Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“MANAJEMEN PENGELOLAAN REKAM MEDIS”


Disusun Untuk Memenuhi Tugas

ORGANISASI MANAJEMEN

Dosen Pengampu :

Ita La Tho, SKM.M.Sc

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7 :

Nama Nim

1. Siti Sopiyati 2102005

2. Sunariyah 2102009

PRODI DIII REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN


POLITEKNIK KESEHATAN AISYIYAH BANTEN
Jl. Raya Cilegon No.Km.8, Pejaten, Kecamatan. Kramatwatu, Serang, Banten 42616

Tahun 2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Manajemen Pengelolaan
Sistem Rekam Medis“. Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Organisasi Dan
Manajeman Jurusan Rekam Medis dan Informasi Kesehtan Politeknik Kesehatan Aisyiyah
Banten.  Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang manusia prasejarah
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ita La Tho, SKM.M.Sc selaku Dosen Mata
Kuliah Organisasi Manajemen. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Serang, 06 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1. Latar Belakang Masalah.............................................................................1

1.2. Tujuan Makalah.........................................................................................2

1.3. Manfaat Makalah........................................................................................3

BAB II PERMASALAHAN..................................................................................4

BAB III PEMBAHASAN......................................................................................5

2.1. Manajemen.................................................................................................5

2.2 . Sarana Manajemen....................................................................................5

2.3. Funngsi Manajemen..................................................................................6

2.4. Rekam Medis...........................................................................................11

2.5. Tujuan dan Manfaat Rekam Medis..........................................................11

2.6. Penyelenggaran Sistem Rekam Medis.....................................................13

2.7. Pengolaan Rekam Medis..................................................................15

BAB III PENUTUP..............................................................................................19

3.1 Kesimpulan..............................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA

ii
BABI
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dengan semakin berkembangnya dunia kesehatan di Indonesia, rekam medis


mempunyai peranan yang penting dalam menunjang pelaksanaan Sistem Kesehatan
Nasional (SKN) (Sanjoyo, 2013: 1). Kewajiban pengadaan rekam medis bagi setiap
dokter atau dokter gigi telah diberlakukan sejak tahun 1989 melalui Permenkes RI
Nomor 749a yang telah direvisi menjadi Permenkes RI Nomor 269 Tahun 2008
tentang rekam medis. Kewajiban mengadakan rekam medis tersebut juga tertuang
dalam UU RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang praktik kedokteran, termasuk di
dalamnya adalah pengisian rekam medis dengan akurat, lengkap dan tepat waktu.
Disebutkan pula pada Permenkes RI Nomor 269 Tahun 2008 pasal 7 bahwa setiap
sarana pelayanan kesehatan wajib menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam
rangka penyelenggaraan rekam medis (Menkes RI, 2008: 5).
Berdasarkan Permenkes RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 pasal 1 ayat 1,
rekam medis adalah dokumen yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien. Pada dasarnya dokumen rekam medis adalah milik sarana pelayanan
kesehatan dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab atas hilang,
rusak, pemalsuan, dan/atau penggunaan oleh orang atau badan yang tidak berhak
terhadap rekam medis (Menkes RI, 2008: 6). Sedangkan isi rekam medis adalah
milik pasien. Menurut Thomas (2009: 5), informasi dalam dokumen rekam medis
pasien bersifat rahasia dan tidak boleh dilepaskan tanpa persetujuan dari pasien
kecuali dalam beberapa situasi tertentu. Disebutkan dalam UU Nomor 36 Tahun
2009 tentang kesehatan pasal 7 bahwa setiap orang berhak memperoleh informasi
tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah
maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan.
Tujuan rekam medis adalah menunjang tercapainya tertib administrasi dalam
rangka peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit / puskesmas / tempat
pelayanan kesehatan lainnya. Tanpa di dukung suatu sistem pengelolaan rekam
medis yang baik dan benar, tertib administrasi tempat pelayanan kesehatan tidak
akan berhasil sebagaimana yang diharapkan. Sedangkan tertib administrasi
merupakan salah satu faktor yang menentukan di dalam upaya pelayanan kesehatan
(Depkes RI, 2006: 13). Menurut Wong dan Elizabeth (2009: 253), pelayanan yang
baik digambarkan oleh rekam medis yang baik, sedangkan rekam medis yang kurang
baik menggambarkan tingkat pelayanan medis yang kurang baik. Untuk
menciptakan pelayanan rekam medis yang baik maka diperlukan pengelolaan rekam
medis yang baik yang sesuai dengan prosedur dan pedoman (Ndabambi dkk, 2014:
4). Sistem pengelolaan data rekam medis pada tingkat Puskesmas pada dasarnya
sama dengan rekam medis Rumah Sakit (Sarake, 2014: 82). Menurut pedoman
penyelenggaraan rekam medis Rumah Sakit, sistem pengelolaan rekam medis

1
meliputi assembling (penataan dan pemeriksaan dokumen rekam medis), coding
(pemberian kode), indexing (tabulasi), filing (penyimpanan) dan
analysing/reporting (mengubah data menjadi informasi) (Depkes RI, 2006: 57).
Pengelolaan rekam medis yang tidak dilakukan sesuai prosedur dan pedoman dapat
mengakibatkan hilangnya suatu informasi terhadap catatan rekam medis. Masalah
seperti ini dapat terjadi terhadap suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak
menjalankan sistem pengelolaan rekam medis dengan baik (Konsil Kedokteran
Indonesia, 2006: 1). Menurut penelitian Wong dan Elizabeth (2009: 257), disebutkan
setiap sarana pelayanan kesehatan memerlukan manajemen dalam mengelola rekam
medis agar kegiatan rekam medis berjalan dengan baik sehingga dapat menghasilkan
informasi yang lengkap dan akurat untuk menunjang kualitas pelayanan di sarana
pelayanan kesehatan.
Puskesmas merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang strategis
dalam mendukung terwujudnya perubahan status kesehatan masyarakat menuju
peningkatan derajat kesehatan yang optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal tentu diperlukan upaya pembangunan sistem pelayanan kesehatan
dasar yang mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat, diantaranya adalah
dengan meningkatkan mutu dari kegiatan pencatatan medis (Kemenkes RI, 2014:
27). Dalam mencapai tujuannya tersebut Puskesmas dituntut untuk melaksanakan
fungsi-fungsi manajemen yaitu fungsi-fungsi yang harus dilaksanakan oleh
pimpinan Puskesmas secara terorganisasi, berurutan, dan berkesinambungan.
Fungsi-fungsi manajemen tersebut yaitu fungsi perencanaan, fungsi
pengorganisasian, fungsi pelaksanaan, dan fungsi pengawasan dan evaluasi
(Sulaeman, 2011: 71).

1.2. Tujuan

1) Mengetahui pengertian manajemen.


2) Mengetahui sarana manajemen.
3) Mengetahui fungsi manajemen.
4) Mengetahui fungsi perencanaan pada kegiatan pengelolaan sistem rekam
medis.
5) Mengetahui fungsi pengorganisasian pada kegiatan pengelolaan sistem rekam
medis.
6) Mengetahui fungsi pelaksanaan pada kegiatan pengelolaan sistem rekam
medis.
7) Mengetahui fungsi pengawasan dan evaluasi pada kegiatan pengelolaan sistem
rekam medis.
8) Mengetahui pengertian rekam medis.
9) Mengetahui tujuan dan manfaat rekam medis.
10) Mengetahui penyelenggaraan pada sistem rekam medis dalam sistem penamaan,
penomoran, penyimpanan, penjajaran dokumen rekam medis, penyusutan
(Retensi) dan pemusnahan.

2
11) Mengetahui pengelolaan rekam medis.
1.3. Manfaat

Dari pembahasan materi yang tersedia dalam makalah ini, diharapkan dapat
memberikan manfaat kepada pembaca untuk mengetahui tentang fungsi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi pada kegiatan pengelolaan
rekam medis. Serta dapat menambah ilmu, dan wawasan dan sebagai sarana untuk
menerapkan ilmu yang diperoleh selama kuliah dengan yang ada di lapangan
khususnya dalam manajemen pengelolaan sistem rekam medis.

3
BAB II
PERMASALAHAN

1) Apa pengertian manajemen.


2) Apa sarana manajemen.
3) Apa fungsi perencanaan pada kegiatan pengelolaan sistem rekam medis.
4) Apa fungsi pengorganisasian pada kegiatan pengelolaan sistem rekam medis.
5) Apa fungsi pelaksanaan pada kegiatan pengelolaan sistem rekam medis.
6) Apa fungsi pengawasan dan evaluasi pada kegiatan pengelolaan sistem rekam
medis.
7) Apa pengertian rekam medis.
8) Apa tujuan dan manfaat rekam medis.
9) Apa penyelenggaraan pada sistem rekam medis dalam sistem penamaan, penomoran,
penyimpanan, penjajaran dokumen rekam medis, penyusutan (Retensi) dan
pemusnahan.
10) Apa pengelolaan rekam medis.

4
BAB III
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Manajemen

Manajemen menurut Scanlan dan Key dalam Sulaeman (2011: 68) adalah
koordinasi dan pengintegrasian dari semua sumber-sumber daya (manusia dan cara)
untuk menyelesaikan hasil-hasil yang khusus dan bervariasi. Sedangkan menurut
George R. Terry, manajemen adalah pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih
dahulu dengan mempergunakan kegiatan orang lain. Dari beberapa pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan sumber daya untuk
mencapai tujuan yang sudah ditetapkan (Alamsyah, 2011: 4).
Beberapa hal yang menyebabkan manajemen sangat diperlukan (Muninjaya,
2012: 18):
1) Pekerjaan itu berat dan sulit untuk dikerjakan sendiri sehingga diperlukan
pembagian kerja, tugas dan tanggung jawab dalam penyelesaiannya
2) Perusahaan akan dapat barhasil baik jika manajemen diterapkan dengan baik
3) Manajemen yang baik jika dapat meningkatkan daya guna dan hasil guna semua
potensi yang dimiliki
4) Manajemen yang baik akan mengurangi pemboroasan-pemborosan
5) Manajemen menetapkan tujuan dan usaha untuk mewujudkan dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada dalam proses manajemen tersebut.
6) Manajemen perlu untuk kemajuan dan pertumbuhan
7) Manajemen mengakibatkan pencapaian tujuan secara teratur
8) Manajemen merupakan suatu pedoman pikiran dan tindakan
9) Manajemen selalu dibutuhkan dalam setiap tindakan kerjasama sekelompok
orang.

2.2. Sarana Manajemen

Menurut Alamsyah (2011: 6), dalam ilmu manajemen dikenal beberapa sarana
atau alat manajemen untuk mencapai suatu tujuan yang ditentukan yang kemudian
disebut sumber daya. Sarana atau alat manajemen tersebut antara lain :
1) Man (Tenaga atau Manusia)
Untuk melaksanakan fungsi manajemen dengan setepat-tepatnya maupun untuk
mencapai keseluruhan tujuan yang sudah ditetapkan maka salah satu sumber yang
diperlukan adalah tersedianya tenaga kerja yang sesuai, baik jumlah maupun
mutunya. Manusia adalah unsur yang mutlak diperlukan bagi berhasilnya
pencapaian tujuan organisasi. Tanpa manusia tidak akan ada kegiatan. Tanpa
kegiatan, tujuan tidak akan tercapai.

2) Money (Dana/Biaya)

5
Biaya merupakan sumber yang sangat penting bagi pelaksanaan manajemen.
Hal ini dikarenakan untuk melakukan aktivitas membutuhkan dana, seperti upah atau
gaji manusia yang melakukan perencanaan dan mengadakan pengawasan. Dana atau
biaya sebagai sarana manajemen harus digunakan sedemikian rupa agar tujuan yang
telah ditentukan dapat dicapai.

