agama
merupakan:
1.      Adanya perubahan arah pandangan dan keyakinan seseorang terhadap
agama dan kepercayaan yang dianutnya.
2.      Perubahan yang terjadi dipengaruhi kondisi kejiwaan, sehingga
perubahan tersebut dapat terjadi secara berproses atau secara mendadak.
3.      Perubahan tersebut tidak hanya berlaku bagi pemindahan kepercayaan
dari satu agama ke agama lain, akan tetapi juga termasuk perubahan
pandangan terhadap agama yang dianutnya sendiri.
4.      Selain faktor kejiwaan dan kondisi lingkungan, maka perubahan itu
pun disebabkan oleh faktor petunjuk dari Yang Maha Kuasa.
b.      Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Konversi Agama

5
William James dan Max Heirich mengemukakan pendapat bahwa
konversi agama disebabkan faktor yang cenderung didominasi oleh lapangan ilmu
yang mereka tekuni.
1.    Para ahli agama menyatakan, bahwa yang menjadi faktor pendorong
terjadinya konversi agama adalah petunjuk Illahi. Pengaruh supernatural
berperan secara dominan dalam proses terjadinya konversi agama pada
diri seseorang atau kelompok. Namun demikian, terasa sulit untuk
membuktikan secara empiris tentang faktor ini, walau kita mempercayai
bahwa petunjuk Illahi memegang peran penting dalam perubahan
perilaku keagamaan seseorang. Oleh karena itu, perlu ditelusuri faktor-
faktor lain, baik itu dilihat dari latar belakang sosiologis, faktor kejiwaan
maupun pendidikan yang didapatkan.
2.    Para ahli sosiologi berpendapat, bahwa yang menyebabkan terjadinya
konversi agama adalah pengaruh sosial. Pengaruh sosial yang
mendorong terjadinya konversi itu terdiri dari adanya berbagai faktor
lain:
a Pengaruh hubungan antar pribadi baik pergaulan yang bersifat
keagamaan maupun nonagama (kesenian, ilmu pengetahuan
ataupun bidang kebudayaan).
b Pengaruh kebiasaan yang rutin. Pengaruh ini dapat mendorong
seseorang atau kelompok untuk berubah kepercayaan jika
dilakukan seacara rutin hingga terbiasa, misalnya: menghadiri
upacara keagamaan, ataupun pertemuan yang bersifat keagamaan
baik pada lembaga formal, ataupun nonformal.
c Pengaruh anjuran atau propaganda dari orang-orang yang dekat,
misalnya: karib, keluarga, dan famili.
d Pengaruh pemimpin keagamaan.
e Pengaruh perkumpulan berdasarkan hobi.
f Pengaruh kekuasaan pemimpin.
3.    Para ahli psikologi menyebutkan faktor psikologis yang menyebabkan
terjadinya konversi. Sebagai contoh adalah tekanan batin, maka akan

6
mendorong seseorang untuk mencari jalan keluar, yaitu ketenangan
batin, atau jiwa yang kosong dan tidak berdaya kemudian mencari
perlindungan kekuatan lain yang mampu memberikan kehidupan jiwa
yang tenang dan tentram. Dengan demikian, terjadinya konversi tidak
hanya didorong oleh faktor luar saja, tapi juga disebabkan faktor intern.
Yang dapat dikategorikan sebagai faktor intern antara lain:
a. Kepribadian.
Secara psikologis tipe kepribadian tertentu akan mempengaruhi
kehidupan jiwa seseorang. Dalam penelitian William James ditemukan
bahwa tipe melankolis yang memiliki kerentanan perasaan lebih
mendalam dapat menyebabkan terjadinya konversi dalam dirinya.
b. Pembawaan.
Menurut penelitian Guy E. Swanson ditemukan semacam
kecenderungan urutan kelahiran yang mempengaruhi konversi agama.
Anak sulung dan anak bungsu biasanya tidak mengalami tekanan batin.
Sementara anak yang dilahirkan pada urutan tengah atau antara sulung
dan bungsu sering mengalami stres jiwa.
Sedangkan yang termasuk dalam faktor ekstern antara lain:
a. Faktor Keluarga.
Di antara yang termasuk dalam faktor ini adalah:
1. Kerekatan keluarga
2. Ketidakserasian
3. Berlainan agama
4. Kesepian
5. Kesulitan seksual
6. Kurang mendapatkan pengakuan kaum kerabat
Kondisi demikian menyebabkan batin seseorang akan mengalami tekanan
batin sehingga sering terjadi konversi agama dalam usahanya untuk meredakan
tekanan batin yang menimpa dirinya.

