Disusun Oleh:
Tiara L.Tobing(2114019)
Ida Rohana Simanullang(2114008)
Joys Manalu(2114010)
Ogi Purba(2114025)
Ropelda Situmeang(2114017)
Batasan Karakteristik
Subyektif :
1. nyeri abdomen
2. nyeri tekan pada abdomen dengan atau tanpa resistansi otot yang dapat di palpasi
3. anoreksia
4. perasaan penuh atau tekanan pada rektum
5. kelelahan umum
6. sakit kepala
7. peningkatan tekanan abdomen
8. indigesti
9. mual
10. nyeri saat defekasi
Objektif :
1. Tampilan atipikal pada lansia ( misalnya, perubahan status mental, inkontinensia
urine, jatuh tanpa sebab jelas, dan peningkatan suhu tubuh )
2. Darah merah segar menyertai pengeluaran feses
3. Perubahan pada suara abdomen (borborigmi)
4. Penurunan frekuensi
5. Penurunan volume feses
6. Distensi abdomen
7. Feses yang kering, keras, dan padat
8. Bising usus hipoaktif dan hiperaktif
9. Pengeluaran feses cair
10. Masa abdomen dapat di palpasi
11. Masa rektal dapat dipalpasi
12. Bunyi pekak pada perkusi abdomen
13. Adanya feses, seperti pasta di rektum
14. Flatus berat
15. Mengejan saat defekasi
16. Tidak mampu mengeluarkan feses
17. Muntah
Etiologi
1. Kebiasaan defekasi yang tidak teratur dan mengabaikan keinginan untuk defekasi dapat
menyebabkan konstipasi.
2. Klien yang mengonsumsi diet rendah serat dalam bentuk hewani (misalnya daging,
produk-produk susu, telur) dan karbohidrat murni (makanan penutup yang berat)
sering mengalami masalah konstipasi, karena bergerak lebih lambat didalam saluran
cerna. Asupan cairan yang rendah juga memperlambat peristaltik.
3. Tirah baring yang panjang atau kurangnya olahraga yang teratur menyebabkan
konstipasi.
4. Pemakaian laksatif yag berat menyebabkan hilangnya reflex defekasi normal. Selain
itu, kolon bagian bawah yang dikosongkan dengan sempurna, memerlukan waktu
untuk diisi kembali oleh masa feses.
5. Obat penenang, opiat, antikolinergik, zat besi (zat besi mempunyai efek menciutkan
dan kerja yang lebih secara lokal pada mukosa usus untuk menyebabkan konstipasi.
Zat besi juga mempunyai efek mengiritasi dan dapat menyebabkan diare pada
sebagian orang), diuretik, antasid dalam kalsium atau aluminium, dan obat-obatan
antiparkinson dapat menyebabkan konstipasi.
6. Lansia mengalami perlambatan peristaltic, kehilangan elastisitas otot abdomen, dan
penurunan sekresi mukosa usus. Lansia sering mengonsumsi makanan rendah serat.
7. Konstipasi juga dapat disebabkan oleh kelainan saluran GI (gastrointestinal), seperti
obstruksi usus, ileus paralitik, dan divertikulitus.
8. Kondisi neurologis yang menghambat implus saraf ke kolon (misalnya cedera pada
medula spinalis, tumor) dapat menyebabkan konstipasi.
9. Penyakit-penyakit organik, seperti hipotirodisme, hipokalsemia, atau hypokalemia
dapat menyebabkan konstipasi.
Ada juga penyebab yang lain dari sumber lain, yaitu:
10. Peningkatan stres psikologi. Emosi yang kuat diperkirakan menyebabkan konstipasi
dengan menghambat gerak peristaltik usus melalui kerja dari epinefrin dan sistem
syaraf simpatis. Stres juga dapat menyebabkan usus spastik (spastik/konstipasi
hipertonik atau iritasi colon ). Yang berhubungan dengan konstipasi tipe ini adalah
kram pada abdominal, meningkatnya jumlah mukus dan periode bertukar-tukarnya
antara diare dan konstipasi.
11. Umur
Otot semakin melemah dan melemahnya tonus spinkter yang terjadi pada orang tua
turut berperan menyebabkan konstipasi.
Patofisiologi
Defekasi seperti juga pada berkemih adalah suatu proses fisiologis yang menyertakan
kerja otot-otot polos dan serat lintang, persarafan sentral dan perifer, koordinasi dari
sistem refleks, kesadaran yang baik dan kemampuan fisis untuk mencapai tempat BAB.
Kesukaran diagnosis dan pengelolaan dari konstipasi adalah karena banyaknya
mekanisme yang terlibat pada proses BAB normal (Dorongan untuk defekasi secara
normal dirangsang oleh distensi rektal melalui empat tahap kerja, antara lain: rangsangan
refleks penyekat rektoanal, relaksasi otot sfingter internal, relaksasi otot sfingter external
dan otot dalam region pelvik, dan peningkatan tekanan intra-abdomen). Gangguan dari
salah satu mekanisme ini dapat berakibat konstipasi. Defekasi dimulai dari gerakan
peristaltik usus besar yang menghantarkan feses ke rektum untuk dikeluarkan. Feses
masuk dan meregangkan ampula dari rektum diikuti relaksasi dari sfingter anus interna.
Untuk meghindarkan pengeluaran feses yang spontan, terjadi refleks kontraksi dari
sfingter anus eksterna dan kontraksi otot dasar pelvis yang depersarafi oleh saraf
pudendus. Otak menerima rangsang keinginan untuk BAB dan sfingter anus eksterna
diperintahkan untuk relaksasi, sehingga rektum mengeluarkan isinya dengan bantuan
kontraksi otot dinding perut. kontraksi ini akan menaikkan tekanan dalam perut, relaksasi
sfingter dan otot elevator ani. Baik persarafan simpatis maupun parasimpatis terlibat
dalam proses BAB.
a.Konstipasi akut
Lama konstipasiiniberkisarantara 1 – 4 minggu penyebab dari konstipasi ini adalah
infeksi virus, obstruksi mekanis, dehidrasi, dan botulisminfantil
b.Konstipasi kronik
Lama konstipasi ini berkisar 1 bulan, penyebab dari konstipasi ini adalah penyakit
hirsch sprung ( suatu bentuk penyumbatan pada usus besar yang terjadi akibat
lemahnya pergerakan usus karena sebagian dari usus besar tidak memiliki saraf yang
mengendalikan kontraksi ototnya ).
Hubungan antara konstipasi dan teori Bloom adalah karena adanya ketidak
seimbangan antara agens, pejamu dan lingkungan.
3.1Agens
Penyebab dari konstipasi antara lain:
3.2Host / Penjamu
a. Jenis kelamin
Pria dan wanita sama-sama berisiko dalam menderita penyakit konstipasi
tergantung dari total bady water yang kurang dalam pemenuhan gizi sehari-
hari serta diet berserat yang tidak efisien.
b. Fisiologi
Setelah makanan tiba di usus besarta terjadi penyerapan air dan elektrolit yang
terjadi pada separuh usus besar (kolon). Proses depekasi terjadi karena
kontraksi peristaltik rektum, ini dihasilkan sebagai respon perangsangan otot
polos longitudinal dan sirkular oleh plek susmi enterikus yang dirangsang oleh
saraf para simpatis yang berjalan disegmen sakrum kordaspinalis, peregangan
mekanis terhadap rektum oleh tinja juga merupakan perangsangan peristatik
yang kuat. Sewaktu gelombang peristaltik dimulai, sfingter anus internus,
suatu otot polos melemas.Apabila sfingter anus eksternus juga melemas maka
akan terjadi defekasi tapi bila seseorang individu mengalami
transeksikordaspinalismakaakanmengganggupelemasandarisfingter anus
aksternussehinggaterjadikonstipasi.
c. Kebiasaan seseorang
Rasa takut dan nyeri sewaktu berdefekasi dapat menjadi stimulus psikologis
bagi seseorang untuk menahan buang air besar serta rangsangan simpatik atas
saluran gastro intestinal akan menurun mobilitas dan dapat memperlambat
defekasi, aktifitas simpatik meningkat pada individu yang mengalami stres
yang lama juga pengkonsumsian obat-obatan tertentu seperti antasid dan opiat
juga dapat menyebabkan konstipasi
d. Genetik
Berbeda dengan penyakit lain kosntipasi merupakan salah satu penyakit yang
mempunyai prestasi yang cukup kecil dalam faktor gentik karena penyebab
utama dari penyakit ini merupkan kebiasan-kebiasaan yang timbul dalam
individu baik itu masalah pemenuhan gizi atau kesalahan dalam melakukan
defekasi tetapi juga terdapat salah satu penyebab dari konstipasi juga penyakit
Hirschprung yang berasal dari faktor genetik.
