PENYUSUN :
ERIS SRI RAHAYU KRISNANINGSIH
INDRI REGINA KHOLIZIEN
LUTFIA KHOERUNNISA
MUHAMMAD RAFLY FEBRIANSYAH
PUTRI ADELIA
WULAN ANGGRAENI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................................1
1.3 TUJUAN............................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
2.1 Pengertian...........................................................................................................2
2.2 Hikmah Mempelajari Keimanan Dan Ketaqwaan Seorang Perawat.................3
2.3 Contoh Keimanan Dan Ketaqwaan Seorang Perawat........................................4
BAB III....................................................................................................................5
PENUTUP................................................................................................................5
3.1 KESIMPULAN..................................................................................................5
3.2 SARAN..............................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Aktualisasi taqwa adalah bagian dari sikap bertaqwa seseorang. Karena begitu
pentingnya taqwa yang harus dimiliki oleh setiap mukmin dalam kehidupan
dunia inisehingga beberapa syariat islam yang diantaranya puasa adalah sebagai
wujud pembentukan diri seorang muslim supaya menjadi orang yang bertaqwa,
dan lebih sering lagi setiap khatib pada hari jum’at atau shalat hari raya selalu
menganjurkan jamaah untuk selalu bertaqwa. Begitu seringnya sosialisasi taqwa
dalam kehidupan beragamamembuktikan bahwa taqwa adalah hasil utama yang
diharapkan dari tujuan hidupmanusia (ibadah).Taqwa adalah satu hal yang
sangat penting dan harus dimiliki setiap muslim.Signifikansi taqwa bagi umat
islam diantaranya adalah sebagai spesifikasi pembedadengan umat lain bahkan
dengan jin dan hewan, karena taqwa adalah refleksi imanseorang muslim.
Seorang muslim yang beriman tidak ubahnya seperti binatang, jin daniblis jika
tidak mangimplementasikan keimanannya dengan sikap taqwa, karena binatang,
jin dan iblis mereka semuanya dalam arti sederhana beriman kepada Allah yang
menciptakannya, karena arti iman itu sendiri secara sederhana adalah “percaya”,
maka taqwa adalah satu-satunya sikap pembeda antara manusia dengan
makhluk lainnya.Seorang muslim yang beriman dan sudah mengucapkan dua
kalimat syahadat akan tetapitidak merealisasikan keimanannya dengan bertaqwa
dalam arti menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya,
dan dia juga tidak mau terikat dengansegala aturan agamanya dikarenakan
kesibukannya atau asumsi pribadinya yangmengaggap eksistensi syariat agama
sebagai pembatasan berkehendak yang itu adalahhak asasi manusia, kendatipun
dia beragama akan tetapi agamanya itu hanya sebagaiidentitas pelengkap dalam
kehidupan sosialnya, maka orang semacam ini tidak samadengan binatang akan
tetapi kedudukannya lebih rendah dari binatang, karena manusiadibekali akal
yang dengan akal tersebut manusia dapat melakukan analisis hidup,sehingga
pada akhirnya menjadikan taqwa sebagai wujud implementasi
darikeimanannya.Taqwa adalah sikap abstrak yang tertanam dalam hati setiap
muslim, yangaplikasinya berhubungan dengan syariat agama dan kehidupan
sosial. Seorang muslimyang bertaqwa pasti selalu berusaha melaksanakan
perintah Tuhannya dan menjauhi segala larangan-nya dalam kehidupan ini.
Yang menjadi permasalahan sekarang adalah bahwa umat islam berada dalam
kehidupan modern serba mudah, serba bisa bahkan cenderung serba boleh.
Keadaan seperti ini sangat berbeda dengan kondisi umat islam yang terdahulu
yang kental dalam kehidupan beragama dari situasi zaman pada waktu itu yang
cukup mendukung kualitas iman seseorang. Karena realitas membuktikan
bahwa sosialisasi taqwa sekarang, baik yang berbentuk syariat seperti puasa dan
lain-lain. Atau berbentuk normatif seperti himbauan seperti khatib dan lain-lain
terlihat kurang mengena, ini dikarenakan beberapa faktor, diantaranya muslim
yang bersangkutan belum paham betul makna dari taqwa itu sendiri, sehingga
membuatnya enggan untuk memulai, dan yang ketidaktahuannya tentang
bagaimana dan darimana dan kapan dia harus mulai merilis sikap taqwa,
kemudian kondisi sosial dimana dia hidup tidak mendukung dirinya dalam
membangun sikap taqwa seperti saat sekarang kehidupan yang serba bisa dan
cenderung serba boleh. Oleh karenanya dalam situasi yang serba bisa dan sangat
plural ini dirasa perlu menjaga pandangan ( dalam arti mata dan telinga) dari
hal-hal yang dilarang agama. Karena taqwa adalah sebaik-baik bekal yang harus
kita per-oleh dalam mengurangi kehidupan dunia dan pana dan pasti hancur ini.
Adanya kematian sebagai sesuatu yang pasti dan tidak dapat di kira-kirakan
serta adanya kehidupan setelah kematian menjadikan taqwa sebagai objek vital
yang harus digapai dengan melakukan hal-hal yang terkecil seperti menjaga
pandangan, serta melatih arti taqwa itu sendiri sebagai mana dikatakan oleh
imam jalaludin almahally dalam menjalankan perintah allah dan menjauhi
larangannya.
2.1Pengertian
Pengertian iman menurut bahasa adalah membenarkan. Adapun menurut
istilah syariat yaitu meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan
membuktikannya dalam amal perbuatan yang terdiri dari 73 hingga 79
cabang. Yang tertinggi adalah ucapan dan yang terendah adalah
menyingkirkan gangguan dari jalan yang mengganggu orang yang sedang
berjalan, baik berupa batu, duri, barang bekas, sampah, dan sesuatu yang
berbau tak sedap atau semisalnya. Iman merupakan perpaduan antara aqidah
dengan syariah atau perpaduan keyakkinan dan amal dan perbuatan, tetapi
jika tidak melaksanakan ketentuan Allah dan Rosul-Nya maka orang itu
belum bisa dikatatakan beriman.
Rasulullah SAW bersabda “iman lebih dari 70 atau 60 cabang, paling
utamanya perkataan dan yang paling rendahnya menyingkirkan gangguan
dari jalan, dan malu merupakan cabang dari keimanan.” Riwayat (HARI
Muslim:35, Abu Dawud:4676, Tirmidzi:2614). Adapun cakupan dan
jenisnya, keimanan mencakup seluruh bentuk amal kebaikan yang kurang
lebih ada 73 cabang. Karna itu Allah menggolongkan dan menyebut ibadah
sholat dengan sebutan iman dalam firmanya, “Dan Allah tidak akan menyia-
nyiakan imanmu” (QS Al-baqorah: 143) para ahli tafsir menyatakan, yang
dimaksud imanmu adalah sholatmu tatkala engkau menghadap kearah baitul
maqdis, karena sebelum turun perintah solat menghadap ke baitullah
(ka’bah) para sahabat menghadap kebaitul maqdist.
Iman kepada Allah adalah mempercayai bahwa dia itu maujud (ada) yang
disifati dengan sifat-sifat keagungan dan kesempurnaan, yang suci dari sifat-
sifat kekurangan. Dia maha esa, maha benar, tempat bergantung para
makhluk, tunggal (tidak ada yang setara dengan dia), pencipta segala
mahkluk, yang melakukan segala dikehendakinya. Dan mengajarkan dalam
kerajaanya apa yang dikehendakinya. Beriman kepada Allah juga bisa
diartikan, berikrar dengan macam-macam tauhid yang tiga serta beriktikad
(berkeyakinan) dan beramal dengannya yaitu tauhid rububiyyah, tauhid
uluhiyyah dan tauhid Al-asma’ wa ash shifaat.
Iman kepada Allah mengandung 4 unsur :
1. Beriman akan adanya allah. mengimani adanya allah ini bisa di
buktikan dengan :
a. Bahwa manusia mempunyai fitrah mengimani adanya Tuhan
Tanpa harus di dahului dengan berpikir dan sebelumnya. Fitrah
ini tidak akan berubah kecuali ada sesuatu pengaruh lain yang
mengubah hatinya. Nabi SAW bersabda: “Apakah mereka
diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan
(diri mereka sendiri)? “ (Q.S. Ath-Thur:35). Maksudnya tidak
mungkin mereka tercipta tanpa ada yang menciptakan dirinya
sendiri. Berarti mereka pasti ada yang menciptakan, Yaitu allah
yang maha suci.
b. Adanya kitab-kitab samawi
Yang membicarakan tentang adanya allah.demikian hukum
serta aturan dalam kitab-kitab tersebut yang yang mengatur
kehidupan demi kemaslahatan manusia menunjukkan bahwa
kita-kitab tersebut berasal dari Tuhan yang Maha Esa.
c. Adanya orang-orang yang dikabulkan doa nya
Di tolongnya orag-orang yang sedang mengalami kesulitan, ini
menjadi bukti-bukti kuat adanya Allah
d. Adanya tanda-tanda ke nabiannya seorang utusan yang
dinamakan mukjizat
Suatu bukti kuat adanya dzat yang mengutus mereka yang tidak
lain mereka adalah Allah azza wa jalla. Firman Allah, “Lalu
kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan
tongkatmu”. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap berlahan
adalah seperti gunung yang besar” (QS. Asy-Syu’ara’: 63).
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
http://amrhy.blogspot.co.id/2011/10/makalah-keimanan-dan-
ketakwaan.htmlhttp://mdwimartasade4wo.blog.com/2012/11/04/makalah-
keimanan-dan-ketakwaan/https://googleweblight.com/?lite_url=https://
zafriadihistory.wordpress.com/2015/02/16/iman-dan-taqwa-dalam-agama-
islamhttps://googleweblight.com/?