3) Material (Bahan, Sarana dan Prasarana)


Material berarti bahan-bahan atau data dan informasi yang diperlukan bagi
pencapaian tujuan dan bagi pelaksanaan fungsi manajemen serta dalam pengambilan
keputusan oleh pimpinan. Material tersebut dapat berupa obat, alat kesehatan, alat
administrasi perkantoran, sarana sistem pencacatan dan pelaporan sarana kesehatan,
sarana promosi kesehatan, sarana transportasi dan komunikasi.

4) Machines (Mesin atau Peralatan/Teknologi)


Mesin atau Peralatan/Teknologi digunakan untuk mengubah masukan menjadi
keluaran berupa SOP baik pelayanan kesehatan di dalam gedung maupun di luar
gedung.

5) Method (Metode)
Metode yaitu cara atau pendekatan yang digunakan untuk mengubah masukan
menjadi keluaran, yaitu berupa metode/cara pelaksanaan tugas, metode penggerakan
dan pemberdayaan pegawai, metode penggerakan dan pemberdayaan masyarakat.
Metode yang digunakan dalam proses manajemen adalah prosedur kerja atau
Standar Operasional Prosedur (SOP). Prosedur kerja disusun untuk memberikan
petunjuk yang jelas tentang langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
menyelesaikan kegiatan.

6) Market and Marketing (Pasar dan Pemasaran)


Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan nilai suatu produk atau pelayanan
yang bernilai dengan pihak lain. Dengan menggunakan teknik pemasaran,
kampanye kesehatan dapat dilaksanakan secara lebih efisien, karena dengan
pendekatan teknik pemasaran, kebutuhan dan permintaan dari pasar yang akan
dilayaninya dapat diperhitungkan, sehingga upaya-upaya kesehatan yang akan
dilaksanakan sesuai dengan kondisi pasar yang bersangkutan.

2.3. Fungsi Manajemen

Menurut John R. Schermerhorn, fungsi manajemen adalah proses perencanaan,


pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian penggunaan sumber-sumber daya
untuk menyelesaikan tujuan-tujuan kinerja. GR. Terry menyebutkan bahwa fungsi
manajemen terdiri dari planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian),
actuating (penggerakan dan pelaksanaan), dan controlling (pengawasan dan

6
evaluasi). Untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien, pemimpin sarana
pelayanan kesehatan dituntut untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajemen secara
terorganisasi, berurutan dan berkesinambungan (Sulaeman, 2011: 71).

2.3.1. Perencanaan

M3 aspek pokok yang harus diperhatikan, yaitu hasil dari pekerjaan


perencanaan (outcome of planning), perangkat organisasi yang dipergunakan untuk
melakukan pekerjaan perencanaan (mechanic of planning), dan proses atau langkah-
langkah melakukan pekerjaan perencanaan (process of planning) (Azwar,enurut
Drucker dalam Azwar (2010: 182), perencanaan adalah suatu proses kerja yang terus
menerus yang meliputi pengambilan keputusan yang bersifat pokok dan penting dan
yang akan dilaksanakan secara sistematik, melakukan perkiraan-perkiraan dengan
mempergunakan segala pengetahuan, mengorganisir secara sistematik segala upaya
yang dipandang perlu untuk melaksanakan segala keputusan yang telah ditetapkan,
serta mengukur keberhasilan dari pelaksanaan keputusan tersebut dengan
membandingkan hasil yang dicapai terhadap target yang telah ditetapkan melalui
pemanfaatan umpan balik yang diterima dan yang telah disusun secara teratur dan
baik.
Dalam fungsi perencanaan ada 2010: 184). Sedangkan menurut Alamsyah
(2011: 23) ciri-ciri perencanaan yang baik adalah:
1) Bagian dari sistem administrasi
Suatu perencanaan yang baik adalah menempatkan pekerjaan sebagian dari
sistem administrasi secara keseluruhan.
2) Dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan
Suatu perencanaan yang baik adalah dilakukan secara terus menerus dan secara
berkelanjutan.
3) Berorientasi pada masa depan
Suatu perencanaan yang baik adalah berorientasi pada masa depan, artinya
setiap pekerjaan yang dilaksanakan mendatangkan kebaikan pada masa yang akan
datang. Mampu menyelesaikan masalah
Suatu perencanaan yang baik adalah mampu menyelesaikan masalah dan
tantangan yang dihadapi.
4) Mempunyai tujuan
Suatu perencanaan yang baik adalah yang mempunyai tujuan yang dicantumkan
secara jelas.
5) Bersifat mampu kelola
Suatu perencanaan yang baik adalah yang bersifat mampu kelola, dalam arti
bersifat wajar, logis, objektif, jelas, runtun, fleksibel serta telah disesuaikan dengan
sumber daya.
Pada bidang kesehatan, proses perencanaan menggunakan pendekatan
pemecahan masalah (problem solving) dalam memecahkan masalah kesehatan.
Adapun langkah-langkahnya yaitu (Muninjaya, 2012: 51):
1) Identifikasi masalah kesehatan
Perencanaan kesehatan adalah mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan
masyarakat di lingkungan organisasi yang berada di wilayahnya.

7
2) Menetapkan prioritas masalah kesehatan
Ada berbagai metode dalam menetapkan prioritas masalah yaitu teknik paho,
NGT, delphi, disease burden, analisa matrik, dan analisa kebijakan. Dari berbagai
metode tersebut harus dipilih satu metode yang dianggap paling cocok dalam
menetapkan prioritas masalah.
3) Menetapkan tujuan
Rencana kerja yang baik dan ingin mendapatkan hasil yang baik memerlukan
tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut ada tujuan umum dan tujuan khusus.
4) Menetapkan alternatif pemecahan masalah
Menetapkan alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan dengan
kesepakatan diantara anggota tim. Penetapan alternatif pemecahan masalah harus
dipilih yang paling sesuai dan dianggap dapat menyelesaikan permasalah dengan
efektif dan efisien.
5) Menyusun rencana kegiatan
Rencana yang baik adalah uraian tentang kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Berbagia rencana
kerja dan rumusan kegiatan tersebut dikelompokkan dalam 3 macam yaitu pra
kegiatan (tahap persiapan), kegiatan (pelaksanaan), pasca kegiatan (tahap penilaian
atau evaluasi).
6) Menetapkan sasaran
Sasaran adalah kelompok masyarakat yang akan ditentukan oleh program yang
akan direncanakan. Sasaran dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan sasaran
tidak langsung.
7) Rencana anggaran
Rancangan anggaran adalah uraian tentang biaya-biaya yang diperlukan dalam
pelaksanaan program. Rencana anggaran dikelompokkan menjadi biaya personalia,
biaya operasional, biaya sarana dan prasarana, serta biaya penilaian.
8) Rencana evaluasi
Rencana evaluasi dapat menentukan berhasil atau tidaknya suatu kegiatan, dapat
mengetahui kelemahan dan kelebihan kegiatan serta untuk menentukan kegiatan
kedepannya yang sejenis.

