Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Asuhan Keperawatan Trauma Kapitis

Dosen pengampu : Ns. Jaka Pradika, M.Kep

Disusun Oleh

Kelompok 3:

Dieke Oktalia Wati S19128010

Risti Aprilia S19128027

Alfiyyah Nur Rizqi S19128026

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

MUHAMMADIYAH PONTIANAK

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata
kuliah Keperawatan Anak, dengan judul: “Askep Trauma Kapitis” dan tidak lupa
pula kami haturkan solawat serta salam kepada junjungan nabi besar kita Nabi
Muhammad SAW. Seorang rasul yang membawa petunjuk bagi manusia yang
tersesat.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah keperawatan anak ini. Untuk itu kami mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Orang tua yang telah mendukung kami dalam menyelesaikan masalah ini.
2. Pak Ns. Jaka Pradika, M.Kep yang telah membantu kami.
3. Teman-teman kelompok yang bekerja sama dalam membuat makalah
keperawatan gawat darurat ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah


dan menyadari pula bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, hal ini karena
kemampuan dan pengalaman kami yang masih ada dalam keterbatasan. Maka dari
itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan di
masa yang akan datang. Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi
kita semua. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih semoga Allah Swt
senantiasa meridhai segala usaha kita.

Pontianak, 26 Maret 2021

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 2
C. Tujuan...................................................................................................... 2
D. Manfaat.................................................................................................... 3
BAB II................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN................................................................................................. 4
A. Antomi dan Fisiologi Kepala................................................................... 4
B. Pengertian................................................................................................. 8
C. Etiologi..................................................................................................... 8
D. Jenis-Jenis Trauma Kepala....................................................................... 9
E. Patofisiologi............................................................................................. 9
F. Pathway....................................................................................................11
G. Manifestasi klinis.....................................................................................11
H. Komplikasi cedera kepala........................................................................12
I. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................13
J. Penatalaksanaan medis.............................................................................14
K. Penatalaksanaan Keperawatan.................................................................14
BAB III................................................................................................................15
ASUHAN KEPERAWATAN.............................................................................15
A. Pengkajian................................................................................................15
B. Diagnosa...................................................................................................17
C. Intervensi..................................................................................................17
D. Implementasi............................................................................................18
E. Evaluasi....................................................................................................19
BAB IV...............................................................................................................20
PENUTUP...........................................................................................................20
A. Kesimpulan..............................................................................................20
B. Saran ........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Brain Injury Assosiation of America, ( 2006). Cedera
kepala adalah suatu kerusakan pada kepala bukan besifat kongenital
ataupun degeneratif tetapi disebabkan serangan/benturan fisik dari luar yang
dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan
kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik. Cedera kepala atau trauma
kepala adalah gangguan fungsi normal otak karena trauma baik trauma
tumpul maupun trauma tajam (Batticaca, 2008).
Cedera kepala merupakan gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa
diikuti terputusnya kontinuitas otak. Penyebab terjadinya cedera kepala salah
satunya karena adanya benturan atau kecelakaan. Cedera kepala
mengakibatkan pasien dan keluarga mengalami perubahan fisik maupun
psikologis dan akibat paling fatal adalah kematian. Asuhan keperawatan pada
penderita cedera kepala memegang peranan penting terutama dalam
pencegehan komplikasi (Muttaqin, 2008).
Komplikasi dari cedera kepala adalah infeksi dan perdarahan. Hampir
separuh dari seluruh kematian akibat trauma disebabkan oleh cedera
kepala.Cedera kepala merupakan keaadan yang serius. Oleh karena itu,
diharapkan dengan penanganan yang cepat dan akurat dapat menekan
morbiditas dan mortalitas penanganan yang tidak optimal dan
terlambatnya rujukan dapat menyebabkan keadaan penderita semakin
memburuk dan berkurangnya pemilihan fungsi
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama kematian pada
pengguna kendaraan bermotor karena tingginya tingkat mobilitas dan
kurangnya kesadaran untuk menjaga keselamatan di jalan raya (Baheram,
2007). Lebih dari 50% kematian disebabkan oleh cedera kepala dan
kecelakaan kendaraan bermotor. Setiap tahun, lebih dari 2 juta orang

1
mengalami cedera kepala, 75.000 diantaranya meninggal dunia dan lebih
dari 100.000 orang yang selamat akan mengalami disabilitas permanen
(Widiyanto, 2007).
Ada 1,25 juta kematian lalu lintas diseluruh dunia setiap tahunnya,
dengan jutaan lainnya menderita luka serius dan hidup dengan konsekuensi
kesehatan jangka panjang yang merugikan secara global, kecelakaan
lalu lintas merupakan penyebab utama kematian di kalangan anak muda,
dan penyebab utama kematian diantara mereka yang berusia 15-29 tahun.
Hampir setengah dari setengah kematian di jalan-jalan dunia termasuk di
antara mereka yang paling tidak memiliki pengaman pada pengendara
sepeda motor, pengendara sepeda dan pejalan kaki. Presentase jenis
kelamin laki-laki lebih tinggi mengalami cedera kepala disbanding dengan
perempuan (WHO, 2015) Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) tahun 2018, jumlah data yang dianilis seluruhnya
1.027.758 orang untuk semua umur.Adapun responden yang tidak
pernah mengalami cedera 942.984 orang dan yang pernah mengalami
cedera 84.774 orang. Sebanyak 34.409 kasus cedera disebabkan karena
transportasi sepeda motor, yang menjadi penyebab cedera kedua tertinggi
(40,6%) setelah jatuh (40,9%). Pravelensi cedera secara nasional
adalah 8,2% dan pravalensi angka cedera yang disebabkan oleh sepeda
motor di Sumatera Barat 49,5%. Pravalensi cedera tertinggi
berdasarkan karakterisitik responden yaitu pada kelompok umur 15-24
tahun (11,7%) dan pada laki-laki (10,1%) (Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2018).
Berdasarkan uraian dan data di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Cedera Kepala/ trauma
kapitis.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien dengan trauma kapitis?
C. Tujuan
1. Tujuan umum

2
Dapat mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan cedera
kepala
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui apa itu trauma kapitis / cedera kepala?
b. Mendeskripsikan etiologi dari cedera kepala?
c. Mengetahui apa saja manifestasi klinis cedera kepala?
d. Mengetahui apa patofisiologi dari cedera kepala tersebut?
e. Mengetahui apa saja komplikasi pada cedera kepala?
f. Mendeskripsikan bagaimana pemeriksaan penunjang pada klien
dengan cedera kepala?
g. Mengetahui apa saja penatalaksanaan pada klien dengan cedera
kepala?
D. Manfaat
1. Penulis
Asuhan keperawatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
dunia pendidikan khususnya ilmu kesehatan dan sebagai pusat sumber
pembelajaran dan akan diberikan wawasan yang luas dalam masalah
keperawatan mengenai bagaimana member asuhan keperawatan bagi
klien dengan trauma kapitis.
2. Instansi
a. Pendidikan
Asuhan keperawatan ini diharapkan dapat dijadikan sumber referensi
dan sebagai bahan masukan dalam kegiatan belajar mengajar tentang
bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan klien trauma
kapitis.
b. Rumah Sakit
Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai acuan tentang bagaimana
member asuhan keperawatan bagi klien dengan trauma kapitis.
c. Profesi Keperawatan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dan informasi dibidang keperawatan gawat darurat

3
mengenai bagaimana member asuhan keperawatan bagi klien dengan
trauma kapitis.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Antomi dan Fisiologi Kepala


1. Kulit Kepala
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu Skin atau
kulit, Connective tissue atau jaringan penyambung, aponeurosis atau
galea aponereutika, loose connective tissue atau jaringan penunjang
longgar dan pericranium. Kulit kepala memiliki banyak pembuluh darah
sehingga perdarahan akibat liseran kulit kepala akan menyebabkan banyak
kehilangan darah, terutama pada bayi dan anak- anak.
2. Tulang Tengkorak
Tulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis krani. Tulang
tengkorak terdiri dari beberapa tulang yaitu frontal, parietal, temporal dan
oksipital. Kalvaria khususnya diregio temporal adalah tipis, namun disini
dilapisi oleh otot temporalis. Basis cranii berbentuk tidak rata sehingga
dapat melukai bagian dasar otak saat bergerak akibat proses akselerasi dan
deselerasi. Rongga tengkorak dasar dibagi atas 3 fosa yaitu: fosa
anterior tempat lobus frontalis, fosa media tempat temporalis dan
fosa posterior ruang bagi bagian bawah batang otak serebelum.
Struktur tulang yang menutupi dan melindungi otak, terdiri dari
tulang kranium dan tulang muka. Tulang kranium terdiri dari 3 lapisan:
lapisan luar, diploe dan lapisan dalam. Lapisan luar dan dalam merupakan
struktur yang kuat sedangkan diploe merupakan struktur yang menyerupai
busa. Lapisan dalam membentuk rongga / fosa: fosa anterior
(didalamnya terdapat lobus frontalis), fosa tengah (berisi lobus
temporalis, parietalis, oksipitalis), fosa posterior (berisi otak tengah
dan sereblum)
3. Lapisan pelindung otak / Meninges
Terdiri dari 3 lapisan meninges yaitu durameter, arakhnoid
dan piameter.

5
a. Durameter ( lapisan sebelah luar )
Selaput keras pembungkus otak yang berasal dari jaringan
ikat tebal dan kuat. Durameter ditempat tertentu mengandung rongga
yang mengalirkan darah vena ke otak.
b. Arakhnoid (lapisan tengah)
Merupakan selaput halus yang memisahkan durameter dengan
piameter membentuk sebuah kantong atau balon berisi cairan otak
yang meliputi susunan saraf sentral.
c. Piameter (lapisan sebelah dalam)
Merupakan selaput tipis yang terdapat pada permukaan jaringan
otak, piameter berhubungan dengan araknoid melalui struktur-
struktur jaringan ikat yang disebut trabekel (Ganong, 2002)
4. Otak
a. Cerebrum
Cerebrum atau otak besar merupakan bagian yang terluas dan
terbesar dari otak, berbentuk telur terbagi menjadi dua
hemisperium yaitu kanan dan kiri dan tiap hemisperium dibagi
menajdi empat lobus yaitu lobus frontalis, parietalis,
temporalis dan oksipitalis. Dan bagian tersebut mengisi penuh
bagian depan atas rongga tengkorak
1) Lobus Frontalis: Kontrol motorik gerakan volunteer, terutama
fungsi bicara, kontrol berbagai emosi, moral tingkah laku dan
etika.
2) Lobus Temporal: Pendengaran, keseimbangan, emosi dan memori.
3) Lobus Oksipitalis: Visual senter, mengenal
4) Lobus Parietalis: Fungsi sensori umum, rasa (pengecapan)
b. Cerebelum
Cerebelum atau otak kecil merupakan bagian terbesar dari otak
belakang. Cerebelum menempati fosa kranialis posterior dan
diatapi tentorium cerebri yang merupakan lipatan duramater yang
memisahkan dari lobus oksipitalis serebri. Bentuknya oval, bagian

6
yang mengecil pada sentral disebut vermis dan bagian yang
melebar pada bagian lateral disebut hemisfer. Cerebelum
berhubungan dengan batang otak melalui pedunkulus cerebri
inferior (corpus retiform). Permukaan luar cerebelum berlipat-lipat
seperti cerebrum tetapi lebih lipatanya lebih kecil dan lebih
teratur. Permukaan cerebelum ini mengandung zat kelabu.
Korteks cerebelum dibentuk oleh substansia grisea, terdiri dari
tiga lapisan yaitu granular luar, lapisan purkinye, lapisan
granular dalam. Serabut saraf yang masuk dan yang keluar dari
cerbrum harus melewati cerebelum.
c. Batang otak
Batang otak terdiri dari otak tengah (diensfalon) pons varoli
dan medula oblongata. Otak tengah merupakan merupakan
bagian atas batang otak akuaduktus cerebri yang menghubungkan
ventrikel ketiga dan keempat melintasi melalui otak tengah ini. Otak
tengah mengandung pusat-pusat yang mengendalikan
keseimbangan dan gerakan-gerakan bola mata.
5. Saraf kranial
Cedera kepala dapat menyebabkan gangguan pada saraf kranial jika
mengenai batang otak karena edema otak atau perdarahan pada otak.
Macam saraf kranial antara lain:
a. Nervus Olfaktorius (Nervus Kranialis I)
Berfunsi sebagai saraf pembau yang keluar dari otak dibawa
oleh dahi, membawa rangsangan aroma (bau-bauan) dari rongga
hidung ke otak.
b. Nervus Optikus (Nervus Kranialis II)
Nervus optikus menghantarkan impuls dari retina menuju plasma
optikum, kemudian melalui traktus optikus menuju korteks
oksipitalis untuk dikenali dan diinterpretasikan. Fungsi: Bola mata
untuk penglihatan.
c. Nervus Okulomotorius (Nervus Kranialis III)

7
Bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital (otot pengerak bola
mata) menghantarkan serabut-serabut saraf para simpati untuk
melayani otot siliaris dan otot iris.
d. Nervus Troklearis (Nervus Kranialis IV)
Sifatnya motorik, fungsi memutar mata, sebagai penggerak mata
e. Nervus Trigeminus (Nervus Kranialis V)
Sifatnya majemuk (sensoris motoris) saraf ini mempunyai tiga
buah cabang. Fungsinya sebagai saraf kembar tiga, saraf ini
merupakan saraf otak besar, sarafnya yaitu:
1) Nervus oftalmikus sifatnya sensorik, mensarafi kulit kepala
bagian depan kelopak mata atas, selaput lendir kelopak mata
dan bola mata.
2) Nervus maksilaris sifatnya sensoris, mensarafi gigi atas, bibir
atas, palatum, batang hidung, ronga hidung dan sinus maksilaris.
3) Nervus mandibula sifatnya majemuk (sensori dan motoris)
mensarafi otot-otot pengunyah. Serabut-serabut sensorisnya
mensarafi gigi bawah, kulit daerah temporal dan dagu.
f. Nervus Abdusen (Nervus Kranialis VI)
Sifatnya motorik, mensarafi otot-otot orbital. Fungsi: Sebagai
saraf penggoyang bola mata.
g. Nervus Facialis (Nervus Nervus Kranialis VII)
Sifatnya motorik dan sensorik, saraf ini membawa serabut
sensorik yang menghantar pengecapan bagian anterior lidan dan
serabut motorik yang mensarafi semua otot ekspresi wajah, termasuk
tersenyum, mengerutkan dahi dan menyeringai.Fungsi: Otot lidah
menggerakkan lidah dan selaput lendir rongga mulut
h. Nervus Auditorius (Nervus Kranialis VIII)
Sifatnya sensorik, mensarafi alat pendengar membawa
rangsangan dari pendengaran dari telinga ke otak. Fungsinya: Sebagai
saraf pendengar.
i. Nervus Glosofaringeus (Nervus Kranialis IX)

8
Sifatnya majemuk, mensarafi faring, tonsil dan lidah, saraf ini
dpat membawa rangsangan cita rasa ke otak.
j. Nervus Vagus (Nervus Kranialis X).
Sifatnya majemuk (sensori dan motoris) mengandung saraf-saraf
motoric, sensorik dan parasimpatis faring, laring, paru-paru, esofagus,
gaster intestinum minor, kelenjar-kelenjar pencernaan dalam
abdomen. Fungsinya sebagai saraf perasa.
k. Nervus Assesoris (Nervus Kranialis XI).
Saraf ini mensarafi muskulus sternocleidomastoid dan
muskulus trapezium, fungsinya sebagai saraf tambahan.
l. Nervus Hipoglosus (Nervus Kranialis XII)
Saraf ini mensarafi otot-otot lidah, fungsinya sebagai saraf
lidah. Saraf ini terdapat di dalam sumsum penyambung.

B. Pengertian
Cedera kepala adalah trauma yang mengenai otak disebabkan oleh
kekuatan eksternal yang menimbulkan perubahan tingkat kesadaran dan
perubahan kemampuan kognitif, fungsi fisik, fungsi tingkah laku dan
emosional.Cedera kepala merupakan cedera yang meliputi trauma kulit
kepala, tengkorak, dan otak. Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik
dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial
dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas (Widagdo dalam
sikala, 2019).

C. Etiologi
Menurut Jauhar (2013). Penyebab utama terjadinya cedera kepala adalah
sebagai berikut:
1. Kecelakaan lalu lintas
Kecelakaan lalu lintas adalah dimana sebuah kendaraan bermotor
bertabrakan dengan kendaraan yang lain atau benda lain sehingga
menyebabkan kerusakan atau kecederaan kepala atau anggota tubuh lain

9
2. Jatuh
Menurut KBBI, jatuh didefenisikan sebagai (terlepas) turun atau
meluncur ke bawah dengan cepat karena gravitasi bumi, baik ketika masih
di gerakkan turun turun maupun sesudah sampai ke tanah sehingga bisa
menyebabkan cidera pada anggota tubuh
3. Kekerasan
Menurut KBBI, kekerasan di defenisikan sebagai suatu perihal atau
perbuatan seseorang atau kelompok yang menyebabkan cedera atau
matinya orang lain, atau menyebabkan kerusakan fisik pada barang atau
orang lain (secara paksa).

