Abstrak:
Diabetes Mellitus merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang ditandai dengan
tingginya kadar gula darah akibat dari kurangnya sekresi insulin. Senam Tai Chi merupakan
suatu bentuk latihan atau seni untuk kesehatan fisik, keseimbangan jiwa mental dan gerakan
fisik dengan ritme tertentu. Senam Diabetes Mellitus merupakan senam aerobic low impact
dan ritmis dengan gerakan yang menyenangkan, tidak membosankan dan dapat diikuti
kelompok lansia sehingga dapat meningkatkan kesegaran jasmani dan nilai aerobic yang
optimal. Tujuan dari penelitian ini yaitu pendapat, gagasan atau pikiran yang bersifat pribadi
terhadap perngaruh senam Tai Chi dan senam Diabetes Mellitus terhadap penurunan kadar
gula darah pada lansia penderita Diabetes Mellitus tipe 2. Penelitian ini juga ingin
memodifikasi model senam untuk lansia yang berpengaruh menurunkan kadar gula darah.
Pendekatan penelitian ini adalah Kualitatif dan tipe penelitian ini bersifat deskriptif. Dengan
penelusuran kepustakaan (library research). Secara spesifik penelitian ini ingin
mendesktipsikan pengaruh dari ketiga senam yang sudah dimodifikasikan untuk penurunan
kadar gula darah pada lansia penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Hasil penelitian ini
menunjukkan adanya pengaruh olahraga senam yang signifikan terhadap penurunan kadar
gula darah pada lansia penderita Diabetes Mellitus tipe 2.
Kata Kunci: Kadar gula darah, senam Tai chi, senam Diabetes Mellitus, senam Ergonomik,
Diabtes Mellitus Tipe 2
PENDAHULUAN
Proses menua merupakan proses kehidupan yang akan dialami semua makluk hidup.
Sejalan dengan bertambahnya usia, tubuh akan mengalami kemunduran secara fisik maupun
psikologis. Penuaan pada manusia dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada kulit,
tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf, metabolisme dan jaringan tubuh lainnya.
Salah satu penyakit degeneratif yang perlu diwaspadai saat ini adalah Diabetes Mellitus.
Lansia merupakan kondisi yang retan terhadap setres yang diakibatkan dengan menurunnya
kapasitas tubuh dan timbulnya penyakit seperti Diabetes Mellitus. Diabetes Mellitus
merupakan salah satu masalah yang serius diseluruh dunia karena cenderung terjadi
peningkatan di masa yang akan datang. Sejalan dengan perkembangan jaman, pola penyakit
di Indonesia mengalami pergeseran dari penyakit infeksi dan kekurangan gizi menjadi
penyakit degeneratif yang salah satunya adalah Diabetes Mellitus (Suyono, 2011). Empat
pilar penatalaksanaan diabetes yaitu edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani, dan terapi
Data WHO yang menyatakan bahwa total penderita Diabetes Mellitus di perkirakan
akan meningkat dari 171 juta pada tahun 2000 menjadi 366 juta ditahun 2030 (Wild, 2004,
Diabetes Mellitus di Indonesia sekitar 21,3 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta
pada tahun 2030 mendatang (Perkeni, 2006). Berdasarkan laporan dari International
Diabetes Federation (IDF) bahwa prevalensi lansia yang mengalami Diabetes Mellitus
negara Indonesia disebut-sebut telah tergeser naik, dari peringkat ke-7 menjadi peringkat ke-5
teratas diantara negara-negara dengan jumlah penderita Diabetes Mellitus terbanyak dunia.
dengan kadar gula darah diatas standar sehingga mempengaruhi metabolisme zat gizi
karbohidrat, lemak dan protein dengan disertai etiologi multi faktor. Diabetes Mellitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya (Perkeni, 2011).
Diabetes Mellitus diartikan sebagai gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi yaitu berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Price &
Wilson, 2014). Diabetes Mellitus merupakan penyakit metabolik dimana terjadi gangguan
kapasitas tubuh dalam menggunakan glukosa, lemak dan protein akibat dari kekurangan
Menurut Sugono (2009) Diabetes Mellitus terjadi jika didalam tubuh tidak
menghasilkan insulin yang cukup untuk mempertahakan kadar gula darah tetap normal.
metabolik pada mata, ginjal, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam
pemeriksaan dengan mikrosko elektron (Bilous, 2002). Diabetes Mellitus adalah sekumpulan
gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar
gula dalam darah akibat kurangnya insulin baik absolut maupun relatif (Soegondo, 2009).
lain) yang paling banyak. Hal ini berkaitan dengan kadar gula darah yang tinggi terus-
menerus sehingga berakibat rusaknya pembuluh darah, saraf dan struktur internal lainnya.
Penderita diabetes bisa mengalami berbagai komplikasi jangka panjang jika diabetesnya tidak
Diabetes Mellitus secara umum dibagi dua yaitu Diabetes Mellitus yang ditandai
dengan kekurangan absolut insulin endogen akibat destruksi autoimun pada sel beta pankreas
dalam pulau langershans, atau mungkin bersifat idiopatik yang lebih dikenal Diabetes
Mellitus tipe 1 sedangkan Diabetes Mellitus tipe 2 ditandai dengan resistensi insulin perifer
dan gangguan sekresi insulin. Data dari Organisasi Kesehatan Dunia menyebutkan bahwa
dari berbagai tipe Diabetes Mellitus, Diabetes Mellitus tipe 2 merupakan tipe paling tinggi
persentase penderitanya yaitu sebesar 90-95%. Menurut Guyton & Hall (2014) Diabetes
Mellitus tipe 2 lebih sering dijumpai dari Diabetes Mellitus tipe 1, dan diperkirakan
Kadar gula darah adalah jumlah kandungan glukosa dalam plasma darah (Dorland,
2010). Kadar gula darah digunakan untuk menegakkan diagnosus Diabetes Mellitus. Untuk
dengan bahan darah plasma vena. Sedangkan untuk bertujuan pemantauan hasil pengobatan
dapat menggunakan pemeriksaan gula darah kapiler dengan glukometer (Perkeni, 2011).
Soegondo & Sukardji (2008) menyatakan bahwa Diabetes Mellitus tipe 2 umumnya terjadi
pada orang dewasa (kadang dapat terjadi pada anak dan remaja), dan disebabkan oleh adanya
kekurangan hormone insulin secara relative. Umumnya terjadi secara perlahan-lahan dan
tanpa gejala serta secara bertahap akan bertambah berat. Diabetes Mellitus tipe 2 sering
disebut juga dengan Insulin Requirement (membutuhkan insulin) yang diakibatkan karena
glukosa darah menjadi tinggi yang dimana disebabkan karena tubuh tidak dapat merespond
Melihat angka kejadian diabetes secara global yang disebebkan karena peningkatan
kemakmuran suatu populasi, maka dengan demikian dapat di mengerti bila suatu saat atau
lebih tepat lagi dalam kurun waktu 10 atau 20 tahun yang akan datang penyakit Diabetes
Mellitus tipe 2 di Indonesia akan meningkat dengan drastis, yang disebabkan oleh beberapa
faktor: (1) Faktor keturunan (genetik), (2) Faktor kegemukan/obesitas (perubahan gaya hidup
dari tradisional ke gaya barat, makan berlebihan, hidup santai dan kurang geral badan), (3)
tahun meningkat) (Soegondo, 2009). Dampak yang di timbulkan oleh Diabetes Mellitus tidak
hanya pada kematian, tetapi sebagai penyakit yang diderita seumur hidup, sehingga
memerlukan biaya besar untutk perawatan kesehatan penderita Diabetes Mellitus (IDF,
2011). Menurut Smaltzer dan Bare dalam Maghfiroh (2013) mengatakan bahwa tingginya
jumlah penderita tersebut, antara lain disebabkan karena perubahan gaya hidup masyarakat
karena kurangnya pengetahuan dan pendidikan yang rendah, kesadaran untuk menjaga
kesehatan, mengatur pola makan dan minimnya aktivitas fisik juga bisa menjadi faktor
penyebab prevalensi Diabetes Mellitus pada lanjut usia cenderung meningkat, hal ini karena
pada lanjut usia bersifat multifaktorial yang dipengaruhi faktor intrinsik dan ekstrinsik.
Latihan fisik teratur bersifat aerobic pada penderita diabetes dapat memperbaiki
fisik dan olahraga akan mempengaruhi kadar gula darah. Pada lansia penderita Diabetes
Mellitus aktivitas yang harus dihindari seperti menonton televisi dan menggunakan internet
sambil duduk santai. Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot
rangka yang memerlukan energi. Kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor risiko
kematian secara global (WHO, 2013). Pengaruh aktivitas fisik atau olahraga secara langsung
berhubungan dengan peningkatan kecepatan pemulihan glukosa otot (seberapa banyak otot
mengambil glukosa dari aliran darah). Saat berolahraga, otot menggunakan glukosa yang
tersimpan dalam otot dan jika glukosa berkurang, otot menggunakan glukosa yang tersimpan
dalam otot dan jika glukosa berkurang, otot mengisi kekosongan dengan mengambil glukosa
dari darah. Ini akan mengakibatkan menurunnya glukosa darah sehingga memperbesar
yang melakukan aktivitas fisik sedang memiliki kadar glukosa darah normal. Penelitian di
Denpasar menujukkan hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik
dengan kadar gula darah. Penyerapan glukosa untuk pembentuan otot lebih baik dibanding
lemak. Pembentukan otot dapar dilakukan dengan aktivitas fisik. Aktivitas fisik dan kadar
glukosa darah memiliki korelasi negatif, yang artinya semakin tinggi aktivitas fisik semakin
rendah kadar glukosa darah. Namun penelitian oleh Haryanto melaporkan tidak ada
hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kadar gula darah. Senada dengan
penelitian Martha yang menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara kurang
Pada Diabetes Mellitus tipe 2 olahraga berperan dalam pengaturan kadar glukosa darah.
Masalah utama pada Diabetes Mellitus tipe 2 adalah kurangnya respon terhadap insulin
(resistensi insulin) sehingga glukosa meningkat saat otot berkontraksi karena kontraksi otot
memiliki sifat seperti insulin. Maka dari itu pada saat beraktivitas fisik seperti olahraga,
resistensi insulin berkurang. Aktivitas fisik berupa olahraga berguna sebagai kendali gula
darah dan penurunan berat badan pada Diabetes Mellitus tipe 2 (Ilyas, 2011).
Adapun cara pencegahan komplikasi pada penderita Diabetes Mellitus yaitu dengan
melakukan kontrol kadar gula darah, memeriksa rutin kadar gula darah, mengonsumsi obat
hipoglikemi, patuh dalam diet rendah kalori dan latihan fisik ringan. Olahraga yang teratur
bersama dengan diet yang tepat dan penurunan berat badan merupakan penatalaksanaan
diabetes yang dianjurkan terutama bagi Diabetes Mellitus tipe 2 (Soegondo, 2009). Latihan
jasmani yang dianjurkan untuk menurunkan kadar gula darah berupa latihan yang bersifat
aerobik seperti: senam, jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani
sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani (Perkeni, 2011). Oleh
sebab itu sangat diperlukan program pengendalian Diabetes Mellitus tipe 2. Salah satunya
dengan berolahraga yang bisa dilakukan lansia penderita Diabetes Mellitus yaitu dengan
melakukan senam, yang dipercaya dapat menurunkan kadar gula darah diantaranya adalah
senam Tai Chi dan senam Diabetes Mellitus. Aktivitas fisik dan olahraga pada lansia
penderita Diabetes Mellitus tipe 2 pada dasarnya harus memperhatikan F.I.T.T (Frequency,
Intensities, Time, Type) (Ilyas, 2003). Senam direkomendasikan dilakukan dengan intensitas
moderat (60-70% maksimum heart rate) durasi 30-60 menit dengan frekuensi 3-5 kali per
minggu dan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut tidak melakukan senam.
Menurut Wang dkk dan Mawi dkk dalam Anisa (2016), senam Tai Chi adalah senam
yang ditunjukan untuk lansia karena senam Tai Chi merupakan senam intensitas ringan
kapasitas aerobik dan Tai Chi juga bermanfaat untutk meningkatkan kontrol glukosa yang
Diabetes Mellitus adalah aerobic low impact dengan ritmis dan gerakan yang menyenangkan
dan tidak membosankan yang dapat meningkatkan kesegaran jasmani. Senam Diabetes
Mellitus dapat melancarkan sirkulasi darah, mengontrol kadar gula darah, menurunkan
Tujuan penulisan ini untuk menjadi dasar mengajukan pemikiran untuk melihat
perbedaan pengaruh senam Tai Chi dan senam Diabetes Mellitus terhadap penurunan kadar
gula darah pada lansia penderita Diabetes Mellitus tipe 2 secara lebih luas kebenaran data
yang ingin diteliti dan dapat memodifikasi kembali model senam pada lansia penderita
METODE PENELITIAN
Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif dan tipe penelitian ini bersifat deskriptif dan
cenderung menggunakan analisis, karena tidak berupaya mencari hubungan sebab akibat
(causality). Tidak ada status ( independen, dependen, dan variabel lainnya) dalam variabel-
variabel yang digunakan. Penelitian ini hanya ingin memberikan deskripsi atau gambaran
tentang perbedaan pengaruh senam Tai Chi dan senam Diabetes Mellitus terhadap penurunan
spesifik juga ingin mendeksripsikan bagaimana perbedaan pengaruh senam Tai Chi dan
senam Diabetes Mellitus terhadap penurunan kadar gula darah pada lansia penderita Diabetes
Milletus tipe 2 serta bagaimana pengaruh jika senam Tai Chi dan senam Diabetes Mellitus di
modifikasi dengan senam Ergonomik terhadap penurunan kadar gula darah pada lansia
berbentuk buku, makalah, jurnal, maupun artikel-artikel yang terkait dengan tulisan yang
Jarangnya melakukan olahraga dapat menyebabkan kadar gula darah tinggi. Lansia
penderita Diabetes Mellitus yang melakukan aktifitas fisik dan olahraga dapat menyebabkan
peningkatan pemakaian glukosa darah oleh otot yang aktif sehingga aktivitas fisik dan
olahraga secara langsung dapat menyebabkan penurunan kadar lemak tubuh, mengontrol
kadar glukosa darah, memperbaiki sensitivitas insulin, menurunkan stres (Kemenkes RI,
2014). Lansia yang mengalami Diabetes Mellitus dan kadar gula darah yang tinggi terjadi
karena perubahan fisiologi yang berhubungan dengan pertambahan usia, pola makan dan
jarang melakukan olahraga (Atun, 2010). Perubahan dimulai dari tingkat sel, kemudian
berlanjut pada tingkat jaringan dan akhirnya pada tingkat organ yang dapat mempengaruhi
homeostasis. Setelah seseorang mencapai usia 40 tahun beresiko terkena Diabetes Mellitus
disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan intoleransi glukosa. Adanya
proses penuaan yang menyebabkan berkurangnya kemampuan sel beta pankreas dalam
Menurut ADA (2010), seseorang yang paling sering menderita Diabetes Mellitus antara
berumur 45-65 tahun, pada rentang tersebut dikaitkan dengan berbagai macam penyakit
degeneratif yang salah satunya adalah Diabetes Mellitus. Seiiring bertambahnya usia tubuh
mempunyai daya toleransi yang rendah terhadap glukosa. Kondisi ini disebabkan oleh
perubahan reseptor glikoprotein yang akan membantu insulin mentransfer glukosa kedalam
sel-sel otot, hepar, dan jaringan adipose mengalami penurunan sehingga timbul defisiensi
respon terhadap insulin. Sekresi insulin tidak mengalami penurunan dengan bertambahnya
usia, tetapi kepekaan reseptor yang berhubungan dengan insulin mengalami peurunan
(Hembung, 2008).
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rochmah (2006) menyatakan usia 50-70
tahun adalah usia yang sangat erat kaitannya dengan hiperglikemia. Peningkatan kadar
glukosa darah pada usia lanjut dikarenakan resistensi insulin akibat terjadinya perubahan
komposisi tubuh, menurunkan aktivitas, perubahan pada pola makan dan penurunan fungsi
neurohormonal. Kirkman, dkk mengatakan bahwa resistensi insulin yang berkaitan dengan
usia secara utama berhubungan dengan penumpukan jaringan lemak, sarkopenia, dan
berkurangnya aktifitas fisik. Sarkopenia adalah hilangnya massa otot yang sering dialami
lansia. Otot rangka, yang merupakan jaringan utama dalam metabolisme glukosa, menurun
Berdasarkan prevalensi lansia wanita dan pria mempunyai peluang yang sama terkena
diabetes. Hanya saja dari faktor resiko, wanita lebih beresiko menderita diabetes karena
secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks massa tubuh yang lebih besar. Hal
ini juga berkaitan dengan hormon estrogen dan progesterone yang mempengaruhi sel-sel
tubuh dalam merespon insulin. Pada usia mencapai kategori lansia perlu diketahui
bahwasannya sangat erat hubungannya dengan kenaikan kadar gula darahdan lama menderita
Diabetes Mellitus, semakin bertambah usi maka gangguan toleransi glukosa juga akan
semakin tinggi. Sehingga seseorang dengan Diabetes Milletus hanya dapat mempertahankan
kadar gula dalam darah agar tetap normal, penyakit ini diderita seumur hidup.
Senam Tai Chi adalah suatu bentuk latihan atau seni untuk kesehatan fisik,
keseimbangan jiwa dan mental, karena dengan melakukan senam secara teratur akan
menyebabkan respon insulin menjadi sensitif sehingga kadar gula darah menurun. Tai Chi
merupakan jenis terapi non Farmakologi yang dapat dilakukan untuk menurunkan kadar gula
darah melalui darah melalui peningkatan aktivitas fisik serta relaksasi. Secara teori relaksasi
dapat menenangkan otak dan memulihkan tubuh, relaksasi yang dilakukan secara teratur
dapat digunakan untuk menurunkan setres. Dengan relaksasi hipothalamus akan mengatur
dan menurunkan aktivitas sistem saraf simpatis dan menyebabkan dilatasi arteriolar
(Glickman, 2007). Senam Tai Chi dan senam Diabetes Mellitus sama-sama efektif dalam
menurunkan kadar gula darah. Senam Tai Chi dan senam Diabetes Mellitus sama-sama
berpengaruh dalam menurunkan kadar gula darah tetapi dilihat dari beberapa hasil penelitian
setiap jurnal yang lebih banyak menurunkan kadar gula darah adalah senam Diabetes
Modifikasi Model Senam Untuk Penurunan Gula darah Pada Lansia Penderita
Diabetes Mellitus Tipe 2
Aktifitas Fisik dan olahraga sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena
efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa
oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin (Smeltzer SC & Brenda GB, 2001, h.1226
dalam Zaenurokhim dan Andi, 2012). Aktifitas fisik dan olahraga akan menyebabkan
terjadinya peningkatan aliran darah, maka akan lebih banyak jala-jala kapiler terbuka
sehingga banyak tersedia reseptor insulin dan reseptor menjadi lebih aktif yang berpengaruh
terhadap penurunan glukosa darah pada pasien diabetes (Soegondo, 2007 dalam Sunaryo dan
Sudiro, 2014).
Olahraga sangat efektif dalam pengaturan kadar glukosa darah adalah senam.
maksmimum heart rate) durasi 30-60 menit, dengan frekuensi 3-5 kali per minggu dan tidak
lebih dari 2 hari berturut-turut tidak melakukan senam (American Diabetes Association,
2003). Jika Senam Tai Chi dan senam Diabetes Mellitus sama-sama efektif dalam
menurunkan kadar gula darah pada lansia penderita Diabetes Mellitus tipe 2. Maka senam
Ergonomik j ga efektif terhadap penurunan kadar gula darah pada lansia penderita Diabetes
Mellitus.
Senam ergonomik adalah senam fundamental yang gerakannya sesuai dengan susunan
dan fungsi fisiologis tubuh. Senam ergonomik merupakan kombinasi dari gerakan otot dan
pernapasan. Senam ergonomik dapat mencegah dan mengobati berbagai penyakit karena saat
melakukan senam ergonomik terjadi penurunan kadar gula darah. Penurunan kadar gula
darah ini dapat terjadi karena saat melakukan senam ergonomik otot-otot digerakkan secara
optimal sehingga lebih banyak menyerap gula darah untuk proses pembakaran (Wratsongko,
2006). Senam ergonomik merupakan suatu teknik senam untuk mengembalikan atau
membetulkan posisi dan kelenturan sistem saraf dan aliran darah. Memaksimalkan suplai
oksigen ke otak, membuka sistem kecerdasan, sistem keringat, sistem pemanasan tubuh,
sistem pembakaran asam urat, sistem kesegaran tubuh, dan sistem kekebalan tubuh (Kompas,
2012).
Gerakan-gerakan senam ergonomik akan membantu dalam penurunan kadar gula darah.
Dengan gerakan-gerakan senam ergonomik yang terdiri dari lima gerakan dasar dan satu
penutup. Untuk mendapatkan hasil memuaskan, akan lebih baik jika senam ini dilakukan
secara berkelanjutan, sekurang-kurangnya 2-3 kali seminggu dengan durasi 15-20 menit jika
semua gerakan dilakukan sempurna. Melakukan senam ergonomik secara rutin, minimal
selama dua minggu akan melatih tubuh untuk melakukan gerakan fisik (Syauqi, 2012).
Selama melakukan senam ergonomik terjadi kontraksi otot skeletal (rangka) yang akan
menyebabkan respon mekanik dan kimiawi. Respond mekanik pada saat otot berkontraksi
dan bereklasasi menyebabkan kerja katup vena menjadi optimal sehingga darah yang balik ke
ventrikel kanan menjadi meningkat (Roni, 2009 dalam Rizky, 2018). Menurut Wratsongko
(2015), bahwa senam ergonomik terdiri dari 1 gerakan pembuka yaitu berdiri sempurna dan 5
gerakan inti, yaitu lapang dada, tunduk sykur, duduk perkasa, duduk pembakaran dan
berbaring pasrah. Dan masing-masing dari gerakan memiliki manfaat dalam pencegahan
penyakit dan perawatan kesehatan. Oleh karena itu apabila gerakan ini dilakukan secara rutin
akan berguna untuk membentuk daya tahan yang optimal, khsusnya bagi seseorang lansia
Pada penderita Diabetes Mellitus, senam ergonomik memiliki peran dalam pengaturan
kadar gula darah. Senam ergonomik akan menimbulkan perubahan metabolik, yang
dipengaruhi oleh gerakan senam dan tingkat kebugaran, oleh kadar insulin plasma, kadar
glukosa darah, dan keseimbangan cairan tubuh. Pada saat senam, tubuh memerlukan energi
sehingga pada otot yang tidak aktif menjadi aktif karena peningkatan glukosa. Pada saat
melakukan senam ergonomik akan terjadi peningkatan aliran darah menyebabkan tersedia
lebih banyak reseptor insulin dan reseptor menjadi lebih aktif sehingga terjadi peningkatan
pemakaian glukosa oleh otot yang aktif. Otot-otot digerakkan, berkontraksi dan mengalami
relaksasi, sehingga lebih banyak menyerap gula untuk proses pembakaran. Glukosa akan
dipakai atau dibakar untuk energi. Di samping itu, senam ergonomik akan membuat insulin
Simpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan kesimpulan yang didapat adalah
sebagai berikut:
1. Senam Tai Chi dan senam Diabetes Mellitus sama-sama berpengaruh terhadap
penurunan kadar gula darah pada lansia penderita diabtes mellitus tipe.
2. Penambahan senam ergonomik sangat efektif untuk menurunkan kadar gula darah
3. Modifikasi tiga senam yaitu senam Tai Chi, senam Diabetes Mellitus, dan senam
Ergonomik yang terdiri dari 2 gerakan pemanasan, 12 gerakan inti, dan 2 gerakan
pendinginan
4. Modifikasi senam ini dapat diterima oleh lansia penderita diabetes Mellitus tipe 2
5. Tiga senam ini teruji kemanfaatannya untuk menurunkan kadar glukosa darah dengan
6. Dengan melakukan aktivitas fisik dan olahraga rutin dapat meningkatkan aktivitas
reseptor insulin sehingga terjadi sensitifitas insulin terhadap gula daah dan membantu
Saran
Diharapkan dapat mentransfer ilmu mengenai pengaruh aktivitas fisik dan olahraga
terhadap kadar gula darah pada lansia penderita diabetes mellitus tipe 2.
eksperimen terhadap kadar gula darah pada lansia penderita diabetes mellitus tipe 2.