2.3.2. Pengorganisasian

Pengorganisasian menurut Handoko dalam Sulaeman (2011: 205) adalah (1)


penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
organisasi, (2) proses perancangan dan pengembangan struktur organisasi yang
sesuai dengan tujuan organisasi, sumber-sumber daya yang dimilikinya, dan
lingkungan yang melingkupinya, (3) penegasan tanggung jawab tertentu, (4)
pendelegasian wewenang, pelimpahan tugas dan tanggung jawab.
Untuk dapat melakukan pekerjaan pengorganisasian dengan baik dibutuhkan
prinsip pokok yang terdapat dalam organisasi, yaitu mempunyai pendukung, tujuan,
kegiatan, pembagian tugas, perangkat organisasi, pembagian dan pendelegasian

8
wewenang, serta mempunyai kesinambungan kegiatan, kesatuan perintah dan arah
(Azwar, 2010: 254). Sedangkan untuk dapat membentuk suatu organisasi ada proses
tertentu yang harus ditempuh. Proses tersebut terdiri dari berbagai langkah, yaitu
(Muninjaya, 2012: 54) :
1) Memahami tujuan
Langkah pertama yang harus dilakukan pada pekerjaan pengorganisasian adalah
memahami tujuan yang ingin dicapai dari didirikannya organisasi tersebut sehingga
jelas tolok ukurnya.
2) Memahami kegiatan
Langkah selanjutnya adalah memahami berbagai kegiatan yang akan dilakukan
untuk mencapai tujuan, sehingga setiap kegiatan jelas arah dan sasarannya.
3) Mengelompokkan kegiatan
Kegiatan yang banyak macamnya perlu lebih disederhanakan untuk dilakukan
pengelompokkan kegiatan, yaitu berdasarkan jenis kegiatan dan jumlah kegiatan.
4) Mengubah kelompok kegiatan ke dalam bentuk jabatan
Dalam mengubah kelompok kegiatan ke dalam bentuk jabatan, langkah-
langkah yang harus di lakukan adalah analisis tugas (job analysis), uraian tugas (job
description), dan penilaian tugas (job evaluation).
5) Melakukan pengelompokan jabatan
Jabatan yang dihasilkan dari pekerjaan klasifikasi dapat terlalu berlebihan dan
beraneka ragam, untuk itu sebagai langkah selanjutnya dilakukan
pengelompokkan jabatan (position grouping).
6) Mengubah kelompok jabatan ke dalam bentuk satuan organisasi
Mengubah kelompok jabatan ke dalam satuan organisasi dengan metode yang
tepat, diantaranya adalah atas dasar kesamaan fungsi dari jabatan, atas dasar
kesamaan proses atau cara kerja dari jabatan, atas dasar kesamaan hasil dari jabatan,
atas dasar kesaman kelompok masyarakt yang memanfaatkan, atas dasar kesamaan
lokasi jabatan, dan kombinasi dari berbagai cara diatas.
7) Membentuk struktur organisasi
Langkah terakhir yaitu menyusun bernagai satuan organisasi dalam bentuk
bagan atau yang sering disebut struktur organisasi.
Struktur organisasi menurut Gibson, Ivancehevich, dan Donelly dalam
Sulaeman (2011: 217) diperlukan guna menjamin manajemen yang efektif. Struktur
organisasi dihasilkan dari keputusan manajerial mengenai 4 atribut penting dari
seluruh organisasi yaitu pembagian pekerjaan, dasar departementasi, ukuran
departemen, dan pendelegasian wewenang.

2.3.3. Pelaksanaan

Penggerakan dan pelaksanaan disebut juga dengan fungsi aktuasi, yaitu upaya
menggerakkan pegawai sedemikian rupa sehingga pegawai memiliki komitmen dan
tanggung jawab, mendukung dan bekerja sama, memiliki kemauan dan kemampuan
kerja, menyukai pekerjaan, menjadi pagawai yang baik, serta berusaha untuk

9
mencapai tujuan yang telah ditentukan (Sulaeman, 2011: 236).
Fungsi aktuasi tidak sekadar pekerjaan mekanis karena yang digerakkan adalah
manusia/pegawai. Oleh karena itu untuk suksesnya fungsi aktuasi diperlukan
beberapa faktor, yaitu faktor organisasi dan faktor pegawai. Tujuan fungsi aktuasi
menurut Muninjaya (2012: 69) adalah:
1) Menciptakan kerjasama yang lebih efisien
2) Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf
3) Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
4) Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi
dan prestasi kerja staf
5) Membuat organisasi berkembang lebih dinamis.

