SKRIPSI
Oleh
SKRIPSI
Oleh
ii
Pernyataan Keaslian Skripsi
Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Perilaku
adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap
menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau
iii
Abstrak
Program Indonesia Sehat merupakan program keluaran dari agenda kelima Nawa
Cita sebagai upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas hidup manusia
khususnya derajat kesehatan masyarakat. Pendekatan paradigma sehat merupakan
pendekatan yang digunakan untuk menindaklanjuti rencana pembangunan
kesehatan yaitu melalui tindakan promotif dan preventif serta proaktif untuk
menjangkau masyarakat di luar puskesmas dengan pendekatan keluarga.
Keberhasilan pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
(PIS-PK) membutuhkan pemahaman dan komitmen yang sungguh-sungguh,
teratur dan dengan perencanaan yang matang dari seluruh petugas puskesmas.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor perilaku petugas
kesehatan terhadap pelaksanaan PIS-PK di Puskesmas Kota Medan. Metode
penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan jenis penelitian survey
analitik dan menggunakan kuesioner sebagai instrument penelitian. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan PIS-PK di Puskesmas Kota Medan
sebagian besar berada pada kategori pelaksanaan kurang baik (59,2%). Hal
tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan petugas (p = 0,022) dan kualitas sumber
daya manusia (p = 0,0001). Pengetahuan dan kualitas sumber daya manusia yang
rendah disebabkan oleh tidak semua petugas mengikuti pelatihan sehingga
pemahaman petugas rendah dan tidak memiliki kemampuan yang dibutuhkan
dalam mengerjakan program. Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan
untuk meninjau kembali kebutuhan pelatihan petugas kesehatan di tingkat
puskesmas serta disarankan kepada Puskesmas untuk melakukan perencanaan
yang komperhensif dan pemetaan pencapaian target pelaksanaan PIS-PK di
wilayah kerjanya.
iv
Abstract
The Healthy Indonesia Program is the output of the fifth Nawa Cita agenda as an
effort by the government to improve the quality of human life, especially the
degree of public health. The healthy paradigm approach is an approach that is
used to follow up on a health development plan that is through promotive and
preventive and proactive actions to reach people outside the primary health care
with a family approach. The successful implementation of the Healthy Indonesia
Program with the Family Approach (PIS-PK) requires understanding and
commitment that is earnest, orderly and with careful planning from all staff. The
purpose of this study was to determine the effect of health worker behavior factors
on the implementation of PIS-PK in Primary Health Care Medan City. The
research method used is quantitative with analytic survey research types and
using questionnaires as research instruments. The results showed that the
implementation of PIS-PK in Medan City Health Center was mostly in the poor
implementation category (59.2%). This is influenced by the knowledge of officers
(p = 0.022) and the quality of human resources (p = 0.0001). The low level of
knowledge and quality of human resources is caused by not all staff participating
in the training so that staff understanding is low and does not have the skills
needed to work on the program. It is recommended to the Dinas Kesehatan Kota
Medan to review the training needs of health workers at the primary health care
level and to encourage primary health care to conduct comprehensive planning
and mapping the achievement of PIS-PK implementation targets in their working
areas.
v
Kata Pengantar
hambatan, namun berkat doa, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
akhirnya skripsi ini dapat selesai dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. Dr. Lita Sri Andayani, S.K.M., M.Kes, selaku Ketua Departemen Pendidikan
Kesehatan dan Ilmu Perilaku sekaligus Dosen Pembimbing atas segala saran,
masukan dan bimbingan yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M selaku Dosen Penguji I dan Dhani
Syahputra Bukit, S.K.M., M.K.M selaku Dosen Penguji II atas segala saran
5. Dr. dr. Taufik Ashar, M.K.M selaku Dosen Pembimbingn Akademik yang
vi
6. Seluruh Dosen serta seluruh civitas akademika Fakultas Kesehatan
7. Pegawai dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah banyak
Kota Medan yang telah banyak membantu dalam penelitian skripsi ini.
9. Teristimewa untuk kedua orang tua (Oloan Sitorus dan Anita Sibarani) yang
dukungan dan kasih sayang yang tak terhingga sehingga penulisan skripsi ini
10. Terkhusus untuk saudara dan saudari (Tila, Agus, Rani dan Imanuel) yang
11. Teman-teman terdekat (Ana, Christina, Andam, Ilfa, Mia, Ade, Anggita, Esy,
Lorena, Teguh, dan Kak Risna) yang telah memberikan motivasi, semangat,
bantuan serta doa kepada penulis selama mengikuti pendidikan di FKM USU.
12. Seluruh keluarga besar peminatan PKIP FKM USU 2015 atas segala
vii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh
sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis
berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif dan bermanfaat
bagi pembaca.
viii
Daftar Isi
Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xii
Daftar Gambar xv
Daftar Lampiran xvi
Daftar Istilah xvii
Riwayat Hidup xviii
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 11
Tujuan Penelitian 11
Tujuan umum 11
Tujuan khusus 11
Manfaat Penelitian 11
Tinjauan Pustaka 12
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga 12
Pusat Kesehatan Masyarakat 13
Perilaku 23
Landasan Teori 23
Kerangka Teori 33
Kerangka Konsep 34
Hipotesis Penelitian 35
Metode Penelitian 36
Jenis Penelitian 36
Lokasi dan Waktu Penelitian 36
Populasi dan Sampel 36
Variabel dan Definisi Operasional 40
Metode Pengumpulan Data 43
Metode Pengukuran 44
ix
Metode Analisis Data 49
Hasil Penelitian 50
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 50
Analisis Univariat 50
Gambaran karakteristik responden 50
Gambaran faktor predisposing pada petugas kesehatan dalam
pelaksanaan PIS-PK di Puskesmas Kota Medan 55
Gambaran faktor enabling pada petugas kesehatan dalam
pelaksanaan PIS-PK di Puskesmas Kota Medan 57
Gambaran faktor reinforcing pada petugas kesehatan dalam
pelaksanaan PIS-PK di Puskesmas Kota Medan 61
Gambaran faktor beban kerja pada petugas kesehatan dalam
pelaksanaan PIS-PK di Puskesmas Kota Medan 65
Gambaran pelaksanaan PIS-PK di Puskesmas Kota Medan 67
Analisis Bivariat 70
Analisis pengaruh faktor predisposing petugas kesehatan terhadap
pelaksanaan PIS-PK di Puskesmas Kota Medan 70
Analisis pengaruh faktor enabling petugas kesehatan terhadap
pelaksanaan PIS-PK di Puskesmas Kota Medan 71
Analisis pengaruh faktor reinforcing petugas kesehatan terhadap
pelaksanaan PIS-PK di Puskesmas Kota Medan 72
Analisis pengaruh faktor beban kerja petugas kesehatan terhadap
pelaksanaan PIS-PK di Puskesmas Kota Medan 74
Pembahasan 75
Analisis Univariat 75
Gambaran karakteristik responden dalam pelaksanaan PIS-PK
di Puskesmas Kota Medan 75
Gambaran faktor predisposing pada petugas kesehatan dalam
pelaksanaan PIS-PK di Puskesmas Kota Medan 78
Gambaran faktor enabling pada petugas kesehatan dalam
pelaksanaan PIS-PK di Puskesmas Kota Medan 89
Gambaran faktor reinforcing pada petugas kesehatan dalam
pelaksanaan PIS-PK di Puskesmas Kota Medan 98
Gambaran faktor beban kerja pada petugas kesehatan dalam
pelaksanaan PIS-PK di Puskesmas Kota Medan 105
Gambaran pelaksanaan PIS-PK di Puskesmas Kota Medan 108
Analisis Bivariat 113
Analisis pengaruh faktor predisposing petugas kesehatan terhadap
pelaksanaan PIS-PK di Puskesmas Kota Medan 113
Analisis pengaruh faktor enabling petugas kesehatan terhadap
pelaksanaan PIS-PK di Puskesmas Kota Medan 116
x
Analisis pengaruh faktor reinforcing petugas kesehatan terhadap
pelaksanaan PIS-PK di Puskesmas Kota Medan 119
Analisis pengaruh faktor beban kerja petugas kesehatan terhadap
pelaksanaan PIS-PK di Puskesmas Kota Medan 121
Keterbatasan Penelitian 122
xi
Daftar Tabel
No Judul Halaman
xii
15 Distribusi Imbalan Petugas Kesehatan dalam Pelaksanaan
PIS-PK di Puskesmas Kota Medan 62
xiii
30 Hasil Analisis Bivariat Pengaruh Dukunga Pimpinan pada Petugas
Kesehatan terhadap pelaksanaan PIS-PK di Puskesmas Kota Medan 73
xiv
Daftar Gambar
No Judul Halaman
2 Kerangka konsep 34
xv
Daftar Lampiran
xvi
Daftar Istilah
xvii
Riwayat Hidup
Wamena pada tanggal 4 Maret 1998. Penulis beragama Kristen Protestan, anak
ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Oloan Sitorus dan Ibu Anita
Sibarani.
xviii
Pendahuluan
Latar Belakang
mengubah suatu kondisi menjadi makin baik dengan upaya-upaya yang telah
dengan optimal, efektif, efisien dan dapat dihitung. Manusia sebagai subjek dari
pembangunan itu sendiri, menjadi salah satu fokus pada agenda prioritas Nawa
Cita, yaitu nomor lima : “meningkatkan kualitas manusia Indonesia” (Badan Peren-
IPM ditentukan dengan melihat indeks kesehatan (Umur Harapan Hidup saat lahir),
indeks pendidikan (Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah) dan
indeks standard hidup layak (Pengeluaran per Kapita). Pada tahun 2017, IPM
Indonesia menjadi 70,81, nilai ini bertambah sebesar 0,63 poin dibandingkan tahun
sebelumnya. Bayi yang lahir pada tahun 2017 mempunyai kesempatan untuk bisa
hidup lebih lama sampai 71,06 tahun, dibandingkan bayi yang lahir tahun
sebelumnya. Seorang anak yang pada tahun 2017 berumur 7 tahun mempunyai
harapan bisa memperoleh pendidikan selama 12,85 tahun (Diploma I), lebih lama
kebutuhan hidup dengan rata-rata pengeluaran per kapita sebesar 10,66 juta rupiah
1
2
Dengan melihat peningkatan pada IPM Indonesia tahun 2017 dari tahun
dalam program keluaran dari agenda kelima Nawa Cita yaitu Program Indonesia
Sehat, yang juga dibantu dengan hadirnya program lainnya yaitu Program
tiga pilar utama yang harus dipenuhi. Pilar pertama adalah mengubah cara pandang
of care untuk meningkatkan mutu dan intervensi berbasis risiko kesehatan. Pilar
memperluas sasaran dan manfaat, serta pengendalian pada mutu dan biaya
adalah tindakan promotif dan preventif serta tindakan proaktif untuk menjangkau
jungan rumah untuk pendataan maupun penyuluhan. Dengan cara ini, seluruh
bagian siklus kehidupan untuk mencapai keluarga sehat akan terpantau, yakni
pasangan usia subur dan wanita usia subur, ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan
balita, anak usia sekolah dan remaja, dewasa serta lansia. Supaya bisa
siklus hidup manusia, untuk itu pokok utama pelayanan kesehatan harus berpusat
jasa layanan kesehatan yang menjadikan preventif dan promotif sebagai upaya agar
wilayah kerjanya, yaitu suatu kecamatan atau bagian dari kecamatan. Pelaksanaan
4
upaya kesehatan pada puskesmas dalam dua bagian yaitu perorangan dan
2014).
kewajiban puskesmas dalam pelaksanaan UKM dan UKP pada tahap awal yaitu
Jaminan Kesehatan Nasional; serta membantu tujuan dari Program Indonesia Sehat
diselenggarakan mulai dari tahun 2016 terkhusus pada 9 Provinsi, yaitu Sumatera
Utara, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Banten dan Sulawesi Selatan. Kemudian ahun 2017, pendekatan keluarga
hasil pendataan dari Aplikasi Keluarga Sehat per tanggal 5 Febuari 2018, jumlah
keluarga yang telah terdata di seluruh Indonesia adalah 6.145.260 keluarga dengan
persentase keluarga terdata lengkap 74,93%. Persentase keluarga sehat dari jumlah
5
persentase Keluarga Sehat tertinggi yaitu DKI Jakarta (33,50%), Bali (26,60%),
melakukan kunjungan keluarga dengan capaian 34,54% dari total jumlah KK.
