Anda di halaman 1dari 29

REFERAT

MIOMA UTERI

Pembimbing
dr. Yahlenadiharty, Sp.OG

Oleh
Desy Pustika Sari
FAA 114 049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA
2019

Mioma Uteri 1
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Desy Pustika Sari

NIM : FAA 114 049

Universitas : Universitas Palangka Raya

Program Studi : Program Studi Pendidikan Dokter

Periode : Maret-Mei 2019

Judul Makalah : Mioma Uteri

Pembimbing : dr. Yahlenadiharty, Sp.OG

TELAH DIPERIKSA DAN DISAHKAN TANGGAL:

Pembimbing

dr. Yahlenadiharty, Sp.OG

Mioma Uteri 2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya, referat yang berjudul “Mioma Uteri” ini akhirnya dapat
diselesaikan.

Referat ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam kepaniteraan
klinik di bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan di RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya periode Maret hingga Mei 2019.

Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada dr.
Yahlenadiharty, Sp.OG selaku pembimbing utama saya serta kepada dr. Sigit
Nurfianto, Sp.OG(K), dr. Rully P. Adhie, Sp.OG, M.Si.Med, dr. Mikko U.
Ludjen, Sp.OG, M.Kes dan dr. Ida Bagus Wicaksana, Sp.OG yang juga turut
membimbing dan membantu saya dalam penyusunan referat ini.

Referat ini disusun dengan kemampuan yang terbatas dan masih banyak
kekurangan, untuk itu saya mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan dan kesempurnaan Referat ini. Semoga Referat ini
dapat bermanfaat untuk kita semua.

Palangka Raya,

Desy Pustika Sari


FAA 114 049

Mioma Uteri 3
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ......................................................................................... ii


Kata Pengantar ................................................................................................. iii
Daftar Isi .......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
I.2. Tujuan ......................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Definisi Mioma Uteri.................................................................. 2
II.2. Klasifikasi Mioma Uteri ............................................................. 3
II.3. Etiologi........................................................................................ 5
II.4. Faktor Risiko............................................................................... 6
II.5. Patogenesis.................................................................................. 8
II.6. Patofisiologi................................................................................. 9
II.7. pPatologi...................................................................................... 10
II.8. Gambaran Klinis.......................................................................... 10
II.9. Penegakkan Diagnosis................................................................. 13
II.10. Tatalaksana.................................................................................. 15
II.11. Komplikasi.................................................................................. 22
BAB III. PENUTUP
III.1. Kesimpulan ................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 25

Mioma Uteri 4
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Pendahuluan

Mioma uteri merupakan tumor jinak yang struktur utamanya adalah otot
polos rahim. Mioma uteri terjadi pada 20%-25% perempuan di usia reproduktif,
tetapi oleh faktor yang tidak diketahui secara pasti. Insidensnya 3-9 kali lebih
banyak pada ras kulit berwarna dibandingkan dengan ras kulit putih. Selama 5
dekade terkahir, ditemukan 50% kasus mioma uteri terjadi pada ras kulit
berwarna.1

Penyebab pasti mioma uteri tidak diketahui. Mioma jarang sekali


ditemukan pada usia pubertas, sangat dipengaruhi oleh hormon reproduksi, dan
hanya bermanifestasi selama usia reproduktif. Umumnya mioma terjadi di
beberapa tempat. Pertumbuhan mikroskopik menjadi masalah utama dalam
penanganan mioma karena hanya tumor soliter dan tampak secara makroskopik
yang memungkinkan untuk ditangani dengan cara enukleasi. Ukuran rerata tumor
adalah 15 cm, tetapi cukup banyak yang melaporkan kasus moima uteri dengan
berat mencapai 45 kg.1

Walaupun seringkali asimtomatik, gejala yang mungkin ditimbulkan


sangat bervariasi, seerti metroragia, nyeri, menoragia, hingga infertilitas.
Perdarahan hebat disebabkan oleh mioma uteri merupakan indikasi utama
histerektomi di Amerika Serikat. Masalah lain terkait dengan asimtomtik mioma
adalah mengabaikan pemeriksaan lanjutan dari spesimen hasil enukleasi atau
histerektomi sehingga miosarkoma menjadi tidak dikenali.1

I.2. Tujuan

Diharapkan melalui tulisan ini, kasus mioma uteri dapat terdiagnosis


sehingga tatalaksana dapat diberikan dengan tepat. Pada akhirnya morbiditas,
mortalitas dan komplikasi dapat dikurangi.

Mioma Uteri 5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Uterus terdiri dari tiga lapisan, yaitu endometrium, miometrium, dan


lapisan peritoneum viseral atau serosa. Hormon menjadi prekursor pertumbuhan
moimatosa. Konsentrasi reseptor estrogen dalam jaringan mioma memang lebih
tinggi dibandingkan dengan miometrium sekitarnya tetapi lebih rendah dengan di
endometrium. Mioma uteri tumbuh cepat saat penderita hamil atau terpapar
estrogen dan mengecil atau menghilang setelah menopause. Walaupun
progesteron dianggap sebagai penyeimbang estrogen tetapi efeknya terhadap
pertumbuhan mioma termasuk tidak konsisten.1

II.1. Definisi Mioma Uteri

Secara umum uterus mempunyai 3 lapisan jaringan, yaitu lapisan terluar


perimetrium, lapisan tengah miometrium dan lapisan dalam adalah endometrium.
Miometrium adalah lapisan yang paling tebal dan merupakan otot polos berlapis
tiga, yang sebelah luar longitudinal, yang sebelah dalam sirkuler, yang di antara
ke dua otot ini beranyaman.1

Berdasarkan dasar topografi, histokimia, dan respon terhadap steroid


gonad, submukosa mioma berasal dari juctional zone (JZ) miometrium. Ketebalan
JZ berubah selama siklus menstruasi, miosit JZ menunjukan perubahan siklik
resptor estrogen dan progesteron. Ekspresi reseptor estrogen dan progesteron lebih
tinggi pada bagian submukosa dibandingkan subserosa.2

Tumor jinak yang berasal dari sel otot polos miometrium disebut
leiomioma. Tetapi karena tumor ini berbatas tegas maka sering disebut sebagai
fibroid. Mioma uteri adalah tumor jinak yang mengandung sel-sel otot polos dan
jaringan ikat. Umumnya berlokasi pada korpus uteri, hanya 1-3% pada serviks.
Neoplasma jinak ini mempunyai banyak nama seperti fibromioma, leiomioma,
fibroid atau pun mioma uteri.1,2,3

Mioma Uteri 6
Walaupun mioma tidak mempunyai kapsul yang sesungguhnya, tetapi
jaringannya dengan sangat mudah dibebaskan dari miometrium sekitarnya
sehingga mudah dikupas (enukleasi). Mioma berwarna lebih pucat, relatif bulat,
kenyal, berdinding licin, dan apabila dibelah bagian dalamnya akan menonjol
keluar sehingga mengesankan bahwa permukaan luarnya adalah kapsul.1

II.2. Klasifikasi Mioma Uteri

Mioma uteri berasal dari miometrium. Berdasarkan lokasinya, mioma dibagi atas
3 jenis yakni:1,3

1. Mioma submukosa: berada di bawah lapisan endometrium dan menonjol


ke dalam cavum uteri. Vaskularisasi dan luas permukaan endometrium
menyebabkan terjadinya perdarahan ireguler. Mioma jenis ini dapat
bertangkai dan keluar melalui ostium serviks (myoma geburt). Yang harus
diperhatikan dalam menangani adalah kemungkinan terjadinya torsio dan
nekrosis sehingga risiko infeksi sangatlah tinggi.
Tumor submukosa dihubungkan dengan perdarahan abnormal vagina atau
distorsi rongga uteri yang dapat menyebabkan keguguran dan infertilitas.
Jarang ditemukan mioma submukosa membesar dan menjadi bertangkai.
Bila sampai terjadi uterus akan berusaha mengeluarkannya dan kemudian
mioma akan prolaps dan menonjol melalui serviks eksternal.4
2. Mioma intramural: berada dalam dinding uterus di antara serabut
miometrium.
3. Mioma subserosa: mioma yang tumbuh di bawah lapisan serosa uterus dan
dapat bertumbuh ke arah luar dan juga bertangkai. Mioma jenis ini dapat
menjadi parasit omentum atau usus untuk vaskularisasi tambahan bagi
pertumbuhannya.
Pertumbuhan mioma ke arah lateral dari uterus akan menghasilkan mioma
ligamentum luas. Gambaran klinis dari perluasan ligamen mioma adalah
kesulitan untuk membedakannya pada pemeriksaan pelvis dari tumor
ovarium solid. Ligamen yang besar dan luas dapat menyebabkan

Mioma Uteri 7
hidroureter. Mioma subserosa akan memberikan kontur yang menonjol
pada saat pemeriksaan pelvis.4

Gambar lokasi Mioma Uteri5

Bila terjadi perubahan pasokan darah selama pertumbuhan, maka mioma dapat
mengalami perubahan sekunder atau degeneratif sebagai berikut:1

1. Degenerasi jinak
- Atrofi: ditandai dengan pengecilan tumor yang umumnya terjadi setelah
persalinan atau menopause.
- Hialin: terjadi pada mioma yang telah matang atau tua di mana bagian
yang semula aktif tumbuh kemudian terhenti akibat kehilangan pasokan
nutrisi dan berubah warnanya menjadi kekuningan, melunak atau melebur
menjadi cairan gelatin sebagai tanda terjadinya degenerasi hialin.
- Setelah mengalami hialinisasi, hal tersebut berlanjut dengan cairnya
gelatin pada bagian tersebut dapat menyebabkan keluarnya ciran kista ke
kavum uteri, kavum peritoneum, atau retroperitoneum.
- Kalsifikasi: disebut juga degenerasi kalkareus yang umumnya mengenai
mioma subserosa yang sangat rentan terhadap defisit sirkulasi yang dapat
menyebabkan pengendapan kalsium karbonat dan fosfor di dalam tumor.

Mioma Uteri 8
- Septik: defisit sirkulasi dapat menyebabkan mioma mengalami nekrosis di
bagian tengah tumor yang berlanjut dengan infeksi yang ditandai dengan
nyeri, kaku dinding perut, dan demam akut.
- Kaneus: disebut juga degenerasi merah yang diakibatkan oleh trombosis
yang diikuti dengan terjadinya bendungan vena dan perdarahan sehingga
menyebabkan perubahan warna mioma. Degenerasi ini sering terjadi
selama kehamilan karena kecepatan pasokan nutrisi bagi hipertrofi
miometrium lebih di prioritaskan sehingga mioma mengalami defisit
pasokan dan terjadi degenerasi aseptik dan infark. Degenerasi ini disertai
rasa nyeri tetapi akan menghilang sendiri. Terhadap kehamilan sendiri
dapat terjadi partus prematurus atau koagulasi diseminata intravaskuler.
- Miksomatosa: disebut juga degenerasi lemak terjadi setelah proses
degenerasi hilain dan kistik. Degenerasi ini sangat jarang dan umumnya
asimtomatik.
2. Degenerasi ganas
- Transformasi ke arah keganasan: (menjadi miosarkoma) terjadi pada
0,1%-0,5% penderita mioma uteri.

II.3. Etiologi

Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti dari mioma uteri dan
diduga merupakan penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan
tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel
monoplastik tunggal. Sel tumor memiliki abnormalitas pada kromosom lengan 12
q13-15.6
Tidak ada bukti bahwa terjadi peningkatan sekresi estrogen, progestin,
atau androgen sebagai penyebab terbentuknya mioma uteri. Namun, jaringan
mioma mempunyai jumlah reseptor estrogen yang sama dengan keadaan normal,
akan tetapi jumlah reseptor progesteron lebih tinggi dibandingkan daerah lainnya. 7
kadar estrogen di dalam mioma lebih tinggi dari pada daerah lainnya dikarenakan
tingginya kadar aromatase yang mengkonversi androgen menjadi estrogen.
Rendahnya enzim yang digunakan untuk merubah estradiol menjadi estron

Mioma Uteri 9
ditemukan pada mioma. Akibatnya akumulasi estradiol akan meningkatkan
jumlah reseptor estrogen dan progesteron.
Growth factor yang diproduksi otot polos dan fibroblas mengontrol
proliferasi sel dan meunjukan stimulasi pertumbuhan mioma. Ekspresi berlebih
dari growth factor meningkatkan proliferasi mioma, meningkatkan sintesis DNA,
stimulasi sintesis matriks ekstraseluler, mitogenesis, atau mempromosikan
angiogenesis.
Mioma dapat menunjukkan neoplasma monoklonal, suatu kondisi dimana
mutasi genetik menjadi penyebabnya. Bentuk yang paling sering adalah
trnaslokasi antara kormosom 12 dan 14, delesi dari lengan pendek kromosom 7,
dan penyusunan ulang lengan panjang kromosom 6.6 Translokasi antara
kormosom 12 dan 14 menunjukkan ukuran tumor yang lebih besar, delesi dari
lengan pendek kromosom 7 sering ditemukan pada mioma yang lebih kecil.6
Sel miometrium menjadi neoplastik sebagai akibat dari interaksi kompleks
antara etnik, mutasi genetik, hormon seks steroid endogen, dan bentuk
reproduksi.6
II.4. Faktor risiko8
- Menarche
Wanita dengan mioma uteri sering terjadi pada wanita yang mendapat haid di
usia yang lebih muda. Siklus mentruasi yang didapat cepat akan meningkatkan
pertumbuhan mioma. Onset siklus mentruasi yang cepat akan meningkatkan
jumlah pembelahan sel miometrium selama tahun reproduktif, akan meningkatkan
pula terjadi mutasi genetik pada gen yang mengontrol proliferasi miometrium.
- Paritas
Kehamilan akan mengurangi waktu paparan terhadap estrogen, sedangkan
nulipara atau berkurangnya fertilitas dapat dihubungkan dengan siklus
anovulatorik karena paparan berlebihan estrogen.
- Usia
Meningkatnya usia menunjukan semakin tingginya angka fibrinoid pada uterus.
Diagnosis fibroid meningkat pada usia 40 tahun, bisa disebabkan karena

Mioma Uteri 10
meningkatnya growth hormon pada usia reproduktif akhir, faktor hormonal
perimenopause kemungkinan juga mempengaruhi.
- Menopause
Menurunnya risiko fibroid yang membutuhkan pembedahan dapat diakibatkan
oleh mengkerutnya tumor akibat paparan hormon tidak ada.
- Obesitas
Meningkatnya hormon estriol yang dibuat dari hormon kortisol pasien.
Meningkatnya aromatisasi androgen menjadi estrogen di lemak.
- Diet
Konsumsi banyak lemak meningkatkan risiko mioma sedangkan sayur bersifat
protektif terhadapnya. Sayuran mengandung fotiestrogen yang merupakan
selective estrogen receptor (SERM). Efek antiestrogenik melalui kompetisinya
menempati reseptor estrogen.
- Merokok
Ada yang menyebutkan berpengerung terhadap mioma dan tidak berpengaruh.
Meningkatnya 2 hidroxylation estradiol terjadi pada perokok, akan menurunkan
bioavilabilitas estrogen pada jaringan target. Androstenedion dan kortisol
meningkat pada wanita perokok post menopause. Meningkatkan aktivitas adrenal,
estradiol menjadi signifikan.
- Kontrasepsi oral
Penggunaan kontrasepsi oral menurunkan risiko mioma uteri. Efek protektifnya
dengan menghalangi paparan terhadap estrogen endogen karena efek estrogen di
dalamnya.
- Hormone Replacement Therapy (HRT)
Mencegah pengerutan mioma pada pasien postmenopause karena hormon
estrogen yang terkandung di dalamnya.
Menurunkan risiko9:
- Kehamilan
- Postmenopause
- Menggunakan kontrasepsi jangka lama
- Merokok

Mioma Uteri 11
- Menggunakan medroksiprogesteron asetat (depo-provera)
Meningkatkan risiko9:
- Usia ≥40 tahun
- Etnik kulit hitam
- Riwayat keluarga memiliki mioma uteri
- Nulipara
- Obesitas

II.5. Patogenesis
Penyebab mioma uteri tidak diketahui. Glukosa-6-fosfat dehidrogenase
menunjukkan asal dari mioma uteri adalah uniseluler, walaupun tidak ada bukti
bahwa estrogen adalah peyebab mioma, namun estrogen berperan dalam
pertumbuhan mioma. Mioma mengadung reseptor estrogen lebih banyak
dibandingkan daerah sekitar miomterium namun lebih rendah dibandingkan
endometrium. Progesteron meningkatkan aktivitas mitosis mioma pada wanita
muda. Progesteron dapat menyebabkan pembesaran tumor dengan menurunkan
apoptosis tumor. Estrogen berkontribusi membesarkan tumor melalui produksi
matriks ekstraseluler. Mioma uteri dapat meningkat ukurannya pada saat
kehamilan dan pemakaian kontrasepsi namun tidak selalu begitu. Ada spekulasi
bahwa pertumbuhan mioma dalam kehamilan berhubungan dengan aktivitas
estradiol dan hPL. Biasanya mioma berkurang saat menopause.5
Tiap tumor berkembang dari sel otot tunggal, yaitu sel otot progenitor,
monoklonal. Analisis sitogenesis menunjukkan mioma memiliki berbagai
abnormalitas kromosom. 20% abnromalitas akibat translokasi dari kromosom 12
dan 14. 17% melibatkan delesi kormosom 12. Region kromosom 12 dan 7
melibatkan gen yang mengatur pertumbuhan yang diinduksi protein dan sitokin,
termasuk transforming growth factor β (TGF-β) epidermal growth factor (EGF),
insulin-like growth factors (IGF) 1 and 2, dan platelet-derived growth factor
(PDGF). Sitokin ini lebih banyak ditemukan di daerah mioma dibandingkan
daerah sekitarnya. Transformasi normal miometrium menjadi mioma adalah hasil
dari mutasi somatik sel progenitor tunggal. Baik reseptor estrogen maupun

Mioma Uteri 12
progesteron ditemukan dalam konsentrasi tinggi. Keadaan ini mirip diantara
pembentukan fibroid dan keloid.4

Gambar Patogenesis Mioma Uteri


II.6. Patofisiologi

Progesteron dan senyawa progestasional dapat memberikan efek


antiestrogen efek pada pertumbuhan leiomioma. Diatara keseimbangan antara
efek estrogen dan progesteron, pertumbuhan gestasional dari leiomioma
kemungkinan berhubungan dengan meningkatnya suplai darah uterin pada
kehamilan dan perubahan edematosa dari tumor ini. Transformasi menjadi ganas
sangat jarang kurang lebih 0,04%.

