Anda di halaman 1dari 3

Tahapan Kebijakan Publik Menurut William Dunn

1. Penyusunan Agenda
Penyusunan agenda adalah sebuah fase dan proses yang sangat strategis dalam realitas
kebijakan publik. Dalam proses inilah ada ruang untuk memaknai apa yang disebut
sebagai masalah publik dan agenda publik perlu diperhitungkan. Jika sebuah isu telah
menjadi masalah publik, dan mendapatkan prioritas dalam agenda publik, maka isu
tersebut berhak mendapatkan alokasi sumber daya publik yang lebih daripada isu lain.
Menurut William Dunn (1990), isu kebijakan merupakan produk atau fungsi dari
adanya perdebatan baik tentang rumusan, rincian, penjelasan maupun penilaian atas
suatu masalah tertentu. Namun tidak semua isu bisa masuk menjadi suatu agenda
kebijakan. 
2. Formulasi Kebijakan
Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para
pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari
pemecahan masalah yang terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai
alternatif atau pilihan kebijakan yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu
masalah untuk masuk dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan
masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil
untuk memecahkan masalah.
3. Adopsi/ Legitimasi Kebijakan
Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada proses dasar pemerintahan.
Jika tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh kedaulatan rakyat, warga
negara akan mengikuti arahan pemerintah. Namun warga negara harus percaya bahwa
tindakan pemerintah yang sah. Mendukung. Dukungan untuk rezim cenderung
berdifusi - cadangan dari sikap baik dan niat baik terhadap tindakan pemerintah yang
membantu anggota mentolerir pemerintahan disonansi.Legitimasi dapat dikelola
melalui manipulasi simbol-simbol tertentu. Di mana melalui proses ini orang belajar
untuk mendukung pemerintah.
4. Penilaian/ Evaluasi Kebijakan
Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut
estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan
dampak. Dalam hal ini , evaluasi dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional.
Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan
dilakukan dalam seluruh proses kebijakan.

Materi Permasalahan Kebencanaan Indonesia


1. Penyusunan Agenda
Seperti yang kita ketahui bahwa negara Indonesia merupakan sebuah negara
dengan tingkat risiko bencana alam tertinggi. Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) mengatakan bahwa kejadian bencana alam yang terjadi di Indonesia
dari tahun 2018 sampai 2020 menjadikan negara Indonesia sebagai salah satu dari 35
negara di dunia dengan tingkat ancaman risiko bencana alam tertinggi di dunia.
Pendeklarasian tersebut dilakukan oleh World Bank. Negara Indonesia ini memiliki
luas daratan 1.919.440 km2 dan lautannya 3.273.810 km2. Dua per tiga wilayah
Indonesia merupakan sebuah lautan yang membentang dari Sabang sampai Merauke.
Tak ayal apabila Indonesia ini rawan akan terjadinya bencana alam seperti tsunami,
tanah longsor, dan gempa bumi. Selain itu, Indonesia juga banyak memiliki gunung
berapi yang sampai saat ini masih aktif. Misalnya Gunung Merapi, Gunung Semeru,
Gunung Kelud, dan sebagainya.
Dengan keanekaragaman yang dimiliki negara Indonesia ini tidak bisa
dipungkiri bahwa akan banyak risiko bencana alam yang mungki bisa saja terjadi.
Permasalahan kebencanaan ini telah menjadi sorotan publik. Bagaimana tidak, kasus
bencana alam yang terjadi di Indonesia ini terkadang bisa sampai ke negara lain.
Hingga pada akhirnya banyak negara yang menyoroti dan mendapatkan prioritas dari
negara lain. Misalnya terjadinya bencana alam tsunami di tahun 2004 di Aceh.
Peristiwa itu banyak mendapatkan perhatian publik baik di dalam negeri maupun di
luar negeri.

2. Formulasi Kebijakan
Dengan banyaknya permasalahan kebencanaan di Indonesia ini membuat
Pemerintah dan rakyat berusaha keras untuk mencegah terjadinya suatu bencana alam.
Pencegahan dilakukan atas dasar kemanusiaan bagi rakyat Indonesia. Pemerintah
berusaha mencegah beberapa bencana alam yang memiliki kemungkinan terjadi
misalnya banjir bandang, kebakaran hutan, dan tanah longsor. Beberapa bencana alam
tersebut masih bisa dicegah agar tidak terjadi di Indonesia.

3. Adopsi/ Legitimasi Kebijakan


Setelah adanya isu dan permasalahan mengenai banyaknya bencana alam di
Indonesia, pemerintah perlu merancang dan mengimplementasikan kebijakan yang
berasaskan kepedulian lingkungan. Bukan justru memunculkan kebijakan yang
memudahkan perusakan lingkungan demi kepentingan ekonomi. UU Ciptaker
merupakan salah satu kebijakan yang tidak menunjukkan kesungguhan pemerintah
dalam melakukan upaya perlindungan lingkungan hidup. Terdapat beberapa pasal
dalam UU tersebut yang memudahkan perizinan perusahaan untuk membuka lahan.
Berdasarkan jurnal yang disusun oleh Siregar (2020), terdapat dua poin yang menjadi
perhatian, yakni: 1) UU Ciptaker mengubah konsep kegiatan usaha dari berbasis izin
menjadi penerapan standar dan berbasis risiko; dan 2) Pemberian Izin lingkungan
menjadi tugas dari pemerintah pusat.
Mekanisme keberatan atas AMDAL yang sebelumnya tercantum dalam UU
Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH) pun tidak tertulis dalam UU Ciptaker
(LEIP, 2021). Berdasarkan temuan dan analisis dari kedua sumber tersebut terlihat
bahwa UU Ciptaker menyebabkan pengaturan mekanisme terkait AMDAL menjadi
tidak jelas dan fokus diarahkan kepada izin perusahaan daripada pelestarian alam.

4. Penilaian/ Evaluasi Kebijakan


Dalam evaluasi kebijakan ini, nyatanya UU Ciptaker malah menunjukkan
ketidaksungguhan pemerintah Indonesia dalam menanggulangi bencana alam. Karena
dalam UU Ciptaker tersebut tertuliskan perizinan perusahaan untuk membuka lahan.
Dengan adanya perizinan lahan yang diperbolehkan pemerintah itu sama halnya
bahwa pemerintah membiarkan negara Indonesia kehabisan lahan paru-paru dunia
atau lahan penghasil oksigen. Jika hal tersebut dilakukan akan menimbulkan banyak
permasalahan salah satunya bencana alam yang tidak terkendali. Bencana alam itu
misalnya tanah longsor, kebakaran hutan, lahan gundul, banjir, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai