Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HIPNOTIS DAN TERAPI INTERPERSONAL

DISUSUN OLEH:

ELIZA FITRI RAHMANIA (11736064)

ISTI APRYANTI (11736042)

ILMA KARMILA (11736065)

PUTRI NANDA RIYANA (11736050)

MATA KULIAH PSIKOLOGI KESEHATAN

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS USHULUDIN, ADAB, DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

TAHUN 2019/2020

i
DAFTAR ISI

Contents
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Makalah...........................................................................................................1
C. Tujuan Masalah...............................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
A. Konsep Hipnosis dan Hipnotis........................................................................................2
B. Jenis-JenisHipnosis.........................................................................................................5
1. Stage Hypnosis............................................................................................................5
2. Anodyne Awareness....................................................................................................5
3. Forensic hypnosis........................................................................................................5
4. Metaphysical Hypnosis...............................................................................................6
5. Clinical HypnosisatauHypnotherapy...........................................................................6
C. FisiologisHipnosis...........................................................................................................6
a. Pola gelombang otak...................................................................................................6
b. Beta..............................................................................................................................7
c. Alfa..............................................................................................................................7
d. Theta............................................................................................................................7
e. Delta............................................................................................................................7
f. Aktivasi sistem saraf parasimpatik..............................................................................8
D. KonsepTerapi Interpersonal............................................................................................8
a. Sejarah dan pengertian Psikoterapi Interpersonal.......................................................8

ii
b. Masalah Interpersonal Sebagai Framework dan Proses Perubahan Pada IPT..........11
c. Kerangka Kerja Interpersonal yang Menghasilkan Proses Perubahan......................11
PENUTUP................................................................................................................................12
a. Kesimpulan...................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Makalah
Adapun rumusan makalah yang kami buat, yaitu sebagai berikut:
a. Apa konsep hipnosis dan hipnotis?
b. Apa saja jenis-jenis hipnosis?
c. Bagaimana fisiologis hipnosis?

C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan masalah yang kami buat, yaitu sebagai berikut:
a. Mengetahui konsep hipnosis dan hipnotis.
b. Mengetahuijenis-jenis hipnosis.
c. Mengetahuifisiologis hipnosis.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Hipnosis dan Hipnotis


Selama ini, hipnosis lebih dikenal masyarakat dengan istilah hipnotis.
Keduanya terdengar hampir sama, namun arti yang dikandung sedikit berbeda.
Hipnosis merupakan kondisi seseorang dimana ia merasa rileks, tenang, fokus, dan
berada di bawah pengaruh sugesti. Pada saat hipnosis terjadi, gelombang otak
seseorang berada di gelombang alpha atau theta sehingga ia menjadi sangat tenang.
Hipnosis juga bisa disebut sebagai seni atau ilmu komunikasi dengan alam
bawah sadar yang dapat mempengaruhi orang dan dapat memprogram orang. Menurut
Human Service Division US Department of Education, hipnosis adalah metode untuk
menembus faktor kritis pikiran sadar dan diikuti dengan diterimanya pemikiran atau
sugesti tertentu. Segala komunikasi yang berhasil merupakan hipnosis. Sementara itu,
hipnotis merujuk pada orang yang melakukan hipnosis(O-bee 8,5, 2016: 2).
Secara bahasa, hipnosis berasal dari kata hipnos yang merupakan nama dewa
tidur orang Yunani. Sejak ribuan tahun sebelum Masehi, hipnosis sudah dikenal oleh
manusia. Penggunaannya ada dalam doa, kidung, mantra, atau kata-kata yang
berulang-ulang. Orang-orang yang dibacakan kidung, matra, atau kata-kata tersebut
misalnya, dapat disembuhkan dari penyakitnya.
Pada tahun 1842, dr. James Braid, ahli saraf keturunan Skotlandia
memperkenalkan istilah hipnosis, yang diambil dari bahasa Yunani. Dia adalah orang
yang pertama kali menyatakan hipnosis adalah suatu fenomena psikis dan bukan
fenomena mistis. Menrutnya apabila terdapat kesembuhan seseorang atas suatu
penyakit, bukan disebabkan oleh kekuatan mistis mantra, kidung, atau doa tersebut,
melainkan sugesti yang diberikan kepadanya. Kemudian dr. Ambriose Liebeaut, yang
dikenal sebagai bapak hipoterapi modern, dan Bernheim mengembangkan seni
hipnosis untuk menyembuhkan (O-bee 8,5, 2016: 4).
Milton Erickson (1901-1980) seorang psikiater Amerika, adalah salah satu
orang yang mempraktikkannya. Ia mengatakan dalam proses hipnosis, yang
menentukan keberhasilan adalah subjek atau klien karena mereka yang dapat
memahami dan mengikuti apa yang terapisnya katakan. Erickson mengatakan hipnotis

2
adalah proses yang wajar dan hipnosis tidak akan berhasil jika hal itu bertentangan
dengan keinginan klien atau subjek.
Dalam psikologi, Sigmund Freud merupakan tokoh psikoanalisa yang
mengggaskan teknik hipnosis sebagai alternatif pengobatan bagi para pasiennya.
American Psychological Association (APA) pun menyebutkan bahwa hipnosis
merupakan sebuah teknik terapeutik dimana terapis membuat sugesti kepada individu
yang tengah menjalani prosedur tertentu sehingga mereka rileks dan fokus (O-bee 8,5,
2016: 5-6).
Definisi hipnosis menurut Divisi ke-30 APA yaitu hipnosis pada umumnya
terkait dengan pengenalan sebuah prosedur selama subjek tersebut disugesti untuk
mengalami suatu pengalaman imajinatif. Induksi hipnosis merupakan sugesti inisial
yang luas menggunakan imajinasi seseorang dan mungkin mengandung perincian
lebih lanjut pada introduksinya. Sebuah prosedur hipnosis biasanya digunakan untuk
memberikan dukungan dan mengevaluasi respon sugesti. Ketika menggunakan
hipnosis, seseorang (subjek) dipimpin oleh orang lain (hypnotist) untuk memberikan
respon terhadap sugesti untuk berubah pada pengalaman subjektifnya, perubahan
persepsi, sensasi, emosi, pikiran atau tingkah laku. Orang tersebut dapat juga
mempelajari hipnosis diri sendiri (self hypnosis) yang merupakan tindakan untuk
mengatur prosedur hipnosis atas kemauan orang tersebut. Jika subjek berespon
terhadap sugesti hipnotis, umumnya menandakan bahwa hipnosis telah berhasil
dilakukan. Banyak pihak meyakini bahwa respon hipnosis dan pengalaman
merupakan karakteristik keadaan hipnosis. Di lain pihak, diyakini bahwa penggunaan
kata ‘hipnosis’ tidak diperlukan sebagai bagian dari induksi hipnotik, sedangkan pihak
lain meyakini bahwa hal tersebut penting.
Detail prosedur hipnotik dan sugesti akan berbeda, tergantung dari tujuan
praktisi dan kegunaan klinis atau penelitian. Prosedur tradisional melibatkan sugesti
untuk santai, walau relaksasi tidak perlu dilakukan untuk hipnosis dan variasi sugesti
yang luas dapat digunakan, termasuk sugesti yang membuat seseorang lebih waspada.
Sugesti yang menimbulkan perpanjangan waktu hipnotis harus dinilai dengan
membandingkan respon terhadap skala terstandardisasi yang digunakan pada keadaan
klinis dan penelitian. Ketika mayoritas individual berespon terhadap sekurang-
kurangnya beberapa sugest, kisaran nilai dari standardidasi dari nilai yg tinggi hingga
rata-rata. Secara tradisional, nilai dikelompokkan menjadi kategori rendah, sedang,
dan tinggi. Sebagaimana pada kasus dengan pengukuran skala positif pada konstruksi

3
psikologis, seperti perhatian, kewaspadaan, dan bukti tercapainya keadaan hipnosis
akan meningkatkan nilai individual (Definisi Resmi dari Devisi ke-30 APA). 
Definisi hipnosis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) adalah
keadaan seperti tidur karena sugesti, yang pada taraf permulaan orang itu berada di
bawah pengaruh orang yang memberikan sugestinya, tetapi pada taraf berikutnya
menjadi tidak sadar sama sekali. Hipnosis juga diartikan membuat atau menyebabkan
seseorang berada dalam keadaan hipnosis; berkenaan dengan hipnosis (KBBI).
Definisi hipnosis menurut Kamus Katolik modern. Hipnotisme merupakan
suatu fenomena yang menyebabkan tidur secara buatan, yang mengakibatkan sang
korban secara tidak normal dapat terbuka untuk mengikuti saran/sugesti. Subyek
hipnosis cenderung didominasi oleh ide-ide dan saran-saran dari yang meng-hipnotis,
ketika di induksi dengan sugesti atau sesudahnya. Menurut prinsip-prinsip Gereja
Katolik, hipnotisme sendiri tidak salah, sehingga penggunaannya di dalam kondisi-
kondisi tertentu diizinkan. Namun karena hipnotisme mencabut sang subyek, atau
pasien, dari penggunaan akal budi dan kehendak bebasnya secara penuh, maka
diperlukan sebuah sebab yang dapat dipertanggungjawabkan untuk memperbolehkan
hipnotis ini dipraktikkan. (Anggriawan, n.d.)
Lagipula, karena hipnotisme meletakkan keinginan subyek/pasien di dalam
kuasa dari yang menghipnotis, maka diperlukan tindakan-tindakan pencegahan untuk
menjaga kebaikan subyek/pasien, dan untuk melindunginya dan orang lain terhadap
bahaya menjadi bersalah karena tindakan-tindakan yang dapat melukai. Untuk alasan-
alasan yang genting, seperti untuk menyembuhkan seorang pemabuk atau seseorang
dengan kelainan yang kompleks ingin bunuh diri, adalah sah untuk menerapkan
hipnotisme, asalkan dengan tindakan pencegahan bahwa hal itu diadakan dengan
kehadiran seorang saksi yang dapat dipercaya, dengan seorang ahli hipnotis yang
sungguh-sungguh kompeten dan jujur serta tulus. Izin dari subyek/pasien juga harus
ada. Beberapa dokumen dari the Takhta Suci menetapkan norma-norma yang harus
diikuti di dalam penggunaan hipnotisme. (Rudianti et al., 2013)
Sebagai sebuah metode untuk menyentuh alam bawah sadar manusia pada
umumnya dan sebagai pengobatan alternatifpada khususnya, hipnosis banyak dipakai
oleh para praktisi, kesehatan mental, pskiater, psikolog, dan konselor. Meski
demikian, pemanfaatan hipnosis tidak terbatas hanya untuk yang sedang menjalani
terapi. Hipnosis dapat digunakan di dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari
komunikasi, pendidikan, marketing dan sebagainya. Pada dasarnya hipnosis akan
4
berguna pada saat seseorang memasukkan sugesti atau mempengaruhi seseorang. Hal
ini karena hipnosis mampu menjadi jalan untuk mengakses alam bawah sadar manusia
sehingga sugesti yang diberikan kepadanya akan lebih mudah diterima. Saat sugesti
diterima, mereka dapat lebih mudah diubah persepsi dan perilakunya sesuai dengan
sugesti yang diberikan.
Hipnosis adalah fenomena mental alami. Setiap manusia normal punya
kemampuan untuk mengalami hipnosis. Anda dapat menolak hipnosis dengan cara
mengabaikan semua yang dikatakan hipnotist. Seperti halnya anda bisa menolak
untuk terharu oleh cerita yang sedih dalam film dengan cara memikirkan hal lain
ketika menonton film.

D. Jenis-JenisHipnosis
Jenis-jenis hipnosis dibagi menjadi lima yaitu sebagai berikut:
1. Stage Hypnosis
Stage hypnosis adalah hipnosis yang digunakan untuk pertunjukan hiburan,
dalam stage hypnosis, hipnotis memilih subjek dari antara penonton, yang setelah
melewati serangkaian uji sugestibilitas, membuat subjek tersebut masuk ke dalam
kondisi trance.Kemudian hipnotis memberikan “program” yang akan dijalankan
setelah subjek bangun atau sadar dari kondisi trance.Program yang dimasukan
biasanya “aneh-aneh” dan tidak masuk akal, misalnya seorang pria mengaku hamil,
handphone jadi sepatu, menjadi penyayi terkenal, dan sebagainya (Haerana &
Ridwan, 2015)
2. Anodyne Awareness
Anodyne Awarenessadalahaplikasihipnosis untuk mengurangi rasa sakit fisik
dan kecemasan. Banyak dokter, tenaga medis, perawat, dan dokter gigi
menggunakan teknik anodyneuntuk membantu pasien menjadi rileks dengan sangat
cepat dan mengurangi rasa sakit dengan mental anastesi. (Hutagalung, n.d.)
3. Forensic hypnosis
Forensic hypnosisadalah penggunaan hipnosis sebagai alat bantu dalam
melakukan investigasi atau penggalian informasi dari memori. Sering kali, dalam
suatu kejadian yang mempuyai muatan emosi negatif tinggi, misalnya dalam kasus
kejahatan, orang mengalami “lupa ingatan” akan kejadian tersebut. Hal itu terjadi
karena pikiran bawah sadar menyembuyikan informasi traumatik sehingga tidak

5
dapat diakses oleh pikiran sadar, dengan tujuan agar pengalaman buruk itu tidak
lagi diingat.
Metaphysical Hypnosis
Metaphysical Hipnosis adalah aplikasi hipnosis dalam meneliti berbagai
fenomena metafisik. Jenis hipnosis ini bersifat eksperimental. Denganhipnosis,
seseorang akan dapat dengan angat cepat masuk ke kondisi rileks yang sangat
dalam (somnambulims), yang diukur dengan EEG akan menunjukan frekuensi
gelombang otak yang sangat rendah. (Keman, n.d.)
4. Clinical HypnosisatauHypnotherapy
Clinical Hypnosos atau Hypnotherapy adalah aplikasi hipnosis dalam
menyembuhkan masalah mental dan fisik (psikosomatis). Aplikasi dalam
pengobatan penyakit, antara lain depresi, kecemasan, fobia, stres, penyimpangan
perilaku mual dan muntah, nyeri, melahirkan, penyakit kulit, dan msih banyak lagi
(Gunawan, 2012:14).

E. FisiologisHipnosis
Fisiologis dalam hipnosis yaitu sebagai berikut:
a. Pola gelombang otak
Setiap orang punya pola gelombang yang unik dan selalu konsisten. Keunikan
itu tampak pada komposisi ke empat jenis gelombang pada saat tertentu.
Komposisi gelombang otak itu menentukan tingkat kesadaran seseorang. Meskipun
pola gelombang otak ini unik, tidak berarti akan selalu sama sepanjang waktu. Kita
dapat secara sadar, dengan teknik tertentu, mengembangkan komposisi gelombang
otak agar bermanfaat bagi diri kita. Frekuensi impuls menentukan jenis gelombang
otak yaitu Beta, Alfa, Theta,danDelta. Jenisatau kombinasi dari jenis gelombang
otak menentukan kondisi kesadaran pada satu saat (Gunawan, 2012:54).
Sistem Limbic salah saatu bagian otak yang berada pada bagian atas batang
otak dan di bawah korteks. Adapun peran-peranan dari struktur sistem limbik itu
sendiri antara lain banyak terlibat dengan fungsi emosi seperti perasaan senang
yang berhubungan dengan kelangsungan hidup, pengalaman seksual, motivasi
yang ada pada diri manusia, learning, fungsi neuroendokrindan aktivitas
autonomidan memoryyang nantinya akan mempengaruhi mekanisme tingkah laku
individu. Sehingga nantinta sistem limbik juga memiliki peran dalam fungsi-fungsi

6
seperti flight or fight, homoestatis, self-maintenance, napsu makan, dan seksualitas,
dapat dikatakan bahwa sistem limbic merupakan nyawa yang menentukan
bagaimana individu tersebut hidup dan berperilaku di lingkunganya (Muttaqin,
2012:16).
b. Beta
Beta adalah gelombang otak yang frekuensinya paling tinggi. Beta dihasilkan
oleh proses berfikir secara sadar. Beta terbagi menjadi tiga bagian, yaitu beta
rendah 12-15 Hz, beta 16-20 Hz, dan beta tinggi 21-40 Hz. Gelombang beta
memungkinkan seseorang memikirkan sampai 9 obyek secara bersamaan
(Gunawan, 2012:55).
c. Alfa
Alfa adalah jenis gelombang yang frekuensinya sedikit lebih lambat
dibandingkan beta, yaitu 8-12 Hz. Alfa berhubungan dengan kondisi pikiran yang
rileks dan santai. Dalam kondisi alfa, pikiran dapat melihat gambaran mental
secara sangat jelas dan dapat merasakan sensasi dengan lima indra dari apa yang
terjadi atau dilihat dalam pikiran. Alfa adalah pintu gerbang bawah sadar
(Gunawan, 2012:56).
d. Theta
Theta adalah gelombang otak, pada kisaran frekuensi 4-8 Hz, yang dihasilkan
oleh pikiran bawah sadar (subconscious mind). Theta muncul saat kita bermimpi
dan saat terjadi REM (rapid eye movement). Pikiran bawah sadar menyimpan
memori jangka panjang kita dan juga merupakan gudang inspirasi kreatif. Selain
itu, pikiran bawah sadar juga menyimpan materi yang berasal dari kreativitas yang
ditekan atau tidak diberi kesempatan untuk muncul ke permukaan dan materi
psikologis yang ditekan. Meskipun kita dapat masuk ke theta dan mengakses
berbagai materi yang tersimpan di sana, bila tidak dibantu dengan gelomabang alfa
dan beta. Semua materi yang berhubungan dengan emosi, baik itu emosi positif
maupun negatif, tersimpan dalam pikiran bawah sadar (Gunawan, 2012:57).
e. Delta
Delta adalah gelombang otak yang paling lambat, pada kisaranya frekuensi
0,1-4 Hz, dan merupakan frekuensi dari pikiran unconscious mind. Pada saatkita
tidur lelap, otakhanya menghasilkan gelombang delta agar kita dapat istirahat dan
memulihkan kondisi fisik. Delta juga memberikan kebijakan dengan level
kesadaran psikis yang sangat dalam (Gunawan, 2012:58)

7
f. Aktivasi sistem saraf parasimpatik
Dalam diri manusia, sebagaimana berlaku pada semua mamalia, terdapat dua
sistem saraf yaitu saraf pusat dan sistem saraf otonom. Sistem saraf pusat mengatur
respons motorik hingga impresi sensori melalui otak dan saraf pada tulang
belakang. Sistem saraf otonom mengatur sistem internal,yang biasanya merupakan
gerak yang di luar kendali pikiran sadar. Yang termasuk dalam kendali sistem saraf
otonom, antara lain adalah detak jantung sitem pecernaan, dan aktivitas kelenjar.
Sistem saraf otonom terbagi menjadi dua bagian, yang cara kerjanya saling
bertolak belakang. Sistem pertama adalah sistem saraf simpatik, yang bertanggung
jawah bersifat darurat.
Misalnya jantung berdetak lebih cepat dan lebih kuat, tekanan darah
meningkat, atau pernafasan menjadi lebih cepat. Penyebab sistem sarafsimpatik
aktif karena respon dari perasaan takut dan tegang diterjemahkan sebagai suatu
kondisi darurat dan tubuh manusia, secara refleks, menyimpan diri untuk
memberikan respon lawan. Sebaliknya kerja sistem saraf parasimpatik
mengakibatkan detak jantung melambat, tekanan darah turun, dan respon insting
dari kondisi istirahat dan relaksasi (Muttaqin, 2012:31).
Respons parasimpatik mengakibatkan kita menajadi lebih tenang dan nyaman,
semua itu bertujuan untuk menghambat energi tubuh. Kedua sistem saraf,
simpatikdan parasimpatik, tidak bisa aktif bersamaan. Saat proses hipnosis
dilakukan, yang terjadi sebenarnya adalah hipnosis mengaktifkan sistem saraf
parasimpatik klien sehingga klien menjadi sangat rileks dan nyaman. Hal ini sangat
bermanfaat dalam melakukan terapi karena subjek akan tetap rileks (Gunawan,
2012:91).

F. KonsepTerapi Interpersonal
a. Sejarah dan pengertian Psikoterapi Interpersonal
Awalnya bernama terapi "kontak tinggi", IPT pertama kali dikembangkan pada
tahun 1969 di Universitas Yale sebagai bagian dari studi yang dirancang oleh Gerald
Klerman, Myrna Weissman dan rekannya untuk menguji kemanjuran antidepresan
dengan dan tanpa psikoterapi sebagai perawatan perawatan depresi (Markowitz :1998). 
IPT telah dipelajari dalam banyak protokol penelitian sejak pengembangannya. NIMH-
TDCRP menunjukkan kemanjuran IPT sebagai perawatan pemeliharaan dan
menggambarkan beberapa faktor yang berkontribusi.

8
IPT dipengaruhi oleh CBT dan juga pendekatan psikodinamik. Dibutuhkan
strukturnya dari CBT karena terbatas waktu, mempekerjakan pekerjaan rumah ,
dan wawancara terstruktur dan alat penilaian. Isi terapi IPT terinspirasi oleh teori
lampiran dan psikoanalisis interpersonal Harry Stack Sullivan . Teori sosial juga
dipengaruhi dalam peran yang lebih rendah untuk menekankan pada dampak
kualitatif jaringan dukungan sosial untuk pemulihan.  Tidak seperti pendekatan
psikodinamik, IPT tidak memasukkan teori kepribadian atau upaya untuk
membuat konsep atau memperlakukan kepribadian tetapi berfokus pada aplikasi
humanistik dengan sensitivitas interpersonal. 
Teori Lampiran , membentuk dasar untuk memahami kesulitan hubungan
pasien, skema lampiran dan fungsi optimal ketika kebutuhan lampiran
dipenuhi.Teori Interpersonal , menjelaskan cara-cara di mana pola komunikasi
maladaptif pasien ( Afiliasi & Inklusi rendah ke tinggi dan dominan ke Status
tunduk ).  Menyebabkan atau membangkitkan kesulitan dalam hubungan
interpersonal mereka di sini dan sekarang.Tujuan IPT adalah untuk membantu
pasien meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal dan intrapersonal
dalam hubungan dan untuk mengembangkan jaringan dukungan sosial dengan
harapan realistis untuk menangani krisis yang dipicu dalam kesusahan dan untuk
menghadapi 'badai interpersonal'.
Psikoterapi Interpersonal ( IPT ) adalah psikoterapi singkat, yang berfokus
pada kelekatan yang berpusat pada penyelesaian masalah interpersonal dan
pemulihan gejala. Ini adalah pengobatan yang didukung secara empiris (EST)
yang mengikuti pendekatan yang sangat terstruktur dan terbatas waktu dan
dimaksudkan untuk selesai dalam 12-16 minggu. IPT didasarkan pada prinsip
bahwa hubungan dan peristiwa kehidupan memengaruhi suasana hati dan
sebaliknya juga benar.  
Ini dikembangkan oleh Gerald Klerman dan Myrna
Weissman untuk depresi berat pada 1970-an dan sejak itu telah diadaptasi
untuk gangguan mental lainnya. IPT adalah intervensi yang divalidasi secara
empiris untuk gangguan depresi, dan lebih efektif jika digunakan dalam
kombinasi dengan obat-obatan psikiatrik. Seiring dengan terapi perilaku
kognitif (CBT), IPT direkomendasikan dalam pedoman pengobatan sebagai
pengobatan psikososial pilihan,  dan IPT dan CBT adalah satu-satunya intervensi

9
psikososial di mana penduduk psikiatri di Amerika Serikat diberi mandat untuk
dilatih untuk praktik profesional (Hall, Judith A; 2019).
Terapi Interpersonal berfokus pada perilaku dan interaksi pasien memiliki
dengan keluarga dan teman-teman. Tujuan utama dari terapi ini adalah untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi dan meningkatkan harga diri selama
periode waktu yang singkat. Ini biasanya berlangsung tiga sampai empat bulan
dan dapat memberikan hasil yang lebih efektif untuk depresi yang disebabkan
oleh karena berkabung, konflik hubungan, peristiwa besar dalam hidup, dan
isolasi sosial.
Psikoterapi tidak hanya terapi interpersonal saja, tetapi ada juga terapi
perilaku kognitif, terapi psikoanalitik, terapi kognitif analitik, terapi humanistik,
dan terapi sistemik. Pemilihan jenis psikoterapi akan disesuaikan dengan kondisi
dan kebutuhan pasien, tentunya setelah dilakukan pemeriksaan menyeluruh oleh
psikiater maupun psikolog.Anda bisa berkonsultasi dahulu dengan psikiater
ataupun psikolog agar bisa dilakukan pemeriksaan dan diberikan psikoterapi yang
tepat. Anda bisa mengunjungi rumah sakit tipe A atau B di poli kejiwaan untuk
berkonsultasi dengan psikiater ya.
Terapi ini fokus pada hubungan pasien dengan orang lain, dan bagaimana
depresi memengaruhi kemampuan pasien dalam berhubungan dan berkomunikasi
dengan pasangan, teman, keluarga, dan lainnya. Itulah sebabnya terapi ini fokus
pada orang yang mengalami depresi. Biasanya jangka waktu terapi berlangsung
hingga 20 minggu. Setelah melewati tahapan uji coba untuk mengindentifikasi
masalah, terapi berikutnya fokus pada peningkatan kemampuan interpersonal
pasien. Terapi jenis ini mengharuskan pasien melakukan tugas tertentu atau terapi
berorientasi.
Interpersonal Therapy (IPT) telah terbukti efektif untuk mengatasi
gangguan mood dan gangguan yang lainnya, tetapi sangat sedikit diketahui
bagaimana IPT bekerja. Model IPT pada pasien merupakan integrasi dari teori
Sullivan, Bowlby, dan yang lainnya yang didalamnya berpedoman pada
penanganan stres, pendukung sosial dan penyakit untuk mengetahui isi pikir
pasien yang memicu dan menjadian ia gangguan psikiatri. IPT mencakup terapi
sekitar masalah interpersonal pada kehidupan yang dialami oleh pasien, seperti
krisis yang dialami saat ini atau rusaknya hubungan yang menyebabkan pecahnya
dukungan sosial dan peningkatan stres interpersonal. IPT merubah beberapa

10
interpersonal yang meliputi 1) meningkatkan dukungan sosial, 2) menurunkan
stres interpersonal, 3) memfasilitasi proses emosional dan 4) meningkatkan
keahlian interpersonal. Akan dijelaskan bagaimana IPT merubah gejala psikiatri
yang terjadi pada pasien. Untuk kedepannya diperlukan uji coba dengan clinical
trial dari IPT ini.IPT ini adalah terapi fokus singkat kepada hubungan personal
pasien dan interaksinya dengan yang lain. IPT ini sangat efektif untuk mengatasi
depresi dan terdapat evidenceia dapat menurunkan gejala depresi pada pasien
kanker, tetapi sedikit diketahui bagaimana dan mengapa ia dapat mengatasi itu.

b. Masalah Interpersonal Sebagai Framework dan Proses Perubahan Pada IPT.

IPT memfokuskan terapi pada masalah interpersonal pada kehidupan


yang dialami pasien dan bertujuan untuk menghilangkan krisis yang
menyebabkan proses terjadinya perubahan interpersonal. Sesuai dengan dasar
dari prinsip psikoterapi, pada IPT dibedakan antara : a) therapy change process -
yaitu intervensi atau aspek dari terapi itu sendiri; b) klien-interpersonal change
process- awal dari perubahan pada perilaku klien itu sendiri, pengalaman klien
dan untuk IPT, konten interpersonalnya sebagai hasil langsung dari intervensi ini;
dan c) change mechanism, teori tahapan-tahapan dorongan yang menjelaskan
bagaimana hubungan proses ini dengan hasil yang akan terjadi. IPT membantu
pasien untuk menghilangkan masalah interpersonal yang menyebabkan terjadinya
masalah itu sendiri, merubah bagaimana hubungan pasien pada masalah yang
terjadi atau keduanya. Konsep kerja ini secara mendasar akan membedakan IPT
dengan model terapi lainnya, dimana ia mengidentifikasi masalah yang dialami
pasien dan mencari beberapa aspek masalah dari personalitas pasien, model
kelekatan, skema, dll. IPT mencoba tidak memperbaiki pasien tetapi membantu
pasien memperbaiki masalah pada konten interpersonalnya dan bagaimana
hubungan mereka pada masalah yang terjadi sehingga dapat membantu mereka
untuk meningkatkan situasi kehidupannya dan pulih dari gejala psikiatrinya.
c. Kerangka Kerja Interpersonal yang Menghasilkan Proses Perubahan.

Kerangka kerja dan proses mengatasi masalah interpersonal yang


mengakibatkan gejala psikiatri melalui mekanisme : 1) meningkatkan dukungan
sosial, 2) menurunkan stres interpersonal, 3) memfasilitasi proses emosi, 4)
meningkatkan keahlian interpersonal untuk menurunkan stres interpersonal. IPT
11
diharapkan mampu mengatasi masalah interpersonal dengan meningkatkan
dukungan sosial dan menurunkan stres interpersonal yang dapat dikonsep sebagai
efek menyeluruh dari mengatasi masalah pada kehidupan pasien. Mengatasi
masalah mengharuskan berhadapan dan memproses emosi dan mengekspresikan
ini dalam konteks interpersonal.

PENUTUP

a. Kesimpulan

IPT mengurangigejaladengan mentargetkan masalah interpersonal, yang


mengaktifasibeberapaperubahan interpersonal. Adapun fokus masalah yang diubah
secara interpersonal itu adalah berupa; 1) peningkatan dukungan sosial, 2)
menurunkan stres interpersonal, 3) memproses emosi yang meningkatdan 4)
meningkatkankeahlian interpersonal. IPT memfokuskanpadamasalahinterpersonal
yang jikadiatasimakaakandapatmemperbaikistres interpersonal dandukungan social
padasetiapharidalamkehidupan yang
pasienakanlaluisampaipasienmengakhirihidupnya.Interpersonal Therapy (IPT) telah
terbukti efektif untuk mengatasi gangguan mood dan gangguan yang lainnya, tetapi
sangat sedikit diketahui bagaimana IPT bekerja. Model IPT pada pasien merupakan
integrasi dari teori Sullivan, Bowlby, dan yang lainnya yang didalamnya berpedoman
pada penanganan stres, pendukung sosial dan penyakit untuk mengetahui isi pikir
pasien yang memicu dan menjadian ia gangguan psikiatri. IPT mencakup terapi
sekitar masalah Interpersonnal pada kehidupan yang dialami oleh pasien, seperti
krisis yang dialami saat ini atau rusaknya hubungan yang menyebabkan pecahnya
dukungan sosial dan peningkatan stres interpersonal. IPT merubah beberapa
interpersonal yang meliputi 1) meningkatkan dukungan sosial, 2) menurunkan stres
interpersonal, 3) memfasilitasi proses emosional dan 4) meningkatkan keahlian
interpersonal. Akan dijelaskan bagaimana IPT merubah gejala psikiatri yang terjadi
pada pasien.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anggriawan, N. (n.d.). PERAN FISIOLOGI OLAHRAGA DALAM MENUNJANG PRESTASI.

11.

Haerana, B. T., & Ridwan, M. (2015). PENINGKATAN PENGETAHUAN KOMPREHENSIF

HIV DAN AIDS MELALUI PEER GROUP. 7.

Hutagalung, D. N. (n.d.). PROSES KEPERAWATAN DALAM MELAKUKAN

DOKUMENTASI KEPERAWATAN. 8.

Keman, S. (n.d.). KESEHATAN PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN. 15.

Rudianti, Y., Handiyani, H., & Sabri, L. (2013). Peningkatan Kinerja Perawat Pelaksana

Melalui Komunikasi Organisasi di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit. Jurnal

Keperawatan Indonesia, 16(1), 25–32. https://doi.org/10.7454/jki.v16i1.16

13

Anda mungkin juga menyukai