2.3.4. Pengawasan dan Evaluasi

Menurut Azwar (2010: 317) batasan pengawasan banyak macamnya, antara


lain: Pengawasan adalah melakukan penilaian dan sekaligus koreksi terhadap setiap
penampilan karyawan untuk mencapai tujuan seperti yang telah ditetapkan dalam
rencana.
1) Pengawasan adalah suatu proses untuk mengukur penampilan suatu program
yang kemudian dilanjutkan dengan mengarahkannya sedemikiann rupa sehingga
tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Untuk dapat melakukan serta mendapatkan hasil pengawasan yang baik ada
beberapa syarat yang harus diperhatikan yaitu (Muninjaya, 2012: 74) :
1) Pengawasan harus bersifat khas
Pengawasan harus bersifat khas, artinya jelas sasaran dan tujuan yang ingin
dicapai serta ditujuakan hanya untuk hal-hal yang bersifat pokok saja.
2) Pengawasan harus mampu melaporkan setiap penyimpangan
Pengawasan harus mampu melaporkan setiap penyimpangan yang terjadi secara
cepat dan benar. Dengan demikian dalam pengawasan harus ada umpan balik yang
dapat dimanfaatkan dengan segera.
3) Pengawasan harus fleksibel dan berorientasi pada masa depan
pengawasan harus bersifat fleksibel yang artinya tanggap terhadap segala
perubahan yang terjadi, karena pengawasan yang terlalu kaku tidak akan
memberikan hasil yang optimal.
4) Pengawasan harus mencerminkan keadaan organisasi
Pengawasan harus sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh organisasi,
terutama yang menyangkut hubungannya dengan struktur organisasi yang telah ada.
5) Pengawasan harus mudah dilaksanakan
Dalam keadaan tertentu setiap satuan organisasi yang ada dalam organisasi
dapat melakuan pengawasan secara mandiri. Lebih lanjut untuk menjamin
kemudahan dalam pengawasan, berikanlah kesempatan pengawasan tersebut kepada
atasan langsung dari bawahan.
6) Hasil pengawasan harus mudah dimengerti
Hasil pengawasan harus mudah dimengerti dan harus dapat dimanfatkan untuk

10
menyusun rekomendasi guna memperbaiki sesuatu yang dipandang tidak tepat.
Menurut Sulaeman (2011: 305) proses pengawasan terdiri paling sedikit ada 5
tahapan, yaitu menetapkan standar pelaksanaan, penentuan pengukuran pelaksanaan
kegiatan, pengukuran hasil kinerja nyata, pembandingan hasil aktual dengan standar
dan melakukan analisis penyimpangan, serta pengambilan tindakan koreksi bila
diperlukan.
Evaluasi secara sederhana berarti menguji, memperkirakan, mengukur dan
menilai. Evaluasi bergantung pada pemeriksaan atau pengukuran atau penilaian yang
harus dilakukan untuk mendapatkan informasi sehingga evaluasi dapat terlaksana.
Evaluasi memerlukan diadakannya pengukuran sejauh mana masyarakat
mendapatkan pelayanan yang direncanakan untuk memenuhi kebutuhan mereka, dan
manilai berapa besar keuntungan yang mereka dapat dari pelayanan tersebut.
Informasi yang dikumpulkan dipakai untuk memperbaiki kuantitas, kualitas,
aksesibilitas, dan efisiensi dari pelayanan (McMahon, 2013: 334)..

2.4. Pengertian Rekam Medis

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang rekam


medis dijelaskan bahwa rekam medis adalah dokumen yang berisikan catatan dan
dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan
lain kepada pasien pada sarana palayanan kesehatan (Menteri Kesehatan RI, 2008:
2). Sedangkan menurut Hayt dalam Sarake (2014: 22) rekam medis adalah
himpunan fakta-fakta yang berhubugan dengan sejarah atau riwayat kehidupan
pasien, sakitnya, perawat atau pengobatannya.
Dalam pengertian yang luas rekam medis adalah suatu himpunan data ilmiah
dari banyak sumber, dikoordinasikan pada satu dokumen dan yang disediakan untuk
bermacam-macam kegunaan, personel dan impersonal, untuk melayani pasien
dirawat, diobati, ilmu kedokteran, dan masyarakat secara keseluruhan (Sarake, 2014:
22).

2.5. Tujuan dan Manfaat Rekam Medis

Menurut pedoman penyelenggaraan rekam medis rumah sakit, tujuan rekam


medis adalah menunjang tercapainya administrasi dalam rangka upaya peningkatan
pelayanan kesehatan di sarana pelayanan kesehatan (Depkes, 2006: 13). Sedangkan
menurut Hatta dalam Gondodiputro (2007: 10) tujuan rekam medis adalah sebagai
berikut:

1) Aspek administrasi
Suatu dokumen rekam medis mempunyai nilai administrasi karena isinya
meyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga
medis dan paramedis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.
2) Aspek Medis
Suatu dokumen rekam medik mempunyai nilai medik, karena catatan tersebut

11
dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang harus
diberikan seorang pasien.
3) Aspek Hukum
Suatu dokumen rekam medis mempunyai nilai hukum karena isinya
menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan, dalam
rangka usaha menegakkan hukum serta penyediaan bahan bukti untuk menegakkan
keadilan.
4) Aspek keuangan
Suatu dokumen rekam medis mempunyai nilai uang karena isinya menyangkut
data dan informasi yang dapat digunakan dalam menghitung biaya
pengobatan/tindakan dan perawatan.
5) Aspek penelitian
Suatu dokumen rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena isinya
menyangkut data/informasi yang dapat dipergunakan dalam penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan.
6) Aspek pendidikan
Suatu dokumen rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena isinya
menyangkut data/informasi tentang perkembangan/kronologis dan kegiatan
pelayanan medis yang diberikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat
dipergunakan sebagai bahan/referensi pengajaran di bidang profesi kesehatan.
7) Aspek dokumentasi
Suatu dokumen reka medis mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya
menyangkut sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai
bahan pertanggung jawaban dan laporan sarana pelayanan kesehatan.
Menurut Konsil Kedokteran Indonesia (2006: 6), manfaat rekam medis yaitu:
1) Pengobatan pasien
Rekam medis bermanfaat sebagai dasar dan petunjuk untuk merencanakan
dan menganalisis penyakit serta merencanakan pengobatan, perawatan dan tindakan
medis yang harus diberikan.
2) Peningkatan kualitas pelayanan
Membuat rekam medis bagi penyelenggara praktik kedokteran dengan jelas dan
lengkap akan meningkatkan kualitas pelayanan untuk melindungi tenaga medis dan
untuk pencapaian kesehatan masyarakat yang optimal.
3) Pendidikan dan penelitian
Rekam medis yang merupakan informasi perkembangan kronologis penyakit,
pelayanan medis, pengobatan dan tindakan medis, bermanfaat untuk bahan
informasi bagi perkembangan pengajaran dan penelitian di bidang profesi
kedokteran dan kedokteran gigi.

