Anda di halaman 1dari 10

Alkalosis Metabolik

Disusun Oleh :
 Melisa Manalu(2114014)
 Tiara Tobing(2114019)
 Nani Padang(2114022)
 Jeremia Purba(2114023)
 Jeremia Togatorop(2114026)

Dosen pengantar: dr.Lusianna Silaban M.Kes

PRODI D3 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


KESEHATAN BARU DOLOKSANGUL JL. BUKIT INSPIRASI SIPALAKI
KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
T.A 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Tuhan YME karena atas berkat rahmatNya kami
dapat menyelesaikan makalah Alkalosis Metabolik. Penulisan makalah ini merupakan suatu
tugas yang.Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
banyak yang telah membantu menyelesaikan tugas makalah ini terutama kepada Ibu yang
telah memberikan petunjuk kepada penulis tentang tata cara penulisan dan memberikan tugas
ini,sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan
sebaik baiknya. Teman-teman satu kelompok yang sudah membantu dalam penyelesaian
tugas ini. Semua pihak lain yang tidak dapat diucapkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan baik dalam proses penulisan maupun bantuan lain.

DolokSanggul,22 mei 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................2
PENDAHULUAN...........................................................................................................2
A. Latar Belakang.............................................................................................................2
B. Tujuan...........................................................................................................................4
C. Ruang Lingkup.............................................................................................................5
D. Metode Penulisan.........................................................................................................5
E. Sistematika Penulisan...................................................................................................5
BAB II..............................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................6
A. Definisi.........................................................................................................................6
B. Etiologi.........................................................................................................................6
C. Manifestasi Klinik........................................................................................................7
D. Patofisiologi.................................................................................................................8
E. Pemeriksaan Diagnostik.............................................................................................10
F. Penatalaksanaan.........................................................................................................10
G. Komplikasi.................................................................................................................11
BAB III..........................................................................................................................12
ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................................12
A. Pengkajian..................................................................................................................12
B. Diagnosa Keperawatan..............................................................................................13
C. Intervensi Dan Rasional.............................................................................................13
BAB IV..........................................................................................................................17
PENUTUP......................................................................................................................17
Kesimpulan.....................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam Basa, larutan dikelompokkan dalam
tiga golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa, dan bersifat netral. Asam dan Basa
memiliki sifat-sifat yang berbeda, sehingga dapat kita bisa menentukan sifat suatu
larutan. Untuk menentukan suatu larutan bersifat asam atau basa, ada beberapa cara.
Yang pertama menggunakan indikator warna, yang akan menunjukkan sifat suatu larutan
dengan perubahan warna yang terjadi. Misalnya Lakmus, akan berwarna merah dalam
larutan yang bersifat asam dan akan berwarna biru dalam larutan yang bersifat basa. Sifat
asam basa suatu larutan juga dapat ditentukan dengan mengukur pH-nya. pH merupakan
suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman larutan. Larutan
asam memiliki pH kurang dari 7, larutan basa memiliki pH lebih dari 7, sedangkan
larutan netral memiliki pH=7. pH suatu larutan dapat ditentukan dengan indikator pH
atau dengan pH meter.( Mima M. Horne dan Pamela L.swearingen, 2001) Gangguan
keseimbangan asam basa disebut dengan istilah asidosis bila pH darah bersifat asam dan
alkalosis jika pH darah bersifat basa. Tergantung proses primernyadapat dibagi menjadi
asidosis/alkalosis respiratorik (proses primernya pada pernapasan) dan asidosis/alkalosis
metabolik (proses primernya adalah gangguanmetabolik). Akhiran osis pada asidosis
ataupun alkalosis menunjukkan proses primer yang menghasilkan asam atau basa tanpa
melihat nilai pH darah. Pada asidosis/alkalosis ringan yang terkompensasi sempurna, pH
darah dapat tetapnormal.Pada setiap gangguan keseimbangan asam basa, selalu akan
diikuti kompensasiuntuk mempertahankan pH normal. Kompensasi dari asidosis
respiratorik adalah alkalosis metabolik, sedangkan kompensasi dari alkalosis respiratorik
adalah asidosismetabolik dan demikian juga sebaliknya. ( Mima M. Horne dan Pamela
L.swearingen, 2001) Sekarang karena kondisi apapun jika keseimbangan ini akan
terganggu, itu akan mulai mempengaruhi tubuh, meskipun perlahan-lahan, tetapi dapat
mengakibatkan komplikasi serius. Alkalinitas berlebih akan menyebabkan alkalosis
metabolik, sedangkan kelebihan keasaman akan menyebabkan asidosis metabolik. Pada
artikel ini kita berbicara tentang mantan. Ini adalah kondisi dimana pH cairan tubuh,
terutama darah, memiliki kelebihan basa (alkali), yang mengapa alkalosis panjang
(berarti base excess). Dalam kondisi ini tingkat pH jaringan tubuh lebih tinggi dari
kisaran normal sehat. Kondisi ini metabolik dapat disebut sebagai peningkatan
konsentrasi bikarbonat serum (HCO3). Ini adalah gangguan yang dapat disebabkan oleh
hilangnya atau penurunan ion hidrogen yang ketidakseimbangan tingkat, dengan
meningkatkan kadar bikarbonat dalam tubuh. Atau dapat juga disebabkan karena
peningkatan kadar bikarbonat saja. Ini dapat disederhanakan sebagai hilangnya hidrogen
(H +) atau keuntungan bikarbonat (HCO3). Kami sekarang akan memahami penyebab
ketidakseimbangan ini dan apa efek memiliki pada tubuh. ( Mima M. Horne dan Pamela
L.swearingen, 2001)
B.Tujuan
Adapun tujuan Umum penulisan makalah ini adalah Untuk Menjelaskan secara terperinci
tentang Alkalosis Metabolik beserta asuhan keperawatannya. Tujuan Khusus dari makalah ini
adalah untuk:
1. Agar Mahasiswa/i mengetahui Apa itu Alkalosis Metabolik.
2.Agar mahasiswa mengerti dan memahami tentang Alkalosis Metabolik dan asuhan
keperawatan pada klien dengan Alkalosis Metabolik.

C.Ruang Lingkup
Dalam penulisan makalah ini kami hanya membatasi masalah pada gangguan Alkalosis
Metabolik dan Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan Alkalosis Metabolik
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini kami mengunakan metode deskriptif yaitu metode yang
mengambarkan tentang pengertian dari Alkalosis Metabolik dan Asuhan keperawatan pada
penderita Alkalosis Metabolik dan disesuaikan dengan literatur yang digunakan.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari :
BAB I : Pendahuluan, yang terdiri dari Latar Belakang, Tujuan, Ruang Lingkup, Metode
Penulisan, dan Sistematika Penulisan.
BAB II : Konsep Teori terdiri dari pengertian dari Alkalosis Metabolik, Etiologi, Tanda dan
Gejala, Patofisiologi, Penatalaksanaan, Komplikasi
BAB III : Penutup yang terdiri dari Kesimpulan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.Definisi:
Alkalosis metabolik adalah gangguan klinis yang di tandai oleh pH yang tinggi (Penurunan
Konsentrasi ion hydrogen) dan konsentrasi bikarbonat plasma yang tinggi. Alkalosis
metabolik adalah suatu keadaan yang Menggambarkan individu yang mengalami atau
berisiko tinggi untuk mengalami suatu ketidakseimbangan asam-basa yang berhubungan
dengan kelebihan bikarbonat atau kehilangan ion hydrogen.Alkalosis metabolic (kelebihan
HCO3) adalah gangguan sistemis yang ditandai dengan peningkatan primer dari kadar
bikarbonat plasma, sehinggan terjadi peningkatan Ph (penurunan dari H+)
B.Etiologi
Alkalosis metabolic dapat terjadi apabila terdapat pengeluaran asam yang berlebihan, atau
bila asupan basa yang meningkat. Dehidrasi dan perubahan kadar eliktrolit ekstrasel, yang
menyebabkan pergeseran dalam elektrolit-elektrolit plasma, dapat menyebabkan alkalosis
metabolik.
1. Hilangnya asam.
Hilangnya asam dapat timbul akibat muntah yang berlebih, karena isi lambung bersifat asam.
Muntah juga menyebabkan alkalosis secara tidak langsung karena keluarnya klorida melalui
muntahan.
2. Peningkatan kadar bikarbonat.
Peningkatan bikarbonat dapat terjadi pada asupan bikarbonat dalam bentuk antacid yang
mengandung bikarbonat yang digunakan untuk mengobati indigesti atau nyeri ulu hati.
Larutan bikarbonat mungkin digunakan selama resusitasi kardiopulmonalis dan dapat
menyebabkan alkalosis metabolik.
3. Penurunan volume cairan ekstrasel.
Kontraksi volume atau penurunan volume cairan ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan
kadar bikarbonat plasma dan alkalosis metabolik dengan mengurangi jumlah bikarbonat yang
difiltrasi di glomerulus. Terjadi peningkatan bikarbonat yang direabsorbsi kembali ke kapiler
peritubulus apabila kecepatan aliran darah juga berkurang.
4. Perubahan kadar elektrolit ektrasel.
Perubahan kadar elektrolit ekstrasel dapat menyebabkan alkalosis akibat pergeseran ion ion
hydrogen kedalam sel. Misalnya, penurunan klorida ekstrasel dapat menyebabkan alkalosis
metabolik sewaktu klorida berdifusi keluar sel dan ion hydrogen berpindah ke kompartemen
intrasel. Hal ini disebut alkalosis hipokloremik hipokloremik. Demikian juga, hypokalemia
(penurunan kalium plasma) dapat menyebabkan alkalosis metabolic akibat peningkatan
ekresi hydrogen oleh ginjal
C. Manifestasi Klinik
Tidak spesifik, tetapi dicurigai pada klien dengan resiko penyedotan nasogastric. Gejala dan
tanda hypokalemia dan kekurangan volume cairan, meliputi :
1. Kelemahan dan kejang otot, dapat pula timbul
2. Kelainan EKG
3. Tetani pada klien dengan kadar Ca++ serum tingkat keterbatasan yang mengarah rendah.
