Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA An.S DENGAN MASALAH KONSTIPASI

Disusun Oleh:

 Tiara L.Tobing(2114019)
 Ida Rohana Simanullang(2114008)
 Joys Manalu(2114010)
 Ogi Purba(2114025)
 Ropelda Situmeang(2114017)

PRODI D3 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


KESEHATAN BARU DOLOKSANGUL JL. BUKIT INSPIRASI SIPALAKI
KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
T.A 2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan pada sistem pencernaan dapat terjadi jika salah satu atau lebih proses
pencernaan tidak berjalan dengan baik. Anak masih sangat rentan terhadap masalah
pencernaan. Sebenarnya sistem pencernaan pada anak dan orang dewasa adalah sama,
namun demikian, anak-anak masih belum optimal dalam memaksimalkan fungsi dari
masing-masing organ pada sistem pencernaannya. Penyakit pada sistem pencernaan pada
anak yaitu diare, diare dengan dehidrasi, disentri, cacingan, maag, dan hirschprung
disease (Saefudinn, dkk, 2015). Penyakit hirschprung disease merupakan sebuah kelainan
bawaan (cacat lahir) pada usus disebabakan ketiadaan sel gangilia (saraf) pada dinding
usus. Penyakit ini juga sering disebut dengan aganglionosis atau megacolon (aganglionic
megacolon). Hirschprung disease menyebabkan gangguan pergerakan usus yang dimulai
dari springter ani internal ke arah proksimal dengan panjang yang bervariasi, termasuk
anus sampai rectum (Mendri & Prayogi, 2018). Penyakit hirschprung disease mencegah
tinja (feses) untuk melewati usus karena hilangnya sel-sel saraf di bagian bawah usus
besar sehingga dapat terjadinya konstipasi.
Kondisi ini merupakan penyebab tersering dari penyumbatan usus yang lebih rendah
(obstruksi) pada bayi dan kanak-kanak, penyakit hirsprung disease dapat menyebabkan
sembelit, konstipasi, diare, dan mutah kadang-kadang menyebabkan komplikasi usus
yang serius, seperti enterocolitis dan megacolon tocsic yang dapat mengancam jiwa. Jadi,
sangat penting bahwa penyakit hirschprung disease di diagnosis dan dirawat sedini
mungkin (Mendri & Prayogi, 2018). Dampak yang terjadi pada penyakit hirschprung
disease bila tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan berbagai komplikasi seperti
terjadinya obstruksi usus, konstipasi, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit,
enterokolitis, striktur anal,dan inkontinensial (Nurarif & Kusuma, 2015). Sehingga hal
tersebut dapat terjadinya masalah eliminasi fekal, masalah eliminasi fekal itu sendiri
bermacam-macam yaitu seperti konstipasi, impaksi fekal (Fekal Impation), Diare,
Inkontinensia fekal, kembung dan Hemoroid. Penyakit yang paling sering menyebabkan
obstuksi usus pada bayi, penyakit ini paling sering dikarakteristikan dengan konstipasi
pada bayi baru lahir (Kyle & Carman, 2014). Eliminasi merupakan kebutuhan dasar
manusia yang esensial dan berperan penting untuk kelangsungan hidup manusia.
Eliminasi dibutuhkan untuk mempertahankan keseimbangan fisiologis melalui
pembuangan sisa-sisa metabolisme, sehingga apabila hal tersebut terganggu maka akan
mempengaruhi keseimbangan dalam tubuh dan mengganggu kelangsungan hidup
manusia (Artha, Indra, & Rasyid, 2018). Konstipasi merupakan keadaan yang sering
ditemukan pada anak. Konstipasi adalah suatu gejala sulit buang air besar yang ditandai
dengan konsistensi feses keras, ukuran besar, dan penurunan frekuensi buang air 3 besar.
Berdasarkan patofisiologi, konstipasi diklasifikasikan atas konstipasi akibat kelainan
organik dan konstipasi fungsional (Zahiyyah & Wulan, 2015). Konstipasi dapat
menimbulkan kecemasan, memiliki dampak emosional yang mencolok pada penderita
dan keluarga. Konstipasi juga dapat menyebabkan gejala anoreksia ringan dan
ketidaknyamanan serta distensi adbomen ringan. Bila tidak diobati secara adekuat,
konstipasi dapat menjadi kronik dan pada beberapa kasus dapat menyebabkan diare palsu.
Diare palsu awalnya terjadi akibat sumbatan feses yang besar dan keras pada sebagian
rektum, yang menyebabkan distensi rektum.

 Batasan Karakteristik
 Subyektif :
1. nyeri abdomen
2. nyeri tekan pada abdomen dengan atau tanpa resistansi otot yang dapat di palpasi
3. anoreksia
4. perasaan penuh atau tekanan pada rektum
5. kelelahan umum
6. sakit kepala
7. peningkatan tekanan abdomen
8. indigesti
9. mual
10. nyeri saat defekasi
 Objektif :
1. Tampilan atipikal pada lansia ( misalnya, perubahan status mental, inkontinensia
urine, jatuh tanpa sebab jelas, dan peningkatan suhu tubuh )
2. Darah merah segar menyertai pengeluaran feses
3. Perubahan pada suara abdomen (borborigmi)
4. Penurunan frekuensi
5. Penurunan volume feses
6. Distensi abdomen
7. Feses yang kering, keras, dan padat
8. Bising usus hipoaktif dan hiperaktif
9. Pengeluaran feses cair
10. Masa abdomen dapat di palpasi
11. Masa rektal dapat dipalpasi
12. Bunyi pekak pada perkusi abdomen
13. Adanya feses, seperti pasta di rektum
14. Flatus berat
15. Mengejan saat defekasi
16. Tidak mampu mengeluarkan feses
17. Muntah
 Etiologi
1. Kebiasaan defekasi yang tidak teratur dan mengabaikan keinginan untuk defekasi dapat
menyebabkan konstipasi.

2.  Klien yang mengonsumsi diet rendah serat dalam bentuk hewani (misalnya daging,
produk-produk susu, telur) dan karbohidrat murni (makanan penutup yang berat)
sering mengalami masalah konstipasi, karena bergerak lebih lambat didalam saluran
cerna. Asupan cairan yang rendah juga memperlambat peristaltik.
3.  Tirah baring yang panjang atau kurangnya olahraga yang teratur menyebabkan
konstipasi.
4.  Pemakaian laksatif yag berat menyebabkan hilangnya reflex defekasi normal. Selain
itu, kolon bagian bawah yang dikosongkan dengan sempurna, memerlukan waktu
untuk diisi kembali oleh masa feses.
5.  Obat penenang, opiat, antikolinergik, zat besi (zat besi mempunyai efek menciutkan
dan kerja yang lebih secara lokal pada mukosa usus untuk menyebabkan konstipasi.
Zat besi juga mempunyai efek mengiritasi dan dapat menyebabkan diare pada
sebagian orang), diuretik, antasid dalam kalsium atau aluminium, dan obat-obatan
antiparkinson dapat menyebabkan konstipasi.
6.  Lansia mengalami perlambatan peristaltic, kehilangan elastisitas otot abdomen, dan
penurunan sekresi mukosa usus. Lansia sering mengonsumsi makanan rendah serat.
7.  Konstipasi juga dapat disebabkan oleh kelainan saluran GI (gastrointestinal), seperti
obstruksi usus, ileus paralitik, dan divertikulitus.
8.  Kondisi neurologis yang menghambat implus saraf ke kolon (misalnya cedera pada
medula spinalis, tumor) dapat menyebabkan konstipasi.
9.  Penyakit-penyakit organik, seperti hipotirodisme, hipokalsemia, atau hypokalemia
dapat menyebabkan konstipasi.
Ada juga penyebab yang lain dari sumber lain, yaitu:
10.  Peningkatan stres psikologi. Emosi yang kuat diperkirakan menyebabkan konstipasi
dengan menghambat gerak peristaltik usus melalui kerja dari epinefrin dan sistem
syaraf simpatis. Stres juga dapat menyebabkan usus spastik (spastik/konstipasi
hipertonik atau iritasi colon ). Yang berhubungan dengan konstipasi tipe ini adalah
kram pada abdominal, meningkatnya jumlah mukus dan periode bertukar-tukarnya
antara diare dan konstipasi.
11.  Umur
Otot semakin melemah dan melemahnya tonus spinkter yang terjadi pada orang tua
turut berperan menyebabkan konstipasi.

 Patofisiologi
Defekasi seperti juga pada berkemih adalah suatu proses fisiologis yang menyertakan
kerja otot-otot polos dan serat lintang, persarafan sentral dan perifer, koordinasi dari
sistem refleks, kesadaran yang baik dan kemampuan fisis untuk mencapai tempat BAB.
Kesukaran diagnosis dan pengelolaan dari konstipasi adalah karena banyaknya
mekanisme yang terlibat pada proses BAB normal (Dorongan untuk defekasi secara
normal dirangsang oleh distensi rektal melalui empat tahap kerja, antara lain: rangsangan
refleks penyekat rektoanal, relaksasi otot sfingter internal, relaksasi otot sfingter external
dan otot dalam region pelvik, dan peningkatan tekanan intra-abdomen). Gangguan dari
salah satu mekanisme ini dapat berakibat konstipasi. Defekasi dimulai dari gerakan
peristaltik usus besar yang menghantarkan feses ke rektum untuk dikeluarkan. Feses
masuk dan meregangkan ampula dari rektum diikuti relaksasi dari sfingter anus interna.
Untuk meghindarkan pengeluaran feses yang spontan, terjadi refleks kontraksi dari
sfingter anus eksterna dan kontraksi otot dasar pelvis yang depersarafi oleh saraf
pudendus. Otak menerima rangsang keinginan untuk BAB dan sfingter anus eksterna
diperintahkan untuk relaksasi, sehingga rektum mengeluarkan isinya dengan bantuan
kontraksi otot dinding perut. kontraksi ini akan menaikkan tekanan dalam perut, relaksasi
sfingter dan otot elevator ani. Baik persarafan simpatis maupun parasimpatis terlibat
dalam proses BAB.

 Jenis – jenis penyakit


Konstipasi dibagi menjadi 2 antara lain :

a.Konstipasi akut
Lama konstipasiiniberkisarantara 1 – 4 minggu penyebab dari konstipasi ini adalah
infeksi virus, obstruksi mekanis, dehidrasi, dan botulisminfantil
b.Konstipasi kronik
Lama konstipasi ini berkisar 1 bulan, penyebab dari konstipasi ini adalah penyakit
hirsch sprung ( suatu bentuk penyumbatan pada usus besar yang terjadi akibat
lemahnya pergerakan usus karena sebagian dari usus besar tidak memiliki saraf yang
mengendalikan kontraksi ototnya ).

 Hubungan Konstipasi dan Teori Bloom


Teori Bloom adalah teori yang digunakan untuk mengetahui derajat kesehatan
seseorang yang dipengaruhi oleh 4 faktor antara lain lingkungan lingkungan, keturunan
(herediter) pelayanan kesehatan, dan perilaku atau dikenal dengan Agens (sumber
penyakit), pejamu (host), lingkungan (environment).

Hubungan antara konstipasi dan teori Bloom adalah karena adanya ketidak
seimbangan antara agens, pejamu dan lingkungan.

3.1Agens
Penyebab dari konstipasi antara lain:

1. Kurangnya kandungan serat dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari dan


pemenuhan gizi yang kurang.
2. Penyakit Hirschprung : suatu penyakit yang ditandai oleh disfungsi plekus
mienterikus di usus besar. Biasanya penyakit ini tampak mulai lahir.
3. Dehidrasi : ini disebabkan karena tubuh kekurangan air sehingga akan terjadi
penyerapan air secara berlebihan di kolon, yang mengakibatkan feses menjadi
padat dan sulit dikeluarkan.
4. Penyakit Divertikulum, ditandai oleh satu atau lebih herniasi lapisan mukosa
kolon menembus lapisan otot terjadi karena individu sering membuat tekanan
tinggi didalam lumen kolon sewaktu mengejan untuk mengeluarkan tinja
rendah serat.
5. Kangker kolorektum, sebagian besar kangker kolorektum adalah karsinoma
dan biasanya berasal dari kelenjar sekretorik lapisan mukosa penyebabnya
adalah menahan tinja yang berakibat terdorongnya toksin-toksin yang terdapat
didalan tinja untuk mencetuskan kangker.
6. Dampak anastesi setelah post ops ini dikarenakan adanya gangguan pada
gerakan peristaltik usus yang menurun.
7. Kebiasaan buang air besar yang dilakukan oleh individu yaitu menahan buang
air besar disebabkan rasa takut akan nyeri serta rangsangan simpatik atas
saluran gastro intestinal dan menurunkan motilitas dan dapat menghambat
kelambatan defekasi.