D. Jenis-Jenis Trauma Kepala


Menurut Wijaya, (2013). Ada 2 macam cedera kepala yaitu:
1. Trauma tajam
Trauma tajam adalah trauma oleh benda tajam yang menyebabkan
cedera setempat dan menimbulkan cedera lokal. Kerusakan lokal
meliputi Contusio serebral, hematom serebral, kerusakan otak sekunder
yang disebabkan perluasan masa lesi, pergeseran otak .
2. Trauma tumpul
Trauma tumpul adalah trauma oleh benda tumpul dan menyebabkan
cedera menyeluruh (difusi). Kerusakannya menyebar secara luas dan
terjadi dalam 4 bentuk: cedera akson, kerusakan otak hipoksia,
pembengkakan otak menyebar, hemoragi kecil multiple pada otak koma
terjadi karena cedera menyebar pada hemisfer cerebral, batang otak atau
kedua-duanya.

E. Patofisiologi
Otak di lindungi dari cedera oleh rambut, kulit, dan tulang yang
membungkusnya. Tanpa perlindungan ini, otak yang lembut (yang membuat
kita seperti adanya) akan mudah sekali terkena cedera dan mengalami
kerusakan. Cedera memegang peranan yang sangat besar dalam

10
menentukan berat ringannya konsekuensi patofisiologis dari suatu trauma
kepala.. Lesi pada kepala dapat terjadi pada jaringan luar dan dalam
rongga kepala. Lesi jaringan luar terjadi pada kulit kepala dan lesi bagian
dalam terjadi pada tengkorak, pembuluh darah tengkorak maupun otak itu
sendiri. Terjadinya benturan pada kepala dapat terjadi pada 3 jenis keadaan,
yaitu :
1. Kepala diam dibentur oleh benda yang bergerak
2. Kepala yang bergerak membentur benda yang diam
3. Kepala yang tidak dapat bergerak karena bersandar pada benda yang
lain dibentur oleh benda yang bergerak (kepala tergencet). Terjadinya
lesi pada jaringan otak dan selaput otak pada cedera kepala diterangkan
oleh beberapa hipotesis yaitu getaran otak, deformasi tengkorak,
pergeseran otak dan rotasi otak.
Dalam mekanisme cedera kepala dapat terjadi peristiwa contre coup
dan coup. Contre coup dan coup pada cedera kepala dapat terjadi kapan
saja pada orang-orang yang mengalami percepatan pergerakan kepala.
Cedera kepala pada coup disebabkan hantaman pada otak bagian dalam
pada sisi yang terkena sedangkan contre coup terjadi pada sisi yang
berlawanan dengan daerah benturan. Kejadian coup dan contre coup dapat
terjadi pada keadaan.Keadaan ini terjadi ketika pengereman mendadak pada
mobil/motor. Otak pertama kali akan menghantam bagian depan dari tulang
kepala meskipun kepala pada awalnya bergerak ke belakang. Sehingga
trauma terjadi pada otak bagian depan.Karena pergerakan ke belakang yang
cepat dari kepala, sehingga pergerakan otak terlambat dari tulang tengkorak,
dan bagian depan otak menabrak tulang tengkorak bagian belakang.
Pada keadaan ini, terdapat daerah yang secara mendadak terjadi
penurunan tekanan sehingga membuat ruang antara otak dan tulang
tengkorak bagian belakang dan terbentuk gelembung udara. Pada saat otak
bergerak ke belakang maka ruangan yang tadinya bertekanan rendah menjadi
tekanan tinggi dan menekan gelembung udara tersebut. Terbentuknya dan
kolapsnya gelembung yang mendadak sangat berbahaya bagi pembuluh

11
darah otak karena terjadi penekanan,sehingga daerah yang memperoleh
suplai darah dari pembuluh tersebut dapat terjadi kematian sel-sel otak.
Begitu juga bila terjadi pergerakan kepala ke depan

F. Pathway

G. Manifestasi klinis
Menurut Wijaya, (2013).
1. Cedera kepala ringan-sedang
a. Disorientai ringan

12
b. Amnesia post trauma
c. Hilang memori sesaat
d. Sakit kepala
e. Mual dan muntah
f. Vertigo dalam perubahan posisi
g. Gangguan pendengaran
2. Cerdera kepala sedang-berat
a. Oedema pulmonal
b. Kejang
c. Infeksi
d. Tanda herniasi otak
e. Hemiparise
h. Gangguan akibat saraf cranial

H. Komplikasi cedera kepala


1. Faktor kardiovaskular
a. Cedera kepala menyebabkan perubahan fungsi jantung mencakup
aktivitas atipikal moikardial, peubahan tekanan vaskuler dan
edema paru
b. Tidak adanya stimulus endogen saraf simpatis mempengaruhi
penurunan kontraktilitas ventrikel. Hal ini menyebabkan penurunan
curah jantung dan meningkatkan tekanan atrium kiri. Akibatnya tubuh
berkompensasi dengan meningkatkan tekanan sisolik. Pengaruh dari
adanya peningkatan tekanan atrium kiri adalah terjadinya edema paru.
2. Faktor respiratori
a. Adanya edema paru pada cedera kepala dan vasokonstriksi paru atau
hipetensi paru menyebabkan hiperpnoe dan bronkokonstriksi
b. Konsentrasi oksigen dan karbon doiksida mempengaruhi aliran
darah. Bila PO2 rendah, aliran darah bertambah karena terjadi
vasodilatasi. Penurunan PCO2, akan tejadi alkalosis yang
menyebabkan vasokonstriksi (arteri kecil) dan penurunan CBF

13
(Cerebral Blood Fluid) sehingga oksigen tidak sampai ke otak
denan baik.
c. Edema otak ini menyebabkan kematian otak (iskemik) dan
tingginya tekanan intra cranial (TIK) yang dapat menyebabkan
herniasi dan penekanan batang otak atau medulla oblongata.
3. Faktor metabolisme
a. Pada cedera kepala terjadi perubahan metabolisme seperti trauma
tubuh lainnya yaitu kecenderungan retensi natrium dan air, dan
hilangnya sejumlah nitrogen
b. Retensi natrium juga disebabkan karena adanya stimulus terhadap
hipotalamus, yang menyebabkan pelepasan ACTH dan sekresi
aldosteron.
4. Faktor gastrointestinal
Trauma juga mempegaruhi system gastrointestinal.Setelah cedera
kepala (3 hari) terdapat respon tubuh dengan meransang aktivitas
hipotalamus dan stimulus vagal. Hal ini akan meransang lambung
menjadi hiperasiditas, dan mengakibatkan terjadinya stress alser.
5. Faktor piskologis
Selain dampak masalah yang mempengaruhi fisik pasien, cedera
kepala pada pasien adalah suatu pengalaman yang menakutkan. Gejala
sisa yang timbul pascatrauma akan mempengaruhi psikis pasien.
Demikian pula pada trauma berat yang menyebabkan penurunan
kesadaran dan penururnan fungsi neurologis akan mempengaruhi
psikososial pasien dan keluarga.

I. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Arif Mutaqin 2008 Pemeriksaan Penujunang Pasien cedera Kepala :
1. CT Scan
Mengidentifikasi luasnya lesi, pendarahan, determinan, ventrikuler,
dan perubahan jaringan otak.
2. MRI

14
Digunakan sama dengan CT scan dengan/tanpa kontras radioaktif.
3. Cerebral Angiography
Menunjukan anomaly sirkulasi serebral seperti perubahan jaringan
otak sekunder menjadi edema, pendarahan, dan trauma.
4. Serial EEG
Dapat melihat perkembangan gelombang patologis.
5. Sinar X
Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur
garis (perdarahan/edema), fragmen tulang

J. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan pasien dengan cedera kepala meliputi sebagai
berikut
1. Non pembedahan
a. Glukokortikoid (dexamethazone) untuk mengurangi edema
b. Diuretic osmotic (manitol) diberikan melalui jarum dengan filter
untuk mengeluarkan kristal-kristal mikroskopis
c. Diuretic loop (misalnya furosemide) untuk mengatasi peningkatan
tekanan intracranial
d. Obat paralitik (pancuronium) digunakan jika klien dengan
ventilasi mekanik untuk megontrol kegelisahan atau agitasi yang
dapat meningkatkan resiko peningkatan tekanan intracranial
2. Pembedahan
Kraniotomi di indikasikan untuk:
a. Mengatasi subdural atau epidural hematoma
b. Mengatasi peningkatan tekanan cranial yang tidak terkontrol
c. Mengobati hidrosefalus

K. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Observasi 24 jam

15
2. Makanan atau cairan, pada trauma ringan bila muntah-muntah, hanya
cairan infus dextrose 5%, amnifusin, aminofel (18 jam pertama dari
terjadinya kecelakaan), 2-3 hari kemudian diberikan makanan lunak
3. Pada anak diistirahatkan atau tirah baring

16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap pertama dalam proses keperawatan
dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam mengumpulkan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan pasien. Pengkajian keperawatan ditunjukkan pada respon pasien
terhadap masalah kesehatan yang berhubungan dengan kebutuhan dasar
manusia
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, status, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, penanggung jawab
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan yang sering menjadi alasan klien untuk memnita
pertolongan kesehatan tergantung dari seberapa jauh dampak trauma
kepala disertai penurunan tingkat kesadaran ( Muttaqin, A. 2008
). Biasanya klien akan mengalami penurunan kesadaran dan adanya
benturan serta perdarahan pada bagian kepala klien yang disebabkan
oleh kecelakaan ataupun tindaka kejahatan.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Tingkat kesadaran/GCS (<15), konvulsi, muntah, dispnea /
takipnea, sakit kepala, wajah simetris / tidak, lemah, luka di kepala,
paralise, akumulasi sekret pada saluran napas, adanya liquor dari
hidung dan telinga dan kejang.
c. Riwayat penyakit terdahulu
Riwayat penyakit dahulu haruslah diketahui baik yang
berhubungan dengan sistem persyarafan maupun penyakit sistem
sistemik lainnya seperti riwayat cedera kepala, riwayat trauma masa

17
lalu, riwayat penyakit darah, riwayat penyakit sistemik/pernafasan
cardiovaskuler.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada penyakit keturunan atau penyakit menular.
3. Pengkajian persistem
a. Keadaan umum
Tingkat kesadaran : composmentis, apatis, somnolen, sopor, koma
b. TTV
1) Sistem pernapasan
Perubahan pola napas, baik irama, kedalaman maupun frekuensi,
nafas bunyi ronchi.
2) Sistem kardiovaskuler
Apabila terjadi peningkatan TIK, tekanan darah meningkat,
denyut nadi bradikardi kemuadian takikardi.
3) Sistem perkemihan
Inkotenensia, distensi kandung kemih.
4) Sistem gastrointestinal
Usus mengalami gangguan fungsi, mual/muntah dan mengalami
perubahan selera
5) Sistem muskuloskletal
Kelemahan otot, deformasi
6) Sistem persyarafan
Gejala : kehilangan kesadaran, amnesia, vertigo, syncope, tinnitus,
kehilangan pendengaran, perubahan penglihatan, gangguan
pengecapan
Tanda : perubahan kesadaran sampai koma, perubahan status
mental, perubahan pupil, kehilangan pengindraan, kejang,
kehilangan sensasi sebagai tubuh
4. Pengkajian pola aktivitas sehari-hari
a. Pola makan / cairan
Gejala : mual, muntah, dan mengalami perubahan selera

18
Tanda : kemungkinan muntah proyektil, gangguan menelan (batuk, air
liur keluar, disfagia)
b. Aktivitas / istirahat
Gejala : merasa lemah, letih, kaku, kehilangan keseimbangan Tanda :
perubahan kesadaran, letargie, hemiparese, kuadreplegia, ataksia, cara
berjalan tak tegap, masalah keseimbangan, kehilangan tonus otot dan
tonus sptik.
c. Sirkulasi
Gejala : normal atau perubahan tekanan darah
Tanda : perubahan frekuensi jantung ( bradikardia, takikardia yang
diselingi disritmia )
d. Integritas ego
Gejala : perubahan tingkah laku kepribadian ( terang atau dramatis )
Tanda : cemas mudah tersinggung , delirium, agitasi, bingung, depresi
dan impulsive.
e. Eliminasi
Gejala : inkontinensia kandung kemih / usus atau
mengalami gangguan fungsi
B. Diagnosa
Kemungkinan diagnosa yang muncul
1. Resiko perfusi jaringan serebral b.d cedera kepala
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d jalan nafas buatan d.d gelisah
3. Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolisme d.d Parkinson
C. Intervensi
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
(SLKI) (SIKI)
1 Resiko perfusi Setelah dilakukan Observasi :
jaringan intervensi keperawatan 1. Identifikasi penyebab
serebral b.d selama 1x24 jam maka peningkatan TIK
cedera kepala resiko perfusi jaringan 2. Monitor tanda/gejala
serebral membaik peningkatan TIK
dengan kriteria hasil : 3. Monitor status
1. Tingkat kesadaran pernapasan
meningkat 4. Monitor intake dan

19
output cairan.
2. Sakit kepala
menurun Gelisah Teraupetik :
3. Tekanan darah 1. Minimalkan stimulus
sistolik membaik dengan menyediakan
4. Tekanan darah lingkungan yang tenang
diastolik membaik 2. Berikan posisi semi
5. Refleks saraf fowler
membaik 3. Hindari manuver
Valsava
4. Cegah terjadinya kejang

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
sedasi dan anti
konvulsan, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian
diuretik osmosis, jika
perlu
3. Kolaborasi pemberian
pelunak tinja, jika perlu

D. Implementasi
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon pasien selama dan
sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru
Implementasi menurut teori adalah mengidentifikasi bidang
bantuan situasi yang membutuhkan tambahan beragam
mengimplementasikan intervensi keperawatan dengan praktik terdiri atas
keterampilan kognitif, interpersonal dan psikomotor (tekhnis). Dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien cedera cedera kepala, pada
prinsipnya adalah menganjurkan pasien untuk banyak minum,
mengobservasi tanda-tanda vital, mengawasi pemasukan dan pengeluaran
cairan, mengajarkan Teknik relaksasi untuk mengatasi nyeri.
Mendokumentasikan semua tindakan keperawatan yang dilakukan
ke dalam catatann keperawatan secara lengkap yaitu: jam, tanggal, jenis

20
tindakan, respon pasien dan nama lengkap perawat yang melakukan
tindakan keperawatan.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan
perubahan keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan
Menurut teori evaluasi adalah tujuan asuhan keperawatan
yang menentukan apakah tujuan ini telah terlaksana, setelah menerapkan
suatu rencana tindakan untuk meningkatkan kualitas keperawatan, perawat
harus mengevaluasi keberhasilan rencana penilaian atau evaluasi diperoleh
dari ungkapan secara subjektif oleh klien dan objektif didapatkan langsung
dari hasil pengamatan

21
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa cedera kepala merupakan
permasalahan kesehatan global sebagai penyebab kematian, disabilitas,
dan defisit mental. Cedera kepala menjadi penyebab utama kematian
disabilitas pada usia muda. Penderita cedera kepala seringkali mengalami
edema serebri yaitu akumulasi kelebihan cairan di intraseluler atau
ekstraseluler ruang otak atau perdarahan intrakranial yang mengakibatkan
meningkatnya tekanan intrakranial. Cedera kepala merupakan cedera yang
meliputi trauma kulit kepala, tengkorak, dan otak.
Setelah dilakukan pengkajian maka diagnosa yang mungkin muncul
pada klien dengan trauma kapitis yaitu resiko perfusi jaringan serebral b.d
cedera kepala, bersihan jalan nafas tidak efektif b.d jalan nafas buatan d.d
gelisah, defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolisme d.d Parkinson.
Cara mencegah terjadinya trauma kepala yaitu bisa dengan menggunakan
helm ketika sedang mengendarai sepeda motor; dan menggunakan pelindung
kepala ketika melakukan olahraga yang memiliki risiko kecelakaan. Seperti
saat sedang bersepeda, olahraga bela diri, atau ketika sedang melakukan
olahraga ekstrem.
B. Saran
Dengan selesainya penyusunan makalah ini, kami menyadari begitu
banyak kekurangan yang ada didalam penyusunan makalah ini, baik dalam
bentuk sistematika penulisan maupun kedalaman materinya. Oleh karena itu,
diharapka kepada pembaca untuk mencari referensi lain dan yang terbaruu
guna menyempurnakan dan mengembangkan materi makalah ini guna
perubahan kearah yang lebih baik dan mendidik. Selain itu pembaca dapat
memanfaatkan makalah ini, baik didalam pendidikan maupun dalam
pemahaman mengenai perilaku kesehatan, dalam ruang lingkup yang lebih
luas.

22
DAFTAR PUSTAKA

Dinda Trianugraha, A. G. E. L. Gambaran Masalah Keperawatan pada Kasus


Trauma Kapitis di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSD Balung
Kabupaten Jember.
Nursalam. 2001, Pengantar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : EGC
SARI, D. D. (2019). Asuhan keperawatan pada Tn A denga kasus cedera kepala
berat di ruang IGD RSUD H. Hanafie Muara Bungo Tahun 2019 (Doctoral
dissertation, UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA).
Sikala, C. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn.” S” YANG
MENGALAMI TRAUMA KAPITIS DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN HAMBATAN MOBILITAS FISIK DI RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA MAKASSAR.
Tarwoto, 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem
Persyarafan.Jakarta : CV. Sagung Seto.

23

Anda mungkin juga menyukai