Karena pertumbuhan leiomioma, risiko mengurangi suplai darah, yang


memicu keberlanjutan perubahan degeneratif, termasuk deposisi kalsium.
Perubahan kalsifikasi dapat diapresiasikan secara radiografi sebagai bentuk honey
comb difus, yaitu seri dari cincin konsentrik atau masa kalsifikasi solid. Infeksi

Mioma Uteri 13
adalah observasi yang umum saat leiomioma submukosa menonjol melalui
serviks ke dalam vagina. Infeksi dapat menyebabkan endometritis purpuralis dan
tingkat lanjut ke endomiometritis, dengan atau tanpa adanya pembentukan abses.
Perubahan nekrosis dan kistik adalah manifestasi dari suplai darah sekunder
terhadap petumbuhan atau infarksi dari torsio pedunkulasi leiomioma. Degenerasi
asam lemak, dengan gambaran kekuningan secara makroskopik dan gambaraan
lemak secara histopatologi, mennjukkan bentuk nekrosis yang umum terjadi.

Leiomiosarkoma didiagnosis dengan dasar jumlah mitosis 10 atau lebih


per 10 high-power field. Tumor ini dengn 5-10 gambaran mitosis per 10 HPF
diaukan sebagai tumor otot polos.

II.7. Patologi

Mioma uteri umumnya bersifat multipel, berlobus yang tidak teratur


maupun berbentuk sferis. Mioma uteri biasanya berbatas tegas dengan
miometrium di sekitarnya sehingga tindakan enukleasi mioma dapat dilepaskan
dengan mudah dari jarigan miometrium. Pada pemeriksaan makroskopik dari
potongan trasnversal berwarna lebih pucat dibandingkan miometrium di
sekitarnya, dan terdapat pseudocapsule.7

II.8. Gambaran Klinis

Gejala klinik hanya terjadi pada 35%-50% penderita mioma. Hampir


sebagian besar penderita tidak mengetahui bahwa terdapat kelainan di dalam
uterusnya, terutama sekali pada penderita dengan obesitas. Keluhan penderita
sangat tergantung pula dari lokasi atau jenis mioma yang diderita. Berbagai
keluhan penderita dapat berupa:

- Menoragia
- Dismenorea
- Nyeri pelvis (penekanan pada organ visera)
o Sering berkemih
o Konstipasi

Mioma Uteri 14
o Dispareunia
- Infertilitas
- Abortus berulang
- Persalinan prematur
- Distensi abdomen6
1. Perdarahan abnormal uterus

Perdarahan menjadi manifestasi klinik utama pada mioma uteri dan hal ini
terjadi pada 30% penderita. Bila terjadi secara kronis maka dapat terjadi anemia
defisiensi besi dan bila berlangsung lama dan dalam jumlah yang banyak maka
sulit dikoreksi degan suplementasi besi. Perdarahan pada mioma submukosa
sering diakibatkan hambatan pasokan darah endometrium, tekanan, dan
bendungan pembuluh darah di area tumor (terutama vena) atau ulserasi
endometrium di atas tumor. Tumor bertangkai seringkali menyebabkan trombosis
vena dan nekrosis endometrium akibat tarikan dan infeksi (vagina dan kavum
uteri terhubung oleh tangkai yang keluar dari ostium serviks). Dismenorea dapat
disebabkan oleh efek tekanan, kompresi, termasuk hipoksia lokal miometrium.1

Efek obstruktif dari vaskularisasi uterin menghasilkan berkembangnya


venule ektasia. Hasilnya leiomioma memberikan kongesti miometrium dan
endometrium. Membesarnya pembuluh darah di dalam endometrium atrofi yang
tipis yang menutupi tumor submukosa berkontribusi terhadap perdarahan yang
berlebih selama siklus peluruhan. Meningkatnya ukuran rongga uteri
meningkatkan darah menstruasi.10
Terjadi peningkatan ekspresi vasoactive growth factor oleh mioma
sehingga meningkatkan vaskularisasi, proliferasi dan angiogenesis.
Mekansime perdarahan abnormal pada mioma uteri7:
- Peningkatan ukuran permukaan endometrium
- Peningkatan vaskularisasi aliran vaskuler ke uterus
- Gangguan kontraktilitas uterus
- Ulserasi endometrium pada mioma submukosum
- Kompresi pada pleksus venosus di dalam miometrium

Mioma Uteri 15
2. Nyeri

Mioma tidak menyebabkan nyeri dalam pada uterus kecuali apabila


kemudian terjadi gangguan vaskuler. Nyeri lebih banyak terkait dengan proses
degenerasi akibat oklusi pembuluh darah, infeksi, torsi tangkai mioma atau
kontraksi uterus sebagai upaya untuk mengeluarkan mioma subserosa dari kavum
uteri. Gejala abdomen akut dapat terjadi bila torsio berlanjut dengan terjadinya
infark atau degenerasi merah yang mengiritasi selaput peritoneum (seperti
peritonitis). Mioma yang besar dapat menekan rektum sehingga menimbulkan
sensasi mengedan. Nyeri pinggang dapat terjadi pada penderita mioma yang
menekan persyarafan yang berjalan di atas permukaan tulang pelvis.1

3. Efek penekanan

Walaupun mioma dihubungkan dengan adanya desakan tekan, tetapi


tidaklah mudah untuk menghubungkan adanya penekanan organ dengan mioma.
Mioma intramural sering dikaitkan dengan penekanan terhadap organ sekitar.
Penekanan kandung kemih menyebabkan frekuensi Saat leiomioma menempel
pada leher vesika urinaria, dan uretra akan terjadi retensio urin dengan
inkontinensia overflow. Penekanan rektal jarang namun leiomioma besar terletak
di permukaan posteroir uterus. Konstipasi dan tenesemus berhubungan dengan
leiomioma posterior.10 Parasitik mioma dapat menyebabkan obstruksi saluran
cerna perlekatannya dengan omentum menyebabkan strangulasi usus. Mioma
serviks dapat menyebabkan sekret serosanguinea vaginal, perdarahan,
dispareunia, dan infertilitas. Bila ukuran tumor lebih besar lagi bisa terjadi
penekanan ureter, kandung kemih dan rektum. Semua efek penekanan ini dapat
dikenali melalui pemeriksaan IVP, kontras saluran cerna, rontgen dan MRI.
Abortus spontan dapat disebabkan oleh efek penekanan langsung mioma terhadap
kavum uteri.1

4. Infertilitas6

Telah disetujui bahwa mioma submukosa dan intrakavitas dapat


dihubungan sebagai penyebab infertilitas karena menyebabkan kegagalan

Mioma Uteri 16
implantasi. Adanya fibrinoid dalam rongga endometrium pada kontur kavitas
dapat dideteksi dengan histerosalpingografi, sonohisterografi, atau histereskopi,
dan menghilangkan mioma dapat memperbaik fertilitas. Mioma intramural
dihubungkan dengan berkurangnya angka kehamilan melalui pemeriksaan
assisted reproductive technology (ART), menunjukan bahwa menganggu proses
implantasi.

Hubungan kejadian mioma dengan tingginya angka hilangnya kehamilan


pada trimester awal, persalinan prematur, hambatan pertumbuhan intrauterin
masih menjadi kontroversi. Pengaruh fibrinoid bergantung pada lokasi, bukan
hanya ukuran ataupun jumlah. Jelasnya, banyak wanita dengan mioma uteri besar
mampu melahirkan bayi tanpa penyulit. Sedangkan di lain sisi, fibroid
mengurangi kemampuan rongga endometrium untuk mengakomodasikan
pertumbuhan fetus atau vaskular maternal yang penting untuk fungsi plasenta
normal. Solusio plasenta dapat terjadi ketika bed plasenta menutupi fibriod yang
membesar. Segmen bawah fibroid memiliki efek potensial untuk menghalangi
persalinan, dan pelahiran dengan seksio sesar dibutuhkan saat persalinan tidak
dapat dilakukan secara langsung melalui serviks.
Mekanisme gangguan fungsi reproduksi dengan mioma uteri7
- Gangguan transportasi gamet
- Pengurangan kemampuan bagi pertumbuhan uterus
- Perubahan aliran darah vaskuler
- Perubahan histologi endometrium

II.9. Penegakkan Diagnosis

1. Anamnesis: riwayat yang didapatkan biasanya mioma uteri asimtomatik,


dan terdiagnosis tak disengaja. Adanya riwayat perdarahan (menoragia,
menometroragia). Perdarahan terus menerus atau tidak teratur dapat
menjadikan permukaan ulserasi polip fibroid submukosa. Ditemukannya
gejala penekanan, ketidaknyamanan pelvis seperti retensi urin, frekuensi,
dan urgensi, konstipasi. Nyeri, dismenor pada bagian organ pelvis bawah

Mioma Uteri 17
bukan merupakan gejala utama namun bisa terjadi pada kasus polip
fibroid/ torsio tangkai dari tangkai subserosa/degenerasi fibroid/perubahan
menjadi sarkomatos. Infertilitas. Saat hamil komplikasi yang muncul
aborsi, persalinan prematur, dan malpresentasi.
2. Pemeriksaan fisik: pasien dapat tampak pucat bila terjadi anemia,
pemeriksaan abdomen bisa didapatkan masa tegas, tidak nyeri, bulat, atau
berlobus dengan mobilitas baik, pada perkusi hasilnya pekak. Polip fibroid
submukosa dapat muncul keluar pada serviks ke dalam vagina. Dengan
ulserasi permukaan massa, terlihat sebagai discharge putih atau berdarah.
Pemeriksaan bimanual akan mendapatkan pembesaran uterus yang jelas,
namun bisa membesar secara simetris pada kasus intramural dan
submukosa fibroid. Subserosa fibroid dapat dirasakan seperti perlekatan ke
uterus atau dapat dirasakan keireguleran antar sisi sebagai massa adneksa
dalam kasus pedukulasi atau meluasnya ligamen fibroid. Submukosa
fibroid dapat terlihat atau dirasakan keluar dari serviks ke vagina.
Didiagnosis banding dengan inversio uteri.

Pemeriksaan: pemeriksan darah lengkap, pemeriksaan golongan darah dan


rhesus, pemeriksaan urin rutin dan mikroskopik, USG, pap smear, biopsi
endometrium ketika diagnosis meragukan.

3. Pemeriksaan penunjang

Tabel perbandingan keuntungan dan kelemahan modalitas diagnostik

Modalitas diagnostik Kekuatan/Kelemahan10


Histerosalfingorafi - mengevaluasi kotur rongga uterus dan patensi
tuba fallopi
- tidak mengevaluasi lokasi pasti fibroid
Sonohisterografi - menggambarkan lokasi dan jumlah dari distorsi
rongga endometrium yang disebabkan oleh
fibroid submukosa
USG transvaginal - berguna untuk mendeteksi fibroid dan mengikuti

Mioma Uteri 18
pertumbuhannya
- tidak seakurat MR dalam menetukan lokasi yang
tepat atau ukuran fibroid, utamanya di uterus yang
atau dengan multipel fibroid
MRI - mengidentifikasi ukuran dan lokasi fibroid
- berguna sebelum UAE

II.10. tatalaksana

Terapi harus memperhatikan usia, paritas, kehamilan, konservasi fungsi


reproduksi, keadaan umum, dan gejala yang ditimbulkan. Bila kondisi pasien
sangat buruk, lakukan upaya perbaikan yang diperlukan termasuk nutrisi,
suplementasi zat esensial, ataupun transfusi. Pada keadaan gawat darurat akibat
infeksi atau gejala abdominal akut, siapkan tindakan bedah gawat darurat untuk
menyelamatkan penderita. Pilihan prosedur bedah terkait dengan mioma uteri
adalah miomektomi atau histerektomi.1

- Bila ukuran uterus sama atau kurang dari kehamilan 12 minggu, tanpa
disertai penyulit, dilakukan observasi. Dilakukan pengawasan berkala
setiap 6 bulan sekali. Bila terjadi pembesaran atau timbul komplikasi
dilakukan tindakan pembedahan.
- Bila fungsi reproduksi masih diperlukan (masih menginginkan anak), dan
teknis memungkinkan dilakukan miomektomi.
- Bila fungsi reproduksi sudah tidak diperlukan, pertumbuhan tumor cepat,
dilakukan histerektomi.
- Pada pasien yang menolak pembedahan dan tanpa keluhan dapat dicoba
diberikan terapi hormon seperti progesteron dan GnRH analog.

Tabel Pilihan Tatalaksana yang Diajurkan untuk Wanita dengan Mioma Uteri9
Karakteristik pasein Pilihan tatalaksana

Mioma Uteri 19
Asimtomatik Observasi
Bergejala dan menginginkan anak Tatalaksanan non bedah atau
miomektomi
Bergejala, tak menginginkan anak, Tatalaksanan non bedah atau
namun uterus ingin dipertahanan miomektomi, miolisis, UAE
Wanita yang menginginkan anak dan Miomektomi
memiliki komplikasi kehamilan akibat
mioma uteri
Wanita infertil dengan distorsi ke Miomektomi
rongga endometrium
Wanita dengan gejala parah yang Miomektomi
menginginkan tatalaksana definitif

Pemilihan terapi untuk mioma uteri adalah penanganan konservatif, follow up


dengan observasi melalui beberapa pemeriksaan serial, terapi hormon, terapi
pembedahan, dan intervensi radiologi.10
1. Observasi: tidak ada standar ukuran dari mioma uteri asimtomoatik
sebagai indikasi untuk dilakukannya terapi. Pada pasien dengan mioma
uteri asimtomatik dengan ukuran dimana dimensinya tidak meningkat dan
tidak ada keganasan, usia pasien, status fertilitas, dan keinginan untuk
mempertahankan uterus atau menghindari pembedahan menjadi faktor
rencana penatalaksanaan. Pemeriksaan fisik dan USG harus dilakukan
diawal dan diulang pada minggu ke 6-8 untuk mengetahui ukuran dan pola
petumbuhan. Bila tumbuh stabil, pasien di follow up dengan interval 3-4
bulan.
2. Terapi hormonal:
a. Progestin: progestin terapi menggunakan norethindrone,
medrogestone, dan medroksiprogesteron asetat menunjukan hasil
yang memuaskan. Senyawa ini memiliki efek hipoestrogenik
melalui penghambatan sekresi gonadotropin dan menekan fungsi

Mioma Uteri 20
ovarium. Sementara itu, penggunaan RU-486 (mifepristone) yang
merupakan antiprogestin akan menurunkan ukuran mioma uterus.
b. Gonadotropin-releasing hormon analog (GNRHa) berhasil untuk
mencapai hipoestrogenisme. Berkurangnya ukuran tumor mencapai
50% pada pasien yang menggunakan GNRH selama 3 bulan. Agen
ini berguna untuk terapi konservatif atau sebagai terapi tambahan
saat pembedahan dilakukan. Pemakaian GNRH lebih dari 3 bulan
pada wanita usia muda akan memberikan risiko penipisan tulang
yang merupakan efek dari hipoestrogenisme. Dosis leuprolide
asetat (lupron depot) adalah 11,25 mg itramuskular setiap 3 bulan.
c. Pemberian estrogen dosis rendah, diajukan sebagai terapi addback,
dapat digunakan untuk mengurangi efek samping GnRH pada
tulang.
Efek terapi hormon adalah sementara, dan beberapa siklus setelah
penghentian terapi hormon, mioma uteri akan kembai ke ukuran sebelum terapi.
Terapi tambahan dalam 3-4 bulan GnRH harusnya mengurangi ukuran tumor dan
pembedahan lebih mudah dan kehilangan darah dapat kurangi. Dengan
menghasilkan amenorea, GnRH terapi mampu mengembalikan kadar Hb sebelum
terapi operatif dan menyediakan autolog darah. Akan tetapi, penggunaan GnRH
sebelum miomektomi akan mengurangi perbedaan bidang antara fibroid dan
sekitar miometrium.
GnRH kemungkinan berguna pada perimenopause, dimana pengurangan
volum mioma dapat stabil ketika menopause terjadi segera setelahnya. Efek
samping dari GnRH adalah hot flash, nausea, mula, muntah, konstipasi,
kemerahan, pusing, jerawat, nyeri payudara dan sakit kepala.
3. Terapi bedah:
Indikasi bedah pada mioma uteri adalah 11
- Perdarahan uterus abnormal dan tidak memberikan respon terhadap
tatalaksanan konservatif
- High level kecurigaan keganasan pelvik

Mioma Uteri 21
- Infertil saat terjadi distorsi ke dalam rongga endometrium dan menutup
tuba
- Kehilangan kehamilan yang berulang
- Nyeri
- Gejala traktus urinaius (frekuensi dan atau obstruksi)
- Defisiensi besi akibat anemia yang berasal dari kehilangan darah kronik

1. miomektomi:10 dipertimbangkan bila uterus masih diinginkan untuk


kehamilan. miomektomi adalah proses yang dipilih untuk mioma
bertangkai soliter. Indikasi lainnya untuk miomektomi adalah
terganggunya fertilitas atau menjadi predisposis hilangnya kehamilan
berulang karena lokasi mioma.
Miomektomi dapat dicapai menggunakan follow up surgical approaches:
abdominal, laparoskopi, laparoskopi assisted, trasnvaginal, dan
histereskopi. Lokasi dan ukuran mioma menjadi dasar pendekatan dalam
pembedahan.
Untuk pasien yang mengharapkan terjadinya pembuahan, 4-6 bulan
setelah mioektomi usaha untuk hamil dapat diusahakan kembali, saat
miometrium sudah menyatu dalam, karena moimetrium dapat rusak saat
dilakukannya miomektomi dalam. Seksio sesar secara umum adalah
prosedur pilihan untuk persalinan pada pasien yang menjalani
miomektomi untuk menurunkan tisiko ruptur uteri.
Komplikasi dari miomektomi harus dipertimbangkan dalam memilih
terapi. Miomektomi multiple sering