3.2Host / Penjamu
a. Jenis kelamin
Pria dan wanita sama-sama berisiko dalam menderita penyakit konstipasi
tergantung dari total bady water yang kurang dalam pemenuhan gizi sehari-
hari serta diet berserat yang tidak efisien.
b. Fisiologi
Setelah makanan tiba di usus besarta terjadi penyerapan air dan elektrolit yang
terjadi pada separuh usus besar (kolon). Proses depekasi terjadi karena
kontraksi peristaltik rektum, ini dihasilkan sebagai respon perangsangan otot
polos longitudinal dan sirkular oleh plek susmi enterikus yang dirangsang oleh
saraf para simpatis yang berjalan disegmen sakrum kordaspinalis, peregangan
mekanis terhadap rektum oleh tinja juga merupakan perangsangan peristatik
yang kuat. Sewaktu gelombang peristaltik dimulai, sfingter anus internus,
suatu otot polos melemas.Apabila sfingter anus eksternus juga melemas maka
akan terjadi defekasi tapi bila seseorang individu mengalami
transeksikordaspinalismakaakanmengganggupelemasandarisfingter anus
aksternussehinggaterjadikonstipasi.
c. Kebiasaan seseorang
Rasa takut dan nyeri sewaktu berdefekasi dapat menjadi stimulus psikologis
bagi seseorang untuk menahan buang air besar serta rangsangan simpatik atas
saluran gastro intestinal akan menurun mobilitas dan dapat memperlambat
defekasi, aktifitas simpatik meningkat pada individu yang mengalami stres
yang lama juga pengkonsumsian obat-obatan tertentu seperti antasid dan opiat
juga dapat menyebabkan konstipasi

d. Genetik
Berbeda dengan penyakit lain kosntipasi merupakan salah satu penyakit yang
mempunyai prestasi yang cukup kecil dalam faktor gentik karena penyebab
utama dari penyakit ini merupkan kebiasan-kebiasaan yang timbul dalam
individu baik itu masalah pemenuhan gizi atau kesalahan dalam melakukan
defekasi tetapi juga terdapat salah satu penyebab dari konstipasi juga penyakit
Hirschprung yang berasal dari faktor genetik.

e. Kelompok etnik
Kelompok etnik yang sering menderita konstipasi adalah kolompok etnik yang
sering melupakan defekasi yang teratur dalam kehidupan sehari-hari baik itu
disebabkan oleh individu tersebut atau trauma nyeri saat defekasi

f. Imunologik
Defekasi dapat menjadi sulit apabila tinja mengeras dan kompak. Hal ini
terjadi apabila individu mengalami dehidrasi atau apabila tindakan defekasi
ditunda sehingga memingkinkan lebih banyak air yang diserap keluar tinja
sewaktu tinja berada di usus besar. Diet berserat tinggi mempertahankan
kelembaban tinja dengan cara menarik air secara osmotis ke dalam tinja dan
dengan merangsang peristaltik kolon melalui peregangan, demikian bagi
orang-orang yang makan-makanan rendah serat atau makanan yang sangat
dimurnikan beresiko lebih besar mengalami konstipasi demikian orang-orang
yang sehari-

harinya jarang bergerak berisiko terkena konstipasi karena dengan bergerak /


olah raga akan mendorong defekasi dengan merangsang daluran gastro
intestinal secara fisik

3.3Lingkungan / environment
 Lingkungan fisik
Cuaca dan iklim sangat berpengaruh terhadap konstipasi karena dengan cuaca
dan iklim yang dingin akan merangsang seseorang dalam memenuhi kebutuhan
air dalam kebutuhan yang normal sehingga akan mengurangi jumlah air yang
diekskresikan

 Lingkungan biologis
Tumbuh-tumbuhan yang banyak mengandung serat sangat penting dalam
membantu proses defekasi sehingga akan menghindarkan seseorang dan
penyakit konstipasi
 Lingkungan sosial ekonomi
Dalam kehidupan modern ini pekerjaan merupakan salah satu faktor terpenting
dalam hidup sehingga dengan kesibukan yang hadir sebagai akibat dari jumlah
jam kerja yang menumpuk akan membuat individu melupakan hal-hal yang
dianggap sepele seperti defekasi juga adanya anggapan dari berbagai kalangan
tentang diet dalam upaya membentuk tubuh yang ideal tapi disamping itu akan
menimbulkan konstipasi

