PEDOMAN
PEMBINAAN TATA CARA PENGURUSAN JENAZAH
DISUSUN OLEH
FATHUL KHAIR, S.Sos.I.,M.Pd
AGUSTUS
2017
PENGURUSAN JENAZAH
Sebelumnya: Memejamkan mata, menutup mulut, menyedekapkan tangan, meluruskan kaki,
menutupkan dengan kain, memandikan mayat perempuan dengan perempuan, memandikan
mayat laki dengan laki
Cara memandikan
1. Siapkan air biasa, dan air yg dicampur daun bidara, dan air yang dicampur kapur
barus
2. Letakkan jenazah pada tempat telah disediakan dan yang tertutup
3. Kain yang ditutup dilepas dan bagian kemaluan ditutup dengan kain
4. Membuang kotoran dengan mengangkat badan dari atas sedikit dan sedikit diurut
bagian perut dan membersihkan kotorannya
5. Mulailah menyiram dari anggota wudhu, dan dimulai dari anggota sebelah kanan,
dengan jumlah siraman ganjil, tiga, lima ata lebih
6. Miringkan mayat sebelah kiri dan menyiram, menggosok tubuh sebelah kanan
7. Miringkan mayat sebelah kanan dan menyiram, menggosok tubuh sebelah kiri
8. Lentangkan kembali mayat
9. Siram menggunakan air yang dicampur daun bidara atau sabun
10. Siram menggunakan air yang dicampur kapur barus
11. Dikeringkan dengan menggunakan kain, dan bagi perempuan rambutnya dikepang
12. Mayat ditutup dengan kain
13. Lalu diletakkan pada tempat yang siap untuk dikafani
Cara mengkafani
1. Siapakan meja atau lantai
2. Letakkan tali tujuh buah dari atas ke bawah dengan sejajar
3. Letakkan kain kafan 3 lapis secara berurutan
4. Kalau perempuan 5 lapis dengan rincian 3 kain lapis, 1 kain basahan, 1 kain baju
kurung serta kerudung
5. Letakkan jenazah di atas kain kafan yang sudah disiapkan
6. Lipatkan kain kafan yang sebelah kanan ke kiri, lipatkan kain kafan yang sebelah kiri
ke kanan (bagi mayat perempuan sebelum dilipatkan kain kafannya, kain basahan,
baju kurung dan kerudungnya di pasangkan)
7. Simpulkan tali yang sudah disiapkan
Cara menyolatkan
1. Lentangkan jenazah yang sudah dikafani dengan posisi bagian kepala sebelah kanan,
kaki sebelah kiri
2. Kalau jenazah laki-laki, shalatnya sejajar dengan posisi kepala
3. Kalau jenazah perempuan, shalatnya sejajar dengan posisi perut
4. Takbir pertama bacaan ta'awwudz :
5. Takbir kedua, bacaan setelah takbir kedua yaitu membaca shalawat kepada nabi
muhammad saw. Berikut bacaan doanya . . .
artinya :
“ya allah, berilah rahmat kepada muhammad dan keluarganya, sebagaimana engkau
telah memberikan rahmat kepada ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya engkau
maha terpuji dan maha agung. Berilah berkah kepada muhammad dan keluarganya
(termasuk anak dan istri atau umatnya), sebagaimana engkau telah memberi berkah
kepada ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya engkau maha terpuji dan maha
agung.”
6. Takbir ketiga
اللهم ا ْغفِرْ لَهُ وارْ َحمهُ وعافِ ِه واعفُ عنه وأَ ْك ِر ْم نُزولَهُ وو ِّس ْع َمدخلَهُ وا ْغ ِس ْلهُ بِما ٍء وثَ ْلج وبَ َر ٍد ونَقِ ِه من ال َخطايا كما
ََار ِه وأَ ْهاًل خَ يْراً من أهلِ ِه َو َزوْ جًا خَ يْراً ِمن زَ وْ ِج ِه َوقِ ِه فِ ْتنَة
ِ َس وأَ ْب ِد ْلهُ دارًا خَ ْيرًا ِم ْن د
ِ يُنَقَي الثَوبُ األَ ْبيَضُ ِم ِن ال َدن
النار
ِ ابَ القَب ِْر و َع َذ
artinya :
7. Takbir keempat
bacaan doa setelah takbir ke empat yaitu membaca doa di bawah ini . . . .
artinya :
ya allah, janganlah engkau haramkan kami dari pahalanya, dan janganlah engkau beri
fitnah pada kami setelah kematiannya.