Tidak ada Manifestasi klinis yang patognomonik untuk gangguan elektrolit ini, penderita
mungkin mengalami kram atau merasa lemah dan mungkin akan timbul tanda-tanda tetani
bila kadar kalsium yang terionisasi turun akibat alkalosis. Pernapasan lambat merupakan
gejala utama dari alkalosis metabolik. Pernapasan lambat berpotensi menyebabkan Apnea,
yaitu tidak bernapas sama sekali untuk interval waktu tertentu. Kondisi ini memicu
perubahan warna pada kulit sehingga menjadi kebiruan atau keunguan. Detak jantung juga
akan berlangsung lebih cepat yang disertai penurunan tekanan darah
D. Patofisiologi
Sistem buffer meminimalkan perubahan pH, tetapi kadar bikarbonat plasma dan pH
meningkat. Respirasi mungkin ditekan dengan sedikit peningkatan PCO2 plasma, tetapi
respon ini dibatasi oleh peningkatan hipoksia sehingga kompensasi respiratorik selalu tidak
lengkap dan tidak pernah mengembalikan pH ke normal. Ambang batas bikarbonat ginjal
terlewati, sehingga didapatkan bikarbonat dalam urine yang pH-nya dapat naik mencapai 8,5-
9,0. Meskipun demikian, factor-faktor kekurangan volume dan hypokalemia sering terjadi
bersamaan, dan keduanya, bersama dengan peningkatan PCO2 sendiri, cenderung
meningkatkan reabsorbsi bikarbonat di ginjal, mempertahankan alkalosis metabolic.
Alkalosis metabolic akan sukar sekali dikoreksi bila ada hypokalemia atau kekurangan
volume cairan ekstraseluler dan sering hanya dapat diobati setelah defisiensi-defisiensi
tersebut dikoreksi.
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Nilai-Nilai gas darah arteri: Menentukan Keparahan alkalosis dan respons terhadap, PH
akan menjadi >7,40
2. serum: Nilainya akan meningkat sampai 26 mEq/L
3. Elektroit serum: biasanya,serum kalium akan rendah ( 26 mEq/L. 2. PCO2 mungkin
normal atau sedikit meningkat. Kompensasi peningkatan PCO2 diperkirakan sebesar 0,7
mmHg untuk kiat peningkatan HC03-sebesar 1 mEq. 3. K+ serum biasanya < 3,5 mEq/L.
4. Klorida serum dapat < 98 mEq/L (alkalosis metabolic hipokloremik hipokalemik)
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan akan tergantung pada gangguan yang mendasari.Alkalosis metabolic ringan
atau sedang biasanya tidak memerlukan intervensi-intervensi teraupetik yang khusus.
1. Infus saline: infus norman saline dapat mengkoreksi kekurangan volume (klorida) pada
pasien dengan alkalosis sekunder karena kehilangan melalui lambung. Alkalosis metabolic
sukar untuk diperbaiki jika hipopolemia dan kekurangan klorida tidak dikoreksi.
2. Kalium klorida: diindikasikan untuk pasien-pasien dengan kadar kalium rendah. Kalium
klorida lebih dipilih daripada garam kalium lainnya karena kehilangan klorida dapat diganti
secara simultan.
3. Natrium dan kalium klorida: efektif untuk alkalosis poshiperkapnia yang terjadi saat
retensi CO2 kronik dikoreksi secara cepat (misalnya melalui ventilasi mekanik). Jika jumlah
klorida dan kalium yang adekuat tidak tersedia, maka kelebihan bikarbonat oleh ginjal akan
mengalami kerusakan dan alkalosis metabolic akan terus berlangsung.
4. Antagonis reseptor-histamin H2: (misalnya simetidin, ranitidine, dan
famotidine) :menurunkan produksi asam hidroklorida (HCl) lambung dan oleh karenanya
sangat berguna dalam pencegahan atau penurunan alkalosis metabolic yang dapat terjadi
dengan pengisapan lambung.
5. Inhibitor karbonat anhydrase: asetazolamid (Diamox) terutama sangat berguna untuk
mengkoreksi alkalosis metabolic pada pasien yang tidak dapat mentoleransi penambahan