 Diet dan penanggulangan


Diet makanan yang diberikan sehari mengandung serat kurang lebih 30 – 65 gram serat
makanan atau 6 – 15 gram serat besar (diet tinggi serat). Kombinasi beberapa bahan
makanan dapat memenuhi ketentuan diet tinggi serat yang dianjurkan misalnya :
makanan sehari-hari, ditambahkan lebih banyak sayuran, buah-buahan, seleria dan
kacang-kacangan seperti beras merah, ketan hitam, jagung, ubi-ubian, kacang hijau,
kedelai, kacang merah, daun singkang, daun kacang, kangkung, kol, sawi, apel, pir,
anggur serta agar-agar.
BAB II

TINJAUAN TEORITAS KEPERAWATAN

A.Pengkajian Keperawatan

1. Masalaah Keperawatan Konstipasi

a. Definisi Konstipasi Eliminasi

merupakan kebutuhan dasar manusia dan berperan penting untuk kelangsungan hidup
manusia. Eliminasi dibutuhkan untuk mempertahankan keseimbangan fisiologis melalui
pembuangan sisa-sisa metabolisme. Sisa metabolisme terbagi menjadi dua jenis yaitu
berupa feses yang berasal dari saluran cerna dan urin melalui saluran
perkemihan .Gangguan eliminasi fekal menurut , yaitu kondisi dimana seseorang
mengalami perubahan pola yang normal dalam berdefekasi dengan karakteristik tidak
terkontrolnya buang air besar. Perubahan eliminasi dapat terjadi karena penyakit
gastrointestinal atau penyakit di system tubuh yang lain. Macam-macam masalah
gangguan eliminasi fekal itu sendiri yaitu konstipasi, impaksi fekal, Diare, Inkontinensia
fekal, kembung dan hemoroid. Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017) konstipasi
berupa penurunan defekasi normal yang disertai pengeluaran feses tidak tuntas serta
feses kering dan banyak 10

b. Etiologi Etiologi dari konstipasi menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017)
yaitu sebagai berikut:

1) Fisiologis

a) Penurunan motilitas gastrointestinal

b) Ketidakadekuatan pertumbuhan gigi

c) Ketidakcukupan asupan serat


d) Ketidakcukupan diet

e) Ketidakcukupan asupan cairan

f) Aganglionik (misalnya penyakit Hirsprung)

2) Psikologis

a) Konfusi

b) Depresi

c) Gangguan emosional

3) Situasional

a) Perubahan kebiassan makan (misalnya, jenis makanan, jadwal makanan)

b) Ketidakadekuatan toileting

c) Aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan

d) Penyalahgunaan laksatif

e) Efek agen farmakologis 11

f) Ketidakaturan kebiasaan defikasi

g) Kebiasaan menahan doronngan defikasi

h) Perubahan lingkungan

c. Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan tanda mayor dari konstipasi menurut Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, (2017) yaitu sebagai berikut:

1) Subjektif :

a) Defekasi kurang dari 2 kali seminggu

b) Pengeluaran feses lama dan sulit

2) Objektif

a) Feses keras
b) Peristaltik usus menurun

d. Gejala dan Tanda Minor Gejala dan tanda minor dari konstipasi menurut Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, (2017) yaitu sebagai berikut:

1) Subjektif :Mengejan saat defekasi

2) Objektif :

a) Distensi abdomen

b) Kelemahan umum

c) Teraba massa pada rektal 12

e. Kondisi Klinis Terkait Kondisi klinis terkait dari konstipasi menurut Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, (2017) yaitu sebagai berikut:

1) Lesi atau cedera pada madula spinalis

2) Spina bifida

3) Stroke

4) Skleroris multipel

5) Penyakit Parkinson

6) Demensia

7) Hiperparatiroidisme

8) Hipoparatiroidisme

9) Ketidakseimbangan elekrolit

10) Hemoroid

11) Obesitas

12) Pasca operasi obstruksi bowel

13) Kehamilan
14) Pembesaran Prostat

15) Abses rektal

16) Fisura anorektal

17) Striktura anorektal

18) Tumor

19) Penyakit Hirsprung disease

13 2. Konsep penyakit Hirsprung Disease

a. Definisi Hirsprung Disease (megakolon/aganglionic congenital) adalah:


anomali kongenital yang mengakibatkan obstruksi mekanik karena
ketidakadekuatan motilitas sebagian usus ,Hirsprung disease merupakan keadaan
tidak ada atau kecilnya sel saraf gangglion Sebelum lahir, sel-sel anak biasanya
tumbuh di sepanjang usus arah anus. Dengan penyakit hirsprung disease, sel-sek
saraf berhenti tumbuh secara cepat. Mengapa sel-sel saraf berhenti tumbuh tidak
jelas. Beberapa penyakit hirsprung disease diwarisakan, berarti itu diturunkan dari
orangtua ke anak melalui gen. Penyakit hirsprung disease tidak disebabkan oleh
apapun yang dilakukan ibu saat hamil Ada sejumlah gangguan di mana penyakit
hirsprung disease adalah salah satu penyakit menyertai. Gangguan-gangguan
termasuk sindrom Down, sindrom Waardenburg dan sindrom hipoventilasi pusat
primer.
Rencana Asuhan Keperawatan:

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)


(NOC)
Konstipasi  Bowl Elimination  Manajemen
Berhubungan dengan :  Hidration konstipasi
 Fungsi:kelemahan  Tujuan :  Identifikasi faktor-
otot abdominal,  Setelah dilakukan faktor yang
Aktivitas fisik tidak tindakan menyebabkan
mencukupi keperawatan konstipasi
 Perilaku defekasi selama  Monitor tanda-
tidak teratur …………… tanda  ruptur
 Perubahan konstipasi pasien bowel/peritonitis
lingkungan teratasi.  Jelaskan penyebab
 Toileting tidak  Kriteria hasil: dan rasionalisasi
adekuat: posisi  Pola BAB dalam tindakan pada
defekasi, privasi batas normal pasien
 Psikologis: depresi,  Feses lunak  Jelaskan pada
stress emosi,  Cairan dan serat pasien manfaat diet
gangguan mental adekuat (cairan dan serat)
 Farmakologi: cv  Aktivitas adekuat terhadap eliminasi
antasid,  Hidrasi adekuat  Jelaskan pada klien
antikolinergis, konsekuensi
antidepresan, kalsium menggunakan
karbonat,diuretik, laxative dalam
besi, overdosis waktu yang lama
laksatif, NSAID,  Dorong
opiat, sedatif. peningkatan
 Mekanis aktivitas yang
ketidakseimbangan optimal
elektrolit, hemoroid,  Sediakan privacy
gangguan neurologis, dan keamanan
obesitas, obstruksi selama BAB
pasca bedah, abses  Kolaburasi dengan
rektum, tumor ahli gizi diet tinggi
 Fisiologis: perubahan serat dan cairan 
pola makan dan jenis  Konsultasikan
makanan, penurunan dengan dokter
motilitas tentang
gastrointestnal, peningkatan
dehidrasi, intake serat dan  penurunan
dan cairan kurang, bising usus
perilaku makan yang  Kolaburasi jika ada
buruk tanda dan gejala
konstipasi yang
Ditandai Dengan : menetap
 Kolaborasi
 Nyeri perut pemberian:
 Ketegangan perut
 Anoreksia
 Perasaan tekanan
pada
 rektum
 Nyeri kepala
 Peningkatan tekanan
abdominal
 Mual
 Defekasi dengan
nyeri

O:
1. Feses dengan darah segar
2. Perubahan pola BAB
3. Feses berwarna gelap
4. Penurunan frekuensi BAB
5. Penurunan volume feses
6.  Distensi abdomen
7. Feses keras
8.  Bising usus hipo/hiperaktif
9.  Teraba massa abdomen
atau rektal
10. Perkusi tumpul
11.  Sering flatus
BAB III
LANDASAN TEORITIS MEDIS

I.Biodata Pasien
a. Biodata pasien :
Nama :An.S
Umur :45 thn
Pendidikan :SLTA
Agama :Kristen
Pekerjaan :Pegawai
Alamat :Jl.Merak
Status :Kawin
Tanggal :26 september 2018
Jam MRS :13.30 wib

b.Penanggung jawab:
Nama:Ny.A
Pekerjaan:Wiraswasta
Hubungan Keluarga:Istri
Alamat:Jl.Merak

c.Riwayat kesehatan :
1)Riwayat kesehatan sekarang
A.Keluhan utama :
Pasien masuk melalui IGD RSUD Dolok sanggul pada hari selasa tanggal 26
September 2018,pukul 13.30 WIB ,dengan keluhan utama pasien sesak nafas sejak 1
hari yang lalu sebelum masuk RS,demam sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk
RS.Nyeri pada dada dan punggung.
B)Keluhan saat dikaji (PQRST) :
Saat dilakukan pengkajian pada hari selasa tanggal 26 SEPTEMBER 2018
ditemukan keluhan pasien seperti,susah defekasi/susah buang air besar
-Riwayat kesehatan dahulu
Keluarga mengatakan pernah dirawat diRSUD Tarutung selama 1minggu dengan
keluhan Susah buang air besar(BAB) dan defekasi keras

-Riwayat kesehatan keluarga


Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami susah buang
air besar seperti pasien

3.1 PEMERIKSAAN FISIK


3.1.1 Keadaan umum
Pasien tampak kesusahan duduk akibat menahan buang air besar

Tanda-tanda vital:
1. Suhu :36,50C
2. Tekanan darah : 100/70 mmHg
3. Pernapasan : 19 x/i
4. Nadi :70 x/i

