Disusun Oleh :
I
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME karena berkat rahmat dan
karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang disusun untuk memenuhi
tugas konsep dasar keperawatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Terima kasih kami sampaikan kepada dosen bidang studi yang telah memberikan
kesempatan bagi kami untuk mengerjakan tugas makalah ini,sehingga kami menjadi lebih
mengerti dan memahami tentang materi “Teori Model Keperawatan Betty Neuman,
Leininger dan Majory Gordon”. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar
besarnya kepada seluruh pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung telah
membantu dalam upaya penyelesaian makalah ini baik mendukung secara moril dan materil.
Terima kasih
Penyusun
II
DAFTAR ISI
COVER I
KATA PENGANTAR II
DAFTAR ISI III
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 RUMUSAN MASALAH 1
1.3 TUJUAN 2
1.4 MANFAAT 2
BAB 2 PEMBAHASAN 3
BAB 3 PENUTUP 17
3.1 KESIMPULAN 17
3.2 SARAN 17
DAFTAR PUSTAKA 18
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan langsung baik kepada individu, keluarga, dan
masyarakat. Sebagai salah satu tenaga profesional, keperawatan menjalankan dan
melaksanakan kegiatan praktek keperawatan dengan menggunakan ilmu pengetahuan
dan teori keperawatan yang dapat dipertanggung jawabkan. Dimana ciri sebagai
profesi adalah mempunyai body of knowledge yang dapat diuji kebenarannya serta
ilmunya dapat diimplementasikan kepada masyarakat langsung.
Perawat dalam mempratikan keperawatannya harus memperhatikan budaya
dan keyakinan yang dimiliki oleh klien, sebagaimana yang disebutkan oleh Teori
Model Keperawatan Betty Neuman, Leininger dan Majory Gordon bahwa teori model
ini memiliki tujuan yaitu menyediakan bagi klien pelayanan spesifik secara kultural.
Untuk memberikan asuhan keperawatan dengan budaya tertentu, perlu
memperhitungkan tradisi kultur klien, nilai-nilai kepercayaan ke dalam rencana
perawatan.
Berdasarkan latar belakang di atas kami membuat makalah mengenai
penerapan Teori Model Keperawatan Betty Neuman, Leininger dan Majory Gordon.
Hal ini ditujukan supaya lebih memahami Teori Model Keperawatan Betty Neuman,
Leininger dan Majory Gordon dalam praktek keperawatan, agar perawat mampu
melakukan pelayanan kesehatan peka budaya kepada klien menjadi lebih baik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Teori model keperawatan Betty Neuman?
2. Bagaimana Teori model keperawatan Leininger?
3. Bagaimana Teori model keperawatam Majory Gordon?
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami Teori model keperawatan Betty Neuman.
2. Untuk mengetahui dan memahami Teori model keperawatan Leininger.
3. Untuk mengetahui dan memahamu Teori model Majory Gordon.
D. Manfaaat
1. Pembaca dapat mengetahui dan memahami Teori model keperawatan Betty
Neuman.
2. Pembacaa dapat mengetahui dan memahami Teori model keperawatan Leininger.
3. Pembaca dapat mengetahui dan memahamu Teori model Majory Gordon.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
b. Konsep Utama dan Defenisi Teori Model
Neuman menggunakan sejumlah orang untuk melakukan pendekatan yang
termasuk dalam konsep mayor menurutnya adalah :
1. Tekanan
Rangsangan yang timbul diakibatkan kondisi sekitar pandangan Neuman
tentang tekanan yaitu :
a. Intar Personal : Secara individu atau perorangan.
b. Inter Personal : Antara individu yang satu dengan individu yang lain
lebih dari satu.
c. Ekstra Personal : Di luar individu
2. Struktur Pokok Sumber Energi
Merupakan penggerak untuk melakukan aktivitas.
3. Tingkat Ketahanan
Merupakan faktor internal untuk menghadapi tekanan.
4. Garis Normal Pertahanan
Tingkatan kemampuan adaptasi individu untuk menghadapi tekanan di batas
normal.
5. Gangguan Pertahanan
Kerusakan sistem pertahanan tubuh oleh dan akibat dari tekanan.
