Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AGAMA

KEIMANAN DAN KETAQWAAN


SEORANG PERAWAT

PENYUSUN :
ERIS SRI RAHAYU KRISNANINGSIH
INDRI REGINA KHOLIZIEN
LUTFIA KHOERUNNISA
MUHAMMAD RAFLY FEBRIANSYAH
PUTRI ADELIA
WULAN ANGGRAENI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES YPIB MAJALENGKA
2021/2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh..


Segala puji kita panjatkan lehadirat Allah SWT, Tuhan yang memberi
kesabaran dan kekuatan melalui rahmat dan karunia-Nya.
Sholawat dan salam semoga senantiasa di limpahkan kepada Rasullalah saw,
keluarga, sahabatnya dan seluruh umat yang mengikuti tuntunan-Nya.
Walaupun jauh dari sempurna, namun mudah-mudahan makalah ini bisa
menambah wawasan pengetahuan keagamaan kita, tak lupa kami ucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah bisa di
buat.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................................1
1.3 TUJUAN............................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
2.1 Pengertian...........................................................................................................2
2.2 Hikmah Mempelajari Keimanan Dan Ketaqwaan Seorang Perawat.................3
2.3 Contoh Keimanan Dan Ketaqwaan Seorang Perawat........................................4
BAB III....................................................................................................................5
PENUTUP................................................................................................................5
3.1 KESIMPULAN..................................................................................................5
3.2 SARAN..............................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................6
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Aktualisasi taqwa adalah bagian dari sikap bertaqwa seseorang. Karena begitu
pentingnya taqwa yang harus dimiliki oleh setiap mukmin dalam kehidupan
dunia inisehingga beberapa syariat islam yang diantaranya puasa adalah sebagai
wujud pembentukan diri seorang muslim supaya menjadi orang yang bertaqwa,
dan lebih sering lagi setiap khatib pada hari jum’at atau shalat hari raya selalu
menganjurkan jamaah untuk selalu bertaqwa. Begitu seringnya sosialisasi taqwa
dalam kehidupan beragamamembuktikan bahwa taqwa adalah hasil utama yang
diharapkan dari tujuan hidupmanusia (ibadah).Taqwa adalah satu hal yang
sangat penting dan harus dimiliki setiap muslim.Signifikansi taqwa bagi umat
islam diantaranya adalah sebagai spesifikasi pembedadengan umat lain bahkan
dengan jin dan hewan, karena taqwa adalah refleksi imanseorang muslim.
Seorang muslim yang beriman tidak ubahnya seperti binatang, jin daniblis jika
tidak mangimplementasikan keimanannya dengan sikap taqwa, karena binatang,
jin dan iblis mereka semuanya dalam arti sederhana beriman kepada Allah yang
menciptakannya, karena arti iman itu sendiri secara sederhana adalah “percaya”,
maka taqwa adalah satu-satunya sikap pembeda antara manusia dengan
makhluk lainnya.Seorang muslim yang beriman dan sudah mengucapkan dua
kalimat syahadat akan tetapitidak merealisasikan keimanannya dengan bertaqwa
dalam arti menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya,
dan dia juga tidak mau terikat dengansegala aturan agamanya dikarenakan
kesibukannya atau asumsi pribadinya yangmengaggap eksistensi syariat agama
sebagai pembatasan berkehendak yang itu adalahhak asasi manusia, kendatipun
dia beragama akan tetapi agamanya itu hanya sebagaiidentitas pelengkap dalam
kehidupan sosialnya, maka orang semacam ini tidak samadengan binatang akan
tetapi kedudukannya lebih rendah dari binatang, karena manusiadibekali akal
yang dengan akal tersebut manusia dapat melakukan analisis hidup,sehingga
pada akhirnya menjadikan taqwa sebagai wujud implementasi
darikeimanannya.Taqwa adalah sikap abstrak yang tertanam dalam hati setiap
muslim, yangaplikasinya berhubungan dengan syariat agama dan kehidupan
sosial. Seorang muslimyang bertaqwa pasti selalu berusaha melaksanakan
perintah Tuhannya dan menjauhi segala larangan-nya dalam kehidupan ini.
Yang menjadi permasalahan sekarang adalah bahwa umat islam berada dalam
kehidupan modern serba mudah, serba bisa bahkan cenderung serba boleh.
Keadaan seperti ini sangat berbeda dengan kondisi umat islam yang terdahulu
yang kental dalam kehidupan beragama dari situasi zaman pada waktu itu yang
cukup mendukung kualitas iman seseorang. Karena realitas membuktikan
bahwa sosialisasi taqwa sekarang, baik yang berbentuk syariat seperti puasa dan
lain-lain. Atau berbentuk normatif seperti himbauan seperti khatib dan lain-lain
terlihat kurang mengena, ini dikarenakan beberapa faktor, diantaranya muslim
yang bersangkutan belum paham betul makna dari taqwa itu sendiri, sehingga
membuatnya enggan untuk memulai, dan yang ketidaktahuannya tentang
bagaimana dan darimana dan kapan dia harus mulai merilis sikap taqwa,
kemudian kondisi sosial dimana dia hidup tidak mendukung dirinya dalam
membangun sikap taqwa seperti saat sekarang kehidupan yang serba bisa dan
cenderung serba boleh. Oleh karenanya dalam situasi yang serba bisa dan sangat
plural ini dirasa perlu menjaga pandangan ( dalam arti mata dan telinga) dari
hal-hal yang dilarang agama. Karena taqwa adalah sebaik-baik bekal yang harus
kita per-oleh dalam mengurangi kehidupan dunia dan pana dan pasti hancur ini.
Adanya kematian sebagai sesuatu yang pasti dan tidak dapat di kira-kirakan
serta adanya kehidupan setelah kematian menjadikan taqwa sebagai objek vital
yang harus digapai dengan melakukan hal-hal yang terkecil seperti menjaga
pandangan, serta melatih arti taqwa itu sendiri sebagai mana dikatakan oleh
imam jalaludin almahally dalam menjalankan perintah allah dan menjauhi
larangannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian iman dan taqwa?
2. Siapa yang harus beriman dan ketaqwaan kepada Allah SWT ?
3. Mengapa seorang muslim harus beriman dan bertaqwa kepada Allah
SWT?
4. Kapan dan dimana sajaseorang muslim harus beriman dan bertaqwa
kepada Allah SWT
5. Bagaimana implementasi iman dan taqwa seorang perawat?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian iman dan taqwa
2. Mengetahui siapa yang harus beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT?
3. Mengetahui mengapa seorang muslim harus beriman dan bertaqwa
kepada Allah SWT
4. Mengetahui kapan dan dimana seorang muslim harus beriman dan
bertaqwa kepada Allah SWT
5. Menjelaskan implementasi iman dan taqwa seorang perawat
BAB II
PEMBAHASAN

2.1Pengertian
Pengertian iman menurut bahasa adalah membenarkan. Adapun menurut
istilah syariat yaitu meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan
membuktikannya dalam amal perbuatan yang terdiri dari 73 hingga 79
cabang. Yang tertinggi adalah ucapan dan yang terendah adalah
menyingkirkan gangguan dari jalan yang mengganggu orang yang sedang
berjalan, baik berupa batu, duri, barang bekas, sampah, dan sesuatu yang
berbau tak sedap atau semisalnya. Iman merupakan perpaduan antara aqidah
dengan syariah atau perpaduan keyakkinan dan amal dan perbuatan, tetapi
jika tidak melaksanakan ketentuan Allah dan Rosul-Nya maka orang itu
belum bisa dikatatakan beriman.
Rasulullah SAW bersabda “iman lebih dari 70 atau 60 cabang, paling
utamanya perkataan dan yang paling rendahnya menyingkirkan gangguan
dari jalan, dan malu merupakan cabang dari keimanan.” Riwayat (HARI
Muslim:35, Abu Dawud:4676, Tirmidzi:2614). Adapun cakupan dan
jenisnya, keimanan mencakup seluruh bentuk amal kebaikan yang kurang
lebih ada 73 cabang. Karna itu Allah menggolongkan dan menyebut ibadah
sholat dengan sebutan iman dalam firmanya, “Dan Allah tidak akan menyia-
nyiakan imanmu” (QS Al-baqorah: 143) para ahli tafsir menyatakan, yang
dimaksud imanmu adalah sholatmu tatkala engkau menghadap kearah baitul
maqdis, karena sebelum turun perintah solat menghadap ke baitullah
(ka’bah) para sahabat menghadap kebaitul maqdist.
Iman kepada Allah adalah mempercayai bahwa dia itu maujud (ada) yang
disifati dengan sifat-sifat keagungan dan kesempurnaan, yang suci dari sifat-
sifat kekurangan. Dia maha esa, maha benar, tempat bergantung para
makhluk, tunggal (tidak ada yang setara dengan dia), pencipta segala
mahkluk, yang melakukan segala dikehendakinya. Dan mengajarkan dalam
kerajaanya apa yang dikehendakinya. Beriman kepada Allah juga bisa
diartikan, berikrar dengan macam-macam tauhid yang tiga serta beriktikad
(berkeyakinan) dan beramal dengannya yaitu tauhid rububiyyah, tauhid
uluhiyyah dan tauhid Al-asma’ wa ash shifaat.
Iman kepada Allah mengandung 4 unsur :
1. Beriman akan adanya allah. mengimani adanya allah ini bisa di
buktikan dengan :
a. Bahwa manusia mempunyai fitrah mengimani adanya Tuhan
Tanpa harus di dahului dengan berpikir dan sebelumnya. Fitrah
ini tidak akan berubah kecuali ada sesuatu pengaruh lain yang
mengubah hatinya. Nabi SAW bersabda: “Apakah mereka
diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan
(diri mereka sendiri)? “ (Q.S. Ath-Thur:35). Maksudnya tidak
mungkin mereka tercipta tanpa ada yang menciptakan dirinya
sendiri. Berarti mereka pasti ada yang menciptakan, Yaitu allah
yang maha suci.
b. Adanya kitab-kitab samawi
Yang membicarakan tentang adanya allah.demikian hukum
serta aturan dalam kitab-kitab tersebut yang yang mengatur
kehidupan demi kemaslahatan manusia menunjukkan bahwa
kita-kitab tersebut berasal dari Tuhan yang Maha Esa.
c. Adanya orang-orang yang dikabulkan doa nya
Di tolongnya orag-orang yang sedang mengalami kesulitan, ini
menjadi bukti-bukti kuat adanya Allah
d. Adanya tanda-tanda ke nabiannya seorang utusan yang
dinamakan mukjizat
Suatu bukti kuat adanya dzat yang mengutus mereka yang tidak
lain mereka adalah Allah azza wa jalla. Firman Allah, “Lalu
kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan
tongkatmu”. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap berlahan
adalah seperti gunung yang besar” (QS. Asy-Syu’ara’: 63).

Pengertian taqwa secara dasar adalah Menjalankan perintah,


dan menjauhi larangan. Kepada siapa? maka dilanjutkan dengan
kalimat Taqwallah yaitu taqwa kepada Allah SWT. Taqwa =
terdiri dari 3 Huruf: Ta=Tawadhu’artinya sikap rendah
diri(hati),patuh,taat baik kepada aturan allah Swt,maupun
kepada sesama muslim jangan menyombongkan
diri.Qof=qona’ah artinya sikaf menerima apa
adanya(ikhlas),dalam semua aspek, baik ketika mendapat
rahmat atau ujian,barokah/musibah,kebahagiaan atau teguran
dari allah swt ,harus di syukuri dengan hati yang lapang dada.
Wau=wara’artinya sikap menjaga hati atau
diri( intropeksi),ketika menemui hal yang bersifat subhat (tidak
jelas hukumnya) atau yang bersifat haram(yang dilarang)oleh
allah swt. Beberapa ulama mendefinisikan dengan : taqwa= dari
kata= waqa-yaqi-wiqayah=memelihara yang artinya
memelihara iman agar terhindar dari hal-hal yang di benci dan
di larang oleh allah swt. taqwa=takut yang artinya takut akan
murka da adzab allah swt. taqwa=menghindar yang artinya
menjauh dari segala keburukan dan kejelekan dari sifat syetan.
Taqwa= sadar yang artinya menyadari bahwa diri kita makhluk
ciptaan allah swt sehingga apapun bentuk perintahnya harus di
taati,dan jangan sekali-kali menutup mata akan hal ini . “hai
orang-orang beriman bertaqwalah kamu kepada allah
swt,dengan sebenar-benarnya taqwa dan janganlah kalian
mati,melainkan dalam keadaan beragama islam.” (Al-
imran):Dr.abdullah nashih ulwan menyebut ada 5 langkah yang
dapat di lakukan untuk mencapai taqwa,yaitu:
a) Mu’ahadah
Mu’ahadah berarti selalu mengingat perjanjian kepada
Allah swt., bahwa dia akan selalu beribadah kepada Allah
swt. seperti merenungkan sekurang-kurangnya 17 kali
dalam sehari semalam dia membaca ayat surat Al Fatihah :
5 “ Hanya kepada Engkau kami beribadah dan hanya
kepada engkau kami memohon pertolongan”;
b) Muraqabah
Muraqabah berarti merasakan kebersamaanya dengan
Allah swt. dengan selalu menyadari bahwa Allah swt
selalu bersama para makhluk-Nya dimana saja dan pada
waktu apa saja.
c) Musahabah
Musahabah sebagaimana yang ditegaskan dalam Al Quran
surat Al Hasyr: 18, “ Wahai orang-orang yang beriman!
Taqwalah kepada Allah dan hendaklah merenungkan
setiap diri, apalah yang telah di perbuatnya untuk hari
esok. dan taqwalah kepada allah! Sesungguhnya allah itu
maha mengetahui apa jua pun yang kamu kerjakan” ini
bermakna hendaklah seorang mukmin menghisab dirinya
tatkala selesai melakukan amal perbuatan, apakah tujuan
amalnya untuk mendapatkan ridho Allah? Atau apakah
amalnya dicampuri sifat riya? Apakah ia sudah memenuhi
hak-hak Allah dan hak-hak manusia.
d) Mu’aqabah
ialah memberikan hukuman atau denda terhadap diri
apabila melakukan kesilapan ataupun kekurangan dalam
amalan.

e) MujahadahMakna mujahadah sebagaimana disebutkan


dalam surat Al Ankabut ayat69 adalah apabila seorang
mukmin terseret dalam kemalasan, santai, cintadunia dan
tidak lagi melaksanakan amal-amal sunnah serta ketaatan
yanglainnya tepat pada waktunya, maka ia harus memaksa
dirinya melakukanamal-amal sunnah lebih banyak dari
sebelumnya.
B. Tanda-Tanda Orang BerimanAl-Qur’an menjelaskan tanda-tanda orang yang
beriman sebagai berikut:
1.Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu
Allahtidak lepas dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat al-Qur’an,
maka bergejolak hatinya untuk segera melaksanakannya (al-Anfal: 2).
2.Senantiasa tawakkal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu
Allah,diiringi dengan doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah
menurutSunnah Rasul ( Ali Imran: 120, Al-maidah: 12, Al anfal: 2, At taubah:
52, Ibrahim: 11, mujadalah: 10, At taghabun: 13,)
3.Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya (al-
Anfal:3dan al- Mu’minun: 2, 7). Bagaimanapun sibuknya, kalau sudah
masukwaktu shalat, dia segera shalat untuk membina kualitas imannya.
4.Menafkahkan rezeki yang diterimanya (al-Anfal:3 dan al-Mukminun: 4). Hal
inidilakukan sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan di jalan
Allahmerupakan upaya pemerataan ekonomi, agar tidak terjadi ketimpangan
antarayang kaya dengan yang miskin.
5.Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan (al-
Mukminun: 3, 5). Perkataan yang bermanfaat atau yang baik adalah yang
berstandar ilmu Allah, yaitu al-Qur’an menurut Sunnah Rasulullah.
6. Memelihara amanah dan menempati janji (al-Mukminun: 6). Seorang
mu’min
tidak akan berkhianat dan dia akan selalu memegang amanah dan menepat
janji.
7.Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al-Anfal : 74). Berjihad di
jalan Allah adalah bersungguh-sungguh dalam menegakkan ajaran
allah ,baik dengan harta benda yang di milliki maupun dengan nyawa.

C. Keimanan dan Ketaqwaan Seorang Muslim


1. Siapa yang harus beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT?Sesorang
dikatkan muslim jika ia telah beriman kepadAllah, malikat Allah, kitabAllah,
rosul allah, hari kiamat, serta qodho dan qodarnya Allah.
2.Mengapa seorang muslim harus beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT?
a.Untuk Beribadah Kepada Allah SWT Karena tujuan utama diciptakanya
manusia tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah SWT . sebagaimana
firman Allah SWT dalam al Qur’an“Tidaklah kami ciptakan jin dan manusia
melainkan untuk beribadah kepadaku”. Jadi tujuan utama manusia beriman
adalah untuk beribadah kepada Allah SWT karena dengan Iman yang tulus dan
ikhlas manusia dapat beribadah kepada Allah karena beribadah kepada Allah
SWT adalah kodrat yang telah dibawah manusia sejak lahir dalam hal ini sama
halnya dengan HAM ( Hak asasi manusia ) sebagaimana yang kita pelajari
dalam pendidikan Pancasila. Karena hanya dengan beribadah kepada Allah
SWT lah manusia dapat memperoleh ketenangan jiwa dan menemukan hakekat
manusia di ciptakan oleh Allah SWT.
b. Untuk memperoleh ketenangan jiwa
untuk memperolah ketenangan jiwa adalah salah satu alasan mengapa manusia
harus beriman karena hanya dengan iman dalam hatilah yang menghubungkan
manusia dengan tuhannya, tidak akan nada manusia yang mendapat ketenangan
hidup sejati selama masih tidak ada iman dalam hatinya,ini ibarat bagi seorang
muslim yang beriman dan selalu mengerjakan shalat kemudian suatu waktu
karena alasan yang memang masuk akal dan sangat mendesak sehingga dia
tidak shalat maka akan timbul rasa menyesal kepada orang tersebut, dari sini
kita dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa orang yang beriman atau memiliki
sedikit iman saja merasa tidak tenang atau nyaman karena tidak melaksanakan
kewajibannya apalagi dengan orang yang sama sekali tidak ada iman dalam
hatinya, hidupnya akan berantakan walaupun ada yang manusia yang hidupnya
teratur tapi tidak punya iman, yakinlah bahwa ketenangan yang diperolehnya
adalah ketenangan semukarena di balik kalbunya ada ruang kosong yang selalu
merasakan kekurangan dan tidak nyaman karena ruangan ini rindu akan iman
kepada allah selaku penciptanya.
c. Untuk Mendapat Ridho Allah SWT untuk mendapat Ridho Allah SWT adalah
satu alasan umum mengapa manusia harus beriman karena ridho Allah itu
hanya untuk orang-orang yangdi hatinya masih ada iman walaupun itu hanya
seberat Zahra, karena Allah telah menjamin nikmat yang luar biasa bagi orang-
orang yang beriman, Allah telah menjanjikan surga yang didalamnya mengalir
sungai-sungai sebagai nikmat Allah bagi orang yang beriman, karena sudah
sangat jelas bahwa Allah memberikan derajat lebih bagi orang-orang yang
beriman, sehingga alasan untuk mendapat ridho Allah sehingga manusia
beriman adalah sangat tepat.
d.Untuk Menghindari Fitnah Akhir Zaman Alasan berikutnya kenapa manusia
harus beriman adalah untuk menghindari fitnah akhir zaman yang akan
menimpah diri setiap umat di dunia utamanya umat islam, karena pada akhir
zaman seorang yang merasa dirinya memiliki iman yang kuat saja akan terkena
efek samping dari fitnah ini apalagi mereka yang sama sekali tidak memilki
iman, mereka adalah sasaran empuk dari fitnah akhir zaman ini, karena
bukankah orang yang celaka itu adalah orang yang tidak memiliki keimanan
dalam hatinya atau tidak mengusahakan keimanan sedang hewan melata yang
dapat berbicara dengan manusia telah muncul dari perut bumi, maka tidaklah
berguna lagi apa yang mereka usahakan dan tidaklah berfaedah lagi bagi
mereka, karena pada masa itu ada orang yang paginya beriman sedang sore
telah menjadi kafir karena dahsyatnya fitnah akhir zaman itu sehingga manusia
pada masa itu terbagi menjadi dua kelompok yaitu manusia yang memiliki
keimanan yang tidak tercampur dengan kemunafikan dan kelompok manusia
yang munafik tanpa keimanan dalam hatinya.
3. Kapan dan dimana seorang muslim harus beriman dan bertaqwa kepada Allah
SWT?
Dalam kehidupan sekarang yang serba modern, telah banyak menimbulkan
kekacauan-kekacauan. Hal ini tidak lain disebabkan karena berkurangnya
tingkat keimanan dan ketaqwaan manusia terhadap Allah SWT. sangat banyak
kejadian dan peristiwa yang disebabkan karena semakin menipisnya iman dan
taqwa di masa kini. Sebagai seorang muslim, marilah kita untuk selalu dan terus
meningkatkan kualitas iman dan taqwa kepada Allah SWT sampai kapanpun
dan dimanapun, dengan mengerjakan segala yang diperintahkan_Nya dan
menjauhi semua larangan-Nya.
D. Implementasi Keimanan dan Ketaqwaan Seorang Perawat
1.Satukan Tiang Iman Dengan Konsep Keperawatan Islami.
Inilah sebenarnya landasan dalam bekerja bagi setiap profesi yang ingin
mencantumkan label Islami di dalamnya. Islami bukanlah sebuah label kosong
tetapi lebih dari itu kata Islami adalah merupakan bentuk komitmen dan
keberanian hati untuk berusaha merubah pandangan hidup kita dalam bertindak.
Jangan pernah mencabut kembali keberanian itu dalam langkah kita, justru
dengan label itulah kita mulai menilai diri kita dengan seadil-adilnya. Berbicara
tentang kejujuran sebuah penilaian sebenarnya bukanlah orang lain yang pantas
menilainya, tetapi diri kitalah yang paling mengetahui siapa diri kita yang
sebenarnya dengan sejujur-jujurnya.
Dirikanlah tiang Iman dalam pelayanan keperawatan di dalam hati kita
dengan meyakini bahwa Allah itu ada dan melihat apa yang kita kerjakan, Allah
mendengar apa yang kita katakan dan Allah mengetahui apa yang kita
sembunyikan dalam hati kita, kita tidak bisa menipu Allah karena Allah dekat
dengan kita bahkan lebih dekat dari urat nadi kita. Yakinlah bahwa Allah
menciptakan malaikat-Nya dan diantara mereka ada yang selalu menemani kita
mencatat setiap kebaikan dan keburukan yang kita kerjakan di dunia ini,
mencatat kedzaliman yang kita lakukan kepada pasien, mencatat kekotoran
perbuatan kita kepada pasien dan mencatat setiap kejahatan kita kepada
siapapun untuk dapat kita pertanggung jawabkan dalam pengadilan-Nya yang
maha cermat. Pengadilan dimana mulut tidak dapat berbicara dan semua
anggota tubuh kita menjadi saksi atas apa yang telah kita lakukan dalam hidup
kita.
apa yang telah kita lakukan di dalam hidup kita.Kita tidak dapat
menyalahkan Allah atas kesalahan kita dalam menyikapi hidup. Allah membuat
peraturan kehidupan ini secara utuh dan universal untuk diterapkan dimanapun
dan oleh profesi apapun dalam pandangan manusia. Kita tidak bisa mengatakan
bahwa Islam tidak mengatur bagaimana caranya untuk memberikan pelayanan
keperawatan bagi orang yang sakit, semua aturannya terangkai begitu indah
dalam sebuah bukti yang otentik dari apa yang harus kitayakini kebenarannya.
itulah Al-Quran yang seharusnya dapat meyakinkan kita bahwa Allah telah
memahami apa yang kita butuhkan dalam hidup ini dalam bentuk panduan yang
tertulis karena manusia sering memiliki sifat lupa, lalai dan ceroboh jangan
pernah mengatakan Allah tidak memberikan panduan hidup bagi kita, karena
semua itu tidak akan dapat diterima di pengadilan sempurna kelak.
.Ketika kita telah meyakini kebenaran
Al-Quran
, seharusnya kita telah mampu menjalankan fitrah hidup ini sebaik-baiknya,
tetapi Allah tahu bahwa manusia itu adalah mahluk yang lemah, bodoh dan
sering tidak mengetahui apa yang seharusnya dia lakukan dalam hidupnya agar
sesuai dengan panduan dalamAl Quran sebagai pedoman hidupnya maka Allah
telah menjadikan Rasull-Nyadari golongan manusia bahwa sebenarnya ada
manusia yang mampu menjalankan akhlak Al Quran secara kaffah, perjalanan
kehidupannya, sikap dan tingkahlakunya adalah cerminan Al Quran yang tiada
cela.
Rasul
adalah manusia seperti kita, mereka sakit, mereka sedih, mereka bahagia, dan
mereka terluka seperti kit adan Nabi Muhammad SAW adalah junjungan kita
agar hidupnya dapat kita jadikan contoh dan tauladan dalam setiap sisi
kehidupan kita. Ketika kita hendak melayani pasien, layanilah pasien
sebagaimana Muhammad SAW melayani orangyang sakit ketika hidupnya,
ketika kita menerima cercaan dari pasien terimalahcercaan itu dengan
keikhlasan sebagaimana Muhammad SAW pernah menerimanya dari orang
yang tidak memahami siapa dirinya. Kita dan Rasul kita adalah manusia dan
Allah tahu semua itu, sehingga tidak ada lagi alasan bahwa
ahlaq Alqur’an tidak dapat dilaksanakan oleh seorang manusia di pengadilan
sempurna nanti. Muhammad SAW bukanlah seorang perawat, tetapi jika pasien
bisa memilih, Muhammad memiliki jiwa yang melebihi jiwa seorang perawat,
Jiwa peduli, jiwa pembela, jiwa pendidik, jiwa pemimpin, jiwa negosiator, jiwa
inovator jiwa sempurna yang melebihi jiwa perawat terbaik di muka bumi ini.
Setelah empat tiang iman itu berdiri, itu belum cukup, kokohkanlah empat tiang
iman itu dengan tiang kelima, yaitu keyakinan bahwa kita akan menemukan
hari akhir, hari dimana kehidupan dunia ini akan terhenti, hari dimana segala
kepalsuan, kemunafikan, dan segala kekurangan dalam sandiwara hidup ini
akan terhenti. Itulah hari Kiamat, dimana semua manusia tidak perduli suku, ras
agama ataupun antar golongan, umat terakhir maupun umat terdahulu,
semuanya akan dibangkitkan oleh Allah dalam sekejap. Semua akan dimintai
pertanggungjawaban atas segala amal dan perbuatannya selama hidupnya di
dunia. Akan ada pengadilan maha sempurna yang Allah sediakan untuk kita,
dimana tidak ada kepalsuan di dalamnya, dimana tidak ada kepiawaian logika
kebohongan, dimana mulut terkunci dan semua anggota tubuh kita menjadi
saksi.saksi yang jujur dan berbicara apa adanya, disitulah kita akan menemukan
jawaban apakah ujung dari kehidupan kita berakhir dengan penyesalan tiada
berujung dan penderitaan abadi, ataukah berakhir dengan kebahagiaan yang
tiadatara serta kenikmatan abadi. Dengan meyakini ini maka seorang perawat
dalam memberikan pelayanannya kepada pasien akan mengerti bahwa peran
hidupnya telah Allah tetapkan untuk berperan sebagai seorang perawat yang
dengan segala kesusahan, kelemahan dan kesedihannya sebagai seorang
manusia tentulah semuaitu pasti akan berakhir, dan semuanya akan berlomba
untuk mengakhirinya dengan kebahagiaan yang tiada tara dan kenikmatan abadi
bersama keridhoan Allah Dzat yang memiliki jiwanya. Semua perawat akan
berlomba-lomba menjadikan penderitaan pasien, kesedihan pasien, kesusahan
pasien menjadi ladang amalnya dengan memberikan arti penting kelembutan
dan kasih sayang seorang perawat kepadanya untuk memaknai hidup di dunia
yang mungkin terlalu singkat ini. Dan demi masa waktu tidak akan pernah
kembali, semua orang akan mengalami kerugian dengan apa yang dia lakukan
dari jatah waktu untuk hidup didunia yang telah Allah berikan kepadanya.
kecuali orang-orang yang beriman dan
beramal sholeh….kehadiran pasien adalah ladang yang paling baik untuk
mengokohkan tiang iman bagi seorang perawat. Dan itulah lima tiang Iman itu
berdiri dengan kokoh di dalam hidup kita, untuk kita sempurnakan dengan tiang
yang terakhir yaitu tiang yang ke enam, tiang yang harus meyakini bahwa Allah
telah mengatur segala kehidupan ini dengan begitu cermatnya sehingga sehelai
daun jatuh pun Allah telah menetapkan-Nya. Tiada lagi kesedihan bagi seorang
perawat dalam menghadapi kehidupannya, didalam kesusahan, kesedihan, duka
dan luka yang paling hebat pun dia tidak akan pernah kehilangan kebahagiaan
yang begitu banyaknya telah Allah berikan kepadanya. Hatinya selalu tahu
kemana mencari arah jalan menuju kebahagiaan, kapanpun dimanapun dan
dalam kondisi apapun. Itu semua terjadi karena dia yakin dengan
Qodo dan Qodar manusia, dimana banyak kehidupannya, didalam kesusahan,
kesedihan, duka dan luka yang paling hebat pun dia tidak akan pernah
kehilangan kebahagiaan yang begitu banyaknya telah Allah berikan kepadanya.
Hatinya selalu tahu kemana mencari arah jalan menuju kebahagiaan, kapanpun
dimanapun dan dalam kondisi apapun. Itu semua terjadi karena dia yakin
dengan
Qodo dan Qodar manusia, dimana banyak hal yang menurut manusia buruk
padahal sebenarnya baik menurut Allah, dan banyak hal yang menurut manusia
baik padahal buruk menurut Allah. Dia akan selalu tahu bagaimana berbaik
sangka kepada Allah. Dia sadar bahwa Allah menyayanginya, dan
menginginkannya kembali kepada-Nya dalam kesucian untuk menjemput
kebahagiaan abadi. Enam tiang iman telah berdiri kokoh dan sempurna, marilah
kita jaga agar semua itu tetap kokoh dalam diri kita, diri seorang perawat, diri
yang setiap hari selalu dekat dengan kematian, diri yang setiap hari Allah
pertontonkan betapa lemahnya mahkluk yang bernama manusia itu, diri yang
sering mendampingi berbagai macam tabiat pasien dalam menjemput
kematiannya, diri yang selalu Allah berikan gambaran betapa hidup ini
hanyalah persinggahan belaka. Andaienam tiang iman itu telah berdiri kokoh di
hati kita…..percayalah pelayanan
keperawatan yang kita berikan kepada pasien tidak akan pernah
mengecewakannya, karena itulah sebenar-benarnya landasan dari pelayanan
keperawatan yang Islami itu.
2.Munculkan Karakter Islami Keperawatan dengan menegakan tiang Islam
dengan kons…
kepada Allah dengan berkomitmen melalui simbol keimanan yang disebut
dengan syahadat ” Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku
bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah” , seorang perawat yang memiliki
komitmen kuat dengan tiang Islam yang pertama ini akan memiliki integritas,
merdeka dan tidak merasa rendah diri. Tidak akan ada hal yang akan
menghalangi ketulusan dan keikhlasan perawat tersebut dalam memberikan
pelayanan kepada pasien selain nilai-nilai taqwa kepada Tuhan-Nya. Allah-lah
yang selalu menjadi tujuan hidupnya, bukan lagi uang meskipun dia
membutuhkannya untuk menyempurnakan ibadahnya di dunia, bukan lagi
jabatan meskipun dia membutuhkan kekuatan untuk menunjukan kebesaran
pandangan-pandangan Islam di mata manusia, bukan lagi penghargaan dari m…

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang mendasar bagi


manusia untuk merasakan kebahagiaan hidup. Seseorang dikatakan beriman
kepada Allah apabila memenuhi tiga unsur akidah dalam islam. Yaitu: isi hati,
ucapan, dan tingkah laku. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah (QS: Al-
Anfal 2-
4) yang artinya “bahwa sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka
yang bila disebut nama Allah bergetar hati mereka dan apabila dibacakan ayat-
ayatnya bertambah iman mereka (karena-Nya) dan hanya kepada Tuhanlah
mereka bertawakkal, yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan yang
menafkahkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka. Itulah
orang-orang yang beriman dengan sebenarnya. Mereka akan memperoleh
beberapa derajat ke…
[15.00, 20/10/2021] Indry Re Kep:

DAFTAR PUSTAKA
http://amrhy.blogspot.co.id/2011/10/makalah-keimanan-dan-
ketakwaan.htmlhttp://mdwimartasade4wo.blog.com/2012/11/04/makalah-
keimanan-dan-ketakwaan/https://googleweblight.com/?lite_url=https://
zafriadihistory.wordpress.com/2015/02/16/iman-dan-taqwa-dalam-agama-
islamhttps://googleweblight.com/?

Anda mungkin juga menyukai