3.1.2 Pemeriksaan Head Toe-Toe

1) Kepala dan rambut


a) Kepala :.Normal
Bentuk : Bulat simetris, tidak ada benjolan
Kebersihan : Kotor
b) Rambut
Penyebaran Rambut : Merata
Kedaan rambut : Beruban
Kebersihan : Kotor
Struktur rambut :-
c) Wajah
Warna kulit : Sawo matang
Struktur wajah : Simetris
2) Mata
a) Bentuk : Simetris
b) Palpebra :Tidak ada
c) Pupil :Normal
d) Konjungtiva : Anemis
e) Kornea : Tidak ada kelainan
f) Fisus : Rabun jauh
3) Hidung
a) Tulang hidung dan posisi septum : Simetris
b) Lubang hidung : Simetris
c) Cuping hidung : Tidak ada
4) Telinga
a) Bentuk telinga : Simetris
b) Ukuran telinga : Simetris
c) Lubang telinga : Ada
d) Ketajaman pendengaran : Berkurang
5) Mulut dan faring
a) Keadaan bibir : Kering
b) Keadaan gusi dan gigi : Bersih dan tidak terdapat karies gigi
c) Keadaan lidah : Bersih
d) Orofaring : Tidak ada masalah
6) Leher
a) Posisi trachea : Normal
b) Thyroid :Tidak ada pembengkakan
c) Suara :Sonor
d) Kelenjar limfe : Tidak ada pembengkakan
e) Vena jugularis :Tidak ada pembengkakan
f) Denyut nadi karotis : Teraba
7) Pemeriksaan integument
a) Kebersihan : Bersih
b) Kehangatan : Akral hangat
c) Warna : Sawo matang
d) Tugor : Jelek
e) Kelembaban : Kering
f) Kelainan pada kulit : Tidak ada
g) CRT : Kembali <2 detik
8) Pemeriksaan payudara dan ketiak
a) Ukuran dan bentuk payudara : Simetris
b) Warna payudara dan aerola : Sawo matang , kecoklatan
c) Kelainan payudara dan putting : Tidak ada kelainan
d) Aksila dan klafikula : Tidak ada nyeri
9) Pemeriksaan thoraks dada
a) Inspeksi thoraks
1. Bentuk thoraks : Bentuk normal
2. Pernapasan frekuensi dan irama : 28x/menit
3. Pernapasan tambahan : Ronchi
4. Tanda kesulitan bernafas : Ada
b) Pemeriksaan jantung
A. Inspeksi : Tidak terliat detakan
B. Palpasi : Teraba denyut jantung
C. Auskultasi : Irama jantung terdengar beraturan
D. Pemeriksaan abdomen
a) Inspeksi
1. Bentuk abdomen : Normal
2. Benjolan masa : Tidak ada
3. Bayangan penmbuluh darah : Ada
b) aukultasi
1. Peristaltic usus : 15x/menit
c) palpasi
1. Tanda nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
2. Benjolan masa : Tidak ada
3. Tanda acites : Tidak ada
4. Hepar : Normal
5. Lien : Normal
6. Titik Mc Burney : Tidak ada
d) perkusi
1. Suara abdomen : Normal
2. Pemeriksaan acites : Normal
11. Pemeriksaan Genetalia
a) Genetalia
1.Rambut Pubis : Tidak ada pemeriksaan
2.Lubang Uretra : Tidak ada pemeriksaan
3.Kelainan Pada Genetalia : Tidak ada pemeriksaan
b) Anus Perineum
1.Lubang Anus :Tidak ada pemeriksaan
2.Kelainan Anus : Tidak ada pemeriksaan
3. Perineum : Tidak ada pemeriksaan
12. Pemeriksaan Neurologi
1.Tingkat
Kesadaran (GCS) : Apatis
E= 3 V=4 M=5
2.Meningeal Sign :Normal
3.Status Mental
a) Kondisi emosi : Tenang
b) Orientasi :Baik
c) Proses berfikir :Baik
d) Motivasi :Baik
e) Persepsi :Baik
f) Bahasa : Batak/indonesia
13. Pola Kebiasaan sehari-hari
1. Pola tidur sebelum sakit
a. Waktu tidur : 21.00 WIB
b. Waktu bangun : 06.00 WIB
c. Masalah tidur : Tidak ada
d. Hal-hal yang mempermudah tidur: Ketika sudah kelelahan
e. Hal-hal yang mempermudah bangun : Rasa ingin kekamar mandi
2. Pola tidur setel sakit
f. Waktu tidur : Tidak tentu
a. Waktu bangun : Tidak tentu
b. Masalah tidur : ingin defekasi tetapi susah keluar
c. Hal-hal yang mempermudah tidur: Ketika sudah mengkonsumsi obat
d. Hal-hal yang mempermudah bangun: Rasa igin BAB
3. Pola eliminasi sebelum sakit
a. BAB
1) Pola BAB : Tidak teratur(1 minggu 2 x)
2) Karakter feses : Keras dan bewarna kuning
3) Riwayat pendarahan : ada
4) Penggunaan obat : Dulcolax
5) Keluhan BAB : keras
6) Masalah eliminasi BAB : susah BAB karena sakit saaf
mengeluarkan feses
b. BAK
1) Pola BAK : 5 kali sehari
2) Karakter urin : Kuning
3) Nyeri : Tidak ada
4) Inkontinensia : Tidak ada
5) Penggunaan obat : Tidak ada
6) Keluhan BAK : Tidak ada
7) Masalah eliminasi BAK : Tidak ada
4. Pola eliminasi setelah sakit
a. BAB
1) Pola BAB : Semakin tidak teratur(1 x seminggu)
2) Karakter feses : keras bewarna Kuning
3) Riwayat pendarahan : ada
4) Penggunaan obat : ada
5) Keluhan BAB : ada
6) Masalah eliminasi BAB : ada
b. BAK
1) Pola BAK : Pasang kateter
2) Karakter urin : Kuning Pekkat
3) Nyeri :-
4) Inkontinensia :-
5) Penggunaan obat :-
6) Keluhan BAK :-
7) Masalah eliminasi BAK : -
5. Pola makan sehari-hari
a. Pola makan sehari-hari sebelum sakit
1) Frekuensi makan/ hari : 3 kali sehari
2) Nafsu/ Selera makan : Nafsu
3) Alergi : Tidak ada
4) Mual muntah : Tidak ada
b. Pola makan sehari-hari setelah sakit
1) Frekuensi makan/ hari : 3 kali sehari beberapa sendok
2) Nafsu/ Selera makan : Tidak nafsu makan
3) Alergi : Tidak ada
4) Mual muntah : Mual
6. Pola minum sehari-hari
a. Pola minum sehari-hari sebelum sakit
1) Jenis minuman : Kopi, air putih
2) Pola minum : 8 gelas
3) Kesulitan minum : Tidak ada
b. Pola minum sehari-hari setelah sakit
1) Jenis minuman : Air putih
2) Pola minum : 2 gelas
3) Kesulitan minum :-

Anda mungkin juga menyukai