6. Tingkat Reaksi
Tindakan yang muncul akibat dari pengaruh tekanan.
7. Intervensi
Identifikasi tindakan sebagai akibat dari reaksi yang timbul.
8. Tingkat-Tingkat Pencegahan
Dibagi menjadi :
a. Pencegahan primer: Sebelum terjadi tindakan
b. Pencegahan sekunder: Ketika terjadi tindakan
c. Pencegahan tersier: Adaptasi atau pengaruh kerusakan
9. Penyesuain Kembali
Adaptasi dari tindakan yang berasal dari sekitar baik interpersonal. Intra
personal dan ekstra personal.
Faktor yang perlu di perhatikan adalah :
4
a. Fisiologi individu.
b. Psikologi individu
c. Sosial kultural
d. Perkembangan individu
c. Asumsi Teori Model Neuman
Asumsi yang dikemukakan oleh Betty Neuman dalam memberikan respon
terhadap tekanan yaitu :
1. Manusia
Merupakan suatu sistem terbuka yang selalu mencari keseimbangan dari
harmoni dan merupakan satu kesatuan dari fisiologis, psikologis,
sosiokultural, perkembangan dan spiritual.
2. Lingkungan
Yaitu meliputi semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh-pengaruh
dari sekitar klien atau sistem klien.
3. Sehat
Suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan sehat
merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan
menghindari atau mengatasi stressor.
d. Pernyataan Teori Sistem Model Neuman
Teori model Neuman menggambarkan partisipasi aktif perawat terhadap klien
dengan tingkatan yang menyangkut bermacam-macam pengaruh terhadap respon
klien akibat tekanan atau stress.Klien dalam hubungannya timbal balik dengan
lingkungan sekitarnya selalu membuat keputusan yang menyangkut hal atau
sesuatu yang akan berakibat kepadanya.
Ada 4 faktor yang merupakan konsep mental klien :
1. Individu atau pasien itu sendiri
2. Lingkungan sekitarnya
3. Kesehatan
4. Pelayanan
e. Bentuk Logika Teori Model Neuman
Bentuk Neuman menggunakan logika deduktif dan induktif dalam
mengembangkan teori modelnya yang telah dipertimbangkan terlebih dahulu.
Betty Neuman menemukan teori modelnya dari berbagai teori dan disiplin ilmu.
5
Teori ini juga merupakan hasil dari pengamatan dan pengalaman selama ia
bekerja dipusat kesehatan mental keperawatan.
6
Sehat Adalah keadaan baik. Sehat adalah suatu titik yang bergerak
pada rentang negentrophy paling besar ke entrophy maksimum. Saat
semua bagian pada klien berada dalam keadaan harmonis atau seimbang
ketika semua dibutuhkan untuk bertemu, kesehatan optimal tercapai.
kesehatan adalah juga energi.
Manusia terdiri dari Fisiologi, psikologis, sosiokultural, perkembangan
dan spiritual. Diwakili untuk struktur sentral, garis pertahanan dan garis
perlawanan. Klien adalah manusia yang diancam atau diserang oleh
stressor lingkungan. Lingkungan adalah semua faktor internal dan
eksternal yang mempengaruhi klien dan system klien. Tiga type
lingkungan yang telah diidentifikasi ; internal, eksternal dan , lingkungan
yang diciptakan. Stressor adalah bagian dari lingkungan, lingkungan
internal berisi dalam batas system klien. Lingkungan eksternal berisi
kekuatan-kekuatan diluar system klien. Lingkungan yang diciptakan
merupakan mobilisasi yang tidak disadari klien terdiri dari struktur
komponen-komponen sebagai faktor energi, stabilitas dan integritas.
2.2 Teori Model Keperawatan Leininger
7
anak secara memadai. Pengalaman tersebut, mendorong Leininger untuk menempuh
pendidikan doktoral dalam bidang antropologi. Awalnya dia menulis pada akhir tahun
1970. Tulisannya ini berfokus membahas caring dan transcultural nursing. Dia
melanjutkan untuk menulis mengenai permasalahan tersebut. Namun sebelumnya dia
telah mempublikasikan teori mengenai caring dalam keanekaragaman budaya dan
universalitas.
