Anda di halaman 1dari 35

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
DENGAN GASTRITIS AKUT
A. Konsep Keluarga
1. Pengertian keluarga
Menurut WHO dalam Sulistyo Andarmoyo (2012),
keluarga adalah kumpulan anggota rumah tangga yang saling
berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan.
Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang
terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul
dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan
saling ketergantungan. (Departemen Kesehatan RI, 1998)
Menurut Raisaner dalam Jhonson (2010), keluarga adalah
sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri
dari bapak, ibu, adik, kakak dan nenek.
2. Ciri-ciri keluarga
a. Keluarga terdiri dari individu-individu yang disatukan
oleh ikatan perkawinan darah dan adopsi
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama dalam satu
rumah tangga atau jika mereka terpisah, tetap
menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka
c. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu
sama lain dalam peran social keluarga seperti suami istri,
ayah ibu, anak laki-laki dan anak perempuan dan lain
sebagainya
d. Keluarga menggunakan budaya yang sama yang diambil
dari masyarakat dengan ciri sendiri.
3. Tujuan Pembentukan Keluarga
Tujuan dasar pembentukan keluarga adalah :
a. Keluarga merupakan unit dasar yang memiliki pengaruh kuat
terhadap perkembangan individu
b. Keluarga sebagai perantara kebutuhan dan harapan anggota
keluarga dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat
c. Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
anggota keluarga dengan menstabilkan kebutuhan kasih
sayang, sosio-ekonomi dan kebutuhan seksual.
d. Keluarga memiliki pengaruh yang penting terhadap
pembentukan identitas seseorang individu dan perasaan harga
diri (Andarmoyo, 2012).
4. Sasaran Asuhan Keperawatan
Sasaran dari asuhan keperawatan adalah keluarga sehat,
keluarga resiko tinggi yang rawan kesehatan dan keluarga yang
memerlukan tindak lanjut.
a. Keluarga sehat
Jika seluruh anggota keluarga dalam kondisi sehat tetapi
memerlukan antisipasi terkait dengan siklus perkembangan
manusia dan tahapan tumbuh kembang keluarga. Fokus
intervensi keperawatan terutama pada promosi kesehatan
dan pencegahan penyakit.
b. Keluarga resiko tinggi dan rawan kesehatan
Keluarga resiko tinggi termasuk keluarga yang memiliki
kebutuhan untuk menyesuaikan diri terkait siklus
perkembangan anggota keluarga, keluarga dengan faktor
resiko penurunan status kesehatan.
c. Keluarga yang memerlukan tindak lanjut
Keluarga yang anggota keluarganya mempunyai masalah
kesehatan dan memerlukan tindak lanjut pelayanan
keperawatan/kesehatan misalnya: klien pasca hospitalisasi
penyakit kronik, penyakit degeneratif, tindakan
pembedahan, penyakit terminal. (Muslihin,2012)
5. Struktur keluarga
Menurut Muslihin ( 2012) , struktur keluarga menggambarkan
bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga di
masyarakat ada beberapa struktur keluarga yang ada di
Indonesia yang terdiri dari bermacam - macam, diantaranya
adalah :
a. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana
hubungan itu disususn melalui jalur ayah.
b. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana
hubungan itu disususn melalui jalur ibu.
c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal
bersama keluarga sedarah istri.
d. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal
bersama keluarga sedarah suami.
e. Keluarga kawin adalah hubungan suami istri sebagai dasar
bagi pimpinan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang
bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami
atau istri.
6. Fungsi keluarga
Friedman (1998) dalam Padila, (2012) menyebutkan lima
fungsi dasar keluarga:
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga
yang merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif
berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.
b. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi adalah proses perkembangan dan
perubahan yang dialami individu yang menghasilkan
interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan
sosial.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan
keturunan dan meningkatkan sumber daya manusia. Dengan
adanya program keluarga berencana maka fungsi ini sedikit
terkontrol.
d. Fungsi ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti
makanan, pakaian dan rumah, maka keluarga memerlukan
sumber keuangan. Fungsi ini sulit dipenuhi oleh keluarga
dibawah garis kemiskinan (gakin atau pra keluarga
sejahtera).
e. Fungsi perawatan kesehatan (JABARKAN)
Keluarga juga berfungsi melakukan asuhan kesehatan
terhadap anggotanya baik untuk mencegah terjadinya
gangguan maupun merawat anggota yang sakit.
7. Tugas keluarga
Friedman (2002) membagi 5 peran kesehatan dalam keluarga
yaitu :
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan tiap anggotanya
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit,
dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau
usianya yang terlalu muda.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan kepribadian anggota keluarga dan
lembaga-lembaga kesehatan, yang menunjukan pemanfaatan
dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.

8. Ciri-ciri
9. Tipe keluarga
Tipe keluarga menurut (Padila, 2012).
Keluarga tradisional
1) Keluarga inti, yaitu terdiri dari suami, istri dan anak.
Biasanya keluarga yang melakukan perkawinan pertama
atau keluarga dengan orangtua tiri.
2) Pasangan istri, terdiri dari suami dan istri saja tanpa anak,
atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka. Biasanya
keluarga dengan karier keduanya.
3) Keluarga dengan orangtua tunggal, biasanya sebagai
konsekuensi dari perceraian.
4) Bujangan dewasa sendiri
5) Keluarga besar, terdiri dari keluarga inti dan orang-orang
yang berhubungan.
6) Pasangan usia lanjut, keluarga inti dimana suami istri sudah
tua anak-anaknya sudah terpisah.
b. Keluarga non tradisional
1) Keluarga dengan orang tua beranak tanpa menikah,
biasanya ibu dan anak.
2) Pasangan yang memiliki anak tapi tidak menikah,
didasarkan pada hukum tertentu.
3) Pasangan kumpul kebo, kumpul bersama tanpa menikah.
4) Keluarga gay atau lesbian, orang-orang yang berjenis
kelamin yang sama hidup bersama sebagai pasangan yang
menikah.
5) Keluarga komunis, keluarga yang terdiri dari lebih dari satu
pasangan monogamy dengan anak-anak secara bersama
menggunakan fasilitas, sumber yang sama.
10.Tahap perkembangan keluarga
Rodgers cit Friedman (1998) dalam Jhonson (2010) menjelaskan
meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara
unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama.
Tahap-tahap perkembangan keluarga yaitu:
a. Pasangan baru (keluarga baru), keluarga baru dimulai saat
masing- masing individu laki-laki dan perempuan
membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan (psikologis) keluarga masing- masing:
1) Membina hubungan intim yang memuaskan
2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman,
kelompok sosial
3) Mendiskusikan rencana memiliki anak
b. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama), keluarga
yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan sampai
kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama
berusia 30 bulan:
1) Persiapan menjadi orang tua
2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran,
interaksi, hubungan seksual dan kegiatan keluarga
3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
pasangan
c. Keluarga dengan anak pra-sekolah. Tahap ini dimulai saat
kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat anak
berusia 5 tahun:
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti
kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman
2) Membantu anak untuk bersosialisasi Beradaptasi
dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak
yang lain juga harus terpenuhi
3) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam
maupun diluar keluarga (keluarga lain dan lingkungan
sekitar)
4) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak
(tahap yang paling repot)
5) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
6) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan
kembang anak
d. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam
tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga
sudah mencapai jumlah anggota keluarga maksimal,
sehingga keluarga sangat sibuk:
1) Membantu sosialisasi anak: tetangga, sekolah dan
lingkungan
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang
semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk
meningkatkan kesehatan anggota keluarga
e. Keluarga dengan anak remaja
1) Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan
biasanya berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu
pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya.
Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan
memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih
besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa:
Memberikan kebebasan yang seimbang dengan
tanggung jawab, mengingat remaja sudah bertambah
dewasa dan meningkat otonominya
2) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan
orang tua.
Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh
kembang keluarga.
f. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan
rumah dan berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan
rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak
dalam keluarga, atau jika ada anak yang belum berkeluarga
dan tetap tinggal bersama orang tua:
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan
memasuki masa tua
4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
g. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah
satu pasangan meninggal:
1) Mempertahankan kesehatan
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
teman sebaya dan anak-anak
3) Meningkatkan keakraban pasangan
h. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat
salah satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu
pasangan meninggal sampai keduanya meninggal:
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan,
teman, kekuatan fisik dan pendapatan
3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial
masyarakat
5) Melakukan life review (menurunkan hidupnya)

B. Konsep Penyakit Gastritis

1. Pengertian.
Gastritis adalah suatu istilah kedokteran untuk suatu keadaan
inflamasi jaringan mukosa (jaringan lunak) lambung. Gastritis atau
yang lebih dikenal dengan maag berasal dari bahasa yunani yatiu
gastro yang berarti perut atau lambung dan titis yang berarti
inflamasi atau peradangan. Gastritis bukan berarti penyakit
tunggal, tetapi berbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya
itu mengakibatkan peradangan pada lambung. (Refelina Widja,
2009). Gastritis merupakan penyakit yang menyerang daerah
lambung. Penyakit ini sering menyerang pada orang yang terbiasa
makan makanan yang terlalu asam, pedas atau bahkan sering telat
makan. Gastritis bisa bertambah parah jika tidak segera
disembuhkan. Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal
dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti perut atau lambung
dan itis yang berarti inflamasi atau peradangan. Gastritis bukan
merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa
kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada
lambung (Admin, 2012).
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan
submukosa lambung. Secara histopatologi dapat dibuktikan
dengan adanya infiltrasi sel- sel radang daerah tersebut. Gastritis
merupakan salah satu penyakit dalam pada umumnya. Secara garis
besar, gastritis dapat dibagi menjadi beberapa macam: Gastritis
akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang
akut dengan kerusakan-kerusakan erosi. Gastritis kronis adalah
inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna
atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory.
(Soeparman, 2001).

2. Klasifikasi

 Gastritis Akut

Gastritis akut adalah inflamasi akut mukosa lambung pada


sebagian besar merupakan penyakit yang ringan dan sembuh
sempurna. Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi
klinisnya adalah:

a. Gastritis akut erosive

Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih


dalam dari pada mukosa muscolaris (otot-otot pelapis
lambung).

b. Gastritis akut hemoragic

Disebut hemoragic karena pada penyakit ini akan


dijumpai perdarahan mukosa lambung dalan berbagai
derajat dan terjadi erosi yang berarti hilangnya
kontunuitas mukosa lambung pada beberapa tempat,
menyertai inflamasi pada mukosa lambung tersebut.
( Hirlan, 2001).
 Gastritis Kronis

Menurut Muttaqin, (2011) Gastritis kronis adalah suatu


peradangan permukaan mukosa lambung yang bersifat
menahun. Gastritis kronik diklasifikasikan dengan tiga
perbedaan sebagai berikut :

a. Gastritis superfisial, dengan manifestasi kemerahan ;


edema , serta perdarahan dan erosi mukosa.

b. Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi di seluruh


lapisan mukosa pada perkembanganya dihubungkan
dengan ulkus dan kanker lambung, serta anemia
pernisiosa. Hal ini merupakan karakteristik dari
penurunan jumlah sel parietal dan sel chief.

c. Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya


nodul- nodul pada mukosa lambung yang bersifat
iregular, tipis, dan hemoragik.

3. Etiologi

Menurut Muttaqin (2011) Penyebab dari gastritis antara lain :

a. Obat-obatan, seperti obat antiinflamasi nonsteroid / OAINS


(indometasin, ibuprofen, dan asam salisilat), sulfonamide,
steroid, kokain, agen kemoterapi (mitomisin, 5-fluora-2-
deoxyuriine), salisilat, dan digitalis bersifat mengiritasi mukosa
lambung
b. Minuman beralkohol ; seperti : whisky,vodka, dan gin
c. Infeksi bakteri ; seperti H. pylor (paling sering), H. heilmanii,
streptococci, staphylococci, proteus spesies, clostridium
spesies, E. coli, tuberculosis, dan secondary syphilis
d. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus Infeksi jamur ; candidiasis,
histoplasmosis, dan phycomycosis
e. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma,
pembedahan, gagal napas, gagal ginjal, kerusakan susunan
saraf pusat, dan refluks usus- lambung
f. Makanan dan minuman yang bersifat iritan . makanan
berbumbu dan minuman dengan kandungan kafein dan alkohol
merupakan agen-agen iritasi mukosa lambung
g. Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu
( komponen penting alkali untuk aktivasi enzim-enzim
gastrointestinal) dari usus kecil ke mukosa lambungsehingga
menimbulkan respon peradangan mukosa
h. Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran
darah ke lambung
i. Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan
antara agresi dan mekanisme pertahanan umtuk menjaga
integritas mukosa, yang dapat menimbulkan respon peradangan
pada mukosa lambung.

4. Patofisiologi

a. Gastritis Akut

Gastritis Akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat


kimia obat-obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas
maupun asam. Pada pasien yang mengalami strees akan
terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus Vagus), yang
akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) didalam
lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan
anoreksia.Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan
menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk
menghasilkan mukus mengurangi produksinya. Sedangkan
mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung
agar tidak ikut tercerna respon mukosa lambung karena
penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilitasi
sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat enzim
yang memproduksi asam klorida atau HCl, terutama daerah
fundus.Vasodilitasi mukosa gaster akan menyebabkan
produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat
menyebabkan rasa nyeri, rasa nyeri ini ditimbulkan oleh
karena kontak HCl dengan mukosa gaster.

Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus


dapat berupa pengelupasan. Pengelupasan sel mukosa gaster
akan mengakibatkan erosi memicu timbulnya pendarahan.

Pendarahan yang terjadi dapat mengancam hidup


penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena proses
regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48
jam setelah pendarahan (Price dan Wilson, 2000).

b. Gastritis Kronis

Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh


ulkus benigna atau maligna dari lambung atau oleh bakteri
helicobactery pylory ( H. pylory )

Gastritis Kronis dapat diklasifikasikan sebagai tipe A / tipe B,


tipe A ( sering disebut sebagai gastritis autoimun )
diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan
atrofi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan
penyakit autoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada
fundus atau korpus dari lambung. Tipe B ( kadang disebut
sebagai gastritis ) mempengaruhi antrum dan pylorus ( ujung
bawah lambung dekat duodenum ) ini dihubungkan dengan
bakteri Pylory. Faktor diet seperti minum panas atau pedas,
penggunaan atau obat-obatan dan alkohol, merokok, atau
refluks isi usus kedalam lambung. (Smeltzer dan Bare, 2001).

5. Manifestasi klinis
Gambaran klinis pada gastritis yaitu:

a. Gastritis Akut
 Dapat terjadi ulserasi superfisial dan dapat menimbulkan
hemoragi.
 Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala,
kelesuan, mual, dan anoreksia. disertai muntah dan
cegukan.
 Beberapa pasien menunjukkan asimptomatik.
 Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang
mengiritasi tidak dimuntahkan, tetapi malah mencapai
usus.
 Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun
nafsu mungkin akan hilang selama 2 sampai 3 hari.
(Smeltzer, 2001).
b. Gastritis Kronis

Pasien dengan Gastritis tipe A secara khusus asimtomatik


kecuali untuk

gejala defisiensi vitamin B12 . pada gastritis tipe B, pasien


mengeluh anoreksia ( nafsu makan menurun ), nyeri ulu hati
setelah makan, kembung, rasa asam di mulut, atau mual dan
muntah. (Smeltzer dan Bare, 2001).

6. Komplikasi
Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa
hematemesis dan melena, dan berakhir sebagai syok hemoragik.
Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu dibedakan dengan tukak
peptik. Gambaran yang diperlihatkan hampir sama. Namun pada
tukak peptik penyebab utamanya adalah infeksi Helicobacter pylori,
sebesar 100 % pada tukak duo denum dan 6o-90 % pada tukak
lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan endoskopi.
( Mansjoer dkk., 1999 ).

7. Patogenesis.
Faktor yang dapat menyebabkan kerusakan pada mukosa
lambung adalah sebagai berikut : Kerusakan mukosa barier
sehingga difusi balik ion H+ meninggi, perfusi jaringan lambung
yang tergaggu, jumlah asam
lambung. Faktor ini saling berhubungan, misalnya stress fisik yang
dapat menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu, sehingga
timbul daerah- daerah infark kecil. Disamping itu sekresi asam
lambung juga terpacu. Suasana asam yang terdapat pada lumen
lambung akan mempercepat kerusakan mukosa barier oleh cairan.
(Inayah, 2004.).

8. Pengobatan
Penyakit gastritis dapat ditangani sejak awal, yaitu
mengkonsumsi makanan lunak dalam porsi kecil, berhenti
mengkonsumsi makanan pedas dan asam, berhenti merokok dan
minuman beralkohol, mengkonsumsi antasida sebelum makan
(Misnadiarly, 2009)
Yang perlu dilakukan dalam pengobatan gastritis yaitu mengatasi
kedaruratan medis yang terjadi, mengatasi dan menghindari
penyebab apabila dijumpai, serta pemberian obat-obat H2 blocking,
antasid atau obat- obat ulkus lambung lainnya. Pengobatan gastritis
akibat infeksi kuman H. pylori bertujuan untuk mengeradikasi
kuman tersebut. ( Inayah 2004 ).
Pada saat ini indikasi yang telah disetujui secara universal untuk
melakukan eradiksi adalah infeksi kuman H. pylori yang ada
hubungannya dengan tukak peptik. Antibiotik yang dianjurkan
adalah klaritomisin, amoksisilin, metronidazol dan tetrasiklin
(Hirlan, 2006).

9. Penatalaksanaan
Gastritis diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk
menghindari alkohol dan makanan sampai gejala berukurang. Bila
pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi
dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara
parenteral.
Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa
dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragi saluran
gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna
makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari
pengenceran dan penetralisasian agen penyebab. Terapi pendukung
mencakup intubasi, analgesik dan sedatif, antasida serta cairan
intravena. Endoskopi fiberoptik mungkin diperlukan. Pembedahan
darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat jaringan perforasi.
(Smeltzer dkk., 2001).

C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Gastritis Akut


Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian
kegiatan yang diberikan melalui praktik keperawatan kepada
keluarga, untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan
keluarga tersebut dengan menggunakan keperawatan yang meliputi
pengkajian keluarga, diagnosa keperawatan keluarga, perencanaan,
implementasi keperawatan dan evaluasi tindakan keperawatan. (Abi
Muslihin, 2012).
Tahap-tahap proses keperawatan keluarga adalah sebagai
berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat
mengambil informasi secara terus menerus terhadap anggota
keluarga yang dibinanya. (Andarmoyo, 2012)
Padila (2012), hal-hal yang perlu dikumpulkan datanya dalam
pengkajian keluarga adalah:
a. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1) Kepala Keluarga (KK)
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan kepala keluarga
4) Pendidikan kepala keluarga
5) Komposisi keluarga dan genogram
Komposisi keluarga yaitu menjelaskan anggota keluarga
yang di identifikasi sebagai bagian dari keluarga mereka.
Bentuk komposisi keluarga dengan mencatat terlebih
dahulu anggota keluarga yang sudah dewasa, kemudian
diikuti dengan anggota keluarga yang lain sesuai dengan
susunan kelahiran mulai dari yang lebih tua, kemudian
mencantumkan jenis kelamin, hubungan setiap anggota
keluarga tersebut, tempat tinggal lahir/umur, pekerjaan
dan pendidikan.
6) Genogram keluarga merupakan sebuah diagram
yang menggambarkan konstelasi keluarga (pohon keluarga).
7) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta
kendala atau masalah-masalah yang terjadi dengan
jenis/tipe keluarga
8) Suku Bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa keluarga yang
terkait dengan kesehatan.
9) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan
10) Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh
pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota
keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi
keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan- kebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang
dimiliki oleh keluarga.
11) Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja
keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi
tempat rekreasi tertentu,
namun dengan menonton televisi dan mendengarkan
radio juga merupakan aktivitas rekreasi.
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua
dari keluarga inti.
2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang
belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala-kendala
mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi
3) Riwayat keluarga inti.
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti,
meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masing anggota keluarga, perhatian keluarga
terhadap pencegahan penyakit termasuk status imunisasi,
sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga
serta pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya.
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari
pihak suami dan istri.
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas
rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak
septic tank dengan sumber air, sumber air minum yang
digunakan serta dilengkapi dengan denah rumah.
Karakteristik tetangga dan komunitas Rukun Warga (RW)
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan
komunitas setempat, meliputi kebiasaan,
lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan penduduk
setempat serta budaya setempat yang mempengaruhi
kesehatan.
2) Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografi keluarga ditentukan dengan melihat
kebiasaan keluarga berpindah tempat
3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga
untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan
sejauh mana interaksi keluarga dengan masyarakat.
4) Sistem pendukung keluarga
Termasuk sistem pendukung keluarga adalah jumlah
anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang
dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan mancakup
fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari
anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari
masyarakat setempat.
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota
keluarga
2) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain untuk mengubah perilaku.
3) Struktur peran
4) Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga
baik secara formal maupun informal. Nilai atau norma
keluarga
5) Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh
keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.
e. Fungsi keluarga
1) Fungsi Efektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota
keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga,
dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya,
bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan
bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai
2) Fungsi sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga,
sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma,
budaya serta perilaku.
3) Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga
yang sakit, sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai
sehat sakit.
4) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga
adalah:
a) Berapa jumlah anak ?
b) Apakah rencana keluarga berkaitan dengan jumlah
anggota keluarga ?
c) Metode yang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga ?
5) Fungsi Ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga
adalah:
a) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,
pangan dan papan ?
b) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada
di masyarakat dalam upaya peningkatan status
kesehatan keluarga ?
f. Stress dan koping keluarga
1) Stressor jangka pendek dan panjang
a) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
kurang dari 6 bulan
b) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
lebih dari 6 bulan
c) Kemampuan keluarga dalam berespon terhadap stressor
yang dikaji sejauh mana keluarga berespon terhadap
stressor
2) Strategi koping yang digunakan
Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan/stress
3) Strategi adaptasi disfungsional
g. Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan/stress
Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua
anggota keluarga. Metode yang digunakan sama dengan
pemeriksaan fisik klinik.
h. Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan keluarga adalah keputusan tentang respon
keluarga tentang masalah kesehatan aktual atau potensial,
sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai
tujuan asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan kewenangan
perawat, (Setiadi, 2008).
Tahapan dalam diagnosa keperawatan keluarga antara lain :
a. Analisa data
Analisa data yaitu mengaitkan data dan menghubungkan
dengan konsep teori dan prinsip yang relevan untuk membuat
kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan
keperawatan keluarga. Cara analisa data yaitu: validasi data,
mengelompokkan data, membandingkan dengan standart dan
membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang diketemukan.
Dalam menganalisa data ada 3 norma yang diperlukan
diperhatikan dalam melihat perkembangan kesehatan keluarga
yaitu :
1) Keadaan kesehatan yang normal bagi setiap anggota
keluarga yang meliputi :
a) Keadaan kesehatan fisik, mental, sosial anggota keluarga.
b) Keadaan pertumbuhan dan perkembangan anggota
keluarga Keadaan gizi anggota keluarga.
c) Status imunisasi anggota keluarga.
d) Kehamilan dan KB.
2) Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan, yang meliputi :
a) Rumah yang meliputi ventilasi, penerangan, kebersihan,
kontruksi, luas rumah dan sebagainya.
b) Sumber air minum.
c) Jamban keluarga.
d) Tempat pembuangan air limbah.
e) Pemanfaatan pekarangan yang ada dan sebagainya.
3) Karakteristik keluarga, yang meliputi :
a) Sifat-sifat keluarga.
b) Dinamika dalam keluarga.
c) Komunikasi dalam keluarga.
d) Interaksi antara anggota keluarga.
e) Kesanggupan keluarga dalam membawa perkembangan
anggota keluarga.
f) Kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga,
(Setiadi, 2008).
b. Perumusan masalah
Menurut Setiadi (2008) dalam bukunya keperawatan keluarga
mengemukakan, komponen diagnosa keperawatan keluarga
meliputi problem (masalah), etiologi (penyebab), dan sign/
simpton (tanda).
1) Masalah (Problem)
suatu istilah yang digunakan untuk mendefinisikan
masalah (tidak terpenuhinya kebutuhan dasar keluarga
atau anggota keluarga) yang diidentifikasi oleh perawat
melalui pengkajian. Tujuan penulisan pernyataan masalah
adalah menjelaskan status kesehatan secara jelas dan
sesingkat mungkin, (Setiadi, 2008).
Daftar diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan
NANDA (North American Nursing Diagnosis
Association) dalam Setiadi (2008) adalah sebagai berikut:
a) Diagnosa keprawatan keluarga pada masalah lingkungan
(1) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
(Higienis lingkungan)
(2) Resiko terhadap cidera
(3) Resiko terjadi infeksi (penularan penyakit)
b) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah
struktur komunikasi
(1) Komunikasi keluarga disfungsional
c) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah struktur peran
(1) Berduka dan antisipasi
(2) Berduka disfungsional
(3) Isolasi sosial
(4) Perubahan dalam proses keluarga (dampak adanya
orang yang sakit terhadap keluarga).
(5) Potensial peningkatan menjadi orang tua (krisis
menjadi orang tua)
(6) Perubahan penampilan peran
(7) Kerusakan pentalaksanaan pemeliharaan rumah
(8) Gangguan citra tubuh
d) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi afektif
(1) Perubahan proses keluarga
(2) Perubahan menjadi orang tua
(3) Potensial peningkatan menjadi orang tua
(4) Berduka dan diantisipasi
(5) Koping keluarga tidak efektif, menurun
(6) Koping keluarga tidak efektif, ketidakmampuan
(7) Resiko terhadap tindakan kekerasan
e) Diagnosa keperawatan pada masalah fungsi sosial
(1) Perubahan proses keluarga
(2) Perilaku mencari bantuan kesehatan
(3) Konflik peran orang tua
(4) Potensial peningkatan menjadi orang tua
(5) Perubahan pemeliharaan kesehatan
(6) Kurang pengetahuan
(7) Isolasi sosial
(8) Kerusakan interaksi sosial
(9) Resiko terhadap tindakan kekerasan
(10) Ketidakpatuhan
f) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi
perawatan kesehatan
(1) Perubahan pemeliharaan kesehatan
(2) Potensial peningkatan pemeliharaan kesehatan
(3) Perilaku mencari pertolongan kesehatan
(4) Ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapeutik
keluarga
(5) Resiko terhadap penularan penyakit
g) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah koping
(1) Potensial peningkatan koping keluarga
(2) Koping keluarga tidak efektif, menurun
(3) Koping keluarga tidak efektif, ketidakmampuan
(4) Resiko terhadap tindakan kekerasan.
2) Penyebab (etiologi)
Suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah
dengan mengacu kepada lima tugas keluarga, yaitu
sebagai berikut :
(a) Mengenal masalah keluarga
(b) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
(c) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
(d) Mempertahankan suasana rumah yang sehat
Secara umum faktor-faktor yang berhubungan atau
etiologi dari diagnosis keperawatan keluarga adalah
adanya :
(1) Ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan,
pemahaman, dan kesalahan persepsi).
(2) Ketidakmauan (sikap dan motivasi).
Sedangkan menurut Komang (2010) mengacu pada 5
tugas keluarga yaitu:
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit
4. Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan
5. Ketidakmampuan keluarga menggunakan
fasilitas keluarga
3) Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada
keluarga dengan Gastritis menurut NANDA NIC-NOC
2015 adalah:
a) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan masukan nutrien yang
tidak adekuat
b) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
masukan cairan yang tidak cukup dan kehilangan
cairan berlebihan karena muntah
c) Nyeri akut berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi
d) Defesiensi pengetahuan berhubungan dengan
penatalaksanaan diet dan proses penyakit.
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga
yang mengalami Gastritis akut pada (NANDA NIC-NOC 2015)
dan etiologi (Komang, 2010) adalah:
(1) Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
dalam mengenal masalah.
(2) Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit.
Tabel diagnose NANDA

NO Sasaran Domain Kelas Kode Rumusan Dx keperawatan Batasan karakteristik

 Ekspresi wajah nyeri


 Sikap tubuh melindungi
12 1
1 Individu 00132 Nyeri Akut  Sikap melindungi area nyeri
(Kenyamanan) (Kenyamanan fisik)
 Fokus menyempit
 Keluhan tentang intensitas
 Gangguan sensasi rasa
 Bising usus hyperaktif
Ketidakseimbangan nutrisi  Enggan makan
2 1
2 Individu 00002 kurang dari kebutuhan  Tonus otot menurun
(Nutrisi) (Makan)
tubuh  Ketidakmampuan makan
makanan
 Penurunan berat badan
Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosa
keperawatan keluarga yang ditemukan dihitung dengan
menggunakan skala prioritas (skala Baylon dan
Maglaya).

Tabel 2.1 Skala Bailon dan Maglaya

Kriteria Skor Bobot


1. Sifat Masalah
a. Aktual (tidak/kurang sehat) 3
b. Ancaman kesehatan 2 1
c. Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah yang dapat di
ubah
2
a. Mudah
1
b. Sebagian 2
0
c. Tidak dapat
3. Potensi masalah untuk dicegah
a. Tinggi 3
b. Cukup 2 1
c. Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
a. Masalah berat harus segera 2
ditangani
b. Ada masalah tetapi tidak perlu 1
segera ditangani 1

c. Masalah tidak dirasakan 0


Sumber : Setiadi (2008)
Skoring :

a. Tentukan skor untuk setiap kriteria


b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan
Score X Bobot
Angka tertinggi
c. Jumlah skor untuk semua kriteria
d. Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot

Menurut Padila (2012) Dalam menentukan prioritas,


banyak faktor yang mempengaruhi untuk kriteria yang
pertama yaitu sifat masalah, skor yang lebih besar 3,
diberikan pada tidak/kurang sehat karena kondisi ini
biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga, ancaman
kesehatan skor 2 dan keadaan sejahtera skor 1
Untuk kriteria kedua yaitu kemungkinan masalah dapat
di ubah, perawat perlu memperhatikan faktor – faktor
berikut :
a. Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan
tindakan untuk menangani masalah.
b. Sumber daya keluarga baik dalam bentuk fisik,
keuangan maupun tenaga.
c. Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan dan waktu.
d. Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas,
organisasi masyarakat dan dukungan masyarakat.
Untuk kriteria ketiga yaitu potensi masalah dapat
dicegah, perawat perlu memperhatikan faktor – faktor
berikut :
a. Kepelikan masalah yang berhubungan dengan
penyakit atau masalah.
b. Lamanya masalah yang berhubungan dengan
jangka waktu masalah itu ada.
c. Tindakan yang sedang dijalankan, yaitu tindakan–
tindakan yang tepat dalam memperbaiki masalah
d. Adanya kelompok high risk atau kelompok yang
sangat peka menambah masalah.
Untuk kriteria keempat yaitu menonjolnya masalah,
perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga
melihat masalah kesehatan tersebut.
3. Perencanaan
Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam
proses keperawatan keluarga yang meliputi penentuan tujuan
perawatan (jangka panjang/pendek), penetapan standart
kriteria serta menentukan perencanaan untuk mengatasi
masalah keluarga, (Setiadi, 2008).
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari
penetapan tujuan, mencakup tujuan umum dan khusus,
rencana intervensi serta dilengkapi dengan rencana evaluasi
yang memuat kriteria dan standar. Selanjutnya intervensi
keperawatan keluarga diklasifikasikan menjadi intervensi
yang mengarah pada aspek kognitif, efektif dan psikomotor
(prilaku). Semua intervensi baik berupa pendidikan
kesehatan, terapi modalitas ataupun terapi komplementer
pada akhirnya ditujukan untuk meningkatkan kemampuan
keluarga melaksanakan lima tugas keluarga dalam kesehatan.
Kriteria dan standar merupakan rencana evaluasi, berupa
pertanyaan spesifik tentang hasil yang diharapakan dari setiap
tindakan berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan. Kriteria
dapat berupa respon verbal, sikap atau psikomotor,
sedangkan standar berupa patokan/ukuran yang kita tentukan
berdasarkan kemampuan keluarga, sehingga dalam
mementukan standar antara klien satu dengan klien yang
lainnya walaupun masalahnya sama, standarnya bisa jadi
berbeda, (Padila, 2012).
4. Implementasi
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan, pada tahap ini, perawat yang
mengasuh keluarga sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi
perlu melibatkan secara integrasi semua profesi kesehatan
yang menjadi tim perawatan kesehatan di rumah.
(Setiadi,2008)
5. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang
sistimatis dan terencana tentang kesehatan keluarga dengan
tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambugan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat
kemampuan keluarga dalam mencapai tujuan, ( Setiadi,
2008).

Kemenkes RI memecah aspek tersebut menjadi 12 indikator keluarga sehat.


Berikut ini adalah penjelasannya:

1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)

Tidak semata membatasi jumlah anak dalam keluarga, program KB juga


bertujuan untuk memastikan bahwa setiap anak mendapat ASI yang cukup
dan pola asuh yang optimal sehingga bisa menjadi anak yang sehat dan
cerdas.

Selain itu, program KB juga dapat menurunkan risiko kematian ibu dan
bayi serta mencegah kehamilan yang tidak direncanakan, sehingga dapat
menjaga kesejahteraan keluarga.

2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan

Fasilitas kesehatan yang memadai akan mendukung proses persalinan yang


aman dan minim risiko komplikasi kehamilan. Setelah melahirkan, ibu
juga akan memiliki tempat untuk memeriksa kesehatannya dan bayinya
secara berkala. Dengan begitu, keselamatan serta kesehatan ibu dan anak
jadi lebih terjamin.

3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap

Imunisasi anak sangat penting dilakukan guna mencegah terjadinya


penyakit infeksi yang bisa berakibat fatal baginya, seperti polio, campak,
dan difteri. Untuk mendapatkan imunisasi wajib. Anda bisa membawa
anak ke posyandu, puskesmas, atau rumah sakit.

4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif

Keunggulan air susu ibu (ASI) sebagai sumber nutrisi bayi memang sudah
tidak diragukan lagi. ASI dapat melindungi bayi dari beragam penyakit
serta mendukung perkembangan tubuh dan otaknya secara optimal,
sehingga ia tumbuh menjadi anak yang sehat dan cerdas. Itulah sebabnya
pemberian ASI eksklusif sangat berperan besar untuk membentuk keluarga
sehat.

5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan

Berat badan bayi perlu ditimbang setiap bulannya, sejak lahir sampai usia
5 tahun. Hal ini penting untuk memastikan pertumbuhan dan
perkembangan anak selalu baik, serta mendeteksi secara dini bilamana
terdapat gangguan pada pertumbuhannya.

6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang dapat menurunkan


kualitas hidup seseorang dan keluarganya. Tuberkulosis yang tidak
ditangani dengan benar berisiko menyebabkan kerusakan paru-paru yang
parah dan penularan ke orang-orang terdekat.

Maka dari itu, bila terdapat anggota keluarga yang mengalami gejala
tuberkulosis, seperti batuk lebih dari 3 minggu, batuk darah, sesak napas,
keringat dingin, dan penurunan berat badan drastis, segera bawa ke dokter
untuk mendapatkan pengobatan.

7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur

Hipertensi adalah penyakit kronis yang sering terabaikan karena sering


kali tidak memiliki gejala. Meski begitu, dampak yang terjadi akibat
hipertensi bisa fatal, mulai dari serangan jantung hingga stroke. Hal ini
tentu akan memengaruhi keadaan suatu keluarga, apalagi jika terjadi pada
kepala keluarganya.
Oleh karena itu, bila terdapat anggota keluarga yang menderita hipertensi,
ingatkan ia agar selalu menerapkan gaya hidup sehat, meminum obat
secara teratur sesuai rekomendasi dokter, serta melakukan kontrol teratur.

8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak


ditelantarkan

Gangguan jiwa tidak hanya dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya


secara signifikan, tapi juga keluarganya. Namun, sebenarnya penyakit ini
dapat sembuh selama ditangani dengan baik dan sedini mungkin.

Oleh karena itu, bila ada anggota keluarga yang memiliki tanda-tanda
gangguan jiwa, seperti perubahan emosi atau perilaku, temani dan bujuk
dia untuk segera berobat ke psikiater guna mendapatkan penanganan yang
tepat.

9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok

Sudah kita ketahui bersama bahwa asap rokok mengandung banyak zat
beracun bagi tubuh. Meskipun hanya satu orang yang merokok di rumah,
asapnya bisa dihirup anggota keluarga lain dan membuat mereka
menjadi perokok pasif.

Perlu Anda pahami bahwa menjadi perokok pasif sama berbahayanya


dengan menjadi perokok aktif. Jadi, jika di keluarga Anda ada yang
merokok, jangan putus asa untuk membujuk dan membantunya agar bisa
berhenti. Jika tidak bisa, ingatkan dia untuk merokok di luar rumah.

10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Dengan menjadi anggota program JKN yang diselenggarakan oleh BPJS


Kesehatan, seluruh anggota keluarga bisa mendapatkan pelayanan
kesehatan yang sesuai kebutuhan, tanpa harus memikirkan biaya. Ini juga
bisa menjaga keadaan finansial keluarga

11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih

Sarana air bersih sangat penting untuk menjaga kesehatan keluarga dari
berbagai penyakit infeksi. Untuk mewujudkan hal ini, pastikan sumber air
yang Anda pakai di rumah tidak tergenang atau tercemar dengan berbagai
kotoran maupun polutan.

12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat

Memiliki akses sanitasi layak dan jamban sehat juga termasuk indikator
penting dalam mewujudkan keluarga sehat. Untuk itu, setiap anggota
keluarga diharuskan selalu buang air besar dan buang air kecil di jamban
atau toilet. Selain membuat lingkungan bersih dan tidak berbau, langkah
ini juga dapat membantu mencegah penyakit infeksi.

Anda mungkin juga menyukai