4) Pembiayaan
Dokumen rekam medis dapat dijadikan petunjuk dan bahan untuk menetapkan
pembiayaan dalam pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan. Cacatan tersebut
dapat dipakai sebagai bukti pembiayaan kepada pasien.
5) Statistik kesehatan

12
Rekam medis dapat digunakan sebagai bahan statistik kesehatan, khususnya
untuk mempelajari perkembangan kesehatan masyarakat dan untuk menentukan
jumlah penderita pada penyakit-penyakit tertentu.
6) Pembuktian masalah hukum, disiplin dan etik
Rekam medis merupakana alaat bukti tertulis utama, sehingga bermanfaat dalam
penyelesaian masalah hukum, disiplin dan etik.

2.6. Penyelenggaraan Sistem Rekam Medis

2.6.1. Sistem Penamaan

Pada dasarnya sistem penamaan untuk memberikan identitas kepada seorang


pasien serta untuk membedakan antara pasien satu dengan pasien yang lainnya,
sehingga mempermudah dalam proses pemberian pelayanan kesehatan kepada
pasien yang datang berobat ke sarana palayanan kesehatan (Depkes RI, 2006: 22).
Sedangkan tata cara penulisan nama pasien meliputi:
1) Nama pasien sendiri yang terdiri dari satu suku kata atau lebih
2) Penulisan nama sesuai dengan KTP/ SIM/ PASPOR yang masih berlaku
3) Untuk keseragaman penulisan nama pasien digunakan ejaan baru yang
disempurnakan dengan menggunakan huruf cetak
4) Tidak diperkenankan adanya pencantuman title/ jabatan/ gelar
5) Perkataan Tuan, Saudara, Bapak, tidak dicantumkan dalam penulisan nama
pasien
6) Apabila pasien berkewarganegaraan asing maka penulisan namanya harus
disesuaikan dengan paspor yang berlaku di Indonesia
7) Bila seorang bayi yang baru lahir hingga saat pulang belum mempunyai nama,
maka penulisan namanya adalah Ny xxx.

2.6.2. Sistem Penomoran

Sistem penomoran dalam pelayanan rekam medis yaitu tata cara penulisan
nomor yang diberikan kepada pasien yang datang berobat sebagai bagian dari
identitas pasien yang bersangkutan. Ada 3 sistem pemberian nomor pasien datang ke
unit pelayanan kesehatan, yaitu (Depkes RI, 2006: 24) :
1) Pemberian nomor cara seri (Serial Numbering System)
Yaitu sistem penomoran dimana setiap pasien yang berkunjung ke rumah sakit
atau Puskesmas selalu mendapatkan nomor baru. Keuntungan menggunakan sistem
ini yaitu petugas lebih mudah mengerjakan, namun kerugiannya yaitu membutuhkan
waktu lama untuk mencari atau mendapatkan dokumen rekam medis pasien lama
karena satu pasien mendapatkan lebih dari satu nomor rekam medis sehingga
informasi pelayanan klinisnya menjadi tidak berkesinambungan dan dapat
merugikan pasien.
2) Pemberian nomor cara unit (Unit Numbering System)
Yaitu sistem penomoran dimana sistem ini memberikan satu nomor rekam

13
medis pada pasien berobat jalan, pasien rawat inap, gawat darurat dan bayi baru
lahir. Kelebihan sistem ini adalah informasi klinis dapat berkesinambungan, tetapi
pengambilan data pasien akan lebih lama karena semua data dan informasi mengenai
pasien dan pelayanan pendaftaran pasien pernah berkunjung (berobat) atau sebagai
pasien lama hanya memiliki satu nomor. Kekurangan ini dapat diatasi dengan
sistem pelayanan yang terpisah antara pendaftaran pasien lama atau baru.
3) Pemberian nomor cara seri-unit (Serial Unit Numbering System)
Yaitu sistem penomoran dengan menggabungkan sistem seri dan sistem unit.
Setiap pasien yang berkunjung pada sarana pelayanan kesehatan diberikan nomor
baru, tetapi dokumen rekam medis terdahulu digabungkan dan disimpan jadi satu
dibawah nomor yang paling baru. Kekurangannya yaitu petugas menjadi lebih repot
setelah selesai pelayanan informasi klinis tidak berkesinambungan.

2.6.3. Sistem Penyimpanan


Dokumen rekam medis berisi data individual yang bersifat rahasia, maka setiap
folder harus disimpan dan dilindungi dengan baik. Syarat dokumen rekam medis
dapat disimpan yaitu apabila pengisian pada lembar formulir rekam medis telah
terisi dengan lengkap dan telah dirakit sehingga riwayat pasien urut secara
kronologis. Ditinjau dari pemusatan atau penyatuan dokumen rekam medis maka
cara penyimpanannya dibagi menjadi dua yaitu (Sarake, 2014: 99) :
1) Sentralisasi
Sistem penyimpanan secara sentralisasi yaitu, suatu sistem penyimpanan dengan
cara menyatukan formulir rekam medis milik pasien kedalam satu kesatuan dimana
dokumen rekam medis rawat jalan, rawat inap, gawat darurat, milik seorang pasien
menjadi satu dalam satu folder (map).

2) Desentralisasi
Sistem penyimpanan secara desentralisasi yaitu suatu sistem penyimpanan
dengan cara memisahkan formulir rekam medis milik pasien dimana dokumen
rekam medis rawat jalan, rawat inap, gawat darurat, milik seorang pasien dipisahkan
pada folder (map) yang berbeda.

2.6.4. Penjajaran Dokumen Rekam Medis

Dokumen rekam medis yang disimpan didalam rak penyimpanan tidak


ditumpuk melainkan disusun, berdiri sejajar satu dengan yang lain. Menurut Sarake
(2014: 101) penjajaran dokumen rekam medis ada 3 cara yaitu :
1) Sistem Nomor Langsung (Straight Numerical Filing)
Yaitu sistem penyimpanan dokumen rekam medis dengan menjajarkan folder
dokumen rekam medis berdasarkan urutan nomor rekam medis dari awal.
2) Sistem Angka Tengah (Middle Digit Filing)
Yaitu sistem penyimpanan dokumen rekam medisdengan menjajarkan folder
dokumen rekam medis berdasarkan urutan nomor rekam medis pada dua angka
kelompok tengah.