Status pendataan keluarga ini belum dilakukan secara merata pada setiap wilayah
KK) dan kecamatan terendah yaitu Kecamatan Kokap (976 KK). Permasalahan
yang dihadapi ketika melaksanakan PIS-PK antara lain pelatihan petugas PIS-PK
kesulitan bertemu dengan anggota rumah tangga, jaringan internet yang belum
serta regulasi petugas PIS-PK yang belum jelas (Dinas Kesehatan Kulon Progo,
2018).
belum siap untuk dilaksanakan. Salah satu yang menjadi faktor ketidaksiapan ini
6
adalah faktor sumber daya. Sumber daya manusia (SDM) secara kualitas dan
berdasarkan ketersediaan tenaga kesehatan di Kota Depok masih kurang, rasio per
spesialis jiwa hanya ada 1 petugas di RSUD Depok. Secara kualitas belum cukup
form yang tidak lengkap, permasalahan dalam entry data, keterbatasan SDM, serta
pemahaman tenaga kesehatan dan kader kesehatan yang tidak sama. Puskesmas
yang dipilih dengan lebih selektif dan diberikan pelatihan mengenai PIS-PK
(Sedayu2, 2017).
telah diinput pada Aplikasi Keluarga Sehat kurang dari 20% namun sebenarnya
pendataan manual telah mencapai 40.000 berkas. Kondisi tersebut diakibatkan oleh
responden. Hal ini didukung oleh pendidikan petugas PIS-PK yang sebagian besar
adalah S1 kesehatan masyarakat berjumlah 11 orang (22%), selain itu juga se-
bagian besar petugas telah memiliki pengalaman bekerja selama >5 tahun (82%),
dan semua petugas telah mendapatkan pelatihan (100%). Petugas yang memiliki
keberhasilan dari suatu program yang akan dijalankan. Namun tidak semua petugas
beberapa petugas promkes yang tidak memiliki latar belakang pendidikan sarjana
identik diri dengan promisi kesehatan, beberapa petugas merasa dirinya tidak
identik atau masih ragu-ragu dikarenakan petugas bukan berasal dari latar belakang
pendidikan promosi kesehatan dan peran utama mereka adalah menjadi bidan atau
8
perawat. Faktor kuantitas sumber daya manusia pada puskesmas yang kurang
(43,6%) dan ketersediaan sarana dan prasarana pada beberapa puskesmas didapati
dari seluruh petugas puskesmas. Dengan adanya pemahaman dan komitmen yang
kuat akan memperoleh hasil yaitu tercapainya target area prioritas atau sasaran dari
dalam dan di luar gedung puskemas. Bentuk dukungan dari dinas kesehatan salah
Sumatera Utara tahun 2017 terdapat 3.089.927 keluarga yang terdata, didapatkan
411.965 keluarga sehat. Dari keluarga yang telah terhitung IKS-nya, Provinsi
Sumatera Utara (0,12) dan wilayah kabupaten/kota dengan IKS tertinggi maupun
terendah didapati masih berada dibawah 0,5 atau termasuk dalam kategori keluarga
tidak sehat. Tiga wilayah tertinggi yaitu Kota Medan (0,197), Kabupaten Nias
(0,18) dan Kabupaten Langkat (0,14) dan tiga wilayah terendah yaitu Kabupaten
2018).
Hasil evaluasi pelaksanaan PIS-PK di Kota Medan pada akhir tahun 2018
telah mendata 198.455 KK (35%) secara manual dan 162.071 KK (29%) sudah
dimasukan dalam Aplikasi Keluarga Sehat. Pendataan ini masih tergolong rendah
dengan persentase jumlah pendataan keluarga 35% dari total jumlah KK (560.824)
yang ada di Kota Medan dan masih jauh dari target pendataan 100% (total
coverage) yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2019. Hasil
rekapitulasi Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kota Medan adalah 0,21 yang berarti
masih tergolong dalam keluarga tidak sehat karena IKS<0,5 (Dinas Kesehatan Kota
Medan, 2018). Tiga puskesmas dengan cakupan pendataan tertinggi yang sudah
Kesehatan Kota Medan. Saat ini, fokus utama dari pelaksanaan PIS-PK yaitu
10
melakukan pendataan keluarga sehat untuk mencapai target tahun 2019 seluruh
keluarga di Indonesia telah terdata pada aplikasi Keluarga Sehat. Selain melakukan
pendataan melalui kunjungan rumah, intervensi lain yang telah dilakukan adalah
pemberian edukasi dalam kunjungan rumah serta merujuk temuan kasus, misalnya
puskesmas Kota Medan, petugas yang bertanggung jawab untuk PIS-PK rata-rata
puskesmas dengan jumlah petugas terbanyak yaitu 20 petugas. Namun dari jumlah
petugas tersebut hanya beberapa saja petugas yang mendapatkan pelatihan dari
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara maupun pelatihan dari Dinas Kesehatan
Kota Medan, karena jumlah peserta yang dibatasi. Bahkan ada petugas yang hanya
mendapatkan satu kali pelatihan dari Dinas Kesehatan Kota Medan dan merasa
bahwa pelatihan tersebut kurang karena materi yang diberikan hanya mengulang-
ulang saja materi yang dulu pernah dilatih sehingga petugas PIS-PK harus belajar
sendiri dari buku pedoman dan modul pelaksanaan PIS-PK yang diberikan serta
program PIS-PK adalah jumlah petugas yang kurang sedangkan wilayah kerja
puskesmas yang luas, kemudian harus membagi waktu dengan tugas lainnya di
puskesmas sementara mereka harus melakukan kunjungan rumah, bahkan ada juga
petugas yang merasa bukan bidangnya mengerjakan program PIS-PK karena latar
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Medan
Manfaat Penelitian
dari Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2016, yang
kemudian dibuat dalam bentuk buku serta petunjuk teknis, yang dapat digunakan
dar pelayanan minimal dengan meningkatkan akses dan deteksi dini (skrining)
dapat dicapainya tujuan Program Indonesia Sehat yang telah dirumuskan dalam
menjadi preferensi PIS-PK yaitu: a. menurunkan angka kematian ibu dan bayi; b.
2016).
12
13
puskesmas tidak hanya menyediakan layanan kesehatan dalam gedung saja, tetapi
wilayah kerjanya. Kegiatan yang dilakukan saat kunjungan rumah antara lain:
solusi untuk mengaktifkan kembali UKBM yang sudah lama tidak berfungsi.
Bersih dan Sehat (PHBS) dalam tatanan rumah tangga. Keluarga dapat membenahi
kondisi kesehatan lingkungan serta faktor risiko lainnya yang menjadi penyebab
kader-kader UKBM dan petugas kesehatan juga diperlukan sebagai Tim Pembina
tahap awal, melalui tindakan prioritas promotif dan preventif, dengan tujuan
terbagi dalam dua bagian yaitu UKM esensial dan UKM pengembangan. UKM
pelayanan kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana; pelayanan gizi; serta
membutuhkan usaha yang inovatif dan intensif, disesuaikan dengan pokok masalah
kesehatan, keadaan wilayah kerja yang khusus dan kemampuan potensi yang ada.
diselenggarakan dalam hal: rawat jalan; pelayanan gawat darurat; pelayanan satu
hari (one day care); home care; dan/atau rawat inap berlandaskan alasan kebutuhan
bagian bangsa, secara berkaitan, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga
melalui subsistem atau bagian dari SKN, yaitu subsistem upaya kesehatan;
15
kesehatan secara seimbang, yaitu UKP dengan pendekatan JKN dan penguatan
dan eksternal untuk memperoleh komitmen dan pemahaman yang baik dari semua
petugas kesehatan di Puskesmas serta para pembuat kebijakan dan kerjasama dari
eksternal dilakukan oleh petugas kesehatan yang ditujukan kepada camat, Ketua
serta dana lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
oleh petugas kesehatan yang ada di puskesmas karena dapat langsung memberikan
kepada keluarga sesuai dengan masalah kesehatan yang sedang dihadapi. Dalam
data dilakukan. Petugas harus mengusahakan agar setiap seluruh keluarga dapat
didata.
IKS dari setiap keluarga. Kedua belas indikator utama ini akan mneggambarkan
kondisi PHBS dalam rumah tangga, yaitu: Keluarga mengikuti program Keluarga
imunisasi dasar lengkap; Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif; Balita
teratur; Penderita gangguan jiwa diobati dan tidak ditelantarkan; Anggota keluarga
tidak ada yang merokok; Keluarga telah menjadi peserta Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN); Keluarga mempunyai akses sarana air bersih; serta Keluarga
keluarga harus memperhatikan tiga hal berikut yang akan menjadi bagian dari
18
masyarakat.
folder, yaitu sarana untuk menyimpan data keluarga yang terdiri dari kondisi
rumah, data perindividu, keadaan fisik dan perilakunya; dan Paket Informasi
Keluarga (selanjutnya disebut Pinkesga), berupa flyer, leaflet, buku saku, atau jenis
UKK dan lain-lain) serta forum yang sudah ada di masyarakat. Keikutsertan tenaga
dari masyarakat sebagai rekan kerja bisa dilakukan dengan menggunakan tenaga
dimasukan ke dalam Aplikasi Keluarga Sehat. Setiap data harus selalu diremajakan
dengan menyesuaikan pada perubahan yang terjadi dalam keluarga. Pangkalan data
tersebut akan diolah dan dianalisis menghasilkan Indeks Keluarga Sehat (IKS) pada
IKS setiap keluarga yang didata, IKS tingkat Kelurahan/Desa dan IKS tingkat
berlaku), Y (sesuai) dan T (tidak sesuai). Hasil perhitungan IKS kemudian akan
dikategorikan dengan mengacu pada ketentuan nilai indeks keluarga yaitu > 0,8
berarti keluarga sehat, 0,5 – 0,8 berarti pra-sehat dan < 0,5 berarti tidak sehat.
puskesmas. Berdasarkan data yang telah diolah maka akan teridentifikasi masalah
kesehatan, sumber daya dan masalah lainnya yang berkaitan. Setelah itu,
mudah mengenal penyebab masalah kesehatan dari segi sumber daya manusia,
dalam 3 cara yang disesuaikan dengan tingkatan/wilayah masalah, antara lain cara
aktif; serta cara memecahkan masalah kesehatan kecamatan adalah melalui rapat
masalah tersebut kedalam bentuk matriks Rencana Usulan Kegiatan (RUK) mana-
Penggerakan pelaksanaan (P2). Tahap ini terbagi dalam tiga bagian, yaitu
20
membuat rencana kunjungan rumah yang didalamnya terdapat tujuan akhir yang
langkah yaitu SAJI yang harus dilakukan; Salam sebagai langkah awal penentu
keberhasilan (S), Ajak bicara, berdiskusi membahas masalah keluarga (A), Jelaskan
dan bantu yang disesuaikan dengan perilaku keluarga (J), serta Ingatkan mengak-
puskesmas (RUK dan RPK). Bagian akhir adalah penggerakan untuk pelaksanaan
(lokmin).
institusi lainnya. Untuk penilaian pun dapat dilakukan melalui lokarya mini serta
dilakukan dengan berkordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi. Peran lain Dinas
Kesehatan Provinsi memiliki tiga peran utama yaitu: (1) pengembangan sumber
dapat dilakukan secara terarah (pelatihan, pengadaan, dll) serta jadwal kunjungan
empat hal, yaitu (1) kebijakan dan pedoman, harus ditetapkan oleh Kementerian
dan penugasan terhadap wilayah binaan tertentu; serta (4) pemantauan dan
pengendalian dalam pelaporan IKS tingkat provinsi dari Dinas Kesehatan Provinsi
diukur dengan Indeks Keluarga Sehat dari 12 indikator. Bila jumlah indikator yang
dapat dicapai oleh suatu keluarga semakin meningkat, maka predikat keluarga sehat
dapat diperoleh kemudian akan semakin dekat pada tercapainya Indonesia Sehat.
Dalam upaya meningkatkan status keluarga sehat, maka peran dan tanggung jawab
lintas sektor lain sangat dibutuhkan. Dalam setiap indikator keluarga sehat
Lintas sektor yang diharapkan dapat terlibat dalam pelaksanaan PIS-PK antara lain
Perilaku
Perilaku adalah suatu wujud respon terhadap suatu rangsangan dari luar
yang menghasilkan suatu aksi yang bisa diamati dan memiliki maksud disadari atau
tidak oleh individu tersebut (Wawan dan Dewi, 2015; Notoadmodjo, 2010).
Landasan Teori
mencoba mengkaji perilaku manusia dari bidang kesehatan. Ada 2 faktor yang
promosi kesehatan.
pemungkin (enabling factors), yang terdiri dari lingkugan fisik, fasilitas atau sarana
pendorong atau penguat (reinforcing factors), yang terdiri dari sikap dan perilaku
24
(Notoatmodjo, 2010).
dari dalam diri seseorang, dengan kesadaran atau pengertian yang dapat mendorong
terbentuknya sebuah perilaku, antara lain: pengetahuan, sikap, motivasi dan se-
bagainya. Karakteristik individu juga termasuk dalam diri individu seperti: umur,
melihat, mendengar, mencium, merasakan serta meraba, namun lebih sering dengan
pendekatan keluarga sudah lama tidak dilakukan oleh puskesmas. Pelatihan yang
dibutuhkan oleh petugas kesehatan antara lain pelatihan teknis program (tekpro),
lainnya seperti pengelolaan data dan informasi, perencanaan kesehatan dan lain-
lain. Dengan adanya pelatihan bagi petugas kesehatan yang akan melaksanakan
Sikap (attitude). Sikap adalah respon tertutup atau reaksi perasaan terhadap
suatu rangasan dari objek. Reaksi perasaan yang dapat mendukung (favorable)
25
maupun perasaan menolak (unfavorable) yang bersifat emosional dan tidak dapat
tindakan).
seseorang. Seseorang yang memiliki sikap positif/baik terhadap suatu hal tidak bisa
Motivasi. Dalam diri setiap individu, terdapat suatu kondisi dalam diri yang
salah satu kondisi dalam diri setiap orang. Motivasi merupakan suatu dorongan
dalam dua bagian, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrisik. Terbentuknya
motivasi intrinsik tidak berasal dari rangsangan luar karena sudah ada didalam diri
sebagai dasar, yaitu kebutuhan yang mengakibatkan seseorang berupaya untuk bsia
memenuhinya. Salah satunya adalah Maslow, ahli psikologi dan tokoh motivasi
aliran humanisme. Dalam Teori Maslow, terdapat hierarki kebutuhan, yang terdiri
dari kebutuhan pokok (sandang, pangan), rasa aman (bebas bahaya), kasih sayang,
dihargai dan dihormati, serta kebutuhan aktualisasi diri. Sebagai makhluk sosial,
manusia akan selalu mempunyai kebutuhan yang harus terpenuhi serta terus
(Notoatmodjo, 2010).