volume yang cepat (misalnya indivividu dengan CHF). Ini dapat diberikan secara oral atau
intravena. Asetazolamid menyebabkan peningkatan yang besar pada seleksi ion bikarbonat
(HCO3-) dan K+ ginjal, dan oleh karena itu mungkin perlu untuk menambah kalium sebelum
pemberian obat.
6. Bahan-bahan yang bersifat asam: alkalosis metabolic yang berat (Ph > 7,60 dan HCO3- 40-
45 mEq/L) memerlukan pengobatan dengan bahan-bahan yang bersifat asam seperti asam
hidroklorida encer, ammonium klorida atau arqenine hidroklorida. Karena efek sampingnya
yang serius, obat-obatan ini tidak sering digunakan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A Pengkajian Anamesa
1. Identitas pasien.
2. Riwayat penyakit sekarang. Kanker, penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit hati, asites,
polisitemia, obesitas, hipertensi, miastenia gravis atau penyakit neurologis lainnya.
3. Riwayat penyakit dahulu. asma, bronchitis, fibrosis kistik.
4. Riwayat penyakit keluarga Penyakit jantung, hipertensi, diabetes, kanker, obesitas,
gangguan paru
Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Pernafasan klien tampak lambat, pucat, wajah cemas, awasi tanda-tanda sianosis.
2. Palpasi
Berkeringat, ekspansi toraks, fremitus (vocal/taktil), deviasi trakea, krevitus.
3. Perkusi
Resonans, hiperesonans, timpani, redup, pekak.
4. Auskultasi
Penurunan atau tak ada bunyi nafas
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan PCO2.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah berlebih.
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan factor-faktor listrik (risiko disritmia)
sekunder terhadap alkalosis metabolik akibat tindakan penghisapan lambung.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan.
C.Intervensi Dan Rasional
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan PCO2
Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam pola nafas klien kembali normal. Kriteria hasil:
1. TTV dalam batas normal.
2. Pola nafas klien kembali normal
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan:
Alkalosis metabolik adalah gangguan klinis yang di tandai oleh pH yang tinggi(Penurunan
Konsentrasi ion hydrogen) dan konsentrasi bikarbonat plasma yang tinggiAlkalosis metabolic
dapat terjadi apabila terdapat pengeluaran asam yang berlebihan, atau bila asupan basa yang
meningkat. Dehidrasi dan perubahan kadar eliktrolit ekstrasel, yang menyebabkan pergeseran
dalam elektrolit-elektrolit plasma, dapat menyebabkan alkalosis metabolik,Alkalosis terjadi
ketika tubuh mengalami terlalu banyak ion bikarbonat penghasil alkali dan terlalu sedikit
ion hidrogen penghasil asam

DAFTAR PUSTAKA
Klirgman, Behrman.2000.Ilmu kesehatan anak,edisi 15.Jakarta:EGC Corwin, Elizabeth
J.2009.Buku saku patofisiologi,edisi:3.Jakarta:EGC Horne, Mima M, Pamela
L.swearingen.2001.Keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa,Edisi 2.Jakarta:EGC
Martin, susan tucker, dkk.2007.Standar perawatan pasien (perencanaan kolaboratif &
intervensi keperawatan) volume 1,edisi 7.Jakarta:EGC Muttaqin, Arif.2001.Buku ajar asuhan
keperawatan dengan gangguan system pernafasan.Salemba Medika. Rani
A.A.dkk.2005.Standar pelayanan medic perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam
Indonesia edisi khusus.Jakarta:BP PAPDI Smeltzer Suzanne C, Brenda G. Bare. 2013. Buku
ajar keperawatan medical bedah,edisi.8. Jakarta: EGC.
http://www.amazine.co/18413/alkalosis-metabolik-penyebab-gejala-danpengobatannya/

Okta Daniati

Anda mungkin juga menyukai