8. Salam
terakhir adalah melakukan salam dengan menengok ke kanan dan kekiri sebagaimana
dalam sholat biasanya . . .
ُال َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َر َكاتُه
assalaamu 'alaikum warahmatullaahi wa barakaatuh
artinya : "keselamatan, rahmat allah dan keberkahan-nya semoga untuk kalian semua"
bacaan doa sholat jenazah :
ya allah, ampunilah dia (dari beberapa hal yang tidak disukai), maafkanlah dia dan
tempat-kanlah di tempat yang mulia (surga), luaskan kuburannya, mandikan dia
dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana engkau
membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih baik dari
rumahnya (di dunia), berilah keluarga (atau istri di surga) yang lebih baik daripada
keluarganya (di dunia), istri (atau suami) yang lebih baik daripada istrinya (atau
suaminya), dan masukkan dia ke surga, jagalah dia dari siksa kubur dan neraka.” (hr.
Muslim 2/663)
، اَللَّهُ َّم َم ْن أَحْ يَ ْيتَهُ ِمنَّا فَأَحْ يِ ِه َعلَى ْا ِإل ْسالَ ِم.ص ِغي ِْرنَا َو َكبِي ِْرنَا َو َذ َك ِرنَا َوأُ ْنثَانَا
َ اَللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ َحيِّنَا َو َميِّتِنَا َو َشا ِه ِدنَا َوغَائِبِنَا َو
ِ ُ اَللَّهُ َّم الَ تَحْ ِر ْمنَا أَجْ َرهُ َوالَ ت، َو َم ْن ت ََوفَّ ْيتَهُ ِمنَّا فَتَ َوفَّهُ َعلَى ْا ِإل ْي َما ِن.
ُضلَّنَا بَ ْع َده
“ya allah! Ampunilah kepada orang yang hidup di antara kami dan yang mati, orang
yang hadir di antara kami dan yang tidak hadir ,laki-laki maupun perempuan. Ya
allah! Orang yang engkau hidupkan di antara kami, hidupkan dengan memegang
ajaran islam, dan orang yang engkau matikan di antara kami, maka matikan dengan
memegang keimanan. Ya allah! Jangan menghalangi kami untuk tidak memper-oleh
pahalanya dan jangan sesatkan kami sepeninggalnya.” ( hr. Ibnu majah 1/480, ahmad
2/368, dan lihat shahih ibnu majah 1/251)
ْ فَا ْغفِر.ِّ َوأَ ْنتَ أَ ْه ُل ْال َوفَا ِء َو ْال َحق،ار ِ فَقِ ِه ِم ْن فِ ْتنَ ِة ْالقَب ِْر َو َع َذا،َارك
ِ َّب الن ِ َو َحب ِْل ِج َو، َاَللَّهُ َّم إِ َّن فُالَنَ ْبنَ فُالَ ٍن فِ ْي ِذ َّمتِك
ِ ك أَ ْنتَ ْال َغفُوْ ُر الر
َّح ْي ُم َ َّلَهُ َوارْ َح ْمهُ إِن.
“ya, allah! Sesungguhnya fulan bin fulan dalam tanggunganmu dan tali
perlindunganmu. Peliharalah dia dari fitnah kubur dan siksa neraka. Engkau adalah
maha setia dan maha benar. Ampunilah dan belas kasihanilah dia. Sesungguhnya
engkau, tuhan yang maha pengampun lagi penyayang.” (hr. Ibnu majah. Lihat shahih
ibnu majah 1/251 dan abu dawud 3/21)
َوإِ ْن َكانَ ُم ِس ْيئًا، إِ ْن َكانَ ُمحْ ِسنًا فَ ِز ْد فِ ْي َح َسنَاتِ ِه، َوأَ ْنتَ َغنِ ٌّي ع َْن َع َذابِ ِه،ك َ ِك َوابْنُ أَ ْمت
َ ِك احْ تَا َج إِلَى َرحْ َمت َ اَللَّهُ َّم َع ْب ُد
ُْفَتَ َجا َو ْز َعنه.
Cara menguburkan
Disunnahkan membawa jenazah dengan usungan jenazah yang di panggul di atas pundak dari
keempat sudut usungan.
Para pengiring tidak dibenarkan untuk duduk sebelum jenazah diletakkan, sebab rasulullah
shallallahu ‘alaihi wassalam telah melarangnya.
Disunnahkan mendalamkan lubang kubur, agar jasad si mayit terjaga dari jangkauan binatang
buas, dan agar baunya tidak merebak keluar.
Lubang kubur yang dilengkapi liang lahad lebih baik daripada syaq. Dalam masalah ini
rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“liang lahad itu adalah bagi kita (kaum muslimin), sedangkan syaq bagi selain kita (non
muslim).” (hr. Abu dawud dan dinyatakan shahih oleh syaikh al-albani dalam “ahkamul
janaaiz” hal. 145)
Lahad adalah liang (membentuk huruf u memanjang) yang dibuat khusus di dasar kubur
pada bagian arah kiblat untuk meletakkan jenazah di dalamnya.
Syaq adalah liang yang dibuat khusus di dasar kubur pada bagian tengahnya (membentuk
huruf u memanjang).
BIMBINGAN PENGURUSAN JENAZAH, AGUSTUS 2017
6
– jenazah dimasukkan ke dalam kubur. Disunnahkan memasukkan jenazah ke liang lahat dari
arah kaki kuburan lalu diturunkan ke dalam liang kubur secara perlahan. Jika tidak
memungkinkan, boleh menurunkannya dari arah kiblat.
Disunnahkan membaringkan jenazah dengan bertumpu pada sisi kanan jasadnya (dalam
posisi miring) dan menghadap kiblat sambil dilepas tali-talinya selain tali kepala dan kedua
kaki.
– tidak perlu meletakkan bantalan dari tanah ataupun batu di bawah kepalanya, sebab tidak
ada dalil shahih yang menyebutkannya. Dan tidak perlu menyingkap wajahnya, kecuali bila si
mayit meninggal dunia saat mengenakan kain ihram sebagaimana yang telah dijelaskan.
– setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahad dan tali-tali selain kepala dan kaki
dilepas, maka rongga liang lahad tersebut ditutup dengan batu bata atau papan kayu/bambu
dari atasnya (agak samping).
– lalu sela-sela batu bata-batu bata itu ditutup dengan tanah liat agar menghalangi sesuatu
yang masuk sekaligus untuk menguatkannya.
– disunnahkan bagi para pengiring untuk menabur tiga genggaman tanah ke dalam liang
kubur setelah jenazah diletakkan di dalamnya. Demikianlah yang dilakukan rasulullah
shallallahu ‘alaihi wassalam. Setelah itu ditumpahkan (diuruk) tanah ke atas jenazah tersebut.
– hendaklah meninggikan makam kira-kira sejengkal sebagai tanda agar tidak dilanggar
kehormatannya, dibuat gundukan seperti punuk unta, demikianlah bentuk makam rasulullah
shallallahu ‘alaihi wassalam (hr. Bukhari).
– kemudian ditaburi dengan batu kerikil sebagai tanda sebuah makam dan diperciki air,
berdasarkan tuntunan sunnah nabi shallallahu ‘alaihi wassalam (dalam masalah ini terdapat
riwayat-riwayat mursal yang shahih, silakan lihat “irwa’ul ghalil” ii/206). Lalu diletakkan
batu pada makam bagian kepalanya agar mudah dikenali.
– haram hukumnya menyemen dan membangun kuburan. Demikian pula menulisi batu nisan.
Dan diharamkan juga duduk di atas kuburan, menginjaknya serta bersandar padanya. Karena
rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah melarang dari hal tersebut. (hr. Muslim)
Referensi/rujukan:
1. Pengurusan jenazah oleh al imam muhyidiin muhammad al barkawi & wizaratu asy
syu’uni al islamiyati wal auqafi wad da’wati wal irsyadi (departemen agama islam, urusan
waqaf, dakwah dan pengajaran) – riyadh, kerajaan saudi arabia. Penerjemah: abu yahya,
penerbit: maktabah al-ghuroba’, cet. Pertama, mei 2010.
2. Shalat jenazah disertai dengan tata cara mengurusnya oleh syaikh abdullah bin
abdurrahman al jibrin, penerjemah: abu ihsan al-maidani al-atsari, penerbit: at-tibyan, cet.
Kedua, maret 2001.
milik Allah dan kami akan kembali kepada-Nya). Ya Allah, bagiku itu adalah musibah dari-
Mu, maka berilah pahala kepada kami dan gantilah untukku yang lebih baik dalam musibah
ini'." (Shahih: Ibnu Majah) , juga diriwayatkan Muslim
ال ا ْغ ِس لَْن َها ثَاَل ثًا أ َْو ِ ِ ِ ُ َت َد َخل َعلَينَا رس ِ
َ صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم ح
ْ َين ُت ُو ِّفي
َ ت ْابنَتُهُ َف َق َ ول اللَّه ُ َ ْ َ ْ َع ْن أ ُِّم َعطيَّةَ قَال
ورا أ َْو َش ْيئًا ِم ْن َك افُو ٍر فَِإ َذا ِ ِ ِ ك بِم ٍاء و ِس ْد ٍر واجعل ِ َ َِخ ْم ًس ا أ َْو أَ ْك َث َر ِم ْن َذل
ً ُْن في اآْل خ َرة َك اف َ َْ َ َ َ َ ك إِ ْن َرأ َْيتُ َّن َذل
ُال أَ ْش ِع ْر َن َها إِيَّاه ِ ََفر ْغتُ َّن ف
َ آذنَّنِي َفلَ َّما َف َر ْغنَا آذَنَّاهُ فَأَ ْعطَانَا َح ْق َوهُ َف َق َ
Dari Ummu Athiyah, ia berkata: Ketika putri Rasulullah SAW meninggal, beliau datang
kepada kami dan bersabda, "Siramlah tiga kali, atau lima kali, atau lebih dari itu —jika
kalian pandang itu perlu— dengan air (bercampur bunga) bidara. Jadikanlah yang terakhir
(air bercampur) dengan kapur barus, atau bahan seperti kapur barus; jika kalian sudah
selesai memandikannya, beri tahu saya" Setelah selesai memandikannya, kami beritahukan
beliau, kemudian beliau memberikan kain kepada kami dan bersabda, "Tutuplah dengan kain
ini. " (Shahih: Ibnu Majah) Juga (Muttafaq 'Alaih).
ب َي ْو ًم ا فَ َذ َك َر َر ُجاًل ِم ْن ِ
َ َص لَّى اللَّهُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم أَنَّهُ َخط َ ِّث َع ْن النَّبِ ِّيُ َج ابَِر بْ َن َع ْب ِد اللَّ ِه يُ َح د
ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم أَ ْن ُي ْقَب َر ِ ِ
َ ض فَ ُك ِّف َن في َك َف ٍن غَْي ِر طَائ ٍل َوقُبِ َر لَْياًل َف َز َج َر النَّبِ ُّي
ِ
َ َِص َحابِه قُب ْأ
صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم َ ال النَّبِ ُّي
َ َك َوق َ ِسا ٌن إِلَى ذَل ِ ْ َصلَّى َعلَْي ِه إِاَّل أَ ْن ي
َ ْضطََّر إن َ ُالر ُج ُل بِاللَّْي ِل َحتَّى ي
َّ
َُخاهُ َفلْيُ ْح ِس ْن َك َفنَه َ إِذَا َك َّف َن أ
َ َح ُد ُك ْم أ
Dari Jabir bin Abdullah, ia memberitahukan Nabi SAW bahwa pada suatu hari ia telah
berkhitbah. Kemudian Jabir menyebutkan kepada beliau bahwa semalam ada di antara
sahabat beliau meninggal yang dibungkus dengan kain kafan yang tidak panjang dan
dikuburkan di malam hari. (Mendengar berita dari Jabir ini) kemudian Rasulullah SAW
mencerca sikap penguburan di malam hari tersebut sehingga mayat di shalati (terlebih
dahulu), kecuali penguburan itu dalam kondisi darurat. Nabi SAW bersabda, "Jika kalian
mengkafani Mayat, maka perbaguslah kain kafannya. " (Shahih:Muslim)
Dari Aisyah, ia berkata: Kain kafan Rasulullah SAW terdiri dari tiga kain selimut dari Yaman
berwarna putih tanpa baju kurung dan tanpa serban. {Shahih: Muttafaq 'Alaih)
Dari Abu Ali Al Hamdani, ia berkata: Kami bersama Fadhalah bin Ubaid di daerah Rudis,
Romawi. Seorang temanku meninggal dan Fadhalah memerintahkan untuk di kuburkan, lalu
dia ratakan tanah kubur tersebut. Kemudian Fadhalah berkata, "Saya mendengar Rasulullah
SAW memerintahkan supaya tanah (gundukan) kubur itu diratakan." (Shahih)
Usai Penguburan, Hendaknya Memohonkan Ampunan Untuk Mayat Sebelum
Beranjak Meninggalkan Kubur
ِ ال اس تغْ ِفروا أِل ِ َ َت وق ِ ِ َ ال َك ا َن النَّبِ ُّي ص لَّى اللَّه علَي ِه وس لَّم إِذَا َف ر
َ ََع ْن عُثْ َم ا َن بْ ِن َع َّفا َن ق
َخي ُك ْم ُ َ ْ َ ف َعلَْي ه َف َق َ ِّغ م ْن َدفْ ِن ال َْمي َ َ ََ َْ ُ َ
ِ ِوسلُوا لَهُ بِالتَّثْب
ُ يت فَِإنَّهُ اآْل َن يُ ْسأ
َل ََ
Dari Utsman bin Affan, ia berkata: Ketika proses pemakaman mayat selesai, Rasulullah
SAW berhenti sejenak (sebelum meninggalkan kubur), beliau bersabda, "Beristighfarlah
(mohonkanlah ampunan) untuk saudara kalian (ini) dan mohonkanlah keteguhan iman
untuknya, sesungguhnya ia sekarang ini sedang ditanyai (malaikat). " (Shahih)
Mendirikan Bangunan di Atas Pekuburan
ص َو ُي ْبنَى َعلَْي ِه َّ صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َن َهى أَ ْن َي ْقعُ َد َعلَى الْ َق ْب ِر َوأَ ْن ُي َق
َ ص
ِ َ ت رس
َ ول اللَّه ِ ُ جابِرا ي ُق
ُ َ ُ ول َسم ْع َ ً َ
Dari Jabir, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW melarang duduk di atas (tanah)
kubur, menulis atau mendirikan bangunan di atasnya. {Shahih: Muslim)
ِ َعن جابِ ٍر بِ َه َذا الْح ِد
يث َ َ ْ
Dari Jabir Ra... dengan redaksi hadits di atas.
ب َعلَْي ِه
َ َوسى أ َْو أَ ْن يُ ْكت َ اد َعلَْي ِه َو َز
َ اد ُسلَْي َما ُن بْ ُن ُم َ أ َْو ُي َز
Dalam riwayat lain, terdapat redaksi tambahan, "Atau (lokasi) kuburnya ditambah." Sedang
dalam riwayat lain terdapat tambahan, "Atau dipasang tulisan." {Shahih) sumber yang sama.
ِ ود اتَّ َخ ُذوا ُقبور أَنْبِيائِِهم مس
اج َد ََْ َ َ ُ َ َصلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق
َ ال قَاتَ َل اللَّهُ الَْي ُه ِ َ َن رس
َ ول اللَّه ُ َ َّ َع ْن أَبِي ُه َر ْي َر َة أ
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Allah SWT memberikan laknat
kepada orang-orang Yahudi (karena) mereka menjadikan kubur nabi-nabi mereka sebagai
masjid. " (Shahih)