7
Faktor lingkungan tempat tinggal.
Yang termasuk dalam faktor ini adalah ketersaingan dari tempat tinggal atau
tersingkir dari kehidupan di suatu tempat yang menyebabkan seseorang hidupnya
sebatang kara.
a. Perubahan status.
Perubahan status yang dimaksud dapat disebabkan oleh berbagai macam
persoalan, seperti: perceraian, keluar dari sekolah atau perkumpulan dan
lain sebagainya.
b. Kemiskinan.
Seringkali terjadi masyarakat awam yang miskin terpengaruh untuk
memeluk agama yang menjanjikan dunia yang lebih baik, seperti
kebutuhan sandang dan pangan yang mendesak.

C. Proses Konversi Agama


Proses yang dilalui oleh orang-orang yang mengalami konversi, berbeda
antara satu dengan lainnya, selain sebab yang mendorongnya dan bermacam pula
tingkatnya, ada yang dangkal, sekedar untuk dirinya saja dan ada pula yang
mendalam, disertai dengan kegiatan agama yang sangat menonjol sampai kepada
perjuangan mati-matian. Ada yang terjadi dalam sekejap mata dan ada pula yang
berangsur-angsur. Namun dapat dikatakan, bahwa tiap-tiap konversi agama itu
melalui proses-proses jiwa sebagai berikut:
1. Masa tenang pertama, masa tenang sebelum mengalami konversi, di
mana segala sikap, tingkah laku dan sifat-sifatnya acuh tak acuh
menentang agama.
2. Masa ketidaktenangan, konflik dan pertentangan batin berkecamuk
dalam hatinya, gelisah, putus asa, tegang, panik. Baik disebabkan oleh
moralnya, kekecewaan atau oleh apapun juga.
3. Peristiwa konversi itu sendiri setelah masa goncang itu mencapai
puncaknya, maka terjadilah peristiwa konversi itu sendiri. Orang merasa

8
tiba-tiba mendapat petunjuk Tuhan, mendapatkan kekuatan dan
semangat.
4. Keadaan tentram dan tenang. Setelah krisis konversi lewat dan masa
menyerah dilalui, maka timbullah perasaan atau kondisi jiwa yang baru,
rasa aman di hati, tiada lagi dosa yang tidak diampuni Tuhan, tiada
kesalahan yang patut disesali, semuanya telah lewat, segala persoalan
menjadi enteng dan terselesaikan.
5. Ekspresi konversi dalam hidup. Tingkat terakhir dari konversi itu adalah
pengungkapan konversi agama dalam tindak tanduk, kelakuan, sikap dan
perkataan, dan seluruh jalan hidupnya berubah mengikuti aturan-aturan
yang diajarkan oleh agama.
H.Carrier, membagi proses konversi agama dalam pentahapan sebagai
berikut:
1. Terjadi disentegrasi sintesis kognitif dan motivasi sebagai akibat dari
krisis yang dialami.
2. Reintegrasi kepribadian berdasarkan konversi agama yang baru.
3. Tumbuh sikap menerima konsepsi agama baru serta peranan yang
dituntut oleh ajarannya.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konversi Agama secara etimologi konversi berasal dari kata latin
“conversio” yang berarti tobat, pindah, berubah (agama).Sedangkan konversi
agama (religious conversion) secara umum dapat di artikan dengan berubah
agama ataupun masuk agama. Menurut Thouless (1992), konversi agama adalah
istilah yang pada umumnya diberikan untuk proses yang menjurus kepada
penerimaan suatu sikap keagamaan, proses itu bisa terjadi secara berangsur-
angsur atau secara tiba-tiba.
Konversi agama menyangkut perubahan batin seseorang secara mendasar.
Segala bentuk kehidupan batin yang semula mempunyai pola sendiri berdasarkan
pandangan hidup yang dianutnya secara spontan ditinggalkan sama sekali.
Muncul gejala baru berupa perasaan serba tidak lengkap dan tidak sempurna,
perasaan susah yang ditimbulkan oleh kebimbangan.
Perasaan yang berlawanan itu menimbulkan pertentangan dalam batin
sehingga untuk mengatasi kesulitan tersebut harus dicari jalan penyalurannya.
Ketenangan batin akan terjadi dengan sendirinya bila yang bersangkutan telah
mampu mamilih pandangan hidup yang baru dalam kehidupan selanjutnya.
Sebagai hasil dari pemilihannya terhadap pandangan hidup itu maka
seseorang tersebut bersedia dan mampu untuk memastikan diri kepada tuntutan-
tuntutan dari peraturan-peraturan dalam pandangan hidup yang dipilihnya. Makin
kuat keyakinannya terhadap kebenaran pandangan hidup itu akan semakin tinggi
pula nilai bakti yag diberikannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 2005, hlm160


Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, hlm 273
Ibid, hlm 273-274
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004, hlm 104

11

Anda mungkin juga menyukai