14
3) Sistem Angka Akhir (Terminal Digit Filing)
Yaitu sistem penyimpanan dokumen rekam medis dengan menjajarkan folder
dokumen rekam medis berdasarkan urutan nomor rekam medis pada dua angka
kelompok akhir.

2.6.5. Sistem Penyusutan (Retensi) dan Pemusnahan

Penyusutan rekam medis adalah suatu kegiatan pengurangan dokumen rekam


medis dari rak penyimpanan dengan cara memindahkan dokumen rekama medis in
aktif dari rak file aktif ke rak file in aktif dengan cara memilih pada rak file
penyimpanan sesuai dengan tahun kunjungan, memikrofilmisasi dokumen rekam
medis in aktif sesuai ketentuan yang berlaku, memusnahkan dokumen rekam medis
yang telah dimikrofilm dengan cara tertentu sesuai ketentuan yang berlaku,
melakukan scaner pada dokumen rekam medis (Depkes RI, 2006: 98).
Sedangkan pemusnahan adalah suatu proses kegiatan penghancuran secara fisik
arsip rekam medis yang telah berakhir fungsi dan nilai gunanya. Penghancuran harus
dilakukan secara total dengan cara membakar habis, mencacah atau daur ulang
sehingga tidak dapat lagi dikenal isi maupun bentuknya (Depkes RI, 2006: 100).

2.7. Pengelolaan Rekam Medis

Unit pengelolaan rekam medis merupakan unit yang paling bertanggung jawab
terhadap pengumpulan, pengolahan, dan pelaporan data yang dihasilkan tersebut
menjadi informasi yang akurat. Sistem pengelolaan data rekam medis pada tingkat
Puskesmas pada dasarnya sama dengan rekam medis Rumah Sakit (Sarake, 2014:
82). Tahapan Sistem pengelolaan data tersebut adalah sebagai berikut :
1) Penerimaan Pasien
Pada tahap ini pasien mendaftarkan diri sesuai dengan permasalahan kesehatan
yang terjadi pada dirinya, selanjutnya akan didistribusikan sesuai dengan pelayanan
kesehatan yang ada di Puskesmas (Sarake, 2014: 82).

2) Pengelolaan Rekam Medis pada Assembling


Bagian assembling yaitu salah satu bagian di unit rekam medis yang
mempunyai tugas pokok (1) meneliti kelengkapan data yang seharusnya tercatat di
dalam formulir rekam medis sesuai dengan kasus penyakitnya, (2) meneliti
kebenaran pencatatan data rekam medis sesuai dengan kasus penyakitnya, (3)
mengendalikan DRM yang dikembalikan ke unit pencatat data karena isinya tidak
lengkap, (4) membuat laporan dari rekam medis yang tidak lengkap, (5)
mengendalikan penggunaan nomor rekam medis, (6) mendistribusikan dan
mengendalikan penggunaan formulir rekam medis (Depkes RI, 2006: 58).
Peran dan fungsi assembling dalam pelayanan rekam medis yaitu sebagai
perakit formulir rekam medis, peneliti isi data rekam medis, pengendali DRM tidak
lengkap, pengendali penggunaan nomor rekam medis dan formulir rekam medis
(Shofari, 2012: 13).

15
3) Pengelolaan Rekam Medis pada Coding dan Indexing
Bagian koding dan indeksing adalah salah satu bagian unit rekam medis yang
mempunyai tugas pokok (1) mencatat dan meneliti kode penyakit dari diagnosis
yang ditulis dokter, (2) mencatat hasil pelayanan ke dalam formulir indeks penyakit
sesuai dengan ketentuan mencatat indeks, (3) menyimpan indeks tersebut sesuai
dengan ketentuan menyimpan indeks, (4) membuat laporan penyakit berdasarkan
indeks penyakit (Depkes RI, 2006: 60).
Peran dan fungsinya sebagai (1) pencatat dan peneliti kode penyakit dari
diagnosis yang ditulis dokter, tindakan medis yang ditulis dokter atau petugas
kesehatan lainnya, (2) mencatat dan menyimpan indeks penyakit, tindakan
medis,dan indeks dokter, (3) penyedia informasi nomor-nomor rekam medis yang
memiliki jenis penyakit, tindakan medis berdasarkan indeks yang bersangkutan
untuk berbagai keperluan, (4) pembuat laporan penyakit berdasarkan indeks
penyakit (Depkes RI, 2006: 61).
4) Pengelolaan Rekam Medis pada Filing
Bagian filing adalah salah satu bagian dalam unit rekam medis yang mempunyai
tugas pokok (1) menyimpan DRM dengan metode tertentu sesuai dengan kebijakan
penyimpanan DRM, (2) mengambil kembali DRM untuk berbagai keperluan, (3)
meneliti rekam medis yang kembali sesuai dengan catatan rekam medis yang keluar,
(4) menyusutkan DRM sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan sarana pelayanan
kesehatan, (5) memisahkan penyimpanan DRM in- aktif dari DRM aktif, (6)
menyimpan DRM yang dilestarikan dan (7) membantu dalam pelaksanaan
pemusnahan formulir rekam medis (Depkes, 2006: 80).
Peran dan fungsinya dalam pelayanan rekam medis yaitu (1) menyimpan DRM,
(2) penyedia DRM untuk berbagai keperluan, (3) pelindung arsip-arsip DRM
terhadap kerahasiaan isi data RM (4) pelindung arsip-arsip DRM terhadap bahaya
kerusakan fisik, kimiawi dan biologi. Untuk melindungi terhadap kerahasiaan isi,
harus dibuat papan pengumuman bahwa selain petugas rekam medis dilarang masuk
(Depkes, 2006: 82).
5) Pengelolaan Rekam Medis pada Analysing/Reporting
Bagian analising dan reporting adalah salah satu bagian dalam unit rekam medis
yang mempunyai tugas pokok (1) mengumpulkan data kegiatan Puskesmas dari
sensus harian, (2) merekap sensus harian sebagai dasar laporan kegiatan
Puskesmas, (3) mengumpulkan dan mengolah data penyakit sebagai dasar laporan
surveilans penyakit, (4) mengumpulkan dan mengolah data dasar Puskesmas sebagai
dasar laporan keadaan Puskesmas, (5) mengolah data rekam medis untuk laporan
hasil analisis statistik Puskesmas (Shofari, 2012: 20).
Selain kegiatan pengelolaan rekam medis tersebut, menurut Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor 30 Tahun 2013
tentang Jabatan Fungsional Perekam Medis dan Angka Kreditnya disebutkan di
dalam lampiran rincian kegiatan jabatan fungsional perekam medis terampil dan
angka kreditnya pada unsur pelayanan rekam medis informasi kesehatan bahwa
kegiatan pelayanan rekam medis yaitu:
Tabel 2.1. Rincian Kegiatan Unsur Pelayanan Rekam Medis Rawat Jalan