e. Kelompok etnik
Kelompok etnik yang sering menderita konstipasi adalah kolompok etnik yang
sering melupakan defekasi yang teratur dalam kehidupan sehari-hari baik itu
disebabkan oleh individu tersebut atau trauma nyeri saat defekasi
f. Imunologik
Defekasi dapat menjadi sulit apabila tinja mengeras dan kompak. Hal ini
terjadi apabila individu mengalami dehidrasi atau apabila tindakan defekasi
ditunda sehingga memingkinkan lebih banyak air yang diserap keluar tinja
sewaktu tinja berada di usus besar. Diet berserat tinggi mempertahankan
kelembaban tinja dengan cara menarik air secara osmotis ke dalam tinja dan
dengan merangsang peristaltik kolon melalui peregangan, demikian bagi
orang-orang yang makan-makanan rendah serat atau makanan yang sangat
dimurnikan beresiko lebih besar mengalami konstipasi demikian orang-orang
yang sehari-
3.3Lingkungan / environment
Lingkungan fisik
Cuaca dan iklim sangat berpengaruh terhadap konstipasi karena dengan cuaca
dan iklim yang dingin akan merangsang seseorang dalam memenuhi kebutuhan
air dalam kebutuhan yang normal sehingga akan mengurangi jumlah air yang
diekskresikan
Lingkungan biologis
Tumbuh-tumbuhan yang banyak mengandung serat sangat penting dalam
membantu proses defekasi sehingga akan menghindarkan seseorang dan
penyakit konstipasi
Lingkungan sosial ekonomi
Dalam kehidupan modern ini pekerjaan merupakan salah satu faktor terpenting
dalam hidup sehingga dengan kesibukan yang hadir sebagai akibat dari jumlah
jam kerja yang menumpuk akan membuat individu melupakan hal-hal yang
dianggap sepele seperti defekasi juga adanya anggapan dari berbagai kalangan
tentang diet dalam upaya membentuk tubuh yang ideal tapi disamping itu akan
menimbulkan konstipasi
A.Pengkajian Keperawatan
merupakan kebutuhan dasar manusia dan berperan penting untuk kelangsungan hidup
manusia. Eliminasi dibutuhkan untuk mempertahankan keseimbangan fisiologis melalui
pembuangan sisa-sisa metabolisme. Sisa metabolisme terbagi menjadi dua jenis yaitu
berupa feses yang berasal dari saluran cerna dan urin melalui saluran
perkemihan .Gangguan eliminasi fekal menurut , yaitu kondisi dimana seseorang
mengalami perubahan pola yang normal dalam berdefekasi dengan karakteristik tidak
terkontrolnya buang air besar. Perubahan eliminasi dapat terjadi karena penyakit
gastrointestinal atau penyakit di system tubuh yang lain. Macam-macam masalah
gangguan eliminasi fekal itu sendiri yaitu konstipasi, impaksi fekal, Diare, Inkontinensia
fekal, kembung dan hemoroid. Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017) konstipasi
berupa penurunan defekasi normal yang disertai pengeluaran feses tidak tuntas serta
feses kering dan banyak 10
b. Etiologi Etiologi dari konstipasi menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017)
yaitu sebagai berikut:
1) Fisiologis
2) Psikologis
a) Konfusi
b) Depresi
c) Gangguan emosional
3) Situasional
b) Ketidakadekuatan toileting
d) Penyalahgunaan laksatif
h) Perubahan lingkungan
c. Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan tanda mayor dari konstipasi menurut Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, (2017) yaitu sebagai berikut:
1) Subjektif :
2) Objektif
a) Feses keras
b) Peristaltik usus menurun
d. Gejala dan Tanda Minor Gejala dan tanda minor dari konstipasi menurut Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, (2017) yaitu sebagai berikut:
2) Objektif :
a) Distensi abdomen
b) Kelemahan umum
e. Kondisi Klinis Terkait Kondisi klinis terkait dari konstipasi menurut Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, (2017) yaitu sebagai berikut:
2) Spina bifida
3) Stroke
4) Skleroris multipel
5) Penyakit Parkinson
6) Demensia
7) Hiperparatiroidisme
8) Hipoparatiroidisme
9) Ketidakseimbangan elekrolit
10) Hemoroid
11) Obesitas
13) Kehamilan
14) Pembesaran Prostat
18) Tumor
O:
1. Feses dengan darah segar
2. Perubahan pola BAB
3. Feses berwarna gelap
4. Penurunan frekuensi BAB
5. Penurunan volume feses
6. Distensi abdomen
7. Feses keras
8. Bising usus hipo/hiperaktif
9. Teraba massa abdomen
atau rektal
10. Perkusi tumpul
11. Sering flatus
BAB III
LANDASAN TEORITIS MEDIS
I.Biodata Pasien
a. Biodata pasien :
Nama :An.S
Umur :45 thn
Pendidikan :SLTA
Agama :Kristen
Pekerjaan :Pegawai
Alamat :Jl.Merak
Status :Kawin
Tanggal :26 september 2018
Jam MRS :13.30 wib
b.Penanggung jawab:
Nama:Ny.A
Pekerjaan:Wiraswasta
Hubungan Keluarga:Istri
Alamat:Jl.Merak
c.Riwayat kesehatan :
1)Riwayat kesehatan sekarang
A.Keluhan utama :
Pasien masuk melalui IGD RSUD Dolok sanggul pada hari selasa tanggal 26
September 2018,pukul 13.30 WIB ,dengan keluhan utama pasien sesak nafas sejak 1
hari yang lalu sebelum masuk RS,demam sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk
RS.Nyeri pada dada dan punggung.
B)Keluhan saat dikaji (PQRST) :
Saat dilakukan pengkajian pada hari selasa tanggal 26 SEPTEMBER 2018
ditemukan keluhan pasien seperti,susah defekasi/susah buang air besar
-Riwayat kesehatan dahulu
Keluarga mengatakan pernah dirawat diRSUD Tarutung selama 1minggu dengan
keluhan Susah buang air besar(BAB) dan defekasi keras
Tanda-tanda vital:
1. Suhu :36,50C
2. Tekanan darah : 100/70 mmHg
3. Pernapasan : 19 x/i
4. Nadi :70 x/i