8
kesejahteraannya, memperbaiki kondisi kesehatan, menangani penyakit, cacat,
atau kematian.
3. Diversity
Keanekaragaman dan perbedaan persepsi budaya, pengetahuan, dan adat
kesehatan, serta asuhan keperawatan.
4. Universality
Kesamaan dalam hal persepsi budaya, pengetahuan praktik terkait konsep sehat
dan asuhan keperawatan.
5. Worldview
Cara seseorang memandang dunianya
6. Ethnohistory
Fakta, peristiwa, kejadian, dan pengalaman individu, kelompok, budaya, lembaga,
terutama sekelompok orang yang menjelaskan cara hidup manusia dalam sebuah
budaya dalam jangka waktu tertentu.
9
a. Merupakan perspektif teori yang bersifat unik dan kompleks, karena tidak kaku
memandang proses keperawatan. Bahwa kebudayaan klien juga sangat patut
diperhatikan dalam memberikan asuhan.
b. Pengaplikasiannya memaksimalkan teori keperawatan lain, seperti Orem, Virginia
Henderson, dan Neuman.
c. Teori transkultural ini dapat mengarahkan perawat untuk membantu klien dalam
mengambil keputusan, guna meningkatkan kualitas kesehatannya.
d. Mengatasi berbagai permasalahan hambatan budaya yang sering ditemukan saat
melakukan asuhan keperawatan.
10
terhadap pasien merupakan salah ekspresi dari sifat caring dan memperikan
sumbangsih pada pengetahuan tentang perawatan peka budaya.
Tujuan dari kajian kedua adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis
ekspresi dari pelaksaan sifat caring warga Anglo Amerika dan Afrika Amerika
dalam sift caring jangka panjang dengan menggunakan metode ethonursing
kualitatif. Data dikumpulkan dari 40 orang partisipan, termasuk di dalamnya
adalah para penduduk Anglo Amerika dan Afrika Amerika, staf keperawatan,
serta penyedia pelayanan. pemelihara gaya hidup preadmission, perawatan yang
profesional dan memuaskan bagi penduduk, perbedaan yang besar antara
appartemen dengan rumah para penduduk, dan sebuah lembaga kebudayaan yang
mencerminkan motif dan pelaksanaan keperawatan. Penemuan ini berguna bagi
masyarakat dan para staf profesional untuk mengembangkan teori culture care
diversity and universality.
b. Edukasi (Education)
Dimasukannya keanekaragaman budaya dalam kurikulum pendidikan
keperawatan bukan merupakan hal yang baru. Keanekaragaman budaya atau
dalam dunia keperawatan mulai diintegrasikan ke dalam kurikulum keperawatan
pada tahun 1917, saat komite kurikulum dari National League of Nursing (NLN)
mempublikasikan sebuah panduan yang berfokus pada ilmu sosiologi dan isu
sosial yang sering dihadapi oleh para perawat. Kemudian, tahun 1937 komite
NLN mengelompokan latar belakang budaya ke dalam panduan untuk mengetahui
reaksi seseorang terhadap rasa sakit yang dimilikinya.
Promosi kurikulum pertama tentang Transcultural Nursing dilaksanakan
antara tahun 1965-1969 oleh Madeleine Leininger. Saat itu Leininger tidak hanya
mengembangkan Transcultural Nursing di bidang kursus. Tetapi juga mendirikan
program perawat besama ilmuwan Ph-D, pertama di Colorado School of Nursing.
Kemudian dia memperkenalkan teori ini kepada mahasiswa pascasarjana pada
tahun 1977. Ada pandangan, jika beberapa program keperawatan tidak mengenali
7 pengaruh dari perawatan peka budaya, akan berakibat pelayanan yang diberikan
kurang maksimal. Teori Leininger memberikan pengaruh yang sangat besar dalam
proses pembelajaran keperawatan yang ada di dunia. Namun, Leinginger merasa
khawatir beberapa program menggunkannya sebagai fokus utama. Karena saat ini
pengaruh globalisasi dalam pendidikan sangatlah signifikan dengan presentasi dan
konsultasi di setiap belahan dunia.
11
Di Indonesia sendiri, sangat penting untuk menerapkan teori transcultural
nursing dalam sistem pendidikannya. Karena kelak, saat para perawat berhadapan
langsung dengan klien, mereka tidak hanya akan merawat klien yang mempunyai
budaya yang sama dengan dirinya. Bahkan, mereka juga bisa saja menghadapi
klien yag berasal dari luar negara Indonesia.
c. Kolaborasi (Colaboration)
Asuhan keperawatan merupakan bentuk yang harus dioptimalkan dengan
mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan
untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu,
kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu
yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi .
Dalam mengaplikasikan teori Leininger di lingkungan pelayanan kesehatan
memerlukan suatu proses atau rangkaian kegiatan sesuai dengan latar belakang
budaya klien. Hal ini akan sangat menunjang ketika melakukan kolaborasi dengan
klien, ataupun dengan staf kesehatan yang lainnya. Nantinya, pemahaman
terhadap budaya klien akan diimplentasikan ke dalam strategi yang digunakan
dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Strategi ini merupakan strategi
perawatan peka budaya yang dikemukakan oleh Leininger, antara lain adalah :
a) Strategi I, Perlindungan/mempertahankan budaya. Mempertahankan
budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan.
Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-
nilai yang relavan, misalnya budaya berolah raga setiap pagi.
b) Strategi II, Mengakomodasi/negosiasi budaya. Intervensi dan
implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien
beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan
budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien
sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan
dapat diganti dengan sumber protein hewani atau nabati lain yang nilai
gizinya setara dengan ikan.
c) Strategi III, Mengubah/mengganti budaya klien Restrukturisasi budaya
klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan.
Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya
12
merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya
yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.
d. Pemberi Perawatan (Care Giver)
Perawat sebagai care giver diharuskan memahami konsep teori Transcultural
Nursing. Karena, bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan
terjadinya cultural shock atau culture imposition. Cultural shock akan dialami oleh
klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan
perbedaan nilai budaya. Culture imposition adalah kecenderungan tenaga
kesehatan (perawat), baik secara diam maupun terangterangan memaksakan nilai
budaya, keyakinan, dan kebiasaan/perilaku yang dimilikinya pada individu,
keluarga, atau kelompok dan budaya lain karena mereka meyakini bahwa
budayanya lebih tinggi dari pada budaya kelompok lain.
Contoh kasus, seorang pasien penderita gagal ginjal memiliki kebiasaan selalu
makan dengan sambal sehingga jika tidak ada sambal pasien tersebut tidak mau
makan. Ini merupakan tugas perawat untuk mengkaji hal tersebut karena ini
terkait dengan kesembuhan dan kenyamanan pasien dalam pemberian asuhan
keperawatan. Ada 3 cara melaksanakan tindakan keperawatan yang memiliki latar
budaya atau kebiasaan yang berbeda. Dalam kasus ini berarti perawat harus
mengkaji efek samping sambal terhadap penyakit gagal ginjal pasien, apakah
memberikan dampak yang negatif atau tidak memberikan pengaruh apapun. Jika
memberikan dampak negatif tentunya sebagai care giver perawat harus
merestrukturisasi kebiasaan pasien dengan mengubah pola hidup pasien dengan
hal yang membantu penyembuhan pasien tetapi tidak membuat pasien merasa
tidak nyaman sehingga dalam pemberian asuhan keperawatan.
Pemahaman budaya klien oleh perawat sangat mempengaruhi efektivitas
keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya
sehingga tidak akan terjadi hubungan terapeutik.
e. Manajemen
Dalam pengaplikasiannya di bidang keperawatan Transcultural Nursing bisa
ditemukan dalam manajemen keperawatan. Diantaranya ada beberapa rumah sakit
yang dalam memberikan pelayanan menggunakan bahasa daerah yang digunakan
oleh pasien. Hal ini memugkinkan pasien merasa lebih nyaman, dan 9 lebih dekat
dengan pemberi pelayanan kesehatan. Bisa saja, tidak semua warga negara
13
Indonesia fasih dan nyaman menggunakan bahasa Indonesia. Terutama bagi
masyarakat awam, mereka justru akan merasa lebih dekat dengan pelayanan
kesehatan yang menggunakan bahasa ibu mereka. Hal ini dikarena nilai-nilai
budaya yang dipegang oleh tiap orangnya masih cukup kuat.
f. Sehat dan Sakit
Leininger menjelaskan konsep sehat dan sakit sebagai suatu hal yang sangat
bergantung, dan ditentukan oleh budaya. Budaya akan mempengaruhi seseorang
mengapresiasi keadaan sakit yang dideritanya.
Apresiasi terhadap sakit yang ditampilakan dari berbagai wilayah di Indonesia
juga beragam. Contohnya, Si A, yang berasal dari suku Batak mengalami
influenza disertai dengan batuk. Namun, dia masih bisa melakukan aktivitas
sehari-harinya secara normal. Maka dia dikatakan tidak sedang sakit. Karena di
Suku Batak, seseorang dikatakan sakit bila dia sudah tidak mampu untuk
menjalankan aktivitasnya secara normal.
14
Menggambarkan pola latihan,aktivitas,fungsi pernafasan dan sirkulasi. Pentingnya
latihan/gerak dalam keadaan sehat dan sakit,gerak tubuh dan kesehatan berhubungan
satu sama lain
Kemampuan klien dalam menata diri apabila tingkat kemampuan
1. mandiri,
2. Dengan alat bantu,
3. Dibantu orang lain,
4. Dibantu orang dan alat
5. Tergantung dalam melakukan ADL,kekuatan otot dan Range Of Motion, riwayat
penyakit jantung, frekuensi,irama dan kedalam nafas,bunyi nafas riwayat
penyakit paru,
5. Pola Kognitif Perseptual
Menjelaskan Persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori meliputi pengkajian
fungsi penglihatan,pendengaran,perasaan,pembau dan kompensasinya terhadap tubuh.
Sedangkan pola kognitif didalamnya mengandung kemampuan daya ingat klien
terhadap persitiwa yang telah lama terjadi dan atau baru terjadi dan kemampuan
orientasi klien terhadap waktu,tempat, dan nama (orang,atau benda yang lain).
Tingkat pendidikan,persepsi nyeri dan penanganan nyeri,kemampuan untuk
mengikuti, menilai nyeri skala 0-10,pemakaian alat bantu dengar,melihat,kehilangan
bagian tubuh atau fungsinya, tingkat kesadaran, orientasi pasien, adakah gangguan
penglihatan,pendengaran, persepsi sensori (nyeri),penciuman dll.
6. Pola Istirahat-Tidur
Menggambarkan Pola Tidur,istirahat dan persepasi tentang energy.
Jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia atau mimpi
buruk, penggunaan obat, mengeluh letih.
7. Pola Konsep Diri-persepsi Diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan.
Kemampuan konsep diri antara lain gambaran diri, harga diri, peran, identitas dan ide
diri sendiri. Manusia sebagai system terbuka dimana keseluruhan bagian manusia
akan berinteraksi dengan lingkungannya. Disamping sebagai system terbuka,
manuasia juga sebagai mahkluk bio-psiko-sosio-kultural spriritual dan dalam
pandangan secara holistic. Adanya kecemasan, ketakutan atau penilaian terhadap diri.,
dampak sakit terhadap diri, kontak mata, asetif atau passive, isyarat non
verbal,ekspresi wajah, merasa taj berdaya,gugup/relaks
15
8. Pola Peran dan Hubungan
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap anggota
keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien
Pekerjaan,tempat tinggal, tidak punya rumah, tingkah laku yang passive/agresif
teradap orang lain,masalah keuangan dll
9. Pola Reproduksi/Seksual
Menggambarkan kepuasan atau masalah yang actual atau dirasakan dengan
seksualitas.
Dampak sakit terhadap seksualitas, riwayat haid,pemeriksaan mamae sendiri, riwayat
penyakit hub sex,pemeriksaan genital
10. Pola Pertahanan Diri (Coping-Toleransi Stres )
Menggambarkan kemampuan untuk menanngani stress dan penggunaan system
pendukung.
Penggunaan obat untuk menangani stress,interaksi dengan orang terdekat, menangis,
kontak mata,metode koping yang biasa digunakan,efek penyakit terhadap tingkat
stress
11. Pola Keyakinan Dan Nilai
Menggambarkan dan Menjelaskan pola nilai,keyakinan termasuk spiritual.
Menerangkan sikap dan keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang dipeluk
dan konsekuensinya.
Agama, kegiatan keagamaan dan buadaya,berbagi denga orang lain,bukti
melaksanakan nilai dan kepercayaan, mencari bantuan spiritual dan pantangan dalam
agama selama sakit.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara garis besar teori sistem model Neuman mengemukakan bahwa dalam
memberikan tindakan keperawatan terhadap klien atau pasien yang mengalami stress
(gangguan mental) perawatan harus melaksanakan pendekatan-pendekatan perorangan
secara total dengan memperhatikan faktor-faktor Tekanan, Struktur pokok sumber
energi, Struktur ketahanan, Garis normal pertahanan, Gangguan ketahanan, Intervensi,
Tingkat-tingkat pencegahan, Penyusunan kembali.
Garis besar teori Leininger adalah tentang culture care diversity dan universality,
atau yang lebih dikenal dengan transcultural nursing. Berfokus pada nilai-nilai budaya,
kepercayaan, dan pelayanan kesehatan berbasis budaya, serta di dalam teorinya
membahas khusus culture, culture care, diversity, universality, worldview, ethnohistory.
Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah mengembangkan sains dan pohon
keilmuan yang humanis, sehingga tercipta praktik keperawatan pada kebudayaan yang
spesifik dan universal . Dalam teori ini terdapat beberapa kelebihan dan juga kekurangan
yang perlu diperbaiki dan dipertahankan. Selain itu teori ini juga dapat diterapkan dalam
berbagai bidang/aspek diantaranya bidang riset, edukasi, kolaborasi, pemberi perawatan,
manajemen, dan sehat sakit.
Garis Besar Teori Gordon adalah suatu metode yang digunakan untuk
mengidentifikasi dan memecahkan masalah. Dalam Alfaro-LeFevre (1994), proses
keperawatan adalah pengorganisasian, metode sistematik yang berorientasikan tujuan,
serta perawatan humanistik yang efisien dan efektif. Jadi dapat disimpulkan bahwa
proses keperawatan adalah kerangka berfikir yang digunakan perawat untuk
melaksanakan fungsi dan tanggung jawabnya secara mandiri dalam membuat asuhan
17
yang berfokus kepada kebutuhan pasien. Tujuan proses keperawatan secara umum
adalah untuk membuat kerangka konsep sesuai dengan kebutuhan pasien yang
memfasilitasi tercapainya kualitas kehidupan yang maksimal.
3.2 Saran
Demikianlah makalah yang kami buat, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Apabila ada kritik dan saran yang sifatnya membangun, maka sampaikanlah
kepada kami. Apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan kami selaku
penyusun mohon maaf dan semoga pembaca dapat memakluminya.
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, Betty M & Pamela B. Webber. 2005. Theory and Reasoning in Nursing. Virginia:
Wolters Kluwer
Sagar, Priscilla Limbo. 2014.Transculural Nursing Education Strategies. United States:
Spinger Publishing Company.
George, J.B. 1995. Nursing Theories. 4th ed. New Jersey: Prentice Hall.
Aplikasi Teori Transcultural Nursing dalam Proses Keperawatan oleh Rahayu Iskandar, Ners,
M.Kep. Diperoleh, 19 Februari 2015, dari,
https://www.academia.edu/5611692/Aplikasi_Leininger
Merriner, Ann. 1986. Nursing Theory and Their Work. Masby Company.
Mubarak, Iqbal Wahit. 2005. Pengantar Keperawatan Komonitas 1. Cv Sagung Seto.Jakarta.
Perry and Potter. Fundamental Keperawatan. EGC.
Lim Awim, Rabu, 17 Oktober 2007. Teori dan Model Konseptual dalam Keperawatan,
18