16
No. Sub Unsur Butir Kegiatan
1. Perencanaan Mengidentifikasi kebutuhan formulir, isi dan
a. data dalam formulir rekam medis manual
(berbasis kertas)
b. Mengidentifikasi kebutuhan SDM rekam medis
c. Menyusun perencanaan pengembangan SDM
Menyusun dan merancang alur kegiatan
d.
pelayanan rekam medis
Menyusun perencanaan evaluasi kegiatan
e.
rekam medis
2. Pengorganisasian Membentuk struktur organisasi tim kerja
a.
perekam medis
Melakukan pengelompokan kegiatan pekerjaan
b.
perakam medis beserta pembagian tugasnya
3. Pelaksanaan Penerimaan pasien baru dan lama
a. Mengisi buku registrasi pendaftaran
Melakukan wawancara untuk mengisi identitas
b.
pribadi data sosial pasien
c. Membuat kartu pasien
d. Menyiapkan rekam medis pasien
Assembling
Mengendalikan penggunaan nomor rekam
a.
medis
c. Membuat laporan rekam medis incomplete
d. Mengisi buku ekspedisi
e. Mendistribusikan rekam medis ke unit terkait
Coding dan Indexing
Membuat dan memutakhirkan kartu indeks
a.
utama pasien
Memilih, mengkode dan mengindeks seluruh
b.
diagnosa penyakit pasien
Memberi kode dan indeks tindakan medis
c.
pasien
Filing
a. Menyortir rekam medis
Menyimpan rekam medis dan menjaga agar
b. aman, rahasia, tidak dapat diakses oleh orang
yang tidak berkepentingan
Memberikan layanan jasa peminjaman rekam
c. medis termasuk menyediakan data untuk
penelitian dan pendidikan
d. Mencatat rekam medis yang dipinjam/keluar

17
Memvalidasi rekam medis yang telah kembali
e.
sesuai peminjaman
f. Melaksanakan pemusnahan rekam medis
Menyimpan rekam medis inaktif yang bernilai
g.
guna dengan media tertentu
Analysing/reporting
a. Mengumpulkan data rekam medis
Mengumpulkan data penyakit dan tindakan
b.
rawat jalan
Merekap data penyakit dan tindakan medis
c.
untuk penyusunan laporan
Mengolah data yang telah dikumpulkan
d.
menjadi laporan
4. Pengawasan dan Melakukan pemantauan kegiatan rekam medis
a.
Evaluasi secara rutin
b. Mengevaluasi kegiatan rekam medis
Mengevaluasi formulis rekam medis yang
c.
digunakan
d. Mengevaluasi keabsahan data rekam medis

18
BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manajemen dalam pengolaan rekam medis sangat diperlukan guna mencapai tujuan yang
tercapai dengan baik. Rekam medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun terekam
tentang identitas, anamnesa, penentuan fisik , laboratorium, diagnosa segala pelayanan
dan tindakan medik yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat
inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat.
Tujuan rekam medik adalah menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka
upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tanpa didukung suatu sistem
pengelolaan rekam medis yang baik dan benar, tidak mungkin tertib administrasi rumah
sakit akan berhasil sebagaimana yang diharapkan.
Kegunaan Rekam Medis
1. Aspek Administrasi
2. Aspek Medis
3. Aspek Hukum
4. Aspek Keuangan
5. Aspek Penelitian
6. Aspek Pendidikan
7. Aspek Dokumentasi
pengelolaan rekam medis meliputi assembling (penataan dan
pemeriksaan dokumen rekam medis), coding (pemberian kode), indexing
(tabulasi), filing (penyimpanan) dan analysing/reporting (mengubah data
menjadi informasi). Pengelolaan rekam medis yang tidak dilakukan sesuai
prosedur dan pedoman dapat mengakibatkan hilangnya suatu informasi
terhadap catatan rekam medis.

3.2 SARAN

Diharapkan dengan pembuatan makalah ini, dapat menambah ilmu pengetahuan dan
gambaran bagi mahasiswa prodi rekam medis dan informasi kesehatan tentang
manajemen pengolaan rekam medis yang nantinya akan diterapkan pada saat memasuki
dunia kerja.

19
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, Dedi, 2011, Manajemen Pelayanan Kesehatan, Nuha Medika,


Yogyakarta.
Azwar, Azrul, 2010, Pengantar Administrasi Kesehatan, Binarupa Aksara,
Jakarta.
Bali, Amit, Deepika Bali, Nageshwar Iyer, dan Meenakshi Iyer, 2011,
Management of Medical Records: Facts and Figures for Surgeons,Jurnal
Internasional,diaksestanggal3April2016,
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3238553/).
Budi, Savitri Citra, 2011, Manajemen Unit Kerja Rekam Medis, Quantum
Sinergis Media, Yogyakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2006, Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur
Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia (Revisi II), Direktorat Jenderal
Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional, 2004, Buku Pedoman, Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional RI, Jakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai