Anda di halaman 1dari 3

ASUHAN KEPERAWATAN MASALAH KETIDAKSTABILAN KADR GULA

DARAH: HIPERGLIKEMIA PADA PASIEN DIABETES MELLITUS

EVIDENCE BASED NURSING: RELAKSASI AUTOGENIK

Diabetes Mellitus merupakan penyakit gangguan metabolisme yang ditandai

dengan meningkatnya kadar gula darah sebagai akibat dari gangguan produksi insulin

atau gangguan kinerja insulin atau karena kedua-duanya (Kusuma et al., 2020). Kadar

gula darah pada penderita diabetes yang meningkat menyebabkan penyakit jantung,

stroke, gagal ginjal kronis, ulkus diabetes, dan kerusakan mata (Reddy, 2017). Fenomena

yang terjadi di masyarakat seiring dengan perkembangan zaman seperti kemajuan

teknologi menyebabkan perubahan pada gaya hidup, tersedianya berbagai produk

teknologi yang memberikan kemudahan sehingga aktivitas manusia menjadi kurang

bergerak. Perubahan perilaku dan pola makan yang mengarah pada makanan siap saji

dengan kandungan tinggi energi, lemak dan rendah serat bisa meningkatkan kadar gula

darah (Azmaina et al., 2021).

Data WHO tahun 2022 menyebutkan bahwa prevalensi diabetes di dunia sebesar

10,5% (536,6 juta) (WHO, 2021). Kementerian Kesehatan Indonesia menyatakan bahwa

pada tahun 2022 prevalensi lansia diabetes melitus sebanyak 19,47 juta (Kemenkes RI,

2021). Data Dinkes Jawa Timur pada tahun 2020 menunjukkan bahwa jumlah penderita

diabetes mellitus di Jawa Timur sebanyak 875.745 orang, sedangkan di Kota Mojokerto

sendiri sebanyak 4.936 orang (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur., 2021).

Diabetes Mellitus Tipe 2 disebabkan oleh pola makan yang salah, genetik, obesitas,

dan kurang latihan fisik (Soelistijo et al., 2019). Pada diabetes tipe 2 terdapat dua masalah

utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu: resistensi insulin dan gangguan sekresi

insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel.
Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkain reaksi

dalam metabolisme glukosa dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe 2 disertai

dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif

untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi

insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan

jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini

terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan, dan kadar glukosa akan dipertahankan pada

tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak

mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan

meningkat dan terjadi diabetes tipe 2 (Smeltzer & Bare, 2017).

Diabetes yang tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan berbagai

komplikasi antara lain hipoglikemia, ketoasidosis diabetik, mikroangiopati (nefropati,

retinopati), makroangiopati (gangguan pembuluh darah jantung, otak, dan sistemik),

neuropati, dan komplikasi dengan mekanisme gabungan: rentan infeksi, contohnya

tuberkolusis paru, infeksi saluran kemih, infeksi kulit dan infeksi kaki dan disfungsi

ereksi (Tarwoto, 2016).

Upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan kadar gula darah pada lansia

diabetes mellitus tipe 2 adalah melalui 4 pilar penting dalam mengontrol perjalanan

penyakit dan komplikasi. Empat pilar tersebut adalah edukasi, terapi nutrisi, aktifitas fisik

dan farmakologi (Soelistijo et al., 2019). Dalam melaksanakan pengontrolan kadar gula

darah terdapat beberapa cara diantaranya adalah dengan terapi relaksasi, yaitu terdiri dari

PMR (Progressive Muscle Relaxation), benson, nafas dalam, dan relaksasi autogenik.

Relaksasi autogenik dilakukan dengan gerakan instruksi yang lebih sederhana dari pada

teknik relaksasi lainnya, hanya memerlukan waktu 15-20 menit, dapat dilakukan dengan

posisi berbaring, duduk dikursi dan duduk bersandar yang memungkinkan klien dapat
melakukannya dimana saja (Rizky et al., 2020). Relaksasi autogenik akan menimbulkan

sensasi menyenangkan pada bagian-bagian tubuh seperti kepala, dada, lengan, punggung,

ibu jari kaki atau tangan, pergelangan tangan. Sensasi-sensasi yang dibayangkan itu

seperti rasa hangat, lemas atau rileks pada bagian tubuh tertentu, juga rasa lega karena

napas yang dalam dan pelan (Gemini & Novitri, 2022). Relaksasi autogenik akan

membantu tubuh untuk membawa perintah melalui autosugesti untuk rileks sehingga

dapat mengendalikan pernafasan, menurunkan tekanan darah, mengontrol kadar gula

darah, denyut jantung serta suhu tubuh (Ningrum & Hasanah, 2021)

Anda mungkin juga menyukai