Menurut Sunyoto (2013), motivasi adalah cara yang dapat dilakukan untuk
mendorong gairah kerja seorang karyawan, supaya mereka mau bekerja keras
tujuan perusahan dapat tercapai. Dengan motivasi yang baik, setiap individu akan
mencapai tingkat produktifitas kerja yang tinggi karena mau bekerja keras dan
Health” yang ditulis oleh Madanat, Ayala, dan Arrendondo (2016) menyatakan
27
bahwa enabling factors merupakan faktor yang berawal dari kondisi luar yang bsia
perilaku tertentu. Enabling factors tersebut antara lain akses kesehatan, tersedianya
Sarana dan prasarana. Sarana kesehatan ialah semua jenis peralatan yang
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga yaitu: (1) Profil Kesehatan Keluarga
(prokesga) berupa family folder sebagai alat untuk menyimpan data keluarga dan
data individu anggota keluarga; (2) paket Informasi Keluarga (Pinkesga), berupa
flyer, leaflet, buku saku, atau bentuk lainnya, yang diberikan kepada keluarga
sesuai masalah kesehatan yang dialaminya; (3) alat-alat kesehatan pendukung PIS-
PK berupa alat ukur tekanan darah dan stetoskop; dan (4) peralatan elektronik
untuk mengolah data, berupa komputer, printer dan jaringan internet (Wi-Fi)
suatu organisasi. Permasalahan sumber daya manunisa dapat dilihat dari dua
28
bagian, yaitu kuantitas terkait jumlah sumber daya manusia (penduduk) serta
kualiatas terkait mutu sumber daya manusia tersebut. Dari segi kuantitas, jumlah
yang besar tidak bisa menjamin produktifitas yang tinggi dalam suatu organisasi
karena beban kerja dan hasil akhir yang harus dicapai menjadi hal yang harus
diperhatikan. Dari segi kualitas terbagi menjadi fisik dan non fisik, yaitu
Priyono dan Marnis (2008) yang dikutip oleh Lumban (2018), perencanaan
untuk pengadaan (procurement) SDM harus direncanakan secara baik dan benar
agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan terkait kualitas dan kuantitas SDM.
Sumber daya manusia dapat diuraikan sebagai suatu proses yang berusaha
menjamin jumlah dan jenis pegawai yang tersedia tepat, pada tempat yang tepat
serta waktu yang tepat untuk waktu yang akan datang, dan mampu melakukan
segala sesuatu yang diperlukan agar organisasi dapat terus mencapai tujuannya.
berasal dari luar diri orang tersebut, termasuk penghargaan sosial dan fisik. Green
dan Kreuter (2005) dalam Madanat, Ayala, dan Arrendondo (2016) menjelaskan
sesama dan manfaat yang dapat dirasakan secara nyata. Faktor penguat dari luar
bisa sangat berpengaruh terhadap perilaku seseorang, baik dari dorongan yang
Imbalan. Imbalan merupakan hasil balas jasa terhadap pekerjaan yang telah
dilakukan. Imbalan digunakan dalam sebuah organisasi untuk menarik SDM yang
karyawan agar tetap bekerja serta menjadi motivasi yang mendorong karyawan
Imbalan dapat dikategorikan dalam dua bagian yaitu imbalan ekstrinsik dan
imbalan intrinsik. Imbalan ekstrinsik adalah imbalan yang berasal dari luar, yaitu
hasil dari pekerjaan yang dilakukan seseorang berupa uang, promosi dan rasa
hormat. Sedangkan imbalan instrinsik berasal dari dalam diri seseorang, berupa
(Gibson, 1992).
yan dikutip oleh Sunyonto (2013), perbedaan antara jumlah kompensasi yang
diterima oleh para karyawan dengan jumlah yang mereka duga akan diterima oleh
kompensasi tersebut.
dipengaruhi oleh 3 variabel, antara lain variabel individu, variabel psikologi dan
perilaku kerja individu dalam suatu organisasi, yang pada akhirnya akan
Terdapat hubungan fungsional antara atasan dan karyawan yaitu dalam membantu
ideal untuk menjalankan organisasi, antara lain fisik yang menyenangkan, berguna
menyatakan bahwa salah satu faktor yang paling kuat untuk berperilaku adalah
termasuk kedalam salah satu hal yang harus diadakan atau dikembangkan ketika
hendak melaksanakan PIS-PK, yaitu keterlibatan dari masyarakat itu sendir sebagai
rekan kerja dengan menafaatkan tenaga dari kader-kader kesehatan, seperti kader
31
Pihak lintas sektor lain yang juga dibutuhkan dalam pelaksanaan PIS-PK
sektor ini sangat membantu dalam pelaksanaan kunjungan rumah guna melakukan
terutama untuk penduduk yang bersuku Tionghoa yang terkadang sulit untuk
Dukungan yang dapat diberikan antara lain dalam bentuk yaitu: pengembangan
Faktor beban kerja. Beban kerja adalah banyaknya tugas yang harus
yang dapat menimbulkan beban kerja antara lain: (1) time pressure atau tekanan
32
waktu yang berlebihan akan mengakibatkan beban kerja yang akhirnya akan
menimbulkan kesalahan dan kondisi kesehatan yang menurun; (2) jadwal kerja atau
jam kerja yang sulit untuk disesuaikan dengan kegiatan lainnya; (3) role ambiguity
atau peran ganda; (4) kebisingan akan menggangu konsentrasi dalam bekerja; (5)
extremes yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja; (7) repetitive action yaitu
gerakan tubuh yang berulang pada saat bekerja; serta (8) tanggung jawab yang
dimana pengukuran beban kerja disini berdasarkan apa yang dirasakan atau
persepsi dari pekerja tersebut. Metode yang digunakan adalah Subjective Workload
Assessment Technique (SWAT) oleh Gary B. Reid dan Thomas E. Nygren (1988).
Dalam metode ini akan mengkombinasikan 3 dimensi beban kerja, yaitu: (1) Time
load atau beban waktu yang diukur dari waktu luang yang dimiliki pekerja,
gangguan dalam pekerjaan dan mengerjakan tugas dua/lebih dalam waktu yang
sama; (2) Mental efford atau beban usaha mental dapat diukur dari konsentrasi
yang dibutuhkan pekerja, frekuensi pekerjaan dan keahlian khusus yang harus
dimiliki pekerja; dan (3) Phsychological stress atau beban tekanan psikologi yang
dapat diukur dari perasaan gelisah dan bingung ketika bekerja, risiko dari pekerjaan
Kerangka Teori
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor predisposing yaitu
pengetahuan, sikap dan motivasi; faktor enabling yaitu sarana dan prasarana serta
sumber daya manusia; dan faktor reinforcing yaitu imbalan, dukungan pimpinan
dan dukungan lintas sektor (Green, 1980). Selain itu, faktor beban kerja juga dapat
mempengaruhi perilaku petugas, yaitu dalam dimensi beban waktu, beban usaha
Kerangka Konsep
Karakteristik
Responden
1. Umur
2. Pendidikan Terakhir
3. Masa Kerja
4. Jabatan Fungsional
Faktor Predisposing
Pelaksanaan Program
1. Pengetahuan
Indonesia Sehat dengan
2. Sikap
Pendekatan Keluarga
3. Motivasi
(PIS-PK)
di Puskesmas Kota Medan
Faktor Enabling
1. Sarana dan Prasarana
2. Sumber Daya 1. Pengumpulan data
Manusia
kesehatan keluarga
Gambar 2. Kerangka konsep: kombinasi dari teori Lawrence Green (1980) dan
teori Gary B. Reid & Thomas E. Nygran (1988)
35
Hipotesis Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survei analitik, dengan metode penelitian cross
dinamika korelasi antara faktor risiko dan efek, dengan cara pendekatan, obeservasi
atau pengumpulan data sekaligus pada suatu waktu tertentu saja (Notoatmodjo,
Kota Medan.
adalah berdasarkan pada data dari Dinas Kesehatan Kota Medan, bahwa seluruh
puskesmas di Kota Medan telah melaksanakan PIS-PK sejak tahun 2017, namun
capaian pendataan keluarga sehat belum mencapai target yang ditentukan oleh
Kementerian Kesehatan, yaitu 100% pendataan (total coverage) pada tahun 2019.
Waktu penelitian. Penelitian ini mulai dilakukan dari bulan Oktober 2018
hingga Oktober 2019 yang dimulai dengan penyusunan proposal, seminar proposal,
36
37
seluruh populasi. Sampel yang dipilih pada penelitian ini adalah petugas puskesmas
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling yang
memberikan kesempatan yang sama bagi setiap anggota dalam populasi untuk
dipilih menjadi sampel. Namun dikarenakan objek penelitian yang sangat luas,
maka teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster random
Tahap pertama dalam cluster random sampling adalah memilih kluster atau
area yang akan menjadi sumber pengambilan sampel kemudian tiap individu dalam
kluster/area yang terpilih akan diambil sebagai sampel. Lokasi fokus (lokus) dalam
penelitian ini adalah seluruh puskesmas (39 puskesmas) yang ada di Kota Medan,
( )
( )
( )
( )
Keterangan:
n’ = sampel kluster/area
= sampel asumsi
Maka jumlah sampel kluster/area yang akan diambil dalam penelitian ini
( )
( )
( ) ( )
( ) ( )
( ) ( )
( ) ( )
0,339
yang akan dipilih adalah 5 kecamatan. Pemilihan 5 kecamatan ini akan dilakukan
terdapat 21 kertas kecil yang telah diberi nama kecamatan di Kota Medan,
kemudian 21 kertas ini akan diacak dan diambil 5 kertas yang terpilih sebagai
random sampling adalah menentukan sampel yang diambil dari populasi dalam
pertimbangan tertentu oleh peneliti, berdasarkan ciri atau kriteria yang sudah
39
adalah petugas inti pelaksana PIS-PK yang ada dalam setiap puskesmas dalam
Daftar nama petugas inti pelaksana PIS-PK tersebut diperoleh dari hasil pendataan
petugas PIS-PK di seluruh puskesmas Kota Medan oleh Dinas Kesehatan Kota
Medan.
Tabel 1
Variabel penelitian.
litian ini adalah pelaksanaan PIS-PK oleh petugas kesehatan di Puskesmas Kota
Medan.
litian ini antara lain faktor predisposing, faktor enabling, faktor reinforcing dan
Kota Medan
dari individu yang menjadi responden dalam penelitian ini, antara lain:
1. Umur merupakan lama waktu hidup responden dimulai dari lahir hingga
tunjangan fungsional
dari dalam diri responden yang dapat mendorong terbentuknya sebuah perilaku.
Keluarga di Puskesmas
Pendekatan Keluarga
1. Sarana dan prasarana merupakan segala macam alat yang diperlukan untuk
Pendekatan Keluarga
3. Dukungan lintas sektor merupakan bentuk kerja sama dari lintas sektor
Kesehatan Kota.
Faktor beban kerja. Faktor beban kerja merupakan ukuran subjektif yang
melaksanakan tugas
suatu pekerjaan
data mulai dari penginputan data pada Aplikasi Keluarga Sehat hingga
Sumber data. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder.
Data primer. Data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung melalui
sudah dipersiapkan.
44
diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Medan, yaitu hasil evaluasi Pelaksanaan PIS-
Metode Pengukuran
Variabel dependen.
mengenai tindakan yang dilakukan atau tidak dilakukan pada saat melaksanakan
PIS-PK, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 tahun 2016 tentang
diukur dengan 13 pertanyaan dan skor tertinggi adalah 13. Pertanyaan tersebut
berupa pertanyaan pilihan, dimana setiap petugas yang menjawab ya akan diberi
sebagai pelaksanaan baik apabila skor > 7 dan pelaksanaan kurang baik apabila
skor < 7.
Variabel independen.
Karakteristik responden.
umur atau kategori umur yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI (2009)
yang dikutip oleh Amin dan Juniati (2017), yaitu: remaja akhir (17-25 tahun),
dewasa awal (26-35 tahun), dewasa akhir (36-45 tahun), lansia awal (46-55 tahun)
45
formal terakhir yang telah ditempuh oleh responden, dikategorikan sebagai berikut:
D III Bidan, D III Gizi, D III Keperawatan, D III Kesehatan Lingkungan, D III
Puskesmas. Hasil jawaban akan ditulis dalam tahun dan dikategorikan berdasarkan
kategori yang dibuat oleh Handoko (1994) yaitu masa kerja kategori baru (≤ 3
skala nominal yang didasarkan atas jabatan responden di Puskesmas. Hasil jawaban
Dokter Gigi.
Faktor predisposing.
dengan 10 pertanyaan dan skor tertinggi adalah 10. Pertanyaan tersebut berupa
pertanyaan pilihan, dimana setiap jawaban benar akan diberi nilai 1, apabila tidak
menjawab ataupun jawaban yang diluar pilihan akan diberi nilai 0. Pengkategorian
pengetahuan baik apabila skor > 5 dan pengetahuan kurang apabila skor < 5.
dua pilihan jawaban yaitu setuju dan tidak setuju (Riduwan, 2009). Jika pertanyaan
dengan kategoi favorable maka scoring akan mendapatkan nilai 1 untuk jawaban
setuju dan 0 untuk jawaban tidak setuju. Sedangkan untuk pertanyaan dengan
kategori unfavorable maka scoring akan mendapatkan nilai 0 untuk jawaban setuju
dan 1 untuk jawaban tidak setuju. Pengkategorian sikap dengan nilai median 5,
kemudian dikategorikan sebagai sikap baik apabila skor > 5 dan sikap kurang baik
pertanyaan dengan 2 pilihan jawaban, yaitu ya dan tidak, yang diukur dengan
scoring akan mendapatkan nilai 1 untuk jawaban ya dan 0 untuk jawaban tidak.
apabila skor > 5 dan motivasi kurang baik apabila skor < 5.
Faktor enabling.
dan hasil jawaban terdiri dari 2 kategori, yaitu baik dan kurang baik. Pertanyaan
dengan kategori pilihan akan mendapatkan skor 1 untuk jawaban ada dapat
ditunjukkan, dan skor 0 untuk jawaban ada tidak dapat ditunjukkan dan tidak ada.
Total skor adalah 8 dengan nilai median 4, yang dikategorikan sebagai baik apabila
47
menggunakan skala nominal berdasarkan pada kualitas dan kuantitas sumber daya
sumber daya manusia secara kualitas. Pertanyaan dengan kategori pilihan jawaban
ya atau tidak, dimana jawaban ya mendapatkan skor 1 dan skor 0 untuk jawaban
tidak dengan nilai median 2, kemudian akan dikategorikan sebagai sumber daya
manusia secara kualitas baik apabila skor ≥2 dan kurang baik apabila skor < 2.
kuantitas, dengan dua kategori pilihan jawaban ya dan tidak, dimana jawaban ya
mendapatkan skor 1 dan jawaban tidak mendapatkan skor 0, dengan nilai median
secara kuantitas baik apabila skor ≥ 2 dan kurang baik apabila skor <2.
Faktor reinforcing.
Pertanyaan dengan kategori favorable akan mendapatkan skala 1 untuk jawaban ya,
dan skor 0 untuk jawaban tidak. Sedangkan untuk pertanyaan dengan kategori
unfavorable akan mendapatkan skor 0 untuk jawaban ya dan skor 1 untuk jawaban
tidak. Total skor adalah 5, dengan nilai median yaitu 3 kemudian dikategorikan
sebagai imbalan baik apabila skor > 3 dan kurang baik apabila skor < 3.
skor 1 untuk jawaban ya dan skor 0 untuk jawaban tidak. Sedangkan untuk
ya dan skor 1 untuk jawaban tidak. Total skor adalah 5, dengan nilai median yaitu 3
kemudian dikategorikan sebagai dukungan pimpinan baik apabila skor > 3 dan
skor 1 untuk jawaban ya dan skor 0 untuk jawaban tidak. Sedangkan untuk
ya dan skor 1 untuk jawaban tidak. Total skor adalah 5, dengan nilai median yaitu 3
kemudian dikategorikan sebagai dukungan lintas sektor baik apabila skor > 3 dan
ordinal. Pertanyaan mengenai beban kerja terdiri dari 9 pertanyaan dengan pilihan
jawaban terdiri dari 2 jawaban yaitu setuju dan tidak setuju yang diukur dengan
scoring akan mendapatkan nilai 1 untuk jawaban ya dan 0 untuk jawaban tidak.
beban kerja dengan nilai median 7, kemudian dikategorikan sebagai beban kerja
pengolahan data tersebut antara lain: (1) editing atau penyuntingan data dilakukan
pertanyaan, dan kebenaran pengisian kuesioner oleh responden; (2) coding atau
pengkodean, yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi angka atau
bilangan untuk menyederhanakan data; (3) entry data yang telah diberi kode ke
dalam program software komputer, yaitu SPSS; dan (4) tabulating yaitu membuat
analisis ini, data yang akan dihasilkan berbentuk tabel distribusi frekuensi dan
satu puskesmas. Ada beberapa kecamatan di Kota Medan yang memiliki lebih dari
jumlah penduduk, dan aksesbilitas. Seluruh puskesmas yang ada di Kota Medan
Medan Tembung dan Kecamatan Medan Labuhan, yang menjadi perwakilan dari
turut serta mengerjakan program, namun terdapat petugas inti atau pemegang
Analisis Univariat
nelitian ini terdiri dari umur, pendidikan terakhir, masa kerja, dan jabatan
50
51
umur responden petugas inti pelaksana PIS-PK sebagian besar berada pada
kelompok umur desawa akhir (36-45 tahun) yaitu 34 orang (47,9%) dan sebanyak
25 orang (35,2%) berada pada kelompok umur lansia awal (46-55 tahun).
masa kerja lama, terdapat 65 orang (91,5%) dan responden pada kelompok kategori
masa kerja baru yaitu 6 orang (8,5%). Kategori jabatan fungsional terbanyak adalah
diikuti responden dengan Jabatan Fungsional Bidan yaitu 15 orang (21,1%) dan
orang (18,3%).
Tabel 2
Jumlah
Karakteristik Responden Persen
(Orang)
Umur
Dewasa awal (26-35) 9 12,7
Dewasa akhir (36-45) 34 47,9
Lansia awal (46-55) 25 35,2
Pendidikan Terakhir
D III Gizi 7 9,9
D III Kebidanan 8 11,3
D III Keperawatan 9 12,7
D III Kesehatan Lingkungan 3 4,2
D III Analisis Kesehatan 1 1,4
(bersambung)
52
Tabel 2
Jumlah
Karakteristik Responden Persen
(Orang)
Pendidikan Terakhir
D IV Kebidanan 7 9,9
D IV Gizi 1 1,4
Sarjana Kesehatan Masyarakat 15 21,1
Sarjana Keperawatan 11 15,5
Sarjana Kedokteran 7 9,9
Sarjana Kedokteran Gigi 1 1,4
Sarjana Kesehatan Lingkungan 1 1,4
Masa Kerja
Masa kerja kategori baru (≤ 3 tahun) 6 8,5
Masa kerja kategori lama (>3tahun) 65 91,5
Jabatan Fungsional
Penyuluh Kesehatan Masyarakat 13 18,3
Perawat 19 26,8
Bidan 15 21,1
Kesehatan lingkungan 6 8,5
Gizi 9 12,7
Laboratorium 1 1,4
Dokter Muda 7 9,9
Dokter Gigi 1 1,4
pertanyaan mengenai isi dari formulir Profil Kesehatan Keluarga (prokega) yaitu
53
Tabel 3
Benar Salah
Pertanyaan Pengetahuan
n % n %
Tujuan penyelenggaraan PIS-PK 27 38 44 62
Indikator penanda status kesehatan keluarga 28 39,4 43 60,6
Formulir Profil Kesehatan Keluarga berisi data-data 65 91,5 6 8,5
Makna penulisan “N” pada kolom indikator 21 29,6 50 70,4
Pertimbangan dalam menentukan prioritas masalah 55 77,5 16 22,5
Metode menentukan penyebab masalah kesehatan 53 74,6 18 25,4
Cara pemecahan masalah kesehatan tingkat
55 77,5 16 22,5
RT/RW/kelurahan/desa
Persiapan sebelum kunjungan rumah 24 33,8 47 66,2
Cara menyamakan pendapat dengan keluarga 43 60,6 28 39,4
Pemanfaatan penyelenggaraan lokakarya mini 3 4,2 68 95,8
pengetahuan baik yaitu sebanyak 35 orang (49,3%) dan sebanyak 36 orang (50,7%)
Tabel 4
Puskesmas Kota Medan. Berdasarkan hasil penelitian sampai dengan analisis data
sikap yang disetujui oleh seluruh responden yaitu 71 orang (100%) adalah pada
kesehatan. Sebanyak 70 orang (98,6%) juga setuju pada penyataan bahwa petugas
akan mengetahui kondisi kesehatan keluarga jika melakukan kunjungan rumah dan
Pernyataan sikap yang paling banyak tidak disetujui oleh responden adalah
penyataan mengenai PIS-PK akan tetap berjalan dengan baik tanpa perlu adanya
dukungan dari lintas sektor diluar bidang kesehatan yaitu sebanyak 71 orang
Tabel 5
Tabel 5
Tabel 6
Puskesmas Kota Medan. Berdasarkan hasil penelitian sampai dengan analisis data
kesehatan yang dapat melakukan pekerjaan tanpa perlu melibatkan rekan kerja
terdapat 68 orang (95,8%) yang menjawab tidak setuju akan pernyataan tersebut.
Tabel 7
dengan kategori baik yaitu sebanyak 69 orang (97,2%) dan 2 orang (2,8%) berada
Tabel 8
analisis data didapatkan distribusi uraian jawaban mengenai sarana dan prasarana
kunjungan rumah dan terdapat 6 orang (8,5%) responden yang menyatakan bahwa
tidak memiliki akses internet (Wi-Fi) di ruangan kerjanya untuk pengolahan data.
58
Tabel 9
Jawaban
Ada, khusus Ada, peralatan
Ada, tidak dapat
untuk PIS-PK Puskesmas
Pertanyaan ditunjukkan/
dan dapat dan dapat
Tidak ada
ditunjukkan ditunjukkan
n % n % n %
Tersedia formulir profil
kesehatan keluarga
71 100 - - - -
(Prokesga) yang cukup
untuk pendataan keluarga
Puskesmas telah memiliki
akses pada Aplikasi 55 77,5 - - 16 22,5
Keluarga Sehat
Tersedia paket informasi
kesehatan keluarga
7 9,9 - - 64 90,1
(Pinkesga) yang cukup
sebagai media KIE
Puskesmas telah
menyediakan alat-alat
kesehatan yang
dibutuhkan pada saat 28 39,4 33 46,5 10 14,1
kunjungan rumah untuk
pendataan (Alat ukur tensi
digital)
Seperangkat alat elektronik
yang dibutuhkan dalam
pengolahan data
a. Komputer/laptop 26 36,6 45 63,4 - -
b. Printer - - 71 100 - -
c. Wi-FI - - 65 91,5 6 8,5
responden sudah memiliki sarana dan prasarana dengan kategori baik yaitu 71
orang (100%).
Tabel 10
menyatakan telah memiliki tim kerja dalam mengerjakan PIS-PK dan sebanyak 70
orang (98,6%) menyatakan bahwa pekerjaan menjadi lebih ringan dengan adanya
tim kerja tersebut. Namun sebanyak 37 orang (52,1%) menyatakan bahwa sumber
daya manusia yang ada saat ini belum mencukupi untuk melaksanakan PIS-PK.
Tabel 11
Ya Tidak
Pertanyaan
n % n %
Petuags memiliki tim kerja PIS-PK 71 100 - -
Pekerjaan yang dilakukan menjadi lebih ringan
70 98,6 1 1,4
dengan adanya tim kerja PIS-PK
Sumber daya manusia yang telah ada mencukupi
34 47,9 37 52,1
secara kuantitas untuk melaksanakan PIS-PK
sebanyak 70 orang (98,6%) memiliki sumber daya manusia secara kuantitas dengan
kategori baik dan 1 orang (1,4%) berada pada kategori sumber daya manusia secara
Tabel 12
Tabel 13
Ya Tidak
Pertanyaan
n % n %
Petugas memiliki kemampuan mengoperasikan
57 80,3 14 19,7
komputer
Petugas memahami cara menggunakan Aplikasi
59 83,1 12 16,9
Keluarga Sehat
Petugas dapat menghitung IKS secara manual 28 39,4 43 60,6
61
responden yang memiliki kategori sumber daya manusia secara kualitas baik yaitu
52 orang (73,2%) dan sebanyak 19 orang (26,8%) memiliki kategori sumber daya
Tabel 14
Puskesmas Kota Medan. Berdasarkan hasil penelitian sampai dengan analisis data
pimpinan) apabila pekerjaannya telah mencapai atau melebihi target yaitu sebanyak
Tabel 15
Ya Tidak
Pertanyaan
n % n %
Petugas menerima imbalan yang sudah sesuai
51 71,8 20 28,2
dengan tingkat kepangkatan/jabatan Anda
Petugas mendapatkan imbalan tambahan ketika
58 81,7 13 18,3
melakukan kunjungan rumah
Petugas mendapatkan imbalan (bonus,
penghargaan dari pimpinan) apabila pekerjaan 25 35,2 46 64,8
Anda telah mencapai atau melebihi target
Insetif yang petugas terima sudah sesuai dengan
41 57,7 30 42,3
pekerjaan
Imbalan tambahan mendorong petugas untuk
57 80,3 14 19,7
melaksanakan PIS-PK dengan baik
dalam kategori imbalan ada yaitu sebanyak 50 orang (70,4%) dan responden yang
termasuk dalam kategori imbalan tidak ada yaitu sebanyak 21 orang (29,6%).
Tabel 16
Tabel 17
Ya Tidak
Pertanyaan
n % n %
Petugas mendapatkan dorongan dari pimpinan
69 97,2 2 2,8
untuk dapat melaksanakan PIS-PK
Petugas pernah mendapatkan penghargaan dari
pimpinan atas kinerja petugas (Pujian, 36 50,7 35 49,3
penghargaan berupa uang atau barang)
Petugas pernah mendapatkan teguran jika belum
64 90,1 7 9,9
mencapai target pelaksanaan PIS-PK
Pimpinan melakukan monitoting dan evaluasi
63 88,7 8 11,3
secara langsung terhadap pelaksanaan PIS-PK
Pimpinan memberikan solusi terhadap masalah-
masalah yang Anda hadapi dalam melaksanakan 60 84,5 11 15,5
PIS-PK
yang memiliki dukungan pimpinan yang baik yaitu 65 orang (91,5%) dan
Tabel 18
Total 71 100
adanya peran dari melibatkan lintas sektor (camat, lurah, kepala lingkungan dan
kader). Sebanyak 68 orang (95,8%) menyatakan bahwa lintas sektor juga ikut
Provinsi dan/atau Dinas Kesehatan Kota Medan dan sebanyak 20 orang (28,2%)
Tabel 19
Ya Tidak
Pertanyaan
n % n %
Petugas merasakan adanya peran dari melibatkan
69 97,2 2 2,8
lintas sektor
Lintas sektor juga ikut mendampingi dalam
68 95,8 3 4,2
melakukan kunjungan keluarga
Lintas sektor membantu Anda dalam
menyelesaikan masalah (misalnya penolakan
68 95,8 3 4,2
dari masyarakat) ketika melakukan kunjungan
keluarga
Petugas mengikuti pelatihan PIS-PK yang telah
dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi 51 71,8 20 28,2
dan/atau Dinas Kesehatan Kota Medan
65
responden telah memiliki dukungan lintas sektor yang baik yaitu 71 orang (100%).
Tabel 20
sampai dengan analisis data didapatkan distribusi uraian jawaban mengenai beban
orang (85,9%) menyatakan memiliki waktu luang yang sedikit karena terlalu
kompensasi yang didapatkan saat ini tidak dapat mengurangi tekanan pekerjaan
yang dirasakan oleh petugas, sehingga beban kerja yang dirasakan oleh petugas
66
tetap sama walaupun ada imbalan tambahan yang diberikan ketika melakukan
kunjungan rumah.
Tabel 21
Setuju Tidak
Pernyataan Setuju
n % n %
Beban Waktu
Saya merasa memiliki waktu luang yang sedikit
karena terlalu banyak tugas yang harus 61 85,9 10 14,1
dikerjakan
Saya memiliki waktu luang, tumpang tindih
27 38,0 44 62,0
pekerjaan jarang terjadi
Saya harus melakukan kunjungan keluarga dan
juga harus menyelesaikan tugas fungsional 70 98,6 1 1,4
dalam puskesmas
Beban Usaha Mental
Saya membutuhkan konsentrasi dalam
69 97,2 2 2,8
menyelesaikan tugas
Saya dituntut untuk memiliki kemampuan lebih
dari yang saya miliki untuk mengerjakan 56 78,9 15 21,1
program ini
Pekerjaan saya membutuhkan tingkat konsentrasi
63 88,7 8 11,3
yang tinggi, harus teliti dan sesui standar
Beban Tekanan Psikologis
Saya tidak memahami tugas yang diberikan
sehingga membuat saya bingung dalam 4 5,6 67 90,1
mengerjakannya
Saya diberikan tugas yang sesuai dengan latar
64 90,1 7 9,9
belakang pendidikan saya
Saya merasa tingkat kompensasi yang saya dapat
26 36,6 45 63,4
saat ini mengurangi tekanan pekerjaan saya
beban kerja tinggi sebanyak 60 orang (84,5%) dan 11 orang (15,5%) responden
67
yang memiliki beban kerja rendah. Hal tersebut menunjukkan mayoritas petugas
Tabel 22
namun hanya 28 orang (39,4%) yang dapat menghitung Indeks Keluarga Sehat
secara manual.
serta belum membuat rencana kunjungan dan tujuan akhir sebagai persiapan
Tabel 23
Ya Tidak Belum
Pertanyaan
n % n % n %
Pendataan kesehatan keluarga menggunakan formulir Prokesga
Petugas melakukan pengumpulan data
kesehatan keluarga melalui 70 98,6 1 1,4 - -
kunjungan rumah
Petugas melibatkan lintas sektoral
(camat, lurah/kepala lingkungan,
70 98,6 1 1,4 - -
kader kesehatan) dalam
melaksanakan kunjungan rumah
Petugas membawa alat pengukur
tekanan darah dan stetoskop saat 69 97,2 2 2,8 - -
kunjungan rumah
Petugas menggunakan alat pengukur
tekanan darah dan stetoskop saat 65 91,5 6 8,5 - -
kunjungan rumah
Saat memberikan informasi kesehatan,
petugas menggunakan paket
31 43,7 40 56,3 - -
informasi kesehatan keluarga
(Pinkesga)
Pembuatan, pengelolaan pangkalan data, dan pengolahan data
Petugas melakukan pengolahan data
kesehatan keluarga (penginputan data 53 74,6 18 25,4 - -
pada Aplikasi Keluarga Sehat)
Petugas melakukan perhitungan Indeks
26 36,6 45 63,4 - -
Keluarga Sehat (IKS) secara manual
Menganalisis, merumuskan intervensi dan penyusunan rencana puskesmas
Petugas melakukan analisis masalah
kesehatan dan menentukan prioritas 53 74,6 18 25,4 - -
masalah dengan tim PIS-PK
Petugas melakukan penentuan penyebab
- - - - 71 100
masalah kesehatan prioritas dengan
69
Tabel 23
Ya Tidak Belum
Pertanyaan
n % n % n %
Pelaksanaan intervensi masalah kesehatan melalui kunjungan rumah
Petugas membuat tujuan akhir
7
kunjungan rumah sebagai target yang - - - - 100
1
harus dicapai dalam setahun
Petugas membuat rencana kunjungan
7
rumah sebagai persiapan sebelum - - - - 100
1
melaksanakan kunjungan rumah?
Pada saat melakukan kunjungan
keluarga, petugas melaksanakan SAJI
70 98,6 1 1,4 - -
(Salam, Ajak bicara, Jelaskan dan
bantu, Ingatkan)
dalam kategori baik yaitu sebanyak 29 orang (40,8%) dan responden yang
(59,2%).
Tabel 24
Analisis Bivariat
enabling, reinforcing, dan beban kerja, terhadap pelaksanaan PIS-PK. Analisis ini
diuji satu persatu dengan variabel dependen. Bila hasil uji bivariat menghasilkan p
melihat pengaruh dari setiap variabel faktor predisposing yang diteliti, yaitu
Medan. Variabel sikap tidak dimasukan dalam analisis bivariat karena dari hasil
analisis univariat hanya menghasilkan satu kategori saja, yaitu kategori baik.
pengetahuan petugas kesehatan memiliki nilai p < 0,05 yaitu 0,022. Maka
Tabel 25
Kategori Pengetahuan
Kategori Pelaksanaan PIS-PK Total p
Baik Kurang
Baik 19 10 29
0,022
Kurang baik 16 26 42
Total 35 36
motivasi petugas kesehatan memiliki nilai p ≤ 0,05 yaitu 0,144. Maka motivasi
Tabel 26
Kategori Motivasi
Kategori Pelaksanaan PIS-PK Total p
Baik Kurang
Baik 29 0 29
0,144
Kurang baik 40 2 42
Total 69 2
melihat pengaruh dari setiap variabel faktor enabling yang diteliti, yaitu sumber
daya manusia secara kuantitas serta sumber daya manusia secara kualitas, terhadap
tidak dimasukan dalam analisis bivariat karena dari hasil analisis univariat hanya
Berdasarkan hasil uji bivariat, variabel sumber daya manusia secara kuantitas
petugas kesehatan memiliki nilai p > 0,05 yaitu 0,303. Maka sumber daya manusia
Tabel 27
Hasil Analisis Bivariat Pengaruh Sumber Daya Manusia secara Kuantitas Petugas
Kesehatan terhadap Pelaksanaan PIS-PK di Puskesmas Kota Medan
Berdasarkan hasil uji bivariat, variabel sumber daya manusia secara kualitas
petugas kesehatan memiliki nilai p ≤ 0,05 yaitu 0,0001. Maka sumber daya
Tabel 28
Hasil Analisis Bivariat Pengaruh Sumber Daya Manusia secara Kualitas Petugas
Kesehatan terhadap Pelaksanaan PIS-PK di Puskesmas Kota Medan
Total 52 19
melihat pengaruh dari setiap variabel faktor reinforcing yang diteliti, yaitu imbalan
Variabel dukungan lintas sektor tidak dimasukan dalam analisis bivariat karena dari
hasil analisis univariat hanya menghasilkan satu kategori saja, yaitu kategori baik.
imbalan petugas kesehatan memiliki nilai p > 0,05 yaitu 0,401 Maka imbalan
Medan.
Tabel 29
Kategori Imbalan
Kategori Pelaksanaan PIS-PK Total p
Baik Kurang
Baik 22 7 29
0,401
Kurang baik 28 14 42
Total 50 21
variabel dukungan pimpinan petugas kesehatan memiliki nilai p > 0,05 yaitu 0,184.
Maka dukungan pimpinan pada petugas kesehatan tidak memiliki korelasi terhadap
Tabel 30
dilakukan untuk melihat pengaruh dari setiap variabel beban kerja terhadap
variabel beban kerja petugas kesehatan mempunyai nilai p > 0,05 yaitu 0,741.
Maka variabel beban kerja petugas kesehatan tidak memiliki korelasi terhadap
Tabel 31
Analisis Univariat
Umur. Umur merupakan lama waktu hidup responden dimulai dari lahir
diketahui dari 71 responden petugas inti pelaksana PIS-PK sebagian besar berada
pada kelompok umur desawa akhir (36-45 tahun) yaitu 34 orang (47,9%) dan
sebanyak 25 orang (35,2%) berada pada kelompok umur lansia awal (46-55
mengemukakan bahwa umur tenaga kerja yang berada dalam usia produktif (15-60
tahun) memiliki hubungan positif dengan produktifitas tenaga kerja. Usia produktif
tenaga memiliki kreatifitas yang tinggi terhadap pekerjaan yang didukung oleh
pengetahuan dan wawasan yang lebih baik serta mempunyai tanggung jawab yang
tinggi atas tugas yang diberi kan. Berdasarkan hasil pelaksanaan PIS-PK oleh
petugas di Puskemas Kota Medan, terdapat 29 orang (40,8%) yang termasuk dalam
kategori pelaksanaan cukup baik, dimana petugas tersebut berasal dari kategori
75
76
(15,5%) dan D III Keperawatan yaitu 9 orang (12,7%). Namun jika dilihat dari latar
belakang bidang pendidikan yang sama yaitu keperawatan maka dapat dijumlahkan
39 Tahun 2016 bahwa pelaksanaan PIS-PK harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
petugas kesehatan dalam penelitian ini sudah sesuai karena dari bidang ilmu
kesehatan.
Terdapat 6 orang (8,5%) dengan masa kerja kategori baru (< 3 tahun) dikarenakan
pindah tugas dari kabupaten/kota lain ke puskesmas yang berada di Kota Medan.
kerja, dengan bertambah lamanya masa kerja yang dimiliki oleh seorang petugas
semakin lama seseorang menekuni bidang kerja yang sama maka akan lebil
77
terampil melakukan pekerjaan tersebut. Tenaga kerja yang mempunyai masa kerja
rata-rata lebih tinggi daripada karyawan yang mempunyai masa kerja lebih sedikit.
Dalam penelitian ini, hampir seluruh responden telah bekerja lebih dari 3 tahun
seharusnya program PIS-PK menjadi tanggung jawab dari petugas dengan jabatan
memiliki tanggung jawab layanan dalam gedung yang harus dikerjakan. Sedangkan
jawaban yang menyatakan bahwa tugas yang diberikan menjadi tumpang tindih
menanggungjawabi layanan luar gedung lainnya yang juga harus dikerjakan. Hal
yaitu program gizi, kesehatan ibu dan anak, pengendalian penyakit menular dan
tidak menular, perilaku serta kesehatan lingkungan, maka sudah seharunya setiap
jabatan fungsional yang ada dalam puskesmas memiliki tanggung jawab yang sama
Puskesmas Kota Medan sudah sesuai karena dikerjakan oleh seluruh jabatan
PIS-PK. Berdasarkan tabel 3, dapat dilihat bahwa lebih banyak responden yang
menjawab salah. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman petugas kesehatan akan
dalam proses mencapai standar pelayanan minimal dengan meningkatkan akses dan
JKN; dan d. membantu dapat dicapainya tujuan Program Indonesia Sehat yang
2019 (Kementerian Kesehatan RI, 2016). Jika dilihat dari pentingnya tujuan yang
hendak dicapai dari pelaksanaan PIS-PK, maka sudah seharusnya diketahui dan
kesehatan tentang tujuan PIS-PK berada pada kategori tinggi , yaitu sebanyak 31
pro-aktif dalam melakukan pendekatan keluarga agar tujuan tersebut dapat dicapai
(Yanti, 2018). Hasil penelitian tersebut berbanding terbalik dengan penelitian ini,
dimana sebagian besar petugas kesehatan tidak mengetahui tujuan PIS-PK dengan
kode pada indikator kesehatan keluarga untuk perhitungan Indeks Keluarga Sehat
keluarga sehat dari setiap keluarga yang didata dengan menggunakan penulisan
kode, antara lain N berarti indikator tidak berlaku, Y berarti kondisi keluarga sesuai
dengan indikator dan T berarti kondisi keluarga tidak sesuai dengan indikator.
nilai indeks > 0,8 termasuk kategori keluarga sehat, 0,5 sampai dengan 0,8
termasuk kategori pra-sehat dan nilai indeks < 0,5 termasuk kategori tidak sehat
Dalam penelitian ini, masih banyak petugas kesehatan yang salah dalam
menuliskan kode pada penilaian indikator keluarga sehat dalam pengisian formulir
prokesga. Hal ini perlu diperhatikan dengan serius karena pemahaman petugas
dalam menghitung IKS dapat mempengaruhi hasil akhir yang menjadi kesimpulan
salah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa petugas kesehatan tidak mengetahui
petunjuk teknis yang harus dilakukan oleh Pembina Keluarga dalam melaksanakan
kunjungan rumah.
ditunjuk sebagai Pembina Keluarga, secara berkala (seminggu sekali) atau sesuai
tujuan akhir dari kunjungan rumah untuk masing-masing keluarga yang harus
81
dicapai dalam setahun dan juga perlu menetapkan maksud kunjungan dan
sehingga tidak menaruh fokus pada petunjuk teknis pelaksanaan kunjungan rumah,
melalui kunjungan rumah yang rutin memang belum dilakukan karena kegiatan
pengetahuan baik. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
tidak mengikuti pelatihan PIS-PK yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan baik
pelatihan pun menyatakan bahwa pelatihan yang diikuti tidak bisa membuat
sebelumnya yang sudah pernah dilatih sehingga membuat petugas kesehatan harus
belajar sendiri dari modul atau bertanya kepada petugas dari puskesmas lainnya.
individu terhadap objek tertentu dan terbagi kedalam 6 tingkatan kognitif, yaitu
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tidak semua petugas yang telah
sama baiknya, maka Puskesmas dapat melaksanakan PIS-PK dengan baik dan
mencapai target.
petugas kesehatan tentang PIS-PK di Puskesmas Kota Banda Aceh berada pada
kategori tinggi yaitu 29 orang (59%). Hal ini dapat didukung oleh data semua
petugas telah mendapatkan pelatihan yaitu 50 orang (100%). Penelitian ini tidak
Medan, dimana sebagian besar pengetahuan petugas berada pada kategori rendah
terdapat 18 orang (25,4%) yang menyatakan sudah merasa cukup jika hanya
bertemu dengan salah satu anggota keluarga dalam kunjungan rumah. Pernyataan
ini tidak sesuai dengan petunjuk teknis pelaksanaan pengumpulan data yang diatur
pemeriksaan fisik.
bertemu dengan seluruh anggota keluarga pada saat pengumpulan data dikarenakan
anggota keluarga yang lain sedang bekerja atau tidak berada di rumah. Selain itu
untuk melakukan kunjungan ulang akan sulit dalam mengatur jadwal petugas
dikarenakan masih banyak keluarga yang belum didata, sehingga petugas merasa
sudah cukup hanya bertemu salah satu anggota keluarga. Sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Virdasari, Arso dan Fatmasari (2018) pada petugas kesehatan
belum melakukan sesuai dengan petunjuk yang ada, karena tenaga merasa
kewalahan dan waktu yang terlalu lama apabila harus melakukan sesuai dengan
menyita waktu kerja. Pada pernyataan sikap mengenai kunjungan rumah akan
menyita kerja yang dapat digunakan untuk mengerjakan tugas lainnya, sebanyak 29
84
kunjungan rumah membuat mereka tidak bisa fokus mengerjakan tugas fungsional
masing-masing yang harus dikerjakan dalam gedung karena harus memikirkan dan
membagi waktu untuk turun lapangan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Agni (2018) pada petugas kesehatan yang melakukan PIS-PK di Yogyakarta,
petugas merasa bahwa tugas sehari-hari sudah menyita tenaga dan waktu sehingga
petugas sudah memiliki sikap yang baik yaitu 71 orang (100%). Namun
baik yaitu 42 orang (59,2%). Hal tersebut menunjukkan bahwa sikap yang baik
Menurut Azwar (2011) dalam bukunya yang berjudul Sikap Manusia, sikap
adalah respon tertutup atau reaksi perasaan terhadap suatu rangasan dari objek.
sistematis yang langsung antara sikap dengan perilaku nyata dikarenakan sikap
85
bahwa seseorang mempunyai sikap yang baik terhadap suatu hal tidak serta merta
Sesuai dengan teori sikap tersebut, hasil penelitian pada petugas kesehatan
hampir seluruhnya berada pada kategori baik. Namun sikap petugas kesehatan
motivasi petugas maupun faktor pemungkin dan pendorong lainnya yang ada dalam
motivasi petugas dimulai dari kebutuhan fisiologis yang telah terpenuhi sehingga
pokok, apabila kebutuhan ini secara relatif terpenuhi, maka kebutuhan lain akan
dirinya, apabila motif dasarnya, misalnya makanan bagi keluarganya saja masih
belum cukup. Maslow menekankan bahwa kebutuhan itu muncul pada seseorang,
86
maka berarti hal tersebut merupakan pendorong dan pengarah untuk terwujudnya
adalah karena kebutuhan dasar yang sudah terpenuhi, seperti makanan dan
transportasi atau dalam bentuk imbalan tambahan yang diperoleh ketika melakukan
kunjungan rumah.
dalam kunjungan rumah. Pada pernyataan petugas merasa senang dan bersemangat
responden yang menjawab setuju yaitu sebanyak 70 orang (98,6%). Hal tersebut
kebutuhan berikutnya setelah kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpenuhi,
maka akan meningkat pada kebutuhan afiliasi dengan orang lain. Manusia sebagai
kunjungan rumah menjadi motivasi yang membuat petugas merasa senang dan
diketahui, responden yang menjawab setuju pada penyataan kondisi keluarga yang
salah satu kebutuhan sosial manusia yaitu kebutuhan untuk membantu orang lain.
Kondisi masyarakat yang tidak pernah mengunjungi puskesmas menjadi salah satu
Kota Medan untuk melakukan kunjungan rumah adalah karena melihat kondisi dari
masyarakat yang membutuhkan kunjungan dari puskesmas dan hal tersebut juga
kerjanya.
sangat setuju dan 26 orang (66,7%) setuju, adalah karena petugas promosi
hampir seluruh petugas sudah memiliki motivasi yang baik yaitu sebanyak 69
orang (97,2%) dan terdapat 2 orang (2,8%) yang memiliki motivasi kurang. Hasil
tergolong baik.
karyawan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan
karena dengan motivasi diharapkan setiap individu mau bekerja keras dan antusias
merupakan dorongan yang bersumber dari kebutuhan yang terpenuhi, mulai dari
kebutuhan dasar atau fisiologis, rasa aman, penerimaan dari orang lain,
motivasi atau pengerak petugas untuk melaksanakan program tetapi bukan satu-
satunya faktor yang akan menentukan perilaku atau tindakan petugas dalam
macam alat yang diperlukan untuk pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan
tekanan darah, stetoskop), serta seperangkat alat elektronik yang dibutuhkan untuk
family folder untuk menyimpan data keluarga dan individu anggota keluarga serta
pinkesga sebagai media yang digunakan sebagai media komunikasi, informasi dan
edukasi (KIE). Sarana ini digunakan dalam kegiatan mengumpulkan data keluarga
sehat sehingga kedua hal tersebut harus dipastikan ada dan tersedia dalam jumlah
beberapa puskesmas hanya memiliki 5 buah pinkesga dan hanya dimiliki oleh
petugas yang mengikuti pelatihan PIS-PK, sedangkan untuk petugas lain yang tidak
kunjungan rumah.
yang telah menyediakan khusus untuk pelaksanaan PIS-PK dan ada juga
tabel 10, diketahui bahwa terdapat 28 orang (39,4%) yang menjawab puskesmas
telah menyediakan alat ukur tensi digital khusus untuk PIS-PK, 33 orang (46,5%)
seperti stetoskop dan tensimeter masih menjadi kendala, banyak puskesmas yang
belum memiliki peralatan kesehatan yang secara khusus disediakan untuk PIS-PK.
pengukur tensi digital atau meminjam peralatan dari posyandu (Agni, 2018).
alat elektronik yang dibutuhkan dalam pengolahan data, terdapat 26 orang (36,6%)
yang menjawab puskesmas telah menyediakan komputer dan tablet khusus untuk
Ogan Komering Ilir dan Jeneponto masih terkendala untuk pengadaan komputer
atau laptop khusus untuk PIS-PK sehingga ditanggulangi dengan meminjam dari
program lain atau milik pribadi para penanggung jawab PIS-PK. Sama dengan
pada pertengahan tahun, sehingga untuk penyediaan sarana dan prasarana belum
distribusi kategori sarana dan prasarana petugas kesehatan dalam pelaksanaan PIS-
prasarana dengan kategori baik yaitu 71 orang (100%). Namun sarana dan
prasarana yang telah tersedia belum mencukupi dan juga tidak disediakan khusus
juga oleh Puskesmas Mijen yaitu keterbatasan sarana dan prasarana dalam kegiatan
pendataan, seperti tensimeter, komputer, pinkesga, stiker dan family folder. Sarana
dan prasarana tidak tersedia maupun belum tersedia dalam jumlah yang cukup
dikarenakan tidak ada dana untuk pengadaan. Keterbatasan anggaran juga berakibat
bahwa faktor penghambat pelaksanaan PIS-PK dari segi sumber daya adalah
fasilitas dan infrastruktur program yang ada belum maksimal. Peralatan yang
Pinkesga dan komputer tidak tersedia dalam proses pendataan. Penelitian PIS-PK
di Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen oleh Dewi, Utami dan Afriani
dengan hasil wawancara dengan surveyor diperoleh informasi bahwa tidak semua
terkendala. Dalam penelitian ini, ketersediaan sarana dan prasarana yang menjadi
ketersediaan pinkesga dalam jumlah yang cukup sesuai dengan petugas kesehatan
yang turun lapangan melakukan kunjungan rumah dan alat pengukur tensi untuk
PIS-PK. Berdasarkan tabel 11, seluruh petugas, yaitu 71 orang (100%) menyatakan
telah memiliki tim kerja dalam mengerjakan PIS-PK dan sebanyak 70 orang
(98,6%) menyatakan bahwa pekerjaan menjadi lebih ringan dengan adanya tim
kerja tersebut.
keluarga di wilayah kerja puskesmas memiliki Tim Pembina Keluarga. Setiap Tim
Pembina memiliki profil kesehatan keluarga dan rencana pembinaan yang akan
Kesehatan RI, 2016). Berdasarkan kepada hal tersebut, maka sudah seharusnya
dalam pelaksanaan PIS-PK telah dibentuk tim kerja sesuai dengan petunjuk teknis
dibentuk 5 tim inti yang terdiri dari 2 orang dalam 1 tim. Namun dalam
dari ketua tim pelaksana dan tidak memahami masalah petunjuk teknis sebagai Tim
puskesmas telah membentuk tim kerja dalam pelaksanaan PIS-PK. Namun, tim
data dan tidak menyadari peran tim kerja tersebut yang juga sebagai Tim Pembina
akan adanya petunjuk teknis serta petugas yang tidak membaca pedoman
petugas kesehatan yang cukup untuk pelaksanan PIS-PK. Dari hasil penelitian, ada
sebanyak 37 orang (52,1%) menyatakan bahwa sumber daya manusia yang ada saat
dilaksanakan oleh seluruh petugas kesehatan yang ada dalam puskesmas tersebut,
mulai dari dokter, bidan, perawat serta tenaga kesehatan lainnya. Namun dalam
pengolahan data hanya beberapa petugas saja yang mengerjakan, yaitu petugas inti
Gaol (2014), kuantitas karyawan merupakan salah satu faktor yang menentukan
baik tidaknya seorang karyawan dalam bekerja. Dalam penelitian ini, meskipun
petugas akan dilimpahkan lebih banyak tugas sehingga akan kekurangan sumber
tabel 13 distribusi kategori sumber daya manusia (SDM) secara kuantitas petugas
70 orang (98,6%) berada pada kategori baik, sedangkan 1 orang (1,4%) pada
Dari hasil kategori SDM secara kuantitas, dapat disimpulkan bahwa petugas
kategori baik dalam pengadaanya, namun pembagian beban atau tanggung jawab
yang harus dikerjakan oleh setiap petugas belum merata. Berdasarkan hasil
wawancara, petugas kesehatan yang telah mengikuti pelatihan PIS-PK lebih banyak
Priyono dan Marnis (2008) yang dikutip oleh L. Gaol (2018), menyatakan
bahwa pengadaan (procurement) SDM harus direncanakan secara baik dan benar
supaya kualitas dan kuantitas SDM sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Sumber
daya manusia dapat diuraikan sebagai suatu proses yang berusaha menjamin
jumlah dan jenis pegawai yang tepat akan tersedia pada tempat yang tepat pada
waktu yang tepat untuk waktu yang akan datang, serta mampu melakukan hal-hal
yang diperlukan agar organisasi dapat terus mencapai tujuannya. Berdasarkan pada
hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa puskesmas yang menjadi lokus
96
penelitian saat ini, belum membuat perancanaan yang matang dalam menetapkan
sumber daya manusia yang cukup untuk pelaksanaan PIS-PK sesuai dengan
dalam proses pengambilan data lapangan, pengolahan dan analisis data serta
penyajian data agregat IKS berbasis kewilayahan. Aplikasi ini dibuat khusus untuk
ini (Kemenkes, 2016). Dalam penelitian ini, sebagian besar petugas kesehatan telah
memahami cara menggunakan aplikasi sehat yang juga didukung oleh kemampuan
menghitung IKS secara manual. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa hanya 28
orang (39,4%) yang dapat menghitung Indeks Keluarga Sehat (IKS) secara manual.
Kemampuan menghitung IKS secara manual merupakan hal penting yang harus
yang dilakukan oleh Agni (2018) menemukan adanya permasalahan pada Aplikasi
97
Keluarga Sehat dimana aplikasi tidak dapat memunculkan hasil perhitungan IKS
secara otomatis ketika pengisian data kelaurga telah selesai. Untuk menanggulangi
IKS secara manual untuk dapat menghasilkan angka IKS keluarga yang telah
didata.
sudah pernah diajari cara menghitung IKS secara manual, tetapi petugas sudah lupa
karena waktu pelatihannya tahun lalu sehingga mereka harus belajar kembali cara
menghitung IKS manual. Hal tersebut menjadi salah satu sebab belum ada hasil
lokus penelitian.
kategori sumber daya manusia secara kualitas baik yaitu 52 orang (73,2%) dan
sebanyak 19 orang (26,8%) memiliki kategori sumber daya manusia secara kualitas
kurang baik. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas sumber daya manusia secara
umum sudah baik, namun dalam hal kemampuan petugas untuk menghitung IKS
dalam hal menyimpulkan hasil pendataan keluarga, yang pada akhirnya akan
berhubungan dengan pengkategorian status keluarga (sehat, pra sehat atau tidak
98
secara umum kualitas sumber daya manusia sudah berada dalam kategori baik
(73,2%) namun karena sebagian besar petugas tidak bisa menghitung IKS secara
manual (60,6%) akan berdampak kepada pengolahan data, dimana belum ada
keluarga dalam bentuk IKS keluarga maupun IKS kelurahan serta persentase
Puskesmas Kota Medan. Imbalan merupakan bentuk balasan jasa yang diterima
oleh petugas kesehatan sebagai upah jasa dalam melaksanakan tugasnya pada PIS-
PK. Berdasarkan tabel 15, terdapat 58 orang (81,7%) petugas yang menjawab telah
memang ada untuk turun lapangan dalam rangka pendataan keluarga namun yang
dirasakan oleh petugas tidak sebanding dengan apa yang telah dikerjakan, karena
99
untuk pendataan satu kepala keluarga (KK) tidak hanya dilakukan dalam satu kali
kunjungan, bisa sampai dua kali kunjungan jika keluarga yang didatangi tidak
hitungan pendataan per KK, bukan berapa kali kunjungan pendataan dilakukan
dalam kategori imbalan baik yaitu sebanyak 50 orang (70,4%) dan responden yang
termasuk dalam kategori imbalan kurang baik yaitu sebanyak 21 orang (29,6%).
Dapat disimpulkan bahwa imbalan yang diterima oleh petugas kesehatan sudah
tergolong baik. Namun imbalan yang baik belum tentu akan membuat seorang
petugas merasakan adanya kepuasaan terhadap balas jasa yang telah diterimanya.
target. Namun terdapat 8 orang (11,3%) yang menjawab pimpinan tidak melakukan
monitoring dan evaluasi secara langsung dan 11 orang (15,5%) yang juga
pendataan keluarga namun tidak langsung ikut dalam kunjungan keluarga serta
ideal untuk menjalankan organisasi, antara lain fisik yang menyenangkan, berguna
tersebut dapat memberikan dorongan dan pengarahan untuk tugas yang dikerjakan
oleh bawahannya serta kemampuan membimbing bawahan untuk mampu dan mau
mengerjakan setiap tugas yang diberikan. Namun yang terjadi dalam penelitian ini,
bentuk dorongan untuk mengerjakan program dengan baik dan teguran jika belum
dilakukan dalam bentuk memberikan monitoring dan evaluasi secara langsung dan
tidak dapat memberikan solusi terhadap setiap masalah yang dihadapi oleh petugas.
berupa uang atau barang) dan sebanyak 35 orang (49,3%) menjawab tidak.
dihargai atas prestasi, pengakuan atas faktor kemampuan dan keahlian seseorang
serta efektivitas kerja seseorang (Sunyonto, 2013). Meskipun dalam penelitian ini,
dan berada pada kategori pelaksanaan kurang baik, namun untuk pencapaian kerja
pimpinan yang baik yaitu 65 orang (91,5%) dan responden dengan dukungan
pimpinan kurang baik yaitu 6 orang (8,5%). Dari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa secara umum dukungan pimpinan sudah tergolong baik kepada petugas
Skinner, yang dikutip oleh L. Gaol (2018), menyatakan bahwa salah satu
faktor yang paling kuat untuk berperilaku adalah faktor penguatan (reinforcement),
yaitu apabila sebuah perilaku diberikan penguatan akan memberikan peluang pada
penelitian ini, apabila petugas kesehatan diberikan dukungan positif oleh lingkunga
kerjanya terkhusus oleh pimpinan, maka petugas kesehatan tersebut akan memiliki
semangat dan motivasi untuk mengerjakan tugasnya di puskesmas, dalam hal ini
lintas sektor dalam melakukan kunjungan rumah. Berdasarkan tabel 19, diketahui
bahwa terdapat 68 orang (95,8%) menyatakan bahwa lintas sektor (kepala lingkung
dan kader kesehatan) juga ikut mendampingi dalam melakukan kunjungan rumah
adanya dukungan kerja sama yang baik dari pemerintah camat, lurah/desa maupun
pendekatan keluarga, juga telah dilakukan oleh kader-kader kesehatan yang turut
RI, 2016). Merujuk kepada hal tersebut, dukungan lintas sektor terhadap
pelaskanaan PIS-PK di Puskesmas Kota Medan sudah terjalin dengan kerja sama
dengan adanya pendampingan dari kader kesehatan serta pemerintah setempat yang
pelatihan dimana ada beberapa petugas puskemas yang sudah terlebih dahulu
PIS-PK, ada 8 orang (11,3%) yang menjawab Dinas Kesehatan Kota Medan hanya
hal tersebut masih belum optimal dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan
2016).
memiliki dukungan lintas sektor yang baik yaitu 71 orang (100%). Namun untuk
dukungan dari Dinas Kesehatan Kota Medan, dalam peran pengembangan sumber
daya dan bimbingan masih belum optimal dilakukan dalam pelaksanaan PIS-PK di
Ilir dan Kabupaten Jeneponto menunjukkan dukungan lintas sektor yang baik
dengan cakupan pendataan pada kedua kabupaten tersebut telah mencapai lebih
dari 50%. Implementasi dukungan lintas sektor dalam bentuk sosialisasi PIS-PK
yang dilakukan oleh kepala desa kepada masyarakat serta perangkat desa yang
pelaksanaan PIS-PK untuk keperluan listing rumah tangga yang ada di suatu
pendataan keluarga oleh petugas sehingga diharapkan tidak ada lagi penolakan
105
warga terhadap kehadiran petugas. Dukungan lintas sektor tersebut dapat diperoleh
Beban waktu tergantung pada ketersediaan waktu senggang dan tumpang tindih
orang (85,9%) yang menyatakan bahwa petugas memiliki waktu luang yang sedikit
karena terlalu banyak tugas yang harus dikerjakan. Pernyataan ini pun didukung
oleh dua pernyataan selanjutnya mengenai beban waktu, dimana 44 orang (62%)
menyatakan bahwa tumpang tindih pekerjaan sering terjadi dan 70 orang (98,6%)
menyatakan bahwa petugas harus melakukan kunjungan rumah dan juga harus
sudah menyita tenaga dan waktu sehingga sulit apabila harus ditambah dengan
tugas PIS-PK lainnya. Hal yang sama juga dialami oleh petugas kesehatan yang
harinya dilakukan sudah menyita waktu petugas sehingga ketika PIS-PK hadir
merasakan tumpang tindih pekerjaan serta waktu luang yang dimiliki oleh petugas
menjadi berkurang.
mental. Beban usaha mental adalah sebuah indikator tentang jumlah perhatian atau
tuntutan mental yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Hal ini
disebabkan oleh kompleksitas tugas dan jumlah informasi yang harus diproses oleh
Dari hasil penelitian yang dapat dilihat pada tabel 22, beban usaha mental
yang dirasakan oleh responden dapat dilihat dari jawaban setuju pada pernyataan
program ini yaitu 56 orang (78,9%) dan 63 orang (88,7%) menjawab setuju bahwa
pekerjaan ini membutuhkan tingkat konsentrasi yang tinggi, harus teliti dan sesuai
standar.
menggunakan Aplikasi Keluarga Sehat serta dapat menghitung IKS secara manual.
tersebut, namun tidak semua dapat melakukan hal tersebut karena tidak mengikuti
oleh petugas kesehatan juga harus sesuai dengan standar dan tujuan yang telah
standar dan tujuan yang telah ditetapkan (Fauzan, Chotimah dan Hidana, 2018).
belum melaksanakan PIS-PK sesuai dengan petunjuk teknis dengan alasan akan
menyita waktu lebih lama jika harus mengikut sesuai dengan standar/prosedur.
107
responden yaitu 45 orang (63,4%) yang menyatakan tidak setuju bahwa tingkat
menyatakan bahwa imbalan yang diberikan dalam program ini tidak banyak
sehingga tidak ada pengaruhnya terhadap beban kerja yang dirasakan oleh petugas.
Kondisi ini sesuai dengan hasil penelitian pada variabel imbalan petugas kesehatan
seluruh petugas kesehatan merasakan beban kerja yang tinggi yaitu 60 orang
(84,5%) dan terdapat 11 orang (15,5%) yang merasakan beban kerja rendah. Dari
hasil wawancara, petugas merasakan beban kerja tinggi dikarenakan petugas sudah
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, tetapi akan menjadi berat apabila telah
dibebani tanggung jawab pekerjaan lebih dari 1 (rangkap tugas). Dalam penelitian
108
ini, beban kerja dirasakan oleh petugas kesehatan yang harus menanggungjawabi
puskesmas.
melalui kunjungan rumah dan juga melibatkan lintas sektor untuk mendampingi,
hanya ada 1 orang (1,4%) yang tidak melakukan kunjungan rumah karena ada
petugas kesehatan dalam puskesmas harus turun lapangan. Hal tersebut sesuai
oleh tenaga kesehatan karena pada saat pendataan, sudah bisa langsung dilakukan
kesehatan yang sesuai dengan masalah kesehatan yang ditemui pada keluarga
pinkesga karena ketersediaan pinkesga hanya sedikit dan dipakai bergantian dengan
Aplikasi Keluarga Sehat hanya dilakukan oleh 53 orang (74,6%) dan perhitungan
Indeks Keluarga Sehat (IKS) secara manual hanya dilakukan oleh 26 orang
masih kurang dalam memahami Aplikasi Keluarga Sehat dan pengetahuan yang
kurang mengenai cara menghitung IKS secara manual sehingga tidak semua
aplikasi program entry, yaitu Aplikasi Keluarga Sehat, yang selanjutnya disimpan
dalam pangkalan data keluarga yang merupakan subsistem dari sistem pelaporan
terbagi dalam 3 kategori, yaitu keluarga sehat, pra-sehat dan tidak sehat
Merujuk kepada petunjuk teknis pengolahan data, dalam penelitian ini tidak
melakukan penginputan data serta perhitungan IKS dari keluarga yang telah didata.
Hal tersebut disebabkan oleh faktor kualitas sumber daya manusia petugas
serta memahami cara penggunaan Aplikasi Keluarga Sehat dan dapat menghitung
(25,4%) yang menjawab belum melakukan hal tersebut. Setelah itu, menetapkan
dilakukan berdasarkan hasil pengolahan data keluarga. Hasil dari analisis tersebut
keluarga sehat yang belum mencapai 100% pendataan (total coverage) dan data
program. Sehingga intervensi masalah kesehatan yang dilakukan sejauh ini masih
berupa pemberian informasi kesehatan yang dilakukan pada saat pengumpulan data
posyandu.
kategori baik sebanyak 29 orang (40,8%) dan kurang baik sebanyak 42 orang
(59,2%).
penelitian, dapat dibagi ke dalam 2 kategori dengan cakupan pendataan >50% dan
keluarga sehat karena belum ada satu pun puskesmas yang telah mencapai total
coverage atau 100% pendataan keluarga sehat, sehingga dalam pengolahan data,
yang termasuk dalam kategori baik. Kegiatan intervensi yang telah dilakukan
selama ini hanya berupa penyuluhan yang dilakukan saat kunjungan rumah untuk
rutin dalam rangka pembinaan, belum ada satu pun puskesmas yang melakukan
kegiatan tersebut.
ialah pada sumber daya manusia dimana petugas kesehatan kurang berkomitmen
petugas yang kurang disebabkan oleh tidak semua petugas mengikuti pelatihan
program yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan maupun Dinas
sebagai perwakilan. Diharapkan dari kelima petugas yang telah dilatih akan
perwakilan petugas yang telah mengikuti pelatihan tidak melanjutkan materi yang
kepada petugas kesehatan lainnya. Kepala puskesmas juga harus berperan untuk
mendorong terbentuknya komitmen yang baik dari seluruh petugas kesehatan yang
dari seluruh petugas puskesmas serta dukungan kerja sama yang baik dari lintas
sektor di luar bidang kesehatan. Dengan adanya pemahaman dan komitmen yang
113
kuat akan memperoleh hasil yaitu tercapainya target area prioritas atau sasaran dari
program ini. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai pusat dari puskesmas juga
Analisis Bivariat
petugas kesehatan memiliki korelasi terhadap pelaksanaan PIS-PK. Dari tabel 25,
PIS-PK yang kurang baik juga. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan
Dinas Kesehatan Kota Medan maupun Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara,
terdapat 20 orang (28,2%) yang masih belum dilatih. Sejalan dengan penelitian
kualitatif oleh Dewi dkk (2019) di Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen
mengenai analisis pelaksanaan PIS-PK, bahwa tidak semua staf memahami dengan
baik tentang PIS-PK, karena tidak ikut serta dalam pelatihan PIS-PK. Penelitian
sama, dimana para tenaga enumerator hanya diberikan sosialisasi selama 1 hari
mengenai daftar pertanyaan yang ada di kuesioner PIS-PK. Mereka tidak dibekali
data kesehatan di lapangan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan peserta pada saat
semua petugas mengikuti pelatihan dan pelatihan yang dilaksanakan pun tidak
variabel motivasi memiliki nilai p yaitu 0,144, yang berarti bahwa motivasi petugas
dengan motivasi yang baik, yaitu 40 orang dari 59 (57,9%) berada pada kategori
pelaksanaan PIS-PK kurang baik.. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi yang baik
dari petugas tidak mempengaruhi pelaksanaan PIS-PK. Motivasi yang baik tidak
(sandang, pangan), rasa aman (bebas bahaya), kasih sayang, dihargai dan
dihormati, serta kebutuhan aktualisasi diri. Manusia sebagai makhluk sosial akan
kebutuhan yang harus dipenuhi dalam waktu tertentu dan kebutuhan tersebut saling
Puskesmas Kota Medan telah terpenuhi sehingga dapat menggerakan petugas untuk
minimum dalam hal bekerja, sehingga konsep motivasi merupakan sebuah konsep
penting dalam studi tentang kinerja individual. Namun motivasi bukanlah satu-
faktor pemungkin dan faktor pendorong lainnya juga memiliki pengaruh terhadap
pelaksanaan PIS-PK.
bivariat terhadap variabel sumber daya manusia secara kuantitas dan pelaksanaan
PIS-PK menunjukkan nilai p > 0,05 yaitu 0,303. Dapat disimpulkan bahwa sumber
daya manusias secara kuantitas tidak memiliki korelasi terhadap pelaksanaan PIS-
PK. Meskipun kuantitas SDM yang ada di puskesmas tergolong dalam kategori
Dalam pelaksanaan PIS-PK telah ditetapkan adanya tim kerja khusus untuk
serta dalam kegiatan pendataan keluarga di wilayah kerjanya. Namun jika dilihat
orang (52,1%) menjawab sumber daya manusia yang ada tidak mencukupi secara
kuantitas untuk melaksanakan PIS-PK. Hal tersebut disebabkan oleh kualitas SDM,
dimana tidak semua petugas memiliki kemampuan yang sama, sehingga dalam
pelaksanaannya hanya beberapa orang saja yang diberikan tanggung jawab lebih
tugas yang tidak merata kepada seluruh petugas kesehatan di puskesmas sehingga
PK serta sedikitnya jumlah petugas yang mengikuti pelatihan. Hal ini disebabkan
oleh keterbatasan jumlah staf di Puskesmas jika harus mengadakan kegiatan di luar
gedung dan di dalam gedung dalam waktu bersamaan. Namun jika kegiatan luar
gedung dilakukan diluar jam kerja maka akan terkendala dalam hal keterbatasan
waktu dan juga ketiadaan biaya lembur (Astuti dan Soewondo, 2018). Sejalan
dengan hasil penelitian Virdasari dkk (2018) dimana ketersediaan tenaga dirasa
117
Meijin bekerja sama dengan institusi lain yaitu mahasiswa Unimus jurusan
tersebut sesuai dengan Permenkes nomor 36 tahun 2016 yaitu puskesmas dapat
bekerja sama dengan institusi lain atau merekrut tenaga untuk pengumpulan data.
Berdasarkan tabel 28 hasil analisis bivariat pengaruh sumber daya manusia petugas
kesehatan terhadap pelaksanaan PIS-PK, dapat dilihat bahwa variabel sumber daya
manusia secara kualitas memiliki nilai p yaitu 0,0001, yang berarti sumber daya
PIS-PK. Petugas kesehatan yang memiliki kualitas SDM dalam kategori baik lebih
dari setengah diantaranya berada pada kategori pelaksanaan cukup baik, sehingga
perilaku atau tindakan petugas dalam pelaksanaan PIS-PK. Jika petugas tidak
mendukung, dalam hal jumlah tenaga yang dilatih dan waktu pelatihan yang kurang
lama untuk mendalami materi (Virdasari dkk, 2018). Selain itu, usia petugas
kesehatan yang berada pada kategori dewasa akhir dan lansia awal menyebabkan
118
implementasi PIS-PK di Bandung oleh Ghozali (2017), yang dikutip oleh Astuti
melakukan PIS-PK, mulai dari pengumpulan data keluarga hingga pengolahan hasil
data keluarga. Hal tersebut dikarenakan tidak semua petugas kesehatan memiliki
kemampuan untuk mengolah data dan tidak semua petugas kesehatan mengikuti
pelatihan PIS-PK.
bahwa variabel imbalan memiliki nilai p > 0,05 yaitu sebesar 0,401, yang berarti
dengan kategori imbalan baik, yaitu 28 orang (56%) berada pada kategori
pelaksanaan PIS-PK kurang baik. Hal ini dapat disebabkan oleh ketidakpuasan
program PIS-PK.
119
menggambarkan suatu sikap suka atau tidak suka. Oleh karena itu, kepuasan akan
gaji akan memengaruhi keputusan karyawan tentang seberapa keras dia akan
Dalam penelitian ini, meskipun imbalan petugas sudah baik namun tidak
berdasarkan jumlah KK yang telah didata oleh petugas, sedangkan untuk mendata
satu KK, kunjungan rumah dapat dilakukan berulang atau lebih dari satu kali
karena kondisi keluarga yang sedang bekerja dan tidak ada di rumah. Pemberian
dilakukan melainkan kepada hasil pendataan per KK. Hal tersebutlah yang
membuat petugas merasa tidak puas dengan imbalan tambahan yang didapatkan
0,184, yang berarti bahwa variabel dukungan pimpinan tidak memiliki korelasi
terhadap pelaksanaan PIS-PK. Dari tabel 32 dapat diketahui bahwa petugas yang
diantaranya berada pada kategori pelaksanaan PIS-PK kurang baik. Hal ini
120
Menurut Sutrisno (2010) yang dikutip oleh Hamali (2018), pimpinan yang
berhasil memberikan perhatian atau dukungan yang besar kepada karyawan akan
dapat menciptkan disiplin kerja yang baik. Pimpinan yang mampu memberikan
perhatian dan dukungan khusus kepada karyawan akan selalu dihormati dan
dihargai sehingga akan berpengaruh besar terhadap prestasi, semangat kerja dan
moral kerja karyawan. Dalam penelitian ini, dukungan pimpinan hanya berfokus
kemudian teguran jika program belum mencapai target, serta monitoring dan
yang dilakukan oleh petugas dan masalah-masalah di lapangan yang ditemui oleh
petugas.
analisis bivariat faktor beban kerja petugas kesehatan dan pelaksanaan PIS-PK,
dapat dilihat bahwa variabel beban kerja memiliki nilai p yaitu sebesar 0,741. Nilai
tersebut lebih besar dari 0,05 yang berarti beban kerja tidak memiliki korelasi
Beban kerja tinggi yang dirasakan petugas kesehatan dapat disebabkan oleh
ketersediaan sumber daya manusia atau petugas kesehatan yang kurang. Penelitian
yang dilakukan oleh Virdasari dkk (2018) menyatakan bahwa ketersediaan tenaga
Yogyakarta, beban tugas sehari-hari sudah menyita tenaga dan waktu sehingga
hasil penelitian Sutarman (2008) menyatakan bahwa petugas akan merasa ringan
apabila terdapat pembagian pekerjaan dengan orang lain mengenai pekerjaan yang
menjadi tanggung jawabnya, tetapi akan menjadi berat apabila telah dibebani
kerja yang tinggi (59,2%) yang mengakibatkan tindakan petugas kesehatan dalam
pelaksanaan PIS-PK pun berada pada kategori pelaksanaan kurang baik (59,2%).
Namun kondisi beban kerja tinggi yang dialami oleh petugas kesehatan
dikarenakan adanya permasalahan dalam hal kualitas sumber daya manusia. Tidak
semua petugas kesehatan memiliki kualitas yang baik yang dibutuhkan dalam
Beban kerja yang dirasakan oleh petugas tidak secara langsung mempenagruhi
pelaksanaan PIS-PK, tetapi kualitas sumber daya manusia petugas kesehatan yang
Keterbatasan Penelitian
Kesimpulan
123
124
berikut:
0,0001).
Saran
2. Bagi Puskesmas
Badan Pusat Statistik. (2018). Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2017.
Diakses dari https://www.bps.go.id/pressrelease/2018/04/16/1535/indeks-
pembangunan-manusia--ipm--indonesia-pada-tahun-2017-mencapai-70-81-
-kualitas-kesehatan--pendidikan--dan-pemenuhan-kebutuhan-hidup-
masyarakat-indonesia-mengalami-peningkatan.html
Dewi, R. S., Utami, T. N., & Afriani, M. (2019). Analisis pelaksanaan program
Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga di Kecamatan Kota Juang
Kabupaten Bireuen tahun 2018. Majalah Ilmiah Universitas Almuslim,
11(1), 58. Diakses dari http://jurnal.umuslim.ac.id/
126
127
Fauzan, A., Chotimah, I., & Hidana, R. (2019). Implementasi program Indonesia
sehat dengan pendekatan keluarga (PIS-PK) di Puskesmas Mulyaharja Kota
Bogor tahun 2018. Jurnal Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, 2(3), 174-
175. Diaskes dari http://ejournal.uikabogor.ac.id/index.php/
Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., & Donnelly, J.H. (1992). Organisasi perilaku,
struktur, proses. Jakarta: Penerbit Erlangga
Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., & Donnelly, J.H. (2009). Organisasi. Jakarta:
Penerbit Erlangga
Madanat, H., Ayala, G.X., & Arrendondo, E.M. (2016). Introduction to health
promotion & behavioral science in public health. Boston, USA: Cengage
Learning
Laelasari, E., Anwar, A., & Soerachman, R. (2017). Evaluasi kesiapan pelaksanaan
program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga. Jurnal Ekologi
Kesehatan, 16(2), 59-67. Diakses dari http://ejournal.litbang.depkes.go.id/
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2017, 26 Juli). Hasil
Pendataan Keluarga Sehat dalam Aplikasi Keluarga Sehat. Diakses 26
November 2018, dari http://www.pusdatin.kemkes.go.id/
Virdasari, E., Arso, S. P., & Fatmasari, E. Y. (2018). Analisis kegiatan pendataan
keluarga program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga di
Puskesmas Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyrakat (e-Journal), 6(5),
56-58. Diakses dari http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
Wawan dan Dewi. (2015). Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap, dan perilaku
manusia. Yogyakarta: Nuha Medika
KUESIONER PENELITIAN
Perilaku Petugas Kesehatan dalam Pelaksanaan Program Indonesia Sehat
dengan Pendekatan Keluarga di Puskesmas Kota Medan
No. Responden
Hari/Tanggal
A. Karakteristik Responden
Umur : Tahun
D III Gizi D IV
Keperawatan
A. Pengetahuan
1. Pendekatan keluarga adalah salah satu cara yang dilakukan Puskesmas untuk
meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan akses pelayanan kesehatan
di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga. Hal ini sesuai dengan tujuan
penyelenggaraan PIS-PK yaitu meningkatkan
a. Pencapaian target kunjungan keluarga oleh Puskesmas
b. Pemanfaatan fasilitas kesehatan oleh keluarga
131
132
C. Motivasi
Jawaban
No. Pertanyaan
S TS
1. Saya merasa kebutuhan dasar seperti makanan dan
fasilitas penunjang program seperti transportasi sudah
terpenuhi sehingga saya dapat melaksanakan program
dengan baik
2. Gaji yang saya terima tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan, membuat saya tidak bersemangat
mengerjakan program.
3. Saya melakukan kunjungan keluarga tanpa merasa ada
ancaman dari luar yang membuat saya tidak nyaman
4. Saya merasa tidak aman dan terancam dari lingkungan
setiap kali melakukan kunjungan keluarga
5. Saya merasa senang dan bersemangat ketika
masyarakat menerima kehadiran saya dalam
melakukan kunjungan rumah
6. Saya merasa bisa melakukan pekerjaan ini sendiri
tanpa perlu melibatkan rekan kerja
7. Saya merasa puas telah melakukan pendataan
keluarga tanpa perlu memikirkan intervensi lanjutan
yang harus dilakukan
8. Kondisi keluarga yang tidak pernah mengunjungi
Puskesmas membuat saya terdorong untuk melakukan
kunjungan keluarga
9. Saya merasa tugas yang diberikan tidak sesuai dengan
keahlian yang saya miliki dan tidak sesuai dengan
latar belakang pendidikan saya
10. Saya selalu mempunyai inisiatif untuk melakukan
kunjungan keluarga dengan baik
F. Imbalan
Jawaban
No. Pertanyaan
Ya Tidak
1. Apakah imbalan yang Anda terima sudah sesuai
dengan tingkat kepangkatan/jabatan Anda?
2. Apakah Anda mendapatkan imbalan tambahan
ketika melakukan kunjungan keluarga?
136
G. Dukungan Pimpinan
Jawaban
No. Pertanyaan
Ya Tidak
1. Apakah Anda mendapatkan dorongan dari
pimpinan untuk dapat melaksanakan PIS-PK sesuai
dengan target Puskesmas?
2. Apakah Anda pernah mendapatkan penghargaan
dari pimpinan atas kinerja Anda? (Pujian,
penghargaan berupa uang atau barang)
3. Apakah Anda pernah mendapatkan teguran jika
Anda belum mencapai target pelaksanaan PIS-PK?
4. Apakah pimpinan Anda melakukan monitoting dan
evaluasi secara langsung terhadap PIS-PK?
5. Apakah pimpinan Anda memberikan solusi
terhadap masalah-masalah yang Anda hadapi
dalam melaksanakan PIS-PK?
Puskesmas?
I. Beban Kerja
Jawaban
No. Pertanyaan
S TS
Beban Waktu
1. Saya merasa memiliki waktu luang yang sedikit
karena terlalu banyak tugas yang harus dikerjakan
2. Saya memiliki waktu luang, tumpang tindih pekerjaan
jarang terjadi
3. Saya harus melakukan kunjungan keluarga dan juga
harus menyelesaikan tugas fungsional dalam
puskesmas
Beban Usaha Mental
4. Saya membutuhkan konsentrasi dalam menyelesaikan
tugas
5. Saya dituntut untuk memiliki kemampuan lebih dari
yang saya miliki untuk mengerjakan program ini
6. Pekerjaan saya membutuhkan tingkat konsentrasi
yang tinggi, harus teliti dan sesui standar
Beban Tekanan Psikologis
7. Saya tidak memahami tugas yang diberikan sehingga
membuat saya bingung dalam mengerjakannya
8. Saya diberikan tugas yang sesuai dengan latar
belakang pendidikan saya
9. Saya merasa tingkat kompensasi yang saya dapat saat
ini mengurangi tekanan pekerjaan saya
Analisis Univariat
Kategori Umur Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Dewasa Awal 9 12.7 12.7 12.7
Dewasa Akhir 34 47.9 47.9 60.6
Lansia Awal 25 35.2 35.2 95.8
Lansia Akhir 3 4.2 4.2 100.0
Total 71 100.0 100.0
139
Kat Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Baik 35 49.3 49.3 49.3
Kurang baik 36 50.7 50.7 100.0
Total 71 100.0 100.0
Kat Sikap
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Baik 71 100.0 100.0 100.0
Kat Motivasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Baik 69 97.2 97.2 97.2
Kurang baik 2 2.8 2.8 100.0
Total 71 100.0 100.0
Kategori Imbalan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Baik 50 70.4 70.4 70.4
Kurang 21 29.6 29.6 100.0
Total 71 100.0 100.0
Kat Pis-pk
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Baik 29 40.8 40.8 40.8
Kurang baik 42 59.2 59.2 100.0
Total 71 100.0 100.0
Analisis Bivariat
Pengetahuan x PIS-PK
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 5.230 1 .022
Block 5.230 1 .022
Model 5.230 1 .022
Motivasi x PIS-PK
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 2.140 1 .144
Block 2.140 1 .144
Model 2.140 1 .144
Imbalan x PIS-PK
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step .707 1 .401
Block .707 1 .401
Model .707 1 .401
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157