Anda di halaman 1dari 115

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP IBU DAN PERAN

PETUGAS KESEHATAN DENGAN PEMBERIAN ASI


EKSKLUSIF PUSKESMAS TANJUNG TIRAM
DESA SUKA MAJU BATUBARA
2019

SKRIPSI

Oleh

QONITA ZAHARA
NIM. 151000207

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020

Universitas Sumatera Utara


HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP IBU DAN PERAN
PETUGAS KESEHATAN DENGAN PEMBERIAN ASI
EKSKLUSIF PUSKESMAS TANJUNG TIRAM
DESA SUKA MAJU BATUBARA
2019

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

QONITA ZAHARA
NIM. 151000207

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020

Universitas Sumatera Utara


i
Universitas Sumatera Utara
Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal : 31 Januari 2020

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : dr. Rusmalawaty, M.Kes.


Anggota : 1. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes.
2. Dr. Juanita, S.E., M.Kes.

ii
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul

“Hubungan Pengetahuan, Sikap Ibu dan Peran Petugas Kesehatan dengan

Pemberian ASI Eksklusif Puskesmas Tanjung Tiram Desa Suka Maju

Batubara 2019” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya

tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai

dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang

secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas

pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada

saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan

dalam karya saya ini, atau kalim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Januari 2020

Qonita Zahara

iii
Universitas Sumatera Utara
Abstrak

ASI ekskusif adalah pemberian ASI sejak bayi dilahirkan sampai bayi berusia 6
bulan. Pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu strategi global yang
dicanangkan WHO dan UNICEF untuk mengurangi angka kematian bayi.
Pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Batubara pada tahun 2015 24,88% belum
mencapai target nasional yaitu 80%. Sehingga perlu pengkajian mengenai faktor-
faktor apa saja yang menyebabkan masih rendahnya cakupan ASI eksklusif. Ibu
dinilai sebagai faktor dilakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan, sikap
dan peran petugas kesehatan dengan pemberian ASI Eksklusif. Jenis penelitian ini
adalah survey yang bersifat analiti dengan desai cross sectional. Analisa data
menggunakan chi square dengan jumlah sampel 75 orang ibu yang mempunyai
bayi berumur > 6 bulan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan
pengetahuan, sikap ibu dan peran petugas kesehatan dengan pemberian ASI
eksklusif dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Tiram Desa Suka Maju
Kabupaten Batubara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan
pengetahuan responden dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,003), ada
hubungan antara sikap responden dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,02) da
nada hubungan antara peran petugas kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif
(p = 0,001). Dari hasil penelitian disaranakan kepada petugas kesehatan
khususnya bidan untuk meningkatkan intensitas pemberian informasi melalui
penyuluhan, penyebaran leaflet kepada masyarakat serta memotivasi ibu bersalin
maupun yang memeriksa kehamilannya ke puskesmas untuk memberikan ASI
eksklusif kepada bayinya.

Kata kunci : Pengetahuan, sikap ibu, ASI eksklusif

iv
Universitas Sumatera Utara
Abstract

Exclusive breastfeeding is one global strategy proclaimed WHO and UNICEF to


reduce infant. Exclusive breastfeeding in Batubara amount 24,88% in 2015 and
not achieve the national target yet amout 80%.thus, a study is required
concerning the factors that cause the low coverage of exclusive breast milk.
Women are rated as playing an essensial role in exclusive breast milk. Therefore,
a research needs to be conducted about the Corelation of women’s knowledge,
attitudes and the role of health officer’s with exclusive breastfeeding. The type of
this research is analytical survey with cross-sectional design. Data were analyzed
by using multiple logistic regression tests with a sample of 75 women who had >
6 month-old infants. This study was aimed to look at the relationship of women’s
knowledge, attitudes and the role of health officer’s with Exclusive breastfeeding :
and was conducted in the working area of Puskesmas (Public Health Center) in
Tanjung Tiram Subdistrict, Batubara Distict. The result showed that there was
correlation between respondents’s knowledge and breastfeeding with exclusive
ASI (p = 0,003), there was the correlation between respondent’s attitudes and
breastfeeding with exclusive ASI (p = 0,02) and there is the correlation between
the role of health officer’s with exclusive ASI (p = 0,001). It is recommended that
the health care providers provide educaton especially midwives to intensify the
provision of information though counseling, distribution of leaflets to the public
media as well as motivation the maternity and antenatal checkups to give
exclusive breastfeeding to their babies.

Key words : Knowledge, attitudes, exclusive ASI

v
Universitas Sumatera Utara
Kata Pengantar

Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Tahun Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat-Nya yang senantiasa dilimpahinya kepada penulis, sehingga

bisa menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan Pengetahuan, Sikap

Ibu dan Peran Petugas Kesehatan dengan Pemberian ASI Eksklusif

Puskesmas Tanjung Tiram Desa Suka Maju Batubara 2019”. Dalam

penyusunan skripsi ini hingga selesai tidak lepas dari adanya dukungan dan

bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk

itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes. selaku Ketua Departemen Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan.

4. drh. Hiswani, M.Kes. selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberi dukungan dan arahan selama perkuliahan.

5. dr. Rusmalawaty, M.Kes. selaku dosen pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktu membimbing dan memberi arahan selama penyusunan

skripsi ini.

6. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes. selaku dosen penguji 1 yang telah

memberikan arahan dan masukan yang baik dalam penyusunan skripsi ini.

vi
Universitas Sumatera Utara
7. Dr. Juanita, S.E., M.Kes. selaku dosen penguji 2 yang telah memberikan saran

positif untuk menyempurnakan skripsi ini.

8. Seluruh dosen dan staf pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat, khususnya

departemen AKK yang telah memberi bekal ilmu selama penulis mengikuti

pendidikan.

9. dr. Deni Syahputra selaku Sekretaris An. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten

Batu Bara yang telah membantu penulis.

10. dr. Rodiah Napsah, M.Kes. selaku Kepala Puskesmas Tanjung Tiram

Kecamatan Tanjung Tiram dan seluruh petugas kesehatan yang telah

membantu penulis dan memberi izin kepada peneliti untuk melaksanakan

penelitian di Puskesmas tersebut.

11. Orangtua penulis Masriani Pulungan dan Zulfikar Nasution yang telah

mendukung penulis sepenuhnya baik secara moril ataupun materil dan

memberi motivasi, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini

dengan baik serta adik tersayang Rizani Rahman Maulana Nasution, Nur

Fajrina Nasution yang selalu memberi dukungan semangat dan selalu

mendoakan yang terbaik bagi penulis.

12. Saudara, teman dan semua pihak yang telah memberi dukungan dan doa

kepada penulis.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna,

sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua

pihak. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua dan

untuk mendorong penelitian-penelitian selanjutnya.

vii
Universitas Sumatera Utara
Akhirnya penulis memohon maaf dengan setulus hati kepada semua pihak

atas kekurangan dan kekhilafan selama penulis mengikuti masa perkuliahan dan

saat penelitian berlangsung. Penulis ucapkan terima kasih.

Medan, Januari 2020

Qonita Zahara

viii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i
Halaman Persetujuan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
Daftar Istilah xiv
Riwayat Hidup xv

Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 8
Tujuan Penelitian 9
Tujuan umum 9
Tujuan khusus 9
Manfaat Penelitian 9

Tinjauan Pustaka 11
Definisi ASI Eksklusif 11
Tujuan Pemberian ASI Eksklusif 11
Manfaat Pemberian ASI 12
Komposisi ASI 13
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi ASI Eksklusif 14
Pengetahuan 17
Tingkat Pengetahuan 18
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan 19
Sikap 20
Peran Petugas Kesehatan 21
Program Pemerintah Terkait Pemberian ASI Eksklusif 22
Definisi Puskesmas 24
Visi dan Misi Puskesmas 24
Tujuan Puskesmas 26
Fungsi Puskesmas 26
Landasan Teori 27
Kerangka Konsep 28
Hipotesis Penelitian 28

ix
Universitas Sumatera Utara
Metode Penelitian 29
Jenis Penelitian 29
Lokasi dan Waktu Penelitian 29
Populasi dan Sampel 29
Variabel dan Definisi Operasional 30
Metode Pengumpulan Data 31
Metode Pengukuran 32
Metode Analisis Data 32

Hasil Penelitian 34
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 34
Analisis Univariat 37
Distribusi responden berdasarkan karakteristik demografi 37
Distribusi responden berdasarkan pengetahuan 38
Distribusi responden berdasarkan sikap 42
Distribusi responden berdasarkan penilaian terhadap peran
petugas kesehatan 48
Distribusi responden berdasarkan kategori pemberian ASI
eksklusif 50
Analisis Bivariat 51
Hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI
eksklusif Puskesmas Tanjung Tiram Tahun 2019 51
Hubungan antara sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif
Puskesmas Tanjung Tiram Tahun 2019 52
Hubungan antara peran petugas kesehatan dengan pemberian
ASI eksklusif Puskesmas Tanjung Tiram Tahun 2019 53

Pembahasan 55
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif 55
Hubungan Sikap Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif 61
Hubungan Peran Petugas Kesehatan dengan Pemberian ASI
Eksklusif 65
Keterbatasan Penelitian 66

Kesimpulan dan Saran 68


Kesimpulan 68
Saran 68

Daftar Pustaka 70
Lampiran 71

x
Universitas Sumatera Utara
Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Metode Pengukuran 32

2 Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Tanjung Tiram Tahun 35


2016

3 Data Sumber Daya Ketenagaan Sumber Daya Fisik 36

4 Jenis Tenaga/Pendidikan 36

5 Distribusi Responden Berdasarkan Identitas (Umur Ibu, 38


Pendidikan Ibu, Jenis Kelamin Anak dan Umur Anak) di
Puskesmas Tanjung Tiram Tahun 2016

6 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu 40

7 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tingkat 42


Pengetahuan

8 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Ibu 46

9 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap Ibu 48

10 Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian terhadap 50


Peran Petugas Kesehatan

11 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Penilaian 51


Peran Petugas Kesehatan

12 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pemberian ASI 51


secara Eksklusif

13 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pemberian ASI 52


secara Eksklusif

14 Hubungan antara Sikap Ibu dengan Pemberian ASI 53


Eksklusif Puskesmas Tanjung Tiram Tahun 2019

15 Hubungan antara Sikap Ibu dengan Pemberian ASI 54


Eksklusif Puskesmas Tanjung Tiram Tahun 2019

xi
Universitas Sumatera Utara
Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Kerangka konsep 28

2 Peta wilayah Puskesmas Tanjung Tiram 35

xii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Lembar Kuesioner 71

2 Surat Permohonan Izin Penelitian 76

3 Surat Izin Penelitian 77

4 Surat Selesai Penelitian 78

5 Analisis Data 79

6 Dokumentasi Penelitian 97

xiii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Istilah

AA dan DHA Arachidonic Acid dan Docosehaxaenoic Acid


ASI Air Susu Ibu
BK-PP-ASI Badan Koordinasi – Peningkatan Penggunaan ASI
IMD Inisiasi Menyusui Dini
LMKM Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui
MDGs Millenium Development Goals
RISKESDAS Riset Kesehatan Dasar
UNICEF United Nation Childrend Fund
WHO World Health Organization

xiv
Universitas Sumatera Utara
Riwayat Hidup

Penulis bernama Qonita Zahara berumur 21 tahun. Penulis lahir di Jakarta

pada tanggal 28 Februari 1998. Penulis Beragama Islam, anak ke satu dari tiga

bersaudara dari pasangan Zulfikar Nasution dan Masriani Pulungan.

Pendidikan formal dimulai di sekolah dasar di SD Negeri 060912 Medan

Denai Tahun 2003-2009, sekolah menengah pertama di MTs.N 2 Medan Tahun

2009-2012, sekolah menengah atas di MAN 1 Medan Tahun 2012-2015,

selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Januari 2020

Qonita Zahara

xv
Universitas Sumatera Utara
Pendahuluan

Latar Belakang

ASI Eksklusif salah satu program pemerintah yang harus diterapkan

kepada masyarakat untuk peningkatan status gizi pada anak. Rendahnya masalah

dalam pemberian ASI Eksklusif menjadi masalah yang harus diatasi secepatnya

bukan diabaikan begitu saja, karena masalah ASI akan berdampak terhadap

pertumbuhan dan perkembangan mental serta kecerdasan yang berakibat langsung

pada kehidupan generasi mendatang nantinya.

Indonesia saat ini masih mengalami keadaan rendahnya pemberian ASI

eksklusif pada anak dimana dapat menimbulkan dampak negatif untuk masa yang

akan datang (Kemenkes RI, 2017). Ibu dapat mempertahankan ASI eksklusif

selama 6 bulan, WHO merekomendasikan agar melakukan inisiasi menyusui

dalam satu jam pertama kehidupan, bayi hanya menerima ASI tanpa tambahan

makanan atau minuman, termasuk air, menyusui sesuai permintaan atau sesering

yang diinginkan bayi, dan tidak menggunakan botol atau dot (WHO, 2018).

Air Susu Ibu (ASI) eksklusif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33

Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif adalah ASI yang diberikan

kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau

mengganti dengan makanan atau minuman lain (kecuali obat,vitamin, dan

mineral) (Kemenkes RI, 2017).

ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi karena mengandung

protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam jumlah tinggi

sehingga pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada bayi.

1
Universitas Sumatera Utara
2

Kolostrum berwarna kekuningan dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga.

Hari keempat sampai hari kesepuluh ASI mengandung immunoglobulin, protein,

dan laktosa lebih sedikit dibandingkan kolostrum tetapi lemak dan kalori lebih

tinggi dengan warna susu lebih putih (Kemenkes RI, 2017).

ASI juga mengandung zat penyerap berupa enzim tersendiri yang tidak

akan menganggu enzim di usus. Susu formula tidak mengandung enzim sehingga

penyerapan makanan tergantung pada enzim yang terdapat di usus bayi. Inisiasi

menyusu dini (IMD) adalah meletakan bayi secara tengkurap di dada atau perut

ibu sehingga kulit bayi melekat pada kulit ibu yang dilakukan sekurang-

kurangnya satu jam segera setelah lahir. Jika kontak tersebut terhalang oleh kain

atau dilakukan kurang dari satu jam dianggap belum sempurna dan dianggap tidak

melakukan IMD (Kemenkes RI, 2017).

Menurut provinsi, cakupan ASI eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan

paling rendah berada di Sumatera Utara sebesar 12,4%, Gorontalo sebesar 12,5%

dan paling tinggi di DI Yogyakarta sebesar 55,4%. Sementara kondisi Sumatera

Barat didapatkan pemberian ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan sebesar 37,6%

(Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia, 2017).

Cakupan bayi baru lahir mendapat inisiasi menyusu dini (IMD) menurut

provinsi tahun 2017 dimana secara nasional, cakupan bayi yang mendapat ASI

eksklusif sebesar 61,33%. Angka tersebut sudah melampaui target Renstra tahun

2017 yaitu 44%. Persentasi tertinggi cakupan pemberian ASI eksklusif terdapat

pada Nusa Tenggara Barat (87,35%), sedangkan persentasi terendah terdapat pada

Papua (15,32%). Sumatera Utara sendiri menempati posisi ke 7 yang sedikit

Universitas Sumatera Utara


3

mencapai target Restra yaitu sebesar 45,74% dari target sebesar 40% (Kemenkes

RI, 2017).

Persentasi bayi yang mendapat ASI Eksklusif menurut provinsi tahun

2018 yaitu dari 34 provinsi, Sumatera Utara menempati posisi keenam yang

terendah sebesar 50,07%. Provinsi yang pertama terendah yaitu Papua Barat

sebesar 20,43% lalu diikuti Sulawesi Utara 38,69% lalu Maluku 41,51%

setelahnya Gorontalo 46,91% lalu Papua 48,32% (Kemenkes RI, 2019).

Cakupan persentasi bayi yang diberi ASI Eksklusif dari tahun 2011-2015

cenderung menunjukkan peningkatan, dan cakupan pada tahun 2015 mengalami

peningkatan yang cukup signifikan sebesar 10% dibandingkan tahun 2014 dan

telah mencapai target nasional yaitu 40%. Namun di tahun 2016 terjadi penurunan

yang tajam dibanding tahun 2015 dan tidak mencapai target nasional < dari 40%.

Kabupaten/Kota dengan pencapaian ≥ 40% untuk Kabupaten yaitu Labuhan Batu

Utara 97.90%, Samosir 94.8%, Humbang Hasundutan 84.0%, Simalungun 60.6%,

Dairi 55.7%, Pakpak Bharat 50.5%, Deli Serdang 47.1%, Asahan 43.6%, Labuhan

Batu 40.9% dan untuk Kota yaitu Gunung Sitoli 84.5%, Sibolga 46.7% (Profil

Kesehatan Kota Medan, 2016).

64 Daerah dengan pencapaian < 10% yaitu Kota Medan (6.7%), Tebing-

Tinggi (7.4%) sedangkan untuk kabupaten Batubara menempati posisi ke 17 dari

33 Kabupaten di Sumatera Utara dengan jumlah 1.544 anak (25,9%) (Profil

Kesehatan Kota Medan, 2016).

Cakupan persentasi bayi yang diberi ASI Eksklusif dari tahun 2012-2017

cenderung meningkat, kecuali pada tahun 2016 ada penurunan yg sangat drastis

Universitas Sumatera Utara


4

sebesar 16.09% dari capaian tahun 2015. Capaian tahun 2017 sebesar 45,3% telah

mencapai target nasional yaitu 40% (Profil Kesehatan Kota Medan, 2017).

Terdapat 16 dari 33 kabupaten/kota dengan pencapaian ≥ 40%, yaitu

Asahan (96,61%), Labuhanbatu Selatan (89,41%), Pakpak Bharat (75,11%),

Padangsidempuan (72,05%), Batu Bara (67,77%), Tebing Tinggi (62,44%),

Simalungun (61,86%), Langkat (58,93%), Humbang Hasundutan (53,52%), Dairi

(47,29%), Karo (47,05%), Tapanuli Selatan (45,97%), Nias Selatan (45,90 %),

Deli Serdang (43,93%), Padang Lawas (42,73%), dan Mandailing Natal (40,28

%). Terdapat 2 kabupaten dengan capaian < 10% yaitu Padang Lawas Utara (9,30

%), dan Nias Utara (7,86%) sedangkan untuk kabupaten Batubara menempati

posisi ke 8 dari 33 Kabupaten di Sumatera Utara dengan jumlah 878 anak (22,13

%) (Profil Kesehatan Kota Medan, 2017).

Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di

Sumatera Utara. Cakupan anak yang diberi ASI Eksklusif mengalami penurunan

selama tiga tahun terakhir yaitu dari 2011 – 2015 dari jumlah bayi 7.929 di tahun

2011 hanya 900 bayi yang diberi ASI Eksklusif yaitu sekitar 11,35%, ditahun

2012 dari 7.963 hanya 1.509 yang diberi ASI Eksklusif yaitu sekitar 18,95% dan

ditahun 2013 dari 8.653 hanya 2.412 yaitu 27,87 Persen dan ditahun 2014 dari

4.143 hanya 1.982 bayi yang diberi ASI Eksklusif sekitar 47,84% dan ditahun

2015 mengalami penurunan kembali yaitu dari 9.624 bayi hanya 2.384 bayi yang

diberi ASI Eksklusif sebesai 24,88%, Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten

Batubara belum mencapai target. (Profil Kesehatan Kab Batubara, 2015).

Universitas Sumatera Utara


5

Puskesmas Tanjung Tiram merupakan puskesmas yang mempunyai

tingkat pencapaian ASI Eksklusif yang rendah yaitu 11,3%. Tingkat pencapaian

ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Tiram belum memenuhi target

nasional 40% yaitu dari 1.199 ibu yang mempunyai anak, hanya 136 orang ibu

yang memberikan ASI Eksklusif pada anaknya. Pada Kabupaten Batubara,

Puskesmas Tanjung Tiram menempati posisi ke 11 setelah yaitu Puskesmas Kedai

Sianam (0,3%), Puskesmas Sei Suka (0,8%), Puskesmas Indrapura (3,2%),

Puskesmas Pematang Panjang (5,5%), Puskemas Sei Balai (5,6%), Puskesmas

Laut Tador (6,8%), Pukesmas Simpang Dolok (7,9%), Puskesmas Labuhan Ruku

(8,6%), Puskesmas Ujung Kabu (8,7%), Puskesmas Lalang (11,0%) (Profil

Puskesmas Tanjung Tiram, 2015).

Sesuai dengan teori lawrance green (1980) mengatakan bahwa perilaku

terbentuk karena kombinasi dari tiga faktor utama, yaitu : 1. Faktor predisposisi

(predisposing factors) yaitu terwujud di antaranya dalam pengetahuan, sikap,

kepercayaan, keyakinan, nilai – nilai, dan lain lain. 2. Faktor pendukung (enabling

factors) diantaranya terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak

tersedianya fasilitas kesehatan termasuk kemampuan membayar jasa pelayanan

kesehatan. 3. Faktor pendorong (reinforcing factors) hal ini terwujud dalam sikap

dan perilaki petugas pelayanan kesehatan atau petugas yang lain yang merupakan

kelompok referensi dari perilaku masyarakat. (Priyoto,2014)

Teori tersebut dianalisis beberapa masalah kesehatan seperti rendahnya

dalam pemberian ASI eksklusif hal tersebut dapat disebabkan oleh masyarakat

yang belum mengetahui penyebab utama rendahnya pemberian ASI eksklusif

Universitas Sumatera Utara


6

(predisposing factors). Namun kemungkinan juga karena tersedia atau tidak

tersedianya fasilitas kesehatan (enabling factor). Kemungkinan sebab lain ialah

karena sikap maupun peran petugas pelayanan kesehatan yang belum maksimal

dalam memberikan layanan kepada masyarakat (reinforcing factors). (Priyoto,

2014)

Proporsi inisiasi menyusu dini (IMD) pada anak pada umur 0-23 bulan

menurut provinsi tahun 2013 posisi yang terendah ditempati Papua Barat yaitu

sekitar 20,5% diikuti Kepulauan Riau dan Riau yaitu sebesar 20,9% lalu diikuti

Sumatera Utara sebesar 21, 5% sedangkan pada tahun 2018 posisi yang terendah

dalam proporsi inisiasi menyusui dini adalah Maluku Utara 37,29% lalu Sulawesi

Barat 39,5% dan diikuti Sumatera Utara yaitu sebesar 40,5% yang telah

mangalami sedikit kenaikan (Riskesdas, 2018).

Puskesmas Sempu di Banyuwangi ibu menyusui diberi penghargaan oleh

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi berupa sertifikat yang diberikan kepada para

ibu yang telaten menyusui eksklusif bayinya selama enam bulan sejak dilahirkan,

program ini dijalankan di Puskesmas sempu lewat program Gerakan Memberi

ASI Anak Tumbuh Optimal (GenerASI anak Top) (Ardian, 2019).

Puskesmas Margo Mulyo, Balikpapan Barat melakukan kegiatan award

yang dikolaborasi dengan kegiatan inovasi puskesmas Gerakan Kader Mandiri

ASI Margo Mulyo (Gerakan Marmul) yang mendapatkan wujud kontribusi

terhadap pembangunan kesehatan yang berkelanjutan dari corporate social

responsibility (CSR). Sasaran dari kegiatan ini bayi yang lahir pada bulan Maret

2019 yang berjumlah 277 orang untuk meningkatkan kesadaran masyarakat

Universitas Sumatera Utara


7

khususnya ibu menyusui tentang manfaat pentingnya pemberian ASI eksklusif

(Prokal, 2019)

Menurut penelitian terdahulu Rahman, N (2017) yaitu berdasarkan

fenomena kurangnya pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif yang berpengaruh

terhadap sikap ibu yang akan mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian ASI.

Hal ini menyebabkan hambatan dalam pencapaian ASI Eksklusif secara

maksimal.

Menurut penelitian Suci, T (2018) ibu menganggap bahwa ASI

merupakan makanan terbaik untuk bayi berencana untuk memberikan ASI selama

6 bulan. Sikap ibu terhadap pemberian makan bayi menjadi prediktor kuat dalam

pemberian ASI Eksklusif. Sikap yang salah juga dapat dilihat dalam pemberian

makanan terhadap bayinya berdasarkan hasil wawancara mendalam antara lain :

menyusui bayinya sekaligus diberi susu formula, ibu memberikan cairan lain yang

seperti air, madu, buah-buahan yang lembek, serta memberikan MP-ASI sebelum

bayi berumur 6 bulan.

Syamiyah dan Helda (2018) dalam penelitiannya menyampaikan bahwa

Dukungan Tenaga Kesehatan dianggap baik jika Ibu mendapatkan 4 atau lebih

dari 5 perlakuan diantaranya konseling ASI saat ANC, dilakukan IMD, dirawat

gabung bersama bayi, bayinya tidak diberikan makanan dan minuman selain ASI

selama perawatan, serta ibu pernah mendapatkan penyuluhan maka dapat

disimpulkan jika Ibu mendapatkan 4 atau lebih dari 5 perlakuan tersebut, maka

peluangnya untuk memberikan ASI eksklusif lebih besar dibandingkan dengan

ibu yang hanya mendapatkan 0-3 perlakuan saja.

Universitas Sumatera Utara


8

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan melalui wawancara terhadap

6 orang ibu di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Tiram didapatkan hasil bahwa

dari 6 orang ibu terdapat 3 orang ibu yang tidak tahu pengertian ASI Eksklusif

dan 2 orang ibu lainnya mengetahui pengertian ASI Eksklusif tetapi tidak

memberikan ASI Eksklusif kepada anaknya dikarenakan produksi ASI ibu sedikit,

sedangkan 1 orang tidak memberikan ASI Eksklusif.

Faktor lain yang mempengaruhi pemberian ASI dikarenakan ibu terburu –

buru memberikan makanan tambahan sebelum ASI keluar seperti air tajin, pisang

bubur nasi, susu kemasan (kiloan) sehingga menggantikan kedudukan ASI,

perilaku ibu yang membuang kolostrum yang dianggap kotor dan beranggapan

bahwa kolostrum dapat membahayakan kesehatan juga kurangnya peran petugas

kesehatan dalam mendampingi dan memberikan penyuluhan maupun pengetahuan

sejak dini tentang ASI Eksklusif menjadi tantangan sendiri di wilayah Puskesmas

Tanjung Tiram Desa Suka Maju.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai hubungan pengetahuan, sikap ibu dan peran petugas

kesehatan dengan pemberian ASI Eksklusif Puskesmas Tanjung Tiram Desa Suka

Maju 2019.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat diambil

rumusan masalah dari penelitian ini yaitu :

a. Bagaimana hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di

Puskesmas Tanjung Tiram Desa Suka Maju 2019.

Universitas Sumatera Utara


9

b. Bagaimana hubungan sikap ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di

Puskesmas Tanjung Tiram Desa Suka Maju 2019.

c. Bagaimana peran petugas dengan pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas

Tanjung Tiram Desa Suka Maju 2019.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui Hubungan pengetahuan, sikap dan peran petugas kesehatan dengan

pemberian ASI Eksklusif Puskesmas Tanjung Tiram Desa Suka Maju 2019.

Tujuan khusus. Adapun tujuan khusus ini meliputi :

a. Mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif

Puskesmas Tanjung Tiram Desa Suka Maju 2019.

b. Mengetahui hubungan sikap ibu dengan pemberian ASI Eksklusif Puskesmas

Tanjung Tiram Desa Suka Maju 2019.

c. Mengetahui peran petugas dengan pemberian ASI Eksklusif Puskesmas

Tanjung Tiram Desa Suka Maju 2019.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dilakukan yaitu :

1. Manfaat bagi masyarakat

Penelitian bermanfaat agar masyarakat lebih aktif dan ikut berperan dalam

mendukung program ASI Eksklusif terutama di Puskesmas Tanjung Tiram

Desa Suka Maju 2019.

2. Manfaat bagi Puskesmas dan instansi terkait lainnya

Universitas Sumatera Utara


10

Penelitian ini bermanfaat sebagai masukan bagi Puskesmas Tanjung Tiram

Desa Suka Maju agar lebih memperhatikan keberhasilan pencapaian

program ASI Eksklusif dan melakukan promosi kesehatan berkaitan

dengan program ASI Eksklusif.

3. Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan informasi yang dapat dijadikan

referensi untuk penelitian lebih lanjut khususnya dalam mendukung

program ASI Eksklusif di wilayah kerja puskesmas.

Universitas Sumatera Utara


Tinjauan Pustaka

Definisi ASI Eksklusif

ASI mengandung zat penyerap berupa enzim tersendiri yang tidak akan

menganggu enzim di usus. Susu formula tidak mengandung enzim sehingga

penyerapan makanan tergantung pada enzim yang terdapat di usus bayi

(Kemenkes RI, 2017).

Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi, UNICEF dan WHO

merekomendasikan sebaiknya bayi hanya disusui air susu ibu (ASI) selama paling

sedikit 6 bulan, dan pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berumur dua tahun

(WHO, 2018).

ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi karena mengandung

protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam jumlah tinggi

sehingga pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada bayi.

Kolostrum berwarna kekuningan dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga.

Hari keempat sampai hari kesepuluh ASI mengandung immunoglobulin, protein,

dan laktosa lebih sedikit dibandingkan kolostrum tetapi lemak dan kalori lebih

tinggi dengan warna susu lebih putih (Kemenkes RI, 2017).

Tujuan Pemberian ASI Eksklusif

Tujuan ASI Eksklusif Menurut peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2012

tentang pemberian ASI Eksklusif Pasal 2 berisi tentang pengaturan pemberian

ASI eksklusif bertujuan untuk: 1) Menjamin pemenuhan hak bayi untuk

mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 (enam)

bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya 2)

11
Universitas Sumatera Utara
12

Memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI eksklusif kepada

bayinya, dan 3) Meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat,

pemerintah daerah, dan pemerintah terhadap pemberian ASI eksklusif

Manfaat Pemberian ASI

Manfaat untuk bayi. ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk

bayi, praktis, ekonomis, dan psikologis yang mudah dicerna dan diserap oleh usus

bayi. ASI mengandung protein yang spesifik untuk melindungi bayi dari alergi,

kadar selenium yang melindungi gigi dari kerusakan (Anik, 2009).

ASI juga dapat meningkatkan perkembangan psikomotorik, kognitif,

penglihatan, emosi yang hangat, dan kepribadian yang percaya diri, ASI dapat

memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak (Sitti, 2009).

Menurut Penelitian Riva (1977), kepandaian anak yang minum ASI pada

usia 9 tahun mencapai 12,9 poin kebih tinggi dari pada anak - anak yang

meminum susu formula (Danuatmaja, 2003).

Manfaat untuk ibu. Pada saat memberikan ASI, otomatis resiko

pendarahan pada pasca bersalin berkurang. Naiknya kadar oksitosin selama

menyusui akan menyebabkan semua otot polos akan mengalami kontraksi.

Kondisi inilah yang menyebabkan uterus mengecil sekaligus menghentikan

pendarahan.

Pemberian ASI secara Eksklusif dapat berfungsi sebagai alat kontrasepsi

sampai enam bulan setelah kelahiran karena isapan bayi merangsang hormon

prolaktin yang menghambat terjadinya ovulasi sehingga menunda kesuburan. ASI

Universitas Sumatera Utara


13

juga dapat mencegah kanker peyudara, kanker ovarium, dan anemia defiensi zat

besi.

ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, sebagai imunitas (mengurangi

resiko diare, infeksi jalan nafas, alergi dan infeksi lainnya) dan aspek psikologis

(mempererat hubungan ibu dan bayi, meningkatkan status mental dan intelektual).

Komposisi ASI

ASI mengandung zat gizi yang secara khusus diperlukan untuk menunjang

proses tumbuh kembang otak dan memperkuat daya tahan alami tubuhnya. Kan

dungan ASI terdiri atas : (Maryunani, 2012).

1. Laktosa (Karbohidrat)

Laktosa merupakan jenis karbohidrat utama dalam ASI yang berperan

penting sebagai sumber energi selain itu menjadi sumber penghasil energi, laktosa

juga berperan dalam meningkatkan penyerapan kalsium dalam tubuh, merangsang

tumbuhnya laktobasilus bifidus serta berperan dalam perkembangan sistem saraf.

2. Lemak

Lemak merupakan zat gizi terbesar kedua di ASI dan menjadi sumber

energi utama anak serta berperan dalam pengaturan suhu tubuh anak. Berfungsi

sebagai penghasil kalori, menurunkan risiko penyakit jantung di usia muda.

Lemak di ASI mengandung komponen asam lemak yang akan diolah oleh tubuh

anak menjadi AA dan DHA.

3. Protein

Protein memiliki fungsi untuk mengatur dan pembangun tubuh anak.

Komponen dasar dari protein adalah asam amino, berfungsi sebagai pembentuk

Universitas Sumatera Utara


14

struktur otak. Beberapa jenis asam amino tertentu, diantaranya sistin, taurin,

triptofan, dan fenilalanin merupakan senyawa yang berperan dam proses ingatan.

Sistin dan taurin tidak terdapat dalam susu sapi.

4. Garam dan Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya relatif rendah,

tetapi bisa mencukupi kebutuhan anak sampai berumur enam nulan. Zat besi dan

kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan mudah diserap

dalam jumlahnya yang dipengaruhi oleh diet ibu.

5. Vitamin

ASI mengandung berbagai vitamin lengkap yang dapat mencukupi

kebutuhan anak sampai enam bukan kecuali vitamin K. Vitamin K berfungsi

sebagai katalisator pada proses pembekuan darah terdapat dalam ASI dengan

jumlah yang cukup dan mudah diserap.

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif

Salah satu faktor yang menentukan terjadinya masalah kesehatan di

masyarakat yaitu ciri manusia atau karakteristik manusia, yang termasuk dalam

unsur karakteristik manusia antara lain : pengetahuan, pendidikan, pekerjaan,

status perkawinan, status sosial ekonomi, ras/etnik agama dan sosial budata

(Azwar, 1999). Berdasarkan teori Lawrence green (1980), faktor faktor yang

mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif terdiri atas:

Predisposing factors. Faktor-fator yang mendahului perilaku yang

memberikan dasar rasional dan motivasi untuk perilaku tersebut :

Universitas Sumatera Utara


15

Pengetahuan. Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indra manusia. Meningkatnya pengetahuan dapat menimbulkan

perubahan persepsi dan pendapat seseorang, pengetahuan juga membentuk

kepercayaan seseorang terhadap suatu hal (Noatmodjo, 2012)

Pekerjaan. Berkerja selalu dijadikan alasan tidak memberikan ASI

Eksklusif pada bayi karena ibu meninggalkan rumah sehingga waktu pemberian

ASI pun berkurang. Dalam lingkungan pekerjaan, di mana tempat ibu bekerja

tidak mendukung apabila ibu memberikan ASI Eksklusif nantinya akan

mengganggu produktifitas dalam bekerja. Ibu yang bekerja akan mengalami

kondisi fisik dan mental yang lelah karena bekerja sepanjang hari dan diet yang

kurang memadai akan berakibat pada kelancaran produksi ASI.

Pendidikan. Orang yang lebih penting berpendidikan tinggi akan

memberikan respon lebih rasional terhadap informasi yang datang dan lebih

berusaha untuk mencari pengetahuan yang kurang diketahui. Mereka juga akan

berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan

tersebut. Bagi sebagian ibu, menyusui merupakan tindakan yang alamiah dan

naluriah. Oleh karena itu, mereka beranggapan bahwa menyusui tidak perlu

dipelajari. Mereka hanya mengetahui ASI adalah makanan yang diperlukan bayi

tanpa memperhatikan aspek lain.

Psikologis. Faktor psikologis dapat berupa ibu yang kurang percaya diri,

kepribadian, kecemasan kestabilan emosi, sikap dan lingkungan pekerjaan. Ibu

merasakan ASI yang diberi secara Eksklusif kepada bayi tidak cukup sehingga ibu

Universitas Sumatera Utara


16

ingin cepat memberikan susu formula kepada bayinya. Kepribadian ibu yang

selalu mengalami tekanan batin karena tidak dapat mendapat dukungan dari

suaminya apabila memberikan ASI secara Eksklusif.

Kelainan bayi. Faktor dari bayi sendiri adalah anak yang lahir sebelum

waktunya yakni premature atau lahir dengan berat badan yang sangat rendah, anak

sakit dan berbagai penyakit macam cacar bibir. Bayi yang lahir dengan berat lahir

2000 gram atau lebih, dengan pemberian ASI saja maka pertumbuhan bayi akan

tetap subur, tetapi jika berat lahir kurang dari 2000 gram diperkirakan bayi

mengalami percepatan dalam pertumbuhan sehingga pemberian ASI saja tidak

mencukupi kebutuhan nutrient untuk pertumbuhan normal.

Kelainan payudara. Kelainan ibu seperti puting lecet, payudara bengkak,

saluran susu tersumbat, radang payudara dan kelainan anatomis pada puting susu

ibu sehingga membuat ibu kesukaran dalam memberikan ASI Eksklusif. Keadaan

ibu yang menyebabkan ibu tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya

adalah kegagalan laktasi dan penyakit pada ibu serta adanya kelainan pada

payudara yaitu terjadinya pembendungan air susu karena penyempitan duktus

laktiferus oleh karena tidak dikosongkan dengan sempurna, kelainan puting susu

seperti puting susu terbenam dan cekung sehingga menyulitkan bagi bayi untuk

menyusu, mastitis (suatu peradangan pada payudara disebabkan oleh kuman

terutama Staphylococcus aureus melalui luka pada putting susu), tidak ada air

susu (agalaksia), dan air susu sedikit keluar (oligogalaksia).

Enabling factors. Faktor-faktor yang mendahului perilaku yang

memungkinkan sebuah otivasi untuk di realisasikan.

Universitas Sumatera Utara


17

Ketersediaan sumber/fasilitas. Dukungan instrumental merupakan

dukungan yang nyata dan dalam bentuk materi dan waktu yang bertujuan untuk

meringankan beban bagi individu yang membutuhkan orang lain untuk

memenuhinya. Suami harus mengetahui jika istri dapat bergantung padanya

sekiranya istri memerlukan bantuan.

Keterjangkauan fasilitas. Kemajuan teknologi dan canggihnya

komunikasi, serta gencarnya promosi susu formula sebagai pengganti ASI

membuat masyarakat kurang mencapai kesehatan ASI, sehingga akhirnya

memilih susu formula (Prasetyono, 2009).

Reinforcing factors. Faktor-faktor yang mengikuti sebuah perilaku yang

memberikan pengaruh berkelanjutan terhadap perilaku tersebut dan berkontribusi

terhadap persistensi atau penanggulangan perilaku tersebut.

Sikap dan perilaku kesehatan. Petugas kesehatan adalah peketak dasar

kecerdasan anak-anak Indonesia sehingga membimbing ibu untuk memberikan

ASI Eksklusif.pemberian ASI Eksklusif membuat otak bayi berkembang optimal,

bayi mendapat gizi sempurna dan tumbuh dengan baik.

Pengetahuan. Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil

tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,

telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sampai

menghasilkan pengetahuan sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi

terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh indra

pendengaran (telinga) dan indra pengelihatan (mata) seseorang terhadap objek

mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda - beda (Notoatmojdo, 2010).

Universitas Sumatera Utara


18

Menurut WHO (World Health Organization) yang dikutip oleh

Notoatmodjo, salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh

pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri. Berdasarkan beberapa

pengertian diatas disimpulkan bahwa pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui

oleh seseorang melalui pengenalan sumber informasi, ide yang diperoleh

sebelumnya baik secara formal maupun informal.

Tingkat pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan yang

cukup didalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu :

Tahu (know). Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori

yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Oleh sebab itu “tahu” ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur

bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan,

mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.

Memahami (comprehension). Memahami suatu objek bukan sekedar tahu

terhadap objek tersebut, tidak sekedar menyebutkan, tetapi orang tersebut harus

dapat mengintrepretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap suatu objek yang

dipelajari.

Aplikasi (application). Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil

(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum –

hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi yang lain.

Universitas Sumatera Utara


19

Analisis (analysis). Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan

materi atau suatu objek dalam komponen – komponen tetapi masih didalam

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Sintesis (synthesis). Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu

kemampuan untuk menghubungkan bagian – bagian didalam suatu keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis ini adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi yang ada.

Evaluasi (evaluation). Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian – penilaian itu

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria –

kriteria yang telah ada.

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor internal. Faktor internal yang terdiri atas :

Pendidikan. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita – cita tertentu yang

menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai

keselamatan dan kebahagian. Pendidikan sangatlah penting untuk

keberlangsungan mendapat informasi yang nantinya dapat mengubah kualitas

hidup seseorang dalam memperoleh informasi mengenai kesehatan.

Pekerjaan. Pekerjaan adalah kegiatan ataupun proses dalam mencari

nafkah, menutut Thomas dalam pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan

untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Sedangkan bekerja

merupakan kegiatan yang menyita waktu.

Universitas Sumatera Utara


20

Umur. Semakin cukup unur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang

akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat

seseorang yang lebih dewasa dipercayai dari orang yang belum tinggi

kedewasaannya.

Faktor eksternal. Faktor eksternal terdiri atas :

Faktor lingkungan. Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada

disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan

perilaku orang atau kelompok.

Sosial budaya. Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

Sikap. Suci (2018), Ibu yang menganggap bahwa ASI merupakan

makanan terbaik untuk bayi berencana untuk memberikan ASI selama 6 bulan.

Sikap ibu terhadap pemberian makan bayi menjadi prediktor kuat dalam

pemberian ASI Eksklusif. Sikap yang salah juga dapat dilihat dalam pemberian

makanan terhadap bayinya berdasarkan hasil wawancara mendalam antara lain :

menyusui bayinya sekaligus diberi susu formula, ibu memberikan cairan lain yang

seperti air, madu, buah-buahan yang lembek, serta memberikan MP-ASI sebelum

bayi berumur 6 bulan.

Sedangkan menurut Notoatmodjo (2012) sikap merupakan reaksi atau

respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap

stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari – hari merupakan reaksi yang

Universitas Sumatera Utara


21

bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu

tindakan atau aktifitas tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

Menurut Notoatmodjo (2012), sikap terdiri dari berbagai tingkatan, seperti

yang dimiliki oleh pengetahuan, yaitu :

Menerima (receiving). Menerima, diartikan bahwa seseorang atau subjek

mau menerima dan memperhatikan stimulus yang diberikan oleh suatu subjek.

Merespon (responding). Memberikan jawaban apabila ditanya,

mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dan

sikap.

Menghargai (valuing). Mengajak orang lain untuk mngerjakan atau

mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi

sikap tingkat ketiga.

Bertanggung jawab (responsible). Bertanggung jawab atas segala sesuatu

yang telah dipilihnya dengan segera resiko adalah sikap yang paling tinggi.

Peran petugas kesehatan. Dukungan petugas kesehatan sangat penting

dalam mendukung ibu memberikan ASI Eksklusif pada bayinya. Menurut WHO /

UNICEF, telah dikembangkan oleh Depkes RI/ BK-PP-ASI (Badan koordinasi –

Peningkatan Penggunaan ASI) telah mengeluarkan pedoman bagi fasilitas

kesehatan yang merawat ibu dan bayi untuk meningkatkan penggunaan ASI yang

disebut The ten sreps to sucsessful breastfeeding (sepuluh langkah menuju

keberhasilan menyusui/ LMKM) yang salah satu isinya bahwa setiap fasilitas

yang menyediakan pelayan persalinan dan perawatan bayi baru lahir hendaknya

membuat kebijakan tertulus mengenai pemberian ASI yang secara rutin

Universitas Sumatera Utara


22

dikomunikasikan kepada semua petugas kesehatan, membantu para ibu

mengawali pemberian ASI dalam setengah jam pertama setelah melahirkan

(Inisiasi Menyusui Dini) (Maryunani, 2012).

Program Pemerintah Terkait Pemberian ASI Eksklusif

Tanggung jawab Pemerintah dalam program pemberian ASI Eksklusif

meliputi : (PP No. 33 Tahun 2012)

1. Menetapkan kebijakan nasional terkait program pemberian ASI Eksklusif;

2. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi program pemberian ASI Eksklusif;

3. Memberikan pelatihan mengenai program pemberian ASI Eksklusif dan

penyediaan tenaga konselor menyusui di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan

tempat sarana umum lainnya;

4. Mengintegrasikan materi mengenai ASI Eksklusif pada kurikulum pendidikan

formal dan nonformal bagi tenaga kesehatan;

5. Membina, mengawasi, serta mengevaluasi pelaksanaan dan pencapaian

program pemberian ASI Eksklusif di fasilitas pelayanan kesehatan, satuan

pendidikan kesehatan, tempat kerja, tempat sarana umum, dan kegiatan di

masyarakat;

6. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkaitan dengan ASI

Eksklusif;

7. Mengembangkan kerja sama mengenai program ASI Eksklusif dengan pihak

lain di dalam dan/ atau luar negeri; dan

8. Menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi dan edukasi atas

penyelenggaraan program pemberian ASI Eksklusif.

Universitas Sumatera Utara


23

Ada sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui yaitu :

1. Mempunyai kebijakan tertulis tentang menyusui yang secara rutin

disampaikan kepada semua staf pelayanan kesehatan untuk diketahui.

2. Melatih semua staf pelayanan kesehatan dengan keterampilan yang diperlukan

untuk menerapkan dan melaksanakan kebijakan tersebut.

3. Menjelaskan kepada seluruh ibu hamil tentang manfaat dan pelaksanaan

menyusui.

4. Membantu ibu – ibu untuk mulai menyusui anaknya dalam waktu 30 menit

setelah melahirkan.

5. Memperlihatkan kepada ibu – ibu bagaimana cara menyusui dan cara

mempertahankannya sekalipun ibu harus berpisah dengan anaknya.

6. Tidak memberikan makanan atau minuman apa pun selain ASI kepada anak

baru lahir, kecuali bila ada indikasi medis.

7. Melaksanakan Rawat Gabung memungkinkan/ mengizinkan ibu dan anak

untuk selalu bersama selama 24 jam.

8. Mendukung ibu agar dapat memberi ASI sesuai dengan keinginan dan

kebutuhan anak (on demand).

9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada anak yang sedang menyusu.

10. Membentuk kelompok pendukung menyusui dan menganjurkan ibu – ibu

yang pulang dari rumah sakit atau klinik untuk selalu berhubungan ke

kelompok tersebut.

Universitas Sumatera Utara


24

Definisi Puskesmas

Menurut Permenkes 75 Tahun 2014, Puskesmas adalah fasilitas pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya

kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya

promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

Visi dan Misi Puskesmas

Visi puskesmas. Visi Puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat

menuju terwujudnya Indonesia sehat. Indikator kecamatan sehat yang ingin

dicapai mancakup 4 indikator utama yakni : 1) Lingkungan Sehat; 2) Perilaku

Sehat; 3) Cakupan pelayanan yang bermutu; 4) Derajat kesehatan penduduk

kecamatan.

Rumusan visi untuk masing – masing puskesmas harus mengacu pada visi

pembangunan kesehatan puskesmas diatas yakni terwujudnya kecamatan Sehat,

yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah

kecamatan setempat.

Misi puskesmas. Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh

puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional.

Misi tersebut adalah :

1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.

Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain yang

diselenggarakan diwilayah kerjanya agar memperhatikan aspek kesehatan, yaitu

pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan,

Universitas Sumatera Utara


25

setidak – tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat sehingga

pembangunan itu dapat mendorong lingkungan dan perilaku masyarakat semakin

sehat.

2. Mendorong kemandirian bagi keluarga dan masyarakat untuk hidup sehat

diwilayah kerjanya.

Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat

yang bertempat tinggal diwilayah kerjanya semakin berdaya dibidang kesehatan,

melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk

hidup sehat.

3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan

terjangkau.

Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan

yang sesuai dengan standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan

pemerataan pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi pengelolaan

sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat

beserta lingkungannya.

Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan

kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan

perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan bertempat tinggal

diwilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi kesehatan yang sesuai.

Universitas Sumatera Utara


26

Tujuan Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas

adalah untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional,

yakni meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang yang bertempat tinggal diwilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat

kesehatan yang setinggi – tingginya.

Fungsi Puskesmas

Fungsi puskesmas yaitu :

1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan

Puskesmas selalu berupaya menyelenggarakan dan memantau penyelenggaraan

pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha wilayah

kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan dan pencegahan penyakit dan

pemulihan kesehatan.

2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,

keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran,

kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan

aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber

pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau

pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan

masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi,

khususnya sosial budaya masyarakat setempat.

Universitas Sumatera Utara


27

3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama

Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat

pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan

kesehatan tingkat pertama menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi :

1) Pelayanan Kesehatan Perseorangan

Pelayanan kesehatan perseorangan adalah pelayanan bersifat pribadi

(Private Goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan

kesehatan perorangan tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan

pencegahan penyakit. Pelayanan perseorangan tersebut adalah rawat jalan dan

untuk puskesmas tertentu ditambahkan dengan rawat inap.

2) Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Pelayanan Kesehatan Masyarakat adalah pelayanan yang bersifat umum

(Public Goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan

serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan

pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain adalah

promosi kesehatan, memberantas penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan

kesehatan masyarakat tersebut antara lain adalah promosi kesehatan, memberantas

penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, memberantas penyakit,

penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga

berencana, kesehatan jiwa serta berbagai kesehatan masyarakat lainnya.

Landasan Teori

Indonesia saat ini masih mengalami keadaan rendahnya pemberian ASI

eksklusif pada anak dimana dapat menimbulkan dampak negatif untuk masa yang

akan datang (Kemenkes RI, 2017). Ibu dapat mempertahankan ASI eksklusif

Universitas Sumatera Utara


28

selama 6 bulan, WHO merekomendasikan agar melakukan inisiasi menyusui

dalam satu jam pertama kehidupan, bayi hanya menerima ASI tanpa tambahan

makanan atau minuman, termasuk air, menyusui sesuai permintaan atau sesering

yang diinginkan bayi, dan tidak menggunakan botol atau dot (WHO, 2018).

Air Susu Ibu (ASI) eksklusif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33

Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif adalah ASI yang diberikan

kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau

mengganti dengan makanan atau minuman lain (kecuali obat,vitamin, dan

mineral) (Kemenkes RI, 2017).

Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori yang dikemukakan di

atas, maka kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Variable Independen Variable Dependen

Pengetahuan Ibu

Sikap Ibu Pemberian ASI Eksklusif

Peran Petugas Kesehatan

Gambar 1. Kerangka konsep

Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini yaitu :

1. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif.

2. Ada hubungan antara sikap ibu dengan pemberian ASI Eksklusif.

3. Ada hubungan antara peran petugas kesehatan dengan pemberian ASI

Eksklusif.

Universitas Sumatera Utara


Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei analitik dengan desain

cross sectional yang dimaksudkan untuk mengetahui dan menggambarkan

hubungan pengetahuan, sikap ibu dan peran petugas kesehatan terhadap

pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Tiram Desa Suka

Maju Kabupaten Batubara tahun 2019, pengukuran atau pengamatan dilakukan

pada saat bersamaan pada data variabel independen dan dependen (sekali waktu).

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Tanjung Tiram

Desa Suka Maju Kabupaten Batubara. Adapun alasan penelitian lokasi ini

dikarenakan angka pemberian ASI Eksklusif yang masih rendah yaitu sebesar

11,3 Persen yang masih jauh dalam mencapai target nasional yaitu sebesar 80

Persen.

Waktu penelitian. Penelitian dimulai pada bulan September tahun 2019

yang diawali dengan survei pendahuluan sampai dengan proses penelitian hingga

selesai.

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang

mempunyai anak yang berumur > 6 bulan yang berada di wilayah kerja

Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batubara yaitu sebanyak 1.199 anak.

Sampel. Sampel penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak yang

berumur > 6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Tiram Desa Suka Maju.

29
Universitas Sumatera Utara
30

Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan

rumus lemeshow berikut :

n = N . Z2. p. q
d . (N-1) + Z . p . q

n = 1199 . (1,96)2 . 0,5 . 0,5


(0,05) . (1199 – 1) + (1,96) . 0,5 . 0,5
n = 1199 . 3,8416. 0,25
15,46
n = 1.152
15,46
n = 74,5
n = 75 orang
Peneliti menetapkan besar sampel sebanyak 75 orang Besar sampel

ditetapkan dengan menggunakan metode purposive sampling. Kriteria probability

sampling yang dugunakan dalam penelitian ini adalah kriteria inklusi, yaitu :

1. Ibu yang mempunyai anak > 6 bulan

2. Bersedia menjadi responden

3. Berdomilisi di Puskesmas Tanjung Tiram Desa Suka Jaya Kabupaten Batubara.

Variabel dan Definisi Operasional

Variabel dependen. Variabel dependen adalah pemberian ASI Eksklusif,

Pemberian ASI Eksklusif adalah tindakan yang dilakukan ibu menyusui apakah

memberikan ASI atau tidak secara Eksklusif, tanpa ada cairan atau makanan lain

selain ASI sampai usia 6 bulan.

Variabel independen. Variabel independen yang terdiri dari :

1. Pengetahuan ibu yaitu menyangkut hal yang diketahui atau pemahaman ibu

mengenai pola menyusui secara eksklusif.

Universitas Sumatera Utara


31

2. Sikap ibu adalah kesiapan ibu untuk bertindak secara konsisten terhadap

perilaku menyusui secara eksklusif.

3. Penilaian ibu apakah peran petugas kesehatan mendukung atau tidak dalam

proses pemberian ASI eksklusif.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data :

1. Wawancara terstruktur berdasarkan pedoman kuesioner.

Kuesioner merupakan cara pengumpulan data yang dilakukan dengan

memberi pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab,

yang meliputi penilaian peneliti terhadap masyarakat yang tinggal di wilayah

kerja puskesmas Tanjung Tiram yang bertujuan untuk memperoleh informasi

yang mendukung, sesuai kebutuhan penelitian.

2. Dokumentasi.

Pengumpulan data yang dilakukan lebih mengarah pada bukti konkret

yaitu dengan cara mengumpulkan sumber-sumber data, Profil kesehatan

Indonesia, Sumatera Utara, Kabupaten Batubara serta profil kesehatan

Puskesmas Tanjung Tiram, dan juga referensi buku-buku penelitian yang

berkaitan dengan ASI Eksklusif.

Universitas Sumatera Utara


32

Metode Pengukuran

Tabel 1

Aspek Pengukuran Variabel Dependen dan Variabel Independen

Variabel n Bobot Kategori Kriteria Skor Skala


Seluruh Jawaban Ukur
Indikator
Pengetahuan 15 15 Benar Baik 8-15 Ordinal
Ibu Salah Kurang 0-7
Sikap Ibu 15 15 Sangat Baik 8-15 Ordinal
Tidak Buruk 0-7
Setuju
(STS)
Tidak
Setuju
(TS)
Setuju (S)
Sangat
Setuju
(SS).
Peran 7 7 Ya Mendukung 4-7 Nominal
Petugas Tidak Tidak
Kesehatan Mendukung 0-3
Pemberian 1 1 Ya Ya - Nominal
ASI Tidak Tidak
Eksklusif

Metode Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini adalah analisis bivariat menggunakan uji

chi square untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap ibu dan peran petugas

kesehatan dengan pemberian ASI Eksklusif. Apabila dengan uji chi square tidak

memenuhi syarat maka dilanjutkan dengan fisher exact.

Analisis ini digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan variabel

independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji chi square pada

tingkat kepercayaan 95%, dengan kriteria :

Universitas Sumatera Utara


33

1. Ho ditolak jika p< α(0,05) maka terdapat hubungan variabel

independen (pengetahuan, sikap, peran petugas kesehatan)

terhadap variabel dependen (pemberian ASI Eksklusif).

2. Ho diterima jika p>α(0,05) maka tidak terdapat hubungan variabel

independen (pengetahuan, sikap, peran petugas kesehatan)

terhadap variabel dependen (pemberian ASI Eksklusif).

Universitas Sumatera Utara


Hasil Penelitian

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Tanjung Tiram terletak di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten

Batu Bara, berbatasan langsung dengan Kecamatan Sei Balai, Talawi, Selat

Malaka yang berjarak : 150 Km dari Pusat Pemerintah Provinsi, 22 Km dari Pusat

Pemerintah Kabupaten, 1 Km dari Pusat Pemerintah Kecamatan, 0,4 Km dari

Pusat Pemerintah Desa.

Puskesmas Tanjung tiram terletak di Desa Sukamaju Kecamatan Tanjung

Tiram Kabupaten Batu Bara dengan luas wilayah kerja 14.568 Km2 Ha, yang
o
meliputi 2 Kelurahan, 11 Desa dengan Temperatur 27-31 C, tinggi dari

permukaan laut 0,5 M dibangun Tahun 1991 di atas tanah 1275 m2M.

Adapun batas-batas wilayah kerjanya sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sei Balai

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Talawi

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sei Balai

Kabupaten Batu Bara merupakan wilayah pemekaran daripada Kabupaten

Asahan pada tahun 2007. Di Kabupaten Batu Bara terdapat 7 buah kecamatan,

151 desa dan kelurahan. Ibu Kota Kabupaten Batu Bara adalah Kota Lima Puluh.

Jarak dari Kota Lima Puluh ke Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara, yaitu Medan,

berkisar 120 Km atau sekitar 2,5 – 3 jam perjalanan darat. Dan ke kecamatan

tanjung tiram berkisar 25 km dari kota lima puluh.

34
Universitas Sumatera Utara
35

Dinas Kesehatan Batu Bara terletak Kota Lima Puluh. Dinas Kesehatan

tersebut memiliki 14 Puskesmas, diantaranya adalah Puskesmas Tanjung tiram

yang berkawasan pesisir pantai.

Gambar 2. Peta wilayah Puskesmas Tanjung Tiram

Adapun tenaga kesehatan yang terdapat di Puskesmas Tanjung Tiram

sebagai berikut :

Tabel 2

Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Tanjung Tiram Tahun 2016

Tenaga Kesehatan n
Dokter Umum 3
S1 kesehatan masyarakat 2
Bidan desa 15
Perawat 20
Petugas gizi 1
Perawat gigi 1
Sanitarian 1
Administrasi 2
Petugas obat 2
TKS 20

Universitas Sumatera Utara


36

Puskesmas ini mempunyai 7 satelit atau puskesmas pembantu yaitu Pustu

Kelurahan Tanjung Tiram, Bogak, Suka Maju, Bagan Dalam, Guntung, Lima

Laras dan Sentang, yang akan di tambah 5 Pustu desa Pahlawan, Bandar Rahmad,

Bagan Arya, Suka Jaya, dan desa Mekar Laras.

Tabel 3

Data Sumber Daya Ketenagaan Sumber daya fisik

Sarana Jumlah Keadaan


Baik Rusak
Gedung Puskesmas Induk 7 Buah Rusak Ringan
Permanent 7 Buah 5 Baik 2 Rusak
Puskesmas Pembantu 5 Buah 3 Baik 2 Rusak
Mobil Ambulance 1 Buah Baik
Roda Dua 2 Buah 1 Baik 1 Rusak

Tabel 4

Jenis Tenaga/Pendidikan

Jenis Tenaga/Pendidikan Jumlah Ket


Dokter Umum
Sarjana Kedokteran 3 PNS 2,KTK DAERAH 1
Dokter Gigi
Sarjana Kedokteran Gigi - -
Perawat
Sarjana Keperawatan/DIV - -
D III Keperawatan 10 PNS 10
SPK 4 PNS 4
Perawat Gigi
D III - -
SPrg 1 PNS 1
Bidan
Kebidanan 5 PNS 5
D III Kebidanan 25 PNS : 10, PTT : 15
SPK plus Bidan 1 PNS 1
Tenaga Gizi
D III 1 PNS 1
Analis Kesehatan - -
Farmasi - -
(bersambung)

Universitas Sumatera Utara


37

Tabel 4

Jenis Tenaga/Pendidikan

Jenis Tenaga/Pendidikan Jumlah Ket


SMF - -
Rekam Medik - -
Kesehatan Lingkungan sanitasi 1 PNS 1
Perawat Gizi 1 PNS 1
Tenaga Administrasi 1 PNS 1
SMA 1
Driver 15 KTK Daerah : 1
Tenaga TKS
Total 65 PNS : 36 Org
PTT : 15 Org
TKS : 20 Org

Analisis Univariat

Distribusi responden berdasarkan karakteristik demografi. Distribusi

responden berdasarkan karakteristik demografi meliputi umur ibu, pendidikan ibu,

jenis kelamin anak, umur anak diperoleh responden dengan kelompok umur ibu

20-30 tahun yaitu sebanyak 58 responden (74,4%), kelompok umur ibu 31-40

tahun sebanyak 14 responden (17,9%), dan kelompok umur ibu 41-50 tahun

sebanyak 3 responden (3,8%). Berdasarkan pendidikan ibu yaitu SD terdiri dari 8

orang (10,7%), pendidikan SMP terdiri dari 30 orang (40,0%), pendidikan SMA

terdiri dari 33 orang (44%), dan yang berpendidikan PT terdiri dari 4 orang

(5,3%). Berdasarkan jenis kelamin anak terdiri dari 32 anak (42,7%) berjenis

kelamin laki laki dan 43 anak (57,3%) berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan

umur anak diperoleh umur bayi 6 bulan – 2 tahun terdiri dari 22 orang (29%),

umur anak 2- < 3 tahun terdiri dari 33 orang (44,0%) dan 3 - < 5 tahun terdiri dari

20 (27%).

Universitas Sumatera Utara


38

Tabel 5

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi (Umur Ibu,


Pendidikan Ibu, Jenis Kelamin Anak dan Umur Anak) di Puskesmas Tanjung
Tiram Tahun 2016

Variabel n %
Umur ibu
20-30 tahun 58 74,4%
31-40 tahun 14 17,9%
41-50 tahun 3 3,8%
Pendidikan ibu
SD 8 10,7%
SMP 30 40,0%
SMA 33 44%
PT 4 5,3%
Jenis kelamin anak
Laki laki 32 42,7%
Perempuan 43 57,3%
Umur anak
6 bulan – 2 tahun 22 29,0%
2 - < 3 tahun 33 44,0%
3 - 5 tahun 20 27,0%

Distribusi responden berdasarkan pengetahuan. Berdasarkan

penelitian mengenai pengetahuan responden, pengetahuan responden dapat dilihat

dari apa yang diketahui oleh responden tentang ASI Eksklusif, Tujuan ASI

Eksklusif, Manfaat ASI Eksklusif, Keunggulan bayi yang diberi ASI Eksklusif.

Berdasarkan lima belas pertanyaan maka diperoleh jawaban terhadap

pertanyaan, apakah kepanjangan dari ASI, sebanyak 27 responden (36,0%)

menjawab benar yaitu air susu ibu, sedangkan 48 responden (64,0%) menjawab

salah. Apakah yang dimaksud dengan ASI Eksklusif, sebanyak 20 responden

(26,7%) menjawab benar yaitu pemberian ASI saja tanpa cairan lain atau

makanan padat sampai usia 6 bulan, sedangkan 55 responden (73,3%) menjawab

salah. Apakah pemberian ASI penting bagi bayi, sebanyak 24 responden (32,0%)

menjawab benar yaitu penting, sedangkan 51 responden (68,0%) menjawab salah.

Universitas Sumatera Utara


39

Kapan seseorang bayi harus segera diberikan ASI petamanya, sebanyak 20

responden (26,7%) menjawab benar yaitu segera setelah lahir atau maksimal 1

jam setelah lahir, sedangkan 55 responden (73,3%) menjawab salah.

Berapa lama bayi diberikan ASI saja, sebanyak 29 responden (38,7%)

menjawab benar yaitu 0-6 bulan, sedangkan 46 responden (61,3%) menjawab

salah. Apakah manfaat yang didapat dari pemberian ASI, sebanyak 20 responden

(26,7%) menjawab benar yaitu semua jawaban benar, sedangkan 55 responden

(73,3%) menjawab salah. Apa saja kandungan yang terdapat dalam ASI, sebanyak

30 responden (40,0%) menjawab benar yaitu semua benar, sedangkan 45

responden (60,0%) menjawab salah. Apa keunggulan bayi yang diberi ASI

Eksklusif dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI Eksklusif,

sebanyak 14 responden (18,7%) menjawab benar yaitu 1 dan 2 adalah benar,

sedangkan 61 reponden (81,3%) menjawab salah. Apakah memberikan ASI

Eksklusif selama 6 bulan memberikan manfaat bagi ibu, sebanyak 37 responden

(49,3%) menjawab benar yaitu ya, sedangkan 38 responden (50,7%) menjawab

salah. Manfaat apa yang didapatkan oleh ibu, sebanyak 37 responden (49,3%)

menjawab benar yaitu semua jawaban benar, sedangkan 38 responden (50,7%)

menjawab salah. Apakah ibu pernah memberikan makanan tambahan seperti air

tajin, pisang, bubur nasi, susu kemasan (kiloan), sebanyak 66 responden (88,0%)

menjawab benar yaitu tidak, sedangkan 9 responden (12,0%) menjawab salah.

Kalau pernah diusia berapa diberikan makanan tambahan, sebanyak 9

responden (12,0%) menjawab benar yaitu tidak pernah sama sekali, sedangkan 66

responden (88,0 %) menjawab salah. Apakah ASI dapat diganti dengan makanan

lain pengganti ASI (PASI), sebanyak 66 responden (88,0%) menjawab benar yaitu

tidak, sedangkan 9 responden (12,0%) menjawab salah. Frekuensi yang tepat

Universitas Sumatera Utara


40

dalam menyusu berapa kali, sebanyak 31 responden (41,3%) menjawab benar

yaitu sesering mungkin, sedangkan 44 responden (58,7%) menjawab salah.

Menurut ibu, setelah bayi diberikan ASI Eksklusif sampai usia berapa bayi

dilanjutkan diberikan ASI, sebanyak 23 responden (30,7%) menjawab benar yaitu

2 tahun, sedangkan 52 responden (69,3%) menjawab salah.

Tabel 6

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu

Pertanyaan Uraian Jawaban Tentang Benar


Pengetahuan n %
Apakah a. Air susu ibu 27 36,0
kepanjangan b. Anak sayang ibu 13 17,3
dari ASI? c. Ayah sayang ibu 2 2,7
d. Asupan susu ibu 33 44,0
Menurut ibu, a. Makanan alamiah bagi bayi sampai 16 21,3
apakah yang usia 2 tahun
dimaksud b. Pemberian ASI ditambah susu 23 30,7
dengan ASI formula sampai usia 6 bulan
Eksklusif? c. Pemberian ASI saja tanpa cairan 20 26,7
lain atau makanan padat sampai
usia 6 bulan
d. Pemberian ASI ditambah susu 16 21,3
formula dan makanan padat sampai
usia 2 tahun
Apakah pemberian a. Tidak penting 11 14,7
ASI penting b. Ragu ragu 28 37,3
bagi bayi? c. Penting 24 32,0
d. Tidak tahu 12 16,0
Menurut ibu, kapan a. Segera setelah bayi lahir atau 20 26,7
seorang bayi maksimal 1 jam setelah lahir
harus segera b. Menunggu ibu untuk benar benar 27 36,0
diberikan ASI siap memberikan ASI
pertamanya? c. Setelah bayi diberikan susu formula 24 32,0
untuk latihan menghisap barulah
diberikan ASI petama
d. Menunggu bayi menangis karena 4 5,3
kelaparan
(bersambung)

Universitas Sumatera Utara


41

Tabel 6

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu

Pertanyaan Uraian Jawaban Tentang Benar


Pengetahuan n %
Apakah manfaat yang a. Memberi nutrisi 5 6,7
didapat dari b. Untuk pertumbuhan dan 36 48,0
pemberian ASI? perkembangan anak
c. Meningkatkan pertumbuhan dan 14 18,7
perkembangan anak
d. Semua jawaban benar 20 26,6
Apa saja kandungan a. Kolostrum 11 14,7
yang terdapat b. Antibodi 24 32,0
dalam ASI? c. Protein susu, taurin, karbohidrat 10 13,3
d. Semua benar 30 40,0
Menurut ibu, apa a. ASI Eksklusif membuat anak 8 10,6
keunggulan bayi cerdas dan mandiri
yang diberi ASI b. ASI Eksklusif menekan angka 9 12,0
Eksklusif kematian bayi dan angka
dibandingkan kesakitan bayi
dengan bayi yang c. A dan B benar 14 18,7
tidak mendapat d. Semua salah 44 58,7
ASI Eksklusif?
Apakah memberikan
ASI Eksklusif a. Ya 37 49,3
selama 6 bulan b. Tidak 38 50,7
memberikan
manfaat bagi ibu?
Bila jawaban ya, a. Menambah panjang kembalinya 6 8,0
manfaat apa yang kesuburan pasca melahirkan
didapatkan oleh b.Menunda kehamilan berikutnya 17 22,7
ibu? c. Lebih cepat langsing 15 20,0
d. Semua jawaban benar 37 49,3
Apakah ibu pernah a. Pernah 66 88,0
memberikan b. Tidak 9 12,0
makanan tambahan
seperti air tajin,
pisang, bubur nasi,
susu kemasan
(kiloan)?
Kalau pernah, diusia a. 6 bulan 26 34,7
berapa diberikan? b. 2-4 bulan 13 17,3
c. Pertama kali saat bayi lahir 27 36,0
d. Tidak pernah sama sekali 9 12,0
(bersambung)

Universitas Sumatera Utara


42

Tabel 6

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu

Pertanyaan Uraian Jawaban Tentang Benar


Pengetahuan n %
Menurut ibu, frekuensi a. 1 kali sehari 5 6,7
yang tepat dalam b. Sesering mungkin 31 41,3
menyusu berapa c. 3-4 kali 27 36,0
kali? d. Setiap bayi menangis 12 16,0
Menurut ibu setelah a. ASI diberikan setelah pemberian 7 9,3
bayi diberikan ASI ASI Eksklusif
Eksklusif, sampai b. 8 bulan 22 29,3
usia berapa bayi c. 1 tahun 23 30,7
dilanjutkan d. 2 tahun 23 30,7
diberikan ASI?

Distribusi responden berdasarkan kategori pengetahuan diperoleh bahwa

dari 75 responden yang termasuk dalam kategori pengetahuan baik sebanyak 26

responden (34,7%) dan responden yang berpengetahuan kurang sebanyak 49

responden (65,3%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7

Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan n %
Baik 26 34,7
Kurang 49 65,3
Jumlah 75 100,0

Distribusi responden berdasarkan sikap. Berdasarkan penelitian

mengenai sikap responden, sikap responden dapat dilihat dari tindakan

memberikan ASI segera setelah mehirkan, tindakan memberikan kostrum kepada

anak, tindakan memberikan ASI saja tanpa adanya tambahan makanan sebelum

umurnya cukup, tindakan pemberian ASI karena bermanfaat bagi tubuh ibu dan

Universitas Sumatera Utara


43

tindakan makanan yang bervariasi untuk memperlancar proses pemberian ASI

kepada anak.

Berdasarkan lima belas pertanyaan maka diperoleh jawaban responden

terhadap pertanyaan saya akan segera memberikan ASI kepada anak saya setelah

melahirkan, sebanyak 22 responden (29,3%) mempunyai sikap sangat setuju, 13

responden (17,3%) mempunyai sikap setuju, 39 responden (52,0%) mempunyai

sikap tidak setuju, sedangkan 1 responden (1,4%) mempunyai sikap sangat tidak

setuju. Jika saya memberikan kolostrum kepada anak saya, maka dia akan mudah

terserang penyakit, sebanyak 19 reponden (25,3%) mempunyai sikap sangat

setuju, 16 responden (21,3%) mempunyai sikap setuju, 39 responden (52,0%)

mempunyai sikap tidak setuju, sedangkan 1 responden (1,4%) mempunyai sikap

sangat tidak setuju.

Saya hanya akan memberikan ASI saja kepada bayi saya sampai usianya 6

bulan karena saya percaya bahwa ASI mengandung karbohidrat, protein lemak,

vitamin dan mineral, sebanyak 16 responden (21,3%) mempunyai sikap sangat

setuju, sebanyak 20 responden (26,7%) mempunyai sikap setuju, 38 responden

(50,7%) mempunyai sikap tidak setuju, sedangkan 1 responden (1,3%)

mempunyai sikap sangat tidak setuju.

Saya akan memberikan ASI (Kolostrum) sebagai makanan pertama kepada

bayi saya karema komposisinya yang ideal, sebanyak 16 responden (21,3%)

mempunyai sikap sangat setuju, sebanyak 21 responden (28,0%) mempunyai

sikap setuju, 37 responden (49,3%) mempunyai sikap tidak setuju, sedangkan 1

responden (1,4%) mempunyai sikap sangat tidak setuju. Saya akan memberikan

Universitas Sumatera Utara


44

ASI Eksklusif pada bayi saya karena bermanfaat bagi saya, bayi saya dan negara,

sebanyak 14 responden (18,7%) mempunyai sikap sangat setuju, sebanyak 20

responden (26,7%) mempunyai sikap setuju, 41 responden (54,6%) mempunyai

sikap tidak setuju, sedangkan 0 responden mempunyai sikap sangat tidak setuju.

Walaupun tetangga saya dan orang tua saya mengatakan jika bayi dibawah 6

bulan menangis dan rewel, maka boleh diberikan makanan tambahan, saya tidak

akan mendengarkan mereka dan tetap memberi ASI Eksklusif sampai usia bayi

saya tepat 6 bulan, sebanyak 14 responden (18,7%) mempunyai sikap sangat

setuju, sebanyak 22 responden (29,3%) mempunyai sikap tidak setuju, 37

responden (49,3%) mempunyai sikap tidak setuju sedangkan 2 responden (2,7%)

mempunyai sikap sangat tidak setuju.

Jika saya memakan makanan yang bervariasi maka ASI saya akan

terpenuhi gizinya serta terdukung kelancaran produksi ASI saya, sebanyak 15

responden (20,0%) mempunyai sikap sangat setuju, sebanyak 19 responden

(25,3%) mempunyai sikap setuju, 37 responden (49,3%) mempunyai sikap tidak

setuju, sedangkan 4 responden (5,4%) mempunyai sikap sangat tidak setuju.

Walaupun saya sibuk bekerja, saya akan tetap rutin dalam memberikan ASI

kepada anak saya, sebanyak 14 responden (18,7%) mempunyai sikap sangat

setuju, sebanyak 21 responden (28,0%) mempunyai sikap setuju, 39 responden

(52,0%) mempunyai sikap tidak setuju, sedangkan 1 responden (1,3%)

mempunyai sikap sangat tidak setuju. Walaupun suami saya tidak mendukung

proses pemberian ASI Eksklusif, maka saya akan tetap memberi ASI kepada anak

saya, sebanyak 19 responden (25,3%) mempunyai sikap sangat setuju, sebanyak

Universitas Sumatera Utara


45

10 responden (13,3%) mempunyai sikap setuju, 39 responden (52,0%)

mempunyai sikap tidak setuju, sedangkan 7 responden (9,2%) mempunyai sikap

sangat tidak setuju. Saya akan memberikan ASI kepada bayi saya sampai usianya

tepat 6 bulan, sebanyak 19 responden (25,3%) mempunyai sikap sangat setuju,

sebanyak 11 responden (14,7%) mempunyai sikap setuju, 41 responden (54,7%)

mempunyai sikap tidak setuju, sedangkan 4 responden (5,3%) mempunyai sikap

sangat tidak setuju. Walaupun bayi saya dalam keadaan diare, saya akan tetap

memberikan ASI kepadanya, sebanyak 18 responden (24,0%) mempunyai sikap

sangat setuju, sebanyak 14 responden (18,7%) mempunyai sikap setuju, 39

responden (52,0%) mempunyai sikap tidak setuju, sedangkan 4 responden (5,3%)

untuk sikap sangat tidak setuju.

Jika saya sedang sakit, saya akan tetap memberikan ASI kepada anak saya

dan tidak akan memberikan makanan tambahan sampai usianya 6 bulan, sebanyak

18 responden (24,0%) mempunyai sikap sangat setuju, sebanyak 17 responden

(22,7%) mempunyai sikap setuju, 39 responden (52,0%) mempunyai sikap tidak

setuju, sedangkan 1 responden (1,3%) untuk sikap sangat tidak setuju. Walaupun

makanan dalam proses mendukung kelancaran ASI saya mahal, saya akan tetap

membelinya agar kebutuhan nutrisi anak saya terpenuhi, sebanyak 17 responden

(22,7%) mempunyai sikap sangat setuju, sebanyak 15 responden (20,0%)

mempunyai sikap setuju, 42 responden (56,0%) mempunyai sikap tidak setuju,

sedangkan 1 responden (1,3%) mempunyai sikap sangat tidak setuju. Jika saya

mampu memberikan ASI, maka saya tidak akan memberikan susu formula pada

bayi saya, sebanyak 17 responden (22,7%) mempunyai sikap sangat setuju,

Universitas Sumatera Utara


46

sebanyak 15 responden (20,0%) mempunyai sikap setuju, 40 responden (53,3%)

mempunyai sikap tidak setuju, sedangkan 3 responden (4,0%) mempunyai sikap

sangat tidak setuju. Jika saya memberikan ASI Eksklusif kepada anak saya sampai

usia 2 tahun, maka kecerdasan anak saya akan meningkat, sebanyak 17 responden

(22,7%) mempunyai sikap sangat setuju, sebanyak 16 responden (21,3%)

mempunyai sikap setuju, 38 responden (50,7%) mempunyai sikap tidak setuju,

sedangkan 4 responden (5,3%) mempunyai sikap sangat tidak setuju.

Tabel 8

Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Ibu

Pertanyaan Uraian Jawaban Tentang Benar


Sikap n %
Saya akan segera memberikan ASI Sangat Setuju (SS) 22 29,3
kepada anak saya setelah Setuju (S) 13 17,3
melahirkan Tidak Setuju (TS) 39 52,0
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 1,4
Jika saya memberikan kolostrum Sangat Setuju (SS) 19 25,3
kepada anak saya, maka dia tidak Setuju (S) 16 21,3
akan mudah terserang penyakit. Tidak Setuju (TS) 39 52,0
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 1,4
Saya hanya akan memberikan ASI saja Sangat Setuju (SS) 16 21,3
kepada bayi saya sampai usianya 6 Setuju (S) 20 26,7
bulan karena saya percaya bahwa Tidak Setuju (TS) 38 50,7
ASI mengandung karbohidrat, Sangat Tidak Setuju (STS) 1 1,3
protein, lemak, vitamin dan
mineral.
Saya akan memberikan ASI Sangat Setuju (SS) 16 21,3
(Kolostrum) sebagai makanan Setuju (S) 21 28,0
pertama kepada bayi saya karena Tidak Setuju (TS) 37 49,3
komposisinya yang ideal. Sangat Tidak Setuju (STS) 1 1,4
Saya akan memberikan ASI Eksklusif Sangat Setuju (SS) 14 18,7
pada bayi saya karena bermanfaat Setuju (S) 20 26,7
bagi saya, bayi saya dan negara. Tidak Setuju (TS) 41 54,6
Sangat Tidak Setuju (STS) 0 0
(bersambung)

Universitas Sumatera Utara


47

Tabel 8

Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Ibu

Pertanyaan Uraian Jawaban Tentang Benar


Sikap n %
Walaupun tetangga saya dan orang tua Sangat Setuju (SS) 14 18,7
saya mengatakan jika bayi Setuju (S) 22 29,3
dibawah 6 bulan menangis dan Tidak Setuju (TS) 37 49,3
rewel, maka boleh diberikan Sangat Tidak Setuju (STS) 2 2,7
makanan tambahan, saya tidak
akan mendengarkan mereka dan
tetap memberi ASI Eksklusif
sampai usia bayi saya tepat 6
bulan.
Jika saya memakan makanan yang Sangat Setuju (SS) 15 20,0
bervariasi maka ASI saya akan Setuju (S) 19 25,3
terpenuhi gizinya serta terdukung Tidak Setuju (TS) 37 49,3
kelancaran produksi ASI saya. Sangat Tidak Setuju (STS) 4 5,4
Walaupun saya sibuk bekerja, saya Sangat Setuju (SS) 14 18,7
akan tetap rutin dalam memberikan Setuju (S) 21 28,0
ASI kepada anak saya. Tidak Setuju (TS) 39 52,0
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 1,3
Walaupun suami saya tidak Sangat Setuju (SS) 19 25,3
mendukung proses pemberian ASI Setuju (S) 10 13,3
Eksklusif, maka saya akan tetap Tidak Setuju (TS) 39 52,0
memberi ASI kepada anak saya. Sangat Tidak Setuju (STS) 7 9,2
Saya akan memberikan ASI kepada Sangat Setuju (SS) 19 25,3
bayi saya sampai usianya tepat 6 Setuju (S) 11 14,7
bulan. Tidak Setuju (TS) 41 54,7
Sangat Tidak Setuju (STS) 4 5,3
Walaupun bayi saya dalam keadaan Sangat Setuju (SS) 18 24,0
diare, saya akan tetap memberikan Setuju (S) 14 18,7
ASI kepadanya. Tidak Setuju (TS) 39 52,0
Sangat Tidak Setuju (STS) 4 5,3
Jika saya sedang sakit, saya akan tetap Sangat Setuju (SS) 18 24,0
memberikan ASI kepada anak saya Setuju (S) 17 22,7
dan tidak akan memberikan Tidak Setuju (TS) 39 52,0
makanan tambahan sampai usianya Sangat Tidak Setuju (STS) 1 1,3
6 bulan.
Walaupun makanan dalam proses Sangat Setuju (SS) 17 22,7
mendukung kelancaran ASI saya Setuju (S) 15 20,0
mahal, saya akan tetap Tidak Setuju (TS) 42 56,0
membelinya agar kebutuhan nutrisi Sangat Tidak Setuju (STS) 1 1,3
anak saya terpenuhi.
(bersambung)

Universitas Sumatera Utara


48

Tabel 8

Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Ibu

Pertanyaan Uraian Jawaban Tentang Benar


Sikap n %
Jika saya mampu memberikan ASI, Sangat Setuju (SS) 17 22,7
maka saya tidak akan memberikan Setuju (S) 15 20,0
susu formula pada bayi saya. Tidak Setuju (TS) 40 53,3
Sangat Tidak Setuju (STS) 3 4,0
Jika saya memberikan ASI Eksklusif Sangat Setuju (SS) 17 22,7
kepada anak saya sampai usia 2 Setuju (S) 16 21,3
tahun, maka kecerdasan anak saya Tidak Setuju (TS) 38 50,7
akan meningkat. Sangat Tidak Setuju (STS) 4 5,3

Distribusi responden berdasarkan kategori sikap ibu, diperoleh bahwa dari

75 responden yang termasuk dalam kategori sikap baik sebanyak 35 responden

(46,7%) dan responden yang mempunyai sikap buruk sebanyak 40 responden

(53,3%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 9

Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap Ibu

Sikap ibu n %
Baik 35 46,7
Buruk 40 53,3
Jumlah 75 100,0

Distribusi responden berdasarkan penilaian terhadap peran petugas

kesehatan. Berdasarkan penelitian mengenai penilaian responden terhadap peran

petugas kesehatan dapat dilihat dari mendukung dan tidak mendukungnya peran

petugas kesehatan dalam menjelaskan proses pemberian ASI Eksklusif saat ibu

melakukan pemeriksaan kehamilan, menjelaskan bagaimana manfaat ASI

Eksklusif secara detail, menjelaskan bagaimana cara memberikan ASI Eksklusif

Universitas Sumatera Utara


49

yang baik dan benar, meyakinkan bahwa ibu dapat memberikan ASI secara

Eksklusif, menjelaskan solusi atau jalan keluar masalah masalah yang timbul saat

proses pemberian ASI nantinya, menganjurkan agar tidak memberikan susu

formula pada bayi umur kurang dari 6 bulan dan memberikan saran mengenai

kebutuhan nutrisi ibu selama menyusui.

Berdasarkan delapan pertanyaan maka diperoleh jawaban responden

terhadap pertanyaan, bidan ikut serta menjelaskan proses pemberian ASI

Eksklusif saat ibu melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 35 responden

(46,7%) menjawab ya sedangkan 40 responden (52,3%) menjawab tidak. Bidan

menjelaskan bagaimana manfaat ASI Eksklusif secara detail, sebanyak 37

responden (49,3%) menjawab ya, sedangkan 38 responden (50,7%) menjawab

tidak. Bidan menjelaskan bagaimana cara memberikan ASI Eksklusif yang baik

dan benar, sebanyak 38 responden (50,3%) menjawab ya, sedangkan sebanyak 37

responden (49,3%) menjawab tidak.

Bidan meyakinkan bahwa ibu dapat memberikan ASI secara Eksklusif,

sebanyak 32 responden (42,7%) menjawab ya, sedangkan 43 responden (57,3%)

menjawab tidak. Bidan menjelaskan tentang solusi atau jalan keluar masalah

masalah yang timbul saat proses pemberian ASI nantinya, sebanyak 34 responden

(45,3%) menjawab ya, sedangkan 41 responden (54,7%) menjawab tidak. Bidan

menganjurkan agar memberikan susu formula pada bayi umur kurang dari 6

bulan, sebanyak 30 responden (40,0%) menjawab ya, sedangkan 45 responden

(60,0%) menjawab tidak. Bidan memberikan saran mengenai kebutuhan nutrisi

Universitas Sumatera Utara


50

ibu selama menyusui, sebanyak 31 responden (41,3%) menjawab ya, sedangkan

44 responden (58,7%) menjawab tidak.

Tabel 10

Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian terhadap Peran Petugas Kesehatan

Uraian Jawaban Penilaian


Pertanyaan Tentang Peran Petugas Benar
Kesehatan n %
Bidan ikut serta menjelaskan proses Ya 35 46,7
pemberian ASI Eksklusif saat ibu Tidak 40 52,3
melakukan pemeriksaan kehamilan
Bidan menjelaskan bagaimana Ya 37 49,3
manfaat ASI Eksklusif secara detail Tidak 38 50,7
Bidan menjelaskan bagaimana cara Ya 38 50,3
memberikan ASI Eksklusif yang baik Tidak 37 49,7
dan benar
Bidan meyakinkan bahwa ibu dapat Ya 32 42,7
memberikan ASI secara Eksklusif Tidak 43 57,3
Bidan menjelaskan tentang solusi atau Ya 34 45,3
jalan keluar masalah masalah yang Tidak 41 54,7
timbul saat proses pemberian ASI
nantinya
Bidan menganjurkan agar memberikan Ya 30 40,0
susu formula pada bayi umur kurang Tidak 45 60,0
dari 6 bulan
Bidan memberikan saran mengenai Ya 31 41,3
kebutuhan nutrisi ibu selama menyusui Tidak 44 58,7

Distribusi responden berdasarkan kategori penilaian terhadap peran

petugas kesehatan. Distribusi responden berdasarkan kategori penilaian terhadap

peran petugas kesehatan dalam ASI Eksklusif diperoleh bahwa dari 75 responden

yang termasuk dalam kategori mendukung sebanyak 24 responden (32,0%) dan

yang tidak mendukung sebanyak 51 responden (68,0%). Secara rinci dapat dilihat

pada tabel berikut :

Universitas Sumatera Utara


51

Tabel 11

Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Penilaian Peran Petugas Kesehatan

Peran Petugas Kesehatan N %


Mendukung 24 32,0
Tidak Mendukung 51 68,0
Jumlah 75 100,0

Distribusi responden berdasarkan kategori pemberian ASI Eksklusif.

Distribusi responden berdasarkan kategori penilaian terhadap peran petugas

kesehatan diperoleh bahwa dari 75 responden diketahui sebanyak 16 (21,7%)

responden yang memberikan ASI secara Eksklusif. Sedangkan, sebanyak 59

(78,7%) responden tidak memberikan ASI secara Eksklusif. Secara rinci dapat

dilihat pada tabel 10 berikut :

Tabel 12

Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pemberian ASI secara Eksklusif

Pemberian ASI Eksklusif N %


Ya 16 21,3
Tidak 59 78,7
Jumlah 75 100,0

Analisis Bivariat

Hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif

Puskesmas Tanjung Tiram Tahun 2019. Hasil analisis hubungan antara

pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif menunjukan bahwa dari 26 ibu

yang berpengetahuan baik terdapat sebanyak 8 (30,8%) responden yang

memberikan ASI secara Eksklusif dan terdapat sebanyak 18 (69,2%) responden

yang tidak memberikan ASI secara Eksklusif, sedangkan diantara 49 responden

Universitas Sumatera Utara


52

yang berpengetahuan kurang terdapat sebanyak 8 (16,3%) responden yang

memberikan ASI secara Eksklusif dan terdapat sebanyak 41 (83,7%) responden

yang tidak memberikan ASI secara Eksklusif. Berdasarkan hasil uji statistik di

atas, diperoleh nilai p adalah 0,003 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan antara pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif. Hasil analisis,

diketahui nilai OR adalah 6,8 yang artinya responden yang memiliki pengetahuan

baik berpeluang 6,8 kali untuk memberikan ASI secara Eksklusif dibanding

responden yang memiliki pengetahuan kurang.

Tabel 13

Hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif Puskesmas


Tanjung Tiram Tahun 2019

Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif Total OR p


ibu ASI Eksklusif Tidak ASI (95% value
Eksklusif CI)
n % n % n %
Baik 8 30,8 18 69,2 26 100 6,825 0,003
Kurang 8 16,3 41 83,7 49 100 (1,985-
23,468)
Total 16 21,3 59 78,7 75 100

Hubungan antara sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif

Puskesmas Tanjung Tiram Tahun 2019. Hasil analisis hubungan antara sikap

ibu dengan pemberian ASI Eksklusif menunjukan bahwa dari 35 responden yang

memiliki sikap baik terdapat sebanyak 8 (22,9%) responden yang memberikan

ASI secara Eksklusif dan terdapat sebanyak 27 (77,1%) responden yang tidak

memberikan ASI secara Eksklusif, sedangkan diantara 40 responden yang

mempunyai sikap buruk terdapat sebanyak 8 (20,0%) responden yang

Universitas Sumatera Utara


53

memberikan ASI secara Eksklusif dan terdapat sebanyak 32 (80,0%) responden

yang tidak memberikan ASI secara Eksklusif.

Berdasarkan hasil uji statistik di atas, diperoleh nilai p adalah 0,02

(p<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap ibu

dengan pemberian ASI Eksklusif. Dari hasil analisis, diketahui nilai OR adalah

5,6 yang artinya responden yang mempunyai sikap baik berpeluang 5,6 kali untuk

pemberian ASI secara Eksklusif dibanding responden yang mempunyai sikap

buruk.

Tabel 14

Hubungan antara Sikap Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif Puskesmas Tanjung
Tiram Tahun 2019

Sikap ibu Pemberian ASI Eksklusif Total OR p


ASI Eksklusif Tidak ASI (95% value
Eksklusif CI)
n % n % n %
Baik 8 22,9 27 77,1 35 100 5,556 0,02
Buruk 8 20,0 32 80,0 40 100 (1,329-
22,214)
Total 16 21,3 59 78,7 75 100

Hubungan antara peran petugas kesehatan dengan pemberian ASI

eksklusif Puskesmas Tanjung Tiram Tahun 2019. Hasil analisis hubungan

antara peran petugas kesehatan dengan pemberian ASI Eksklusif menunjukan

bahwa dari 24 responden yang menilai bahwa petugas kesehatan mendukung

dalam proses pemberian ASI eksklusif terdapat sebanyak 11 (45,8%) responden

yang memberikan ASI secara Eksklusif dan terdapat sebanyak 13 (54,2%)

responden yang tidak memberikan ASI secara Eksklusif, sedangkan diantara 51

responden yang menilai bahwa peran petugas kesehatan tidak mendukung

Universitas Sumatera Utara


54

terdapat sebanyak 5 (9,8%) responden yang memberikan ASI secara Eksklusif

dan terdapat sebanyak 46 (90,2%) responden yang tidak memberikan ASI secara

Eksklusif.

Berdasarkan hasil uji statistik di atas, diperoleh nilai p adalah 0,001

(p<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara peran petugas

kesehatan dan pemberian ASI Eksklusif. Hasil analisis, diketahui nilai OR adalah

7,8 yang artinya peran petugas kesehatan yang mendukung berpeluang 7,8 kali

untuk melakukan pemberian ASI Eksklusif dibanding yang tidak mendukung

peran petugas kesehatan untuk melakukan pemberian ASI secara Eksklusif.

Tabel 15

Hubungan antara Peran Petugas Kesehatan dengan Pemberian ASI Eksklusif


Puskesmas Tanjung Tiram Tahun 2019

Peran Pemberian ASI Eksklusif Total OR p


Petugas ASI Eksklusif Tidak ASI (95% value
Kesehatan Eksklusif CI)
n % n % n %
Mendukung 11 45,8 13 54,2 24 100 7,785 0,001
Tidak 5 9,8 46 90,2 51 100 (2,291-
Mendukung 26,456)
Total 16 21,3 59 78,7 75 100

Universitas Sumatera Utara


Pembahasan

Hasil analisis uji statistik bivariat dengan menggunakan uji chi-square

dalam penelitian ini terdapat sampel yang berjumlah 75 orang yang dijadikan

sebagai responden, menunjukkan bahwa variabel pengetahuan ibu, sikap ibu dan

peran petugas kesehatan memiliki hubungan dengan pemberian ASI Eksklusif di

Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Tahun 2019.

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif

Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,003 (p<0,05), maka dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan pemberian ASI

Eksklusif. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Norhidayu (2017) dilihat bahwa

responden yang mempunyai pengetahuan baik dan memberikan ASI Eksklusif

pada bayi sebanyak 32 orang (69,6%) dan responden dengan pengetahuan baik

tetapi tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayi sebanyak 9 orang (19,6%).

Sedangkan responden dengan pengetahuan sedang dan pengetahuan kurang baik

masing masing tidak memberikan ASI Eksklusif yaitu sebanyak 4 orang (8,7%)

untuk pengetahuan dan 1 orang (2,2%) untuk pengetahuan baik.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan Chi Square antara variabel

pengetahuan ibu tentang ASI dengan variabel pemberian ASI Eksklusif diperoleh

p value 0,002 (<0,05) yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara

pengetahuan ibu tentang ASI terhadap pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas

Kassi-Kassi.

Pengetahuan ASI Eksklusif sangat penting dimiliki seorang ibu, karena

dapat mempengaruhi dan memotivasi ibu dalam pemberian ASI Eksklusif.

55
Universitas Sumatera Utara
56

Dengan pengetahuan yang baik maka ibu akan memberikan ASI secara Eksklusif

kepada bayinya karena ibu tahu manfaat dan pentingnya ASI Eksklusif bagi

bayinya.

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indra manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

dan raba (Notoadmodjo,2012).

Pengetahuan tentang ASI berupa apa saja yang diketahui responden

tentang ASI. Adapun yang harus diketahui oleh responden mengenai ASI, yaitu

pengertian ASI, kandungan ASI, manfaat menyusui bagi ibu maupun anaknya,

manfaat kolostrum, manfaat memberikan ASI secara Eksklusif yang mampu

menunjang pemberian ASI pada anaknya.

Hasil penelitian diwilayah kerja Puskesmas Tanjung Tiram menunjukkan

bahwa rendahnya pengetahuan responden diduga disebabkan antara lain

kurangnya informasi dan kurangnya kemampuan responden untuk memahami

informasi yang diterima. Hal ini juga menunjukkan bahwa pengetahuan ibu masih

rendah tentang pentingnya ASI Eksklusif. Terlihat ketika mengisi kuesioner

banyak ibu yang tidak tahu terhadap pernyataan “Manfaat ASI Eksklusif pada

bayi adalah bayi mendapat zat antibodi alami, nutrisi serta mengandung gizi yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan termasuk kecerdasan bayi”.

Berdasarkan hasil kuesioner tersebut juga ditemukan bahwa banyak

responden yang tidak mengetahui apa keunggulan bayi yang diberi ASI Eksklusif

dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI Eksklusif, sebanyak 44

Universitas Sumatera Utara


57

responden menjawab semua salah yaitu keunggulan bayi yang diberi ASI

Eksklusif membuat anak cerdas dan mandiri dan juga dapat menekan angka

kesakitan bayi. Responden beranggapan bahwa tidak ada perbedaan dan dampak

yang terjadi pada bayi yang diberi ASI secara Eksklusif maupun bayi yang tidak

diberi ASI secara Eksklusif.

Hasil kuesioner peneliti berasumsi bahwa pengetahuan ibu di wilayah

kerja Puskesmas Tanjung Tiram masih rendah. Banyak ibu yang memberikan

makanan tambahan seperti air tajin, pisang, bubur nasi, susu kemasan (kiloan)

sebelum berumur 6 bulan.

Air putih dan air tajin dinilai dapat diberikan karena menurut pengalaman

ibu, ketika anak menangis diberi air tersebut, maka anak langsung diam.

Sedangkan madu dipercaya bisa membuat anak tidak mudah terserang penyakit.

Disamping itu, pemberian ASI yang tidak sampai umur 6 bulan karena ASInya

sedikit, ibu juga memberikan susu formula dengan alasan karena ASI belum

keluar dan anak masih kesulitan menyusu sehingga anak akan menangis bila

dibiarkan saja.

Kurangnya keyakinan terhadap kemampuan memproduksi ASI untuk

memuaskan anaknya mendorong ibu untuk memberikan susu tambahan melalui

botol. Pemberian susu formula menjadi salah satu penyebab ibu tidak memberikan

ASI Eksklusif kepada anaknya. Kandungan gizi susu non-ASI tidak sesuai dengan

kebutuhan anak dan sulit diserap oleh pencernaan anak. Selain itu, susu non-ASI

tidak mengandung antibody dan dapat menyebabkan alergi.

Universitas Sumatera Utara


58

Pemberian makanan tambahan yang sudah melekat didalam pengetahuan

ibu dan masyarakat tidak menimbulkan pertentangan bagi pihak lingkungan yang

disekitar, pertama kali saat bayi lahir dengan sendirinya seorang ibu di Desa Suka

Maju dan dengan pengetahuan seadanya tanpa dorongan oleh siapapun akan

memberikan bayinya makanan pertama baik air tajin, bubur nasi, pisang serta

madu.

Pengetahuan rendah yang merambat menjadi sebuah kebiasaan bahkan

tradisi pemberian makanan pertama saat lahir sudah menjadi hal yang biasa

dikalangan mereka. Ibu yang memiliki pengetahuan baik dalam kesehatan bahkan

tidak ikut serta dalam menyuarakan kebenaran dan mendorong untuk memotivasi

ibu yang lainnya akan kesalahan yang terus terjadi, sehingga kebiasaan akan terus

berlanjut dan berjalan sesuai tradisi dari nenek moyang yang mereka anut.

Hal ini sejalan dengan penelitian Rahman, N (2017) yaitu berdasarkan

fenomena kurangnya pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif yang berpengaruh

terhadap sikap ibu yang akan mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian ASI.

Hal ini menyebabkan hambatan dalam pencapaian ASI Eksklusif secara

maksimal.

Pemberian makanan yang menjadi hal biasa sering menjadi perdebatan

dikalangan yang berpengetahuan baik, namun lama kelamaan akan terkikis seiring

berjalannya tradisi dan kebiasaan yang kuat. Sehingga kebanyakan yang memiliki

pengetahuan baik akan menutup mulut mereka tanpa memperdulikan apa yang

dilakukan sekitar.

Universitas Sumatera Utara


59

Umumnya pengetahuan ibu di Desa Suka Maju sangat kurang karena tidak

ada yang memberikan informasi tentang ASI Eksklusif. Baik informasi dari

suami, keluarga, tenaga kesehatan terbukti dengan jawaban responden melalui

kuesioner yang peneliti berikan yaitu apa yang ibu ketahui tentang ASI Eksklusif

rata rata ibu tidak mengetahuinya tetapi ibu hanya mengetahui ASI Eksklusif itu

hanya memberikan ASI saja dan ibu juga tidak mengetahui berapa lama

pemberian ASI Eksklusif pada bayi. Terdapat beberapa ibu yang mengetahui apa

itu ASI Eksklusif tetapi tetap memberikan makanan tambahan pada bayi.

Peneliti juga menemukan bahwa pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif

dapat diperoleh dari berbagai sumber infomasi. Rendahnya pengetahuan budaya

lokal berupa ideologi makanan untuk bayi. Pengetahuan budaya lokal ini juga

dapat disebut penghambat bagi praktik pemberian ASI Eksklusif.

Pengetahuan tersebut dapat diharapkan agar ibu dapat memperluas

pengetahuannya tetapi pada kenyataannya pada ibu tidak memberikan ASI

Eksklusif dikarenakan ada ibu yang beramggapan bahwa memberikan ASI saja

tidak cukup untuk bayi selama 6 bulan pertama.

Frekuensi pemberian ASI Eksklusif yang keliru sering kali menjadi hal

yang biasa dikalangan ibu-ibu yang berada di lingkungan ini, pengetahuan yang

mereka pahami mengalahkan rasa kebenaran yang ada. Ibu beranggapan bahwa 3-

4 kali dalam sehari dalam pemberian ASI sudah cukup dan diselingi oleh susu

formula.

Pertama kali pemberian ASI eksklusif banyak ibu yang beranggapan

bahwa si bayi perlu dirangsang dengan diberikan susu formula terlebih dahulu,

Universitas Sumatera Utara


60

karena mereka beranggapan susu yang pertama kali keluar (Kolostrum) adalah

susu basi dan sudah seharusnya untuk dibuang karena warnanya yang meragukan.

Pengetahuan tentang pemberian ASI saja tidak cukup karena anak selalu

menangis sedangkan ASI si ibu sedikit menjadi faktor yang sangat kuat

diberikannya susu formula bagi si bayi, selain praktis dan mudah karena sudah

banyak saat ini yang menjual kiloan juga harga yang terjangkau, banyak ibu lebih

memilih susu formula tanpa adanya pemikiran ke masa yang akan datang terhadap

pertumbuhan dan perkembangan bayinya kelak.

Kesalahan yang terjadi baik pada perkembangan dan pertumbuhan anak

dimasa mendatang seringkali tidak menjadi sebuah pengalaman yang begitu

berharga bagi ibu lainnya, mereka memiliki pengetahuan bahwa pemberian susu

formula maupun makanan tambahan lainnya sama sekali tidak memiliki dampak

bagi anak mereka, yang mereka fikir anak mereka akan tenang dan tidak suka

rewel.

Pengetahuan yang baik akan terkalahkan oleh tradisi orang tua yang susah

untuk diubah, mereka seringkali mengambil keputusan sendiri dalam pemberian

makanan tambahan bahkan disaat bayi baru lahir dan orang tua si bayi akan

memaklumi hal yang terjadi tanpa mempedebatkan kesalahan yang telah

dilakukan karena takut untuk menyuarakan pendapatnya dan bahkan nantinya

akan dianggap salah. Pengetahuan yang baik akan tertutup dan tidak terdengar

sama sekali seiring waktu berjalan.

Universitas Sumatera Utara


61

Hubungan Sikap Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif

Hasil uji statistik di atas, diperoleh nilai p adalah 0,02 (p<0,05) sehingga

dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap ibu dengan pemberian ASI

Eksklusif. Sikap merupakan reaksi tertutup dan belum merupakan suatu tindakan

atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

Hasil analisis di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Tiram menunjukkan

bahwa banyaknya ibu yang bersikap buruk disebabkan kurangnya pengetahuan

dan informasi mengenai ASI Eksklusif. Hal ini dibuktikan ketika ibu mengisi

kuesioner, banyak ibu yang tidak setuju terhadap pertanyaan “Saya akan

memberikan ASI Eksklusif pada bayi saya karena bermanfaat bagi saya, bayi saya

dan negara”. Dari hasil kuesioner tersebut penulis berasumsi bahwa pengetahuan

ibu tentang pentingnya ASI Eksklusif pada bayi sangat rendah.

Pengetahuan tentang ASI Eksklusif serta motivasi pemberian ASI

Eksklusif yang kurang, mempengaruhi sikap ibu yang diakibatkan oleh masih

melekatnya pengetahuan budaya lokal tentang pemberian makanan tambahan

pada bayi seperti pemberian madu. Perilaku menyusui yang kurang mendukung

diantaranya membuang kolostrum karena dianggap susu basi, pemberian

makanan/minuman sebelum ASI keluar (prelaktal), serta kurangnya rasa percaya

diri ibu bahwa ASI tidak cukup untuk bayinya.

Hasil penelitian yang dilakukan kepada ibu yang tinggal di Desa Suka

Maju memiliki sikap yang tidak baik tentang pemberian ASI Eksklusif yang

mempunyai manfaat besar pada ibu, seperti menambah panjang kembalinya

kesuburan pasca melahirkan, menunda kehamilan berikutnya, dan dapat

Universitas Sumatera Utara


62

membantu menurunkan berat badan ibu, tetapi masih banyak ibu yang belum

mengetahuinya. Kemudian masih ada ibu yang ragu-ragu tentang fungsi dari ASI

jika dibandingkan dengan susu formula. Kemudian ASI juga dapat mempererat

ikatan rasa nyaman antara ibu dan bayi. ASI juga mengandung antibodi yang

dapat melindungi bayi dari penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus,

jamur maupun parasite.

Ibu yang memiliki sikap kurang percaya diri, kepribadian, kecemasan

kestabilan emosi, sikap dan lingkungan pekerjaan. Ibu merasakan ASI yang diberi

secara Eksklusif kepada bayi tidak cukup sehingga ibu ingin cepat memberikan

susu formula kepada bayinya. Kepribadian ibu yang selalu mengalami tekanan

batin karena tidak dapat mendapat dukungan dari suaminya apabila memberikan

ASI secara Eksklusif.

Sikap kurang percaya diri yang tinggi akan tinggi pula dalam

menghambat proses pemberian ASI Eksklusif pada anaknya, sehingga ibu akan

melakukan apa adanya baik pemberian makan tambahan dan susu formula yang

dirasa cukup tanpa adanya melakukan usaha yang begitu kuat jika si ibu diberikan

motivasi maupun dukungan yang kuat dari orang terdekatnya.

Berdasarkan hasil penelitian Isroni (2017) menunjukkan bahwa sebagian

besar responden sudah bersikap baik terkait ASI Eksklusif yaitu sebesar 84

responden tetapi yang memberikan ASI secara Eksklusif hanya sebesar 26,2%

atau 22 responden dan sebesar 73% responden tidak memberikan ASI Eksklusif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan sikap ibu dengan

pemberian ASI Eksklusif dengan p <0,05, karena ibu sudah memiliki sikap yang

Universitas Sumatera Utara


63

baik dalam memberikan ASI Eksklusif maka perilakunya juga akan menjadi

konsisten.

Pengetahuan tentang ASI Eksklusif serta motivasi pemberian ASI

Eksklusif yang kurang, mempengaruhi prilaku/sikap ibu yang diakibatkan oleh

masih melekatnya pengetahuan budaya lokal tentang pemberian makanan pada

bayi seperti pemberian makanan tambahan. Perilaku menyusui yang kurang

mendukung diantaranya membuang kolostrum karena dianggap tidak bersih dan

kotor, pemberian makanan/minuman sebelum ASI keluar, serta kurangnya rasa

percaya diri responden bahwa ASI cukup untuk bayinya.

Sikap dalam pemberian ASI Ekslusif, rata-rata ibu yang tinggal di Desa

Suka Maju ini tidak memberikan ASI eksklusifnya dikarenakan pada saat bayi

lahir ASI tidak keluar sehingga ibu memberikan susu formula terlebih dahulu.

Padahal jika bayi dibiarkan menghisap payudara ibu maka akan jadi pemicu

keluarnya ASI ibu.

Persentase pemberian ASI secara eksklusif tidak ada setengah dari sampel

yang diambil, ibu yang tinggal dengan ibu kandung dan mertua sangat

mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI eksklusif begitu juga dukungan dari

suami. Selain itu, alasan dari responden adalah budaya yang ada di Desa Suka

Maju bahwa sesampainya ibu di rumah setelah melahirkan dari klinik bersalin

atau rumah sakit, bayi diberikan makanan seperti gula merah atau madu sebagai

tanda penyambutan datangnya keluarga baru.

Hasil penelitian dari kuesioner menjelaskan bahwa banyak sikap ibu yang

tidak setuju jika memakan makanan yang bervariasi akan cukup untuk kebutuhan

Universitas Sumatera Utara


64

ASI dan terpenuhi kualitasnya untuk diberikan pada bayinya karena mereka

beranggapan apapun makanan yang mereka makan selama ini nyatanya cukup

untuk memenuhi kebutuhan ASI anaknya, dan menganggap bahwa makanan yang

bervariasi tidak terlalu begitu penting dibanding dengan kebutuhan hidup mereka

yang begitu banyak sedangkan pendapatan hanya pas pasan. Banyaknya

kepentingan untuk dilakukan pada kepentingan lain menjadikan makanan

bervariasi untuk pemberian ASI diurutan paling akhir dalam kehidupan mereka.

Sikap tidak peduli terhadap sekitar bahkan kepada kebutuhan pertumbuhan

dan perkembangan bayinya menjadi hambatan besar dalam adanya motivasi dan

dukungan dari luar untuk membantu lancarnya proses pemberian ASI tersebut,

sehingga sikap tersebut akan lebih besar dampaknya untuk diterapkan pada

kehidupan mereka sehari hari.

Ibu juga memberikan makanan atau minuman pada bayi seperti susu

formula, air tajin, bubur, dan pisang sebelum bayi berumur 6 bulan yaitu

dikarenakan bayi sering menangis yang membuat ibu merasa bayinya kelaparan

dan ibu juga merasa dengan memberikan makanan tambahan bayi akan sehat serta

bayi cepat tumbuh besar. Ada juga sebagian ibu beralasan karena tidak

mengetahui dan suruhan dari orang untuk memberikan bayinya makanan

tambahan dibawah umur 6 bulan. Pemberian makanan tambahan banyak diberikan

pada bayi ketika bayi baru lahir.

Umumnya alasan ibu tidak memberikan ASI Eksklusif meliputi rasa takut

yang tidak berdasar bahwa ASI yang dihasilkan tidak cukup atau memiliki mutu

yang tidak baik, keterlambatan memulai pemberian ASI dan pembuangan

Universitas Sumatera Utara


65

kolostrum, teknik pemberian ASI yang salah, serta kepercayaan yang keliru

bahwa bayi haus san memerlukan cairan tambahan. Selain itu, kurangnya

dukungan dari pelayanan kesehatan dan keberadaan pemasaran susu formula

sebagai pengganti ASI menjadi kendala ibu untuk memberikan ASI Eksklusif

kepada bayinya.

Hubungan Peran Petugas Kesehatan dengan Pemberian ASI Eksklusif

Hasil uji statistik di atas, diperoleh nilai p adalah 0,001 (p<0,05) sehingga

dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara peran petugas kesehatan dan

pemberian ASI Eksklusif, dari hasil penelitian rata-rata ibu pergi ke posyandu

untuk mendapatkan imunisasi dari petugas kesehatan. Diharapkan pada saat

posyandu petugas kesehatan memberikan penyuluhan atau informasi tentang ASI

Eksklusif, agar ibu mengetahui dan lebih memahami apa itu manfaat dari ASI

Eksklusif. Kemudian ada beberapa ibu yang menyatakan mereka mendapatlan

susu formula dari klinik bidan atau rumah sakit dikarenakan ibu belum sanggup

memberikan ASI.

Padahal jika melakukan inisiasi dini pada saat bayi lahir akan merangsang

payudara untuk memperlancar keluarnya ASI, seharusnya petugas kesehatan

jangan langsung memberikan susu formula tetapi memberi dukungan untuk

memberikan ASI Eksklusif dan memberi informasi tentang manfaat ASI

Eksklusif.

Peran petugas kesehatan dalam hal ini sangat penting untuk mendukung

ibu ibu tetap menyusui. Tidak hanya dengan memberikan obat atau menyarankan

makanan tertentu, tetapi yang lebih penting adalah menjelaskan kepada ibu ibu

Universitas Sumatera Utara


66

bahwa dalam rangsangan bayi terus menerus akan memacu produksi ASI lebih

banyak.

Hasil penelitian berdasarkan kuesioner, peran petugas kesehatan

mendukung untuk memberikan susu formula pada bayi umur kurang dari 6 bulan,

hal ini dibuktikan dengan pengisian pernyataan “Bidan menganjurkan agar

memberikan susu formula pada bayi umur kurang dari 6 bulan” dari 75

responden, di temukan 52 responden (69,3%) menjawab ya dan 23 responden

(30,7%). Kurangnya pengetahuan yang baik menyebabkan para responden tidak

menanggapi dengan baik dengan yang disampaikan oleh pihak peran petugas

kesehatan dan diharapkan bahwa setiap fasilitas yang menyediakan pelayan

persalinan dan perawatan bayi baru lahir hendaknya membuat kebijakan tertulus

mengenai pemberian ASI yang secara rutin dikomunikasikan kepada semua

petugas kesehatan.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang dilakukan di Puskesmas Tanjung Tiram telah sesuai

dengan prosedur ilmiah, namun masih memiliki keterbatasan yaitu :

1. Hubungan dengan pemberian ASI Eksklusif dalam peneltian ini hanya

terdiri dari tiga variabel yaitu pengetahuan ibu, sikap ibu dan peran

petugas kesehatan, masih banyak faktor lain yang berhubungan dengan

pemberian ASI Eksklusif.

2. Adanya keterbatasan peneliti dengan menggunakan kuisioner yaitu

sebagian responden memberikan jawaban yang tidak menunjukkan sesuai

keadaan sesungguhnya, hal ini terjadi karena responden yang cenderung

Universitas Sumatera Utara


67

kurang teliti terhadap setiap pertanyaan yang tercantum di kuesioner

sehingga memunculkan jawaban yang inkonsisten.

Universitas Sumatera Utara


Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan pengetahuan, sikap ibu

dan peran petugas kesehatan dengan pemberian ASI Eksklusif Puskesmas

Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Desa Suka Maju 2019 dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara variabel pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif,

kurangnya pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif yang berpengaruh

terhadap sikap ibu yang akan mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian

ASI. Hal ini menyebabkan hambatan dalam pencapaian ASI Eksklusif secara

maksimal.

2. Ada hubungan sikap ibu dengan pemberian ASI Eksklusif. Ibu yang memiliki

sikap tidak baik terhadap pemberian ASI Eksklusif dikarenakan masih ada ibu

yang belum mengerti manfaat pemberian ASI secara Eksklusif dan ibu

beranggapan memberikan susu formula sama baiknya dengan ASI.

3. Ada hubungan antara peran petugas kesehatan dengan pemberian ASI

Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Tiram Desa Suka Maju 2019.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis mengajukan beberapa alasan

sebagai berikut :

1. Diharapkan kepada petugas kesehatan khususnya bidan perlu meningkatkan

intensitas pemberian informasi kepada masyarakat luas tentang pemberian

ASI Eksklusif, baik melalui media sosial yang dibuat menarik perhatian

68
Universitas Sumatera Utara
69

sehingga responden tertarik, bisa berupa ajakan penyuluhan mengenai

program ASI Eksklusif, manfaat ASI, serta keunggulan ASI baik kepada ibu

bersalin maupun ibu hamil yang sedang memeriksakan kehamilannya di

Puskesmas Tanjung Tiram dan tidak mempromosikan susu formula, memberi

informasi yang tepat tentang ASI dan seputar kegiatan menyusui, serta

memberikan semangat dan dorongan agar para ibu memberikan ASI Eksklusif

kepada bayi mereka.

2. Bagi Masyarakat/ sesama ibu menyusui: saling berbagi pengalaman, bertujar

informasi, memberi semangat dan dukungan seputar kegiatan menyusui dan

pemberian ASI, agar ASI Eksklusif berhasil diberikan kepada bayi selama 6

bulan pertama, dan ASI diteruskan hingga anak berusia 2 tahun atau lebih.

Diharapkan agar dapat merubah kebiasaan-kebiasaan yang salah dan yang

tidak sejalan dengan pemberian ASI eksklusif, seperti memberikan makanan

dan minuman tambahan pada bayi.

3. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya melakukan penelitian bersifat kuantitatif

dengan melakukan wawancara langsung kepada masyarakat sehingga bisa

mengukur variabel penelitian lebih mendalam, atau juga bisa menambah

sampel yang lebih besar.

Universitas Sumatera Utara


Daftar Pustaka

Azwar, A. (2010) Pengantar administrasi kesehatan. Jakarta. Binarupa Aksara.

Dinas Kesehatan Kabupaten Batubara. (2015). Profil Kesehatan Tahun 2015.


Diakses dari https://pusdatin.kemkes.go.id/article/view/16091600001/
profil-kesehatan-indonesia-tahun-2015.html

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. (2015). Profil Kesehatan Provinsi


Sumatera Utara 2015. Diakses dari http://dinkes.sumutprov.go.id/v2/
download.html

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Profil Kesehatan Indonesia 2017. Diakses


dari https://pusdatin.kemkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-
pusdatin-profil-kesehatan.html

Maryunani, A. (2012). Inisiasi menyusui dini ASI eksklusif dan manajemen


laktasi. Jakarta : CV. Trans Info Media.

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2012). Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu
Eksklusif.

Permenkes RI Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.

Prasetyono, D. S. (2009). ASI eksklusif pengenalan, praktik dan kemanfaatannya.


Yogyakarta: Diva Press.

Priyoto. (2014). Perubahan dalam perilaku kesehatan. Sleman: Graha Ilmu.

70
Universitas Sumatera Utara
71

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Hubungan Pengetahuan, Sikap Ibu, dan Peran Petugas Kesehatan dengan


Pemberian ASI Eksklusif Puskesmas Tanjung Tiram
Desa Suka Maju Batubara 2019

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN

1. Identitas Ibu
Tanggal Pengisian :
Nama Responden :
Umur :
Pendidikan Terakhir :
Alamat :
2. Identitas Bayi
Nama :
Tempat/ tanggal lahir :
Umur :
Anak ke- :
Jenis Kelamin :
B. PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF
1. Apakah kepanjangan dari ASI?
a. Air Susu Ibu.
b. Anak Sayang Ibu.
c. Ayah Sayang Ibu.
d. Asupan Susu Ibu.
2. Menurut ibu, apakah yang dimaksud dengan ASI Eksklusif?
a. Makanan alamiah bagi bayi sampai usia 2 tahun.
b. Pemberian ASI ditambah susu formula sampai usia 6 bulan.
c. Pemberian ASI saja tanpa cairan lain atau makanan padat sampai usia 6
bulan.
d. Pemberian ASI ditambah susu formula dan makanan padat sampai usia 2
tahun.
3. Apakah pemberian ASI penting bagi bayi?
a. Tidak penting.
b. Ragu-ragu.
c. Penting.
d. Tidak tahu.
4. Menurut ibu, kapan seorang bayi harus segera diberikan ASI pertamanya?
a. Segera setelah bayi lahir atau maksimal 1 jam setelah lahir.
b. Menunggu ibu untuk benar-benar siap memberikan ASI.
c. Setelah bayi diberikan susu formula untuk latihan menghisap, barulah
diberikan ASI pertama.
d. Menunggu bayi menangis karena kelaparan.
5. Berapa lama bayi diberikan ASI saja?

Universitas Sumatera Utara


72

a. 0-1 bulan.
b. 0-6 bulan.
c. 2-4 bulan.
d. 0-4 bulan.
6. Apakah manfaat yang didapat dari pemberian ASI?
a. Memberi nutrisi.
b. Untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.
c. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak.
d. Semua jawaban benar.
7. Apa saja kandungan yang terdapat dalam ASI?
a. Kolostrum.
b. Antibodi.
c. Protein susu, taurin, karbohidrat, lemak.
d. Semua benar.
8. Menurut ibu, apa keunggulan bayi yang diberi ASI Eksklusif dibandingkan
dengan bayi yang tidak mendapat ASI Eksklusif?
a. ASI Eksklusif membuat anak cerdas dan mandiri.
b. ASI Eksklusif menekan angka kematian bayi dan angka kesakitan bayi
c. A dan B benar.
d. Semua salah.
9. Apakah memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan memberikan manfaat bagi
ibu?
a. Ya.
b. Tidak.
10. Bila jawaban ya, manfaat apa yang didapatkan oleh ibu?
a. Menambah panjang kembalinya kesuburan pasca melahirkan.
b. Menunda kehamilan berikutnya.
c. Lebih cepat langsing.
d. Semua jawaban benar.
11. Apakah ibu pernah memberikan makanan tambahan seperti air tajin, pisang
bubur nasi, susu kemasan (kiloan)?
a. Pernah.
b. Tidak.
12. Kalau pernah, diusia berapa diberikan?
a. 6 bulan
b. 2-4 bulan
c. Pertama kali saat bayi lahir.
d. Tidak pernah sama sekali.
13. Apakah ASI dapat diganti dengan makanan lain pengganti ASI (PASI)?
a. Ya.
b. Tidak.
14. Menurut ibu, frekuensi yang tepat dalam menyusu berapa kali?
a. 1 kali sehari.
b. Sesering mungkin.
c. 3-4 kali.
d. Setiap bayi menangis.

Universitas Sumatera Utara


73

15. Menurut ibu setelah bayi diberikan ASI Eksklusif, sampai usia berapa bayi
dilanjutkan diberikan ASI?
a. ASI diberikan setelah pemberian ASI Ekslusif.
b. 8 bulan.
c. 1 tahun.
d. 2 tahun.

C. KUESIONER SIKAP IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF

Pertanyaan SS S TS STS

1. Saya akan segera memberikan ASI


kepada anak saya setelah melahirkan.
2. Jika saya memberikan kolostrum
kepada anak saya, maka dia tidak akan
mudah terserang penyakit.
3. Saya hanya akan memberikan ASI saja
kepada bayi saya sampai usianya 6
bulan karena saya percaya bahwa ASI
mengandung sejumlah zat gizi baik
mencangkup karbohidrat, protein,
lemak, vitamin dan mineral.
4. Saya akan memberikan ASI
(Kolostrum) sebagai makanan pertama
kepada bayi saya karena komposisinya
yang idea.
5. Saya akan memberikan ASI Eksklusif
pada bayi saya karena bermanfaat bagi
saya, bayi saya dan negara.
6. Walaupun tetangga saya dan orang tua
saya mengatakan jika bayi dibawah 6
bulan menangis dan rewel, maka boleh
diberikan makanan tambahan, saya
tidak akan mendengarkan mereka dan
tetap memberi ASI Eksklusif sampai
usia bayi saya tepat 6 bulan.
7. Jika saya memakan makanan yang
bervariasi maka ASI saya akan
terpenuhi gizinya serta terdukung
kelancaran produksi ASI saya.

Universitas Sumatera Utara


74

8. Walaupun saya sibuk bekerja, saya


akan tetap rutin dalam memberikan
ASI kepada anak saya.

9. Walaupun suami saya tidak


mendukung proses pemberian ASI
Eksklusif, maka saya akan tetap
memberi ASI kepada anak saya.
10. Saya akan memberikan ASI kepada
bayi saya sampai usianya tepat 6 bulan.
11. Walaupun bayi saya dalam keadaan
diare, saya akan tetap memberikan ASI
kepadanya.
12. Jika saya sedang sakit, saya akan tetap
memberikan ASI kepada anak saya dan
tidak akan memberikan makanan
tambahan sampai usianya 6 bulan.
13. Walaupun makanan dalam proses
mendukung kelancaran ASI saya
mahal, saya akan tetap membelinya
agar kebutuhan nutrisi anak saya
terpenuhi.
14. Jika saya mampu memberikan ASI,
maka saya tidak akan memberikan
susu formula pada bayi saya.
15. Jika saya memberikan ASI Eksklusif
kepada anak saya sampai usia 2 tahun,
maka kecerdasan anak saya akan
meningkat.

D. KUESIONER PERAN PETUGAS KESEHATAN TENTANG ASI


EKSKLUSIF
Pertanyaan YA TIDAK

1. Bidan ikut serta menjelaskan proses pemberian ASI


Eksklusif saat ibu melakukan pemeriksaan
kehamilan.
2. Bidan menjelaskan bagaimana manfaat ASI
Eksklusif secara detail.

Universitas Sumatera Utara


75

3. Bidan menjelaskan bagaimana cara memberikan


ASI Eksklusif yang baik dan benar.
4. Bidan meyakinkan bahwa ibu dapat memberikan
ASI secara Eksklusif.
5. Bidan menjelaskan tentang solusi atau jalan keluar
masalah masalah yang timbul saat proses
pemberian ASI nantinya.
6. Bidan menganjurkan agar memberikan susu
formula pada bayi umur kurang dari 6 bulan.
7. Bidan memberikan saran mengenai kebutuhan
nutrisi ibu selama menyusui.

E. KUESIONER PRAKTEK PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

1. Apakah ibu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan pendamping

selama bayi berusia 6 bulan?

a) Ya

b) Tidak

Universitas Sumatera Utara


78

Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian

Universitas Sumatera Utara


79

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian

Universitas Sumatera Utara


80

Lampiran 4. Selesai Penelitian

Universitas Sumatera Utara


81

Lampiran 5. Analisis Data

OUTPUT

UMUR IBU
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
20-30 Tahun 58 77.3 77.3 77.3
31 - 40 14 18.7 18.7 96.0
Valid Tahun
41- 50 Tahun 3 4.0 4.0 100.0
Total 75 100.0 100.0

PENDIDIKAN TERAKHIR
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
PT 4 5.3 5.3 5.3
SMA 33 44.0 44.0 49.3
Valid SMP 30 40.0 40.0 89.3
SD 8 10.7 10.7 100.0
Total 75 100.0 100.0

JENIS KELAMIN ANAK


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Laki Laki 32 42.7 42.7 42.7
Valid Perempuan 43 57.3 57.3 100.0
Total 75 100.0 100.0

UMUR BAYI
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
< 2 Tahun 42 56.0 56.0 56.0
<2->3 33 44.0 44.0 100.0
Valid
Tahun
Total 75 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


82

P1
Frequency Percent Valid Cumulative Percent
Percent
Air Susu 27 36.0 36.0 36.0
Ibu
Anak 13 17.3 17.3 53.3
Sayang Ibu
Ayah 2 2.7 2.7 56.0
Valid
Sayang Ibu
Asupan 33 44.0 44.0 100.0
Susu Ibu
75 100.0 100.0
Total

P2
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Makanan alamiah bagi bayi 16 21.3 21.3 21.3
sampai usia 2 tahun
Pemberian ASI ditambah susu 23 30.7 30.7 52.0
formula sampai usia 6 bulan
Pemberian ASI saja tanpa 20 26.7 26.7 78.7
Valid cairan lain atau makanan
padat sampai usia 6 bulan
Pemberian ASI ditambah susu 16 21.3 21.3 100.0
formula dan makanan padat
sampai usia 2 tahun
Total 75 100.0 100.0

P3
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak 11 14.7 14.7 14.7
penting
Valid Ragu- 28 37.3 37.3 52.0
ragu
Penting 24 32.0 32.0 84.0

Universitas Sumatera Utara


83

Tidak 12 16.0 16.0 100.0


Tahu
Total 75 100.0 100.0
P4
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Segera setelah bayi lahir 20 26.7 26.7 26.7
atau maksimal 1 jam setelah
lahir
Menunggu ibu untuk benar 27 36.0 36.0 62.7
benar siap memberikan ASI
Setelah bayi diberikan susu 24 32.0 32.0 94.7
Valid
formula untuk latihan
menghisap, barulah
diberikan ASI pertama
Menunggu bayi menangis 4 5.3 5.3 100.0
karena kelaparan
Total 75 100.0 100.0

P5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
0-1 bulan 2 2.7 2.7 2.7
0-6 bulan 29 38.7 38.7 41.3
Valid 2-4 bulan 17 22.7 22.7 64.0
0-4 bulan 27 36.0 36.0 100.0
Total 75 100.0 100.0

P6
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Memberi nutrisi 5 6.7 6.7 6.7
Untuk 36 48.0 48.0 54.7
Valid pertumbuhan dan
perkembangan
anak

Universitas Sumatera Utara


84

Meningkatkan 14 18.7 18.7 73.3


pertumbuhan dan
perkembangan
anak
Semua jawaban 20 26.7 26.7 100.0
benar
Total 75 100.0 100.0

P7
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Kolostrum 11 14.7 14.7 14.7
Antibodi 24 32.0 32.0 46.7
Protein susu, taurin, 10 13.3 13.3 60.0
Valid
karbohidrat, lemak
Semua benar 30 40.0 40.0 100.0
Total 75 100.0 100.0

P8
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
ASI Eksklusif membuat 8 10.7 10.7 10.7
anak cerdas dan mandiri
ASI Eksklusif menekan 9 12.0 12.0 22.7
angka kematian bayi dan
Valid angka kesakitan bayi

1 dan 2 benar 14 18.7 18.7 41.3


Semua salah 44 58.7 58.7 100.0
Total 75 100.0 100.0

P9
Frequenc Percen Valid Cumulativ
y t Percent e Percent
Ya 37 49.3 49.3 49.3
Vali
Tida 38 50.7 50.7 100.0
d
k

Universitas Sumatera Utara


85

Total 75 100.0 100.0


P10
Frequenc Percent Valid Cumulativ
y Percen e Percent
t
Menambah panjang 6 8.0 8.0 8.0
kembalinya kesuburan pasca
melahirkan
Vali Menunda kehamilan 17 22.7 22.7 30.7
d berikutnya
Lebih cepat langsing 15 20.0 20.0 50.7
Semua jawaban benar 37 49.3 49.3 100.0
Total 75 100.0 100.0

P11
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Pernah 66 88.0 88.0 88.0
Valid Tidak 9 12.0 12.0 100.0
Total 75 100.0 100.0

P12
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
6 bulan 26 34.7 34.7 34.7
2-4 bulan 13 17.3 17.3 52.0
Pertama kali saat bayi 27 36.0 36.0 88.0
Valid lahir
Tidak pernah sama 9 12.0 12.0 100.0
sekali
Total 75 100.0 100.0

P13
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Ya 66 88.0 88.0 88.0

Universitas Sumatera Utara


86

Tidak 9 12.0 12.0 100.0


Total 75 100.0 100.0

P14
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
1 kali sehari 5 6.7 6.7 6.7
Sesering mungkin 31 41.3 41.3 48.0
3 - 4 kali 27 36.0 36.0 84.0
Valid
Setiap bayi 12 16.0 16.0 100.0
menangis
Total 75 100.0 100.0

P 15
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
ASI diberikan setelah 7 9.3 9.3 9.3
pemberian ASI Eksklusif
8 bulan 22 29.3 29.3 38.7
Valid
1 tahun 23 30.7 30.7 69.3
2 tahun 23 30.7 30.7 100.0
Total 75 100.0 100.0

PENGETAHUAN
Frequenc Percent Valid Cumulative
y Percent Percent
Baik (8-15) 26 34.7 34.7 34.7
Kurang (0- 49 65.3 65.3 100.0
Valid
7)
Total 75 100.0 100.0

S1
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
STS 1 1.3 1.3 1.3
Valid
TS 39 52.0 52.0 53.3

Universitas Sumatera Utara


87

S 13 17.3 17.3 70.7


SS 22 29.3 29.3 100.0
Total 75 100.0 100.0

S2
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
STS 1 1.3 1.3 1.3
TS 39 52.0 52.0 53.3
Valid S 16 21.3 21.3 74.7
SS 19 25.3 25.3 100.0
Total 75 100.0 100.0

S3
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
STS 1 1.3 1.3 1.3
TS 38 50.7 50.7 52.0
Valid S 20 26.7 26.7 78.7
SS 16 21.3 21.3 100.0
Total 75 100.0 100.0

S4
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
STS 1 1.3 1.3 1.3
TS 37 49.3 49.3 50.7
Valid S 21 28.0 28.0 78.7
SS 16 21.3 21.3 100.0
Total 75 100.0 100.0

S5
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid TS 41 54.7 54.7 54.7

Universitas Sumatera Utara


88

S 20 26.7 26.7 81.3


SS 14 18.7 18.7 100.0
Total 75 100.0 100.0

S6
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
STS 2 2.7 2.7 2.7
TS 37 49.3 49.3 52.0
Valid S 22 29.3 29.3 81.3
SS 14 18.7 18.7 100.0
Total 75 100.0 100.0

S7
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
STS 4 5.3 5.3 5.3
TS 37 49.3 49.3 54.7
Valid S 19 25.3 25.3 80.0
SS 15 20.0 20.0 100.0
Total 75 100.0 100.0

S8
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
STS 1 1.3 1.3 1.3
TS 39 52.0 52.0 53.3
Valid S 21 28.0 28.0 81.3
SS 14 18.7 18.7 100.0
Total 75 100.0 100.0

S9
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid STS 7 9.3 9.3 9.3

Universitas Sumatera Utara


89

TS 39 52.0 52.0 61.3


S 10 13.3 13.3 74.7
SS 19 25.3 25.3 100.0
Total 75 100.0 100.0

S10
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
STS 4 5.3 5.3 5.3
TS 41 54.7 54.7 60.0
Valid S 11 14.7 14.7 74.7
SS 19 25.3 25.3 100.0
Total 75 100.0 100.0

S11
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
STS 4 5.3 5.3 5.3
TS 39 52.0 52.0 57.3
Valid S 14 18.7 18.7 76.0
SS 18 24.0 24.0 100.0
Total 75 100.0 100.0

S12
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
STS 1 1.3 1.3 1.3
TS 39 52.0 52.0 53.3
Valid S 17 22.7 22.7 76.0
SS 18 24.0 24.0 100.0
Total 75 100.0 100.0

S13
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent

Universitas Sumatera Utara


90

STS 1 1.3 1.3 1.3


TS 42 56.0 56.0 57.3
Valid S 15 20.0 20.0 77.3
SS 17 22.7 22.7 100.0
Total 75 100.0 100.0

S14
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
STS 3 4.0 4.0 4.0
TS 40 53.3 53.3 57.3
Valid S 15 20.0 20.0 77.3
SS 17 22.7 22.7 100.0
Total 75 100.0 100.0

S15
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
STS 4 5.3 5.3 5.3
TS 38 50.7 50.7 56.0
Valid S 16 21.3 21.3 77.3
SS 17 22.7 22.7 100.0
Total 75 100.0 100.0

SIKAP
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Baik (8- 35 46.7 46.7 46.7
15)
Valid Buruk 40 53.3 53.3 100.0
(0-7)
Total 75 100.0 100.0

PP1
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent

Universitas Sumatera Utara


91

Tidak 40 53.3 53.3 53.3


Valid Ya 35 46.7 46.7 100.0
Total 75 100.0 100.0

PP2
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak 38 50.7 50.7 50.7
Valid Ya 37 49.3 49.3 100.0
Total 75 100.0 100.0

PP3
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak 37 49.3 49.3 49.3
Valid Ya 38 50.7 50.7 100.0
Total 75 100.0 100.0

PP4
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak 43 57.3 57.3 57.3
Valid Ya 32 42.7 42.7 100.0
Total 75 100.0 100.0

PP5
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak 41 54.7 54.7 54.7
Valid Ya 34 45.3 45.3 100.0
Total 75 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


92

PP6
Frequenc Percent Valid Cumulative
y Percent Percent
Tidak 45 60.0 60.0 60.0
Valid Ya 30 40.0 40.0 100.0
Total 75 100.0 100.0

PP7
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak 44 58.7 58.7 58.7
Valid Ya 31 41.3 41.3 100.0
Total 75 100.0 100.0
PERAN PETUGAS KESEHATAN
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Mendukung (4-7) 24 32.0 32.0 32.0
Tidak Mendukung 51 68.0 68.0 100.0
Valid
(0-3)
Total 75 100.0 100.0

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak 59 78.7 78.7 78.7
Valid Ya 16 21.3 21,3 100.0
Total 75 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


93

ANALISI BIVARIAT
Pengetahuan * Pemberian ASI Eksklusif

Crosstabulation
Tindakan yang Total
dilakukan ibu
menyusui apakah
memberikan ASI
atau tidak secara
Eksklusif
ASI Tidak
Eksklusif
Count 8 18 26
% within Segala 30.8% 69.2% 100.0%
Baik (8- sesuatu terkait
15) yang diketahui
Segala sesuatu ibu terhadap ASI
terkait yang Eksklusif
diketahui ibu
terhadap ASI Count 8 41 49
Eksklusif % within Segala 16.3% 83.7% 100.0%
Kurang sesuatu terkait
(0-7) yang diketahui
ibu terhadap ASI
Eksklusif
Count 16 59 75
% within Segala 21.3% 78.7% 100.0%
sesuatu terkait
Total
yang diketahui
ibu terhadap ASI
Eksklusif

Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Exact Sig. Exact Sig.
Sig. (2- (2-sided) (1-sided)
sided)
Pearson Chi-Square 10.769a 1 .001
Continuity 9.063 1 .003
Correctionb
Likelihood Ratio 11.059 1 .001
Fisher's Exact Test .002 .001
Linear-by-Linear 10.630 1 .001
Association

Universitas Sumatera Utara


94

N of Valid Cases 75
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 7.95.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
Value 95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Segala 6.825 1.985 23.468
sesuatu terkait yang
diketahui ibu terhadap
ASI Eksklusif (Baik (8-
15) / Kurang (0-7))
For cohort Tindakan 2.294 1.487 3.540
yang dilakukan ibu
menyusui apakah
memberikan ASI atau
tidak secara Eksklusif =
ASI Eksklusif
For cohort Tindakan .336 .139 8.13
yang dilakukan ibu
menyusui apakah
memberikan ASI atau
tidak secara Eksklusif =
Tidak
N of Valid Cases 75

Sikap * Pemberian ASI Eksklusif

Crosstabulation
Tindakan yang Total
dilakukan ibu
menyusui apakah
memberikan ASI atau
tidak secara Eksklusif
ASI Tidak
Eksklusif
Tindakan yang Baik (8- Count 8 27 35

Universitas Sumatera Utara


95

dilakukan ibu 15) % within 22.9% 77.1% 100.0%


terkait ASI Tindakan yang
Eksklusif dilakukan ibu
terkait ASI
Eksklusif
Count 8 32 40
% within 20.0% 80.0% 100.0%
Buruk Tindakan yang
(0-7) dilakukan ibu
terkait ASI
Eksklusif
Count 16 59 75
% within 21.3% 78.7% 100.0%
Tindakan yang
Total
dilakukan ibu
terkait ASI
Eksklusif

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Exact Sig. Exact Sig.
Sig. (2- (2-sided) (1-sided)
sided)
a
Pearson Chi-Square 6.810 1 0.009
Continuity 5.305 1 0.02
Correctionb
Likelihood Ratio 6.965 1 .008
Fisher's Exact Test .013 .010
Linear-by-Linear 6.722 1 .010
Association
N of Valid Cases 75
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 7.47.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper

Universitas Sumatera Utara


96

Odds Ratio for Tindakan yang 5.556 1.389 22.214


dilakukan ibu terkait ASI Eksklusif
(Baik (8-15) / Buruk (0-7))
For cohort Tindakan yang dilakukan 2.051 1.329 3.167
ibu menyusui apakah memberikan
ASI atau tidak secara Eksklusif = ASI
Eksklusif
.369 .134 1.014

For cohort Tindakan yang dilakukan


ibu menyusui apakah memberikan
ASI atau tidak secara Eksklusif =
Tidak

N of Valid Cases 75

Peran Petugas Kesehatan * Pemberian ASI Eksklusif


Crosstabulation
Tindakan yang Total
dilakukan ibu
menyusui apakah
memberikan ASI atau
tidak secara Eksklusif
ASI Tidak
Eksklusif
Count 11 13 24
% within 45.8% 54.2% 100.0%
Penilaian
Penilaian
ibu apakah
ibu apakah
peran
peran
petugas
petugas
kesehatan
kesehatan
mendukung Mendukung (4-
mendukung
atau tidak 7)
atau tidak
dalam
dalam
terjadinya
terjadinya
proses
proses
pemberian
pemberian
ASI
ASI
Eksklusif
Eksklusif
Tidak Count 5 46 51

Universitas Sumatera Utara


97

Mendukung (0- % within 9.8% 90.2% 100.0%


3) Penilaian
ibu apakah
peran
petugas
kesehatan
mendukung
atau tidak
dalam
terjadinya
proses
pemberian
ASI
Eksklusif
Count 16 59 75
% within 21.3% 78.7% 100.0%
Penilaian
ibu apakah
peran
petugas
kesehatan
Total mendukung
atau tidak
dalam
terjadinya
proses
pemberian
ASI
Eksklusif

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Exact Sig. Exact Sig.
Sig. (2- (2-sided) (1-sided)
sided)
a
Pearson Chi-Square 12.624 1 .000
Continuity 10.568 1 .001
Correctionb
Likelihood Ratio 11.930 1 .001
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear 12.455 1 .000
Association
N of Valid Cases 75

Universitas Sumatera Utara


98

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 5.12.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Penilaian ibu apakah 7.785 2.291 26.456
peran petugas kesehatan mendukung
atau tidak dalam terjadinya proses
pemberian ASI Eksklusif (Mendukung
(4-7) / Tidak Mendukung (0-3))
For cohort Tindakan yang dilakukan 4.675 1.828 11.959
ibu menyusui apakah memberikan ASI
atau tidak secara Eksklusif = ASI
Eksklusif
For cohort Tindakan yang dilakukan .601 .411 .877
ibu menyusui apakah memberikan ASI
atau tidak secara Eksklusif = Tidak
N of Valid Cases 75

Universitas Sumatera Utara


99

Lampiran 6. Dokumentasi

Gambar 1. Wawancara bersama responden

Universitas Sumatera Utara


100

Gambar 2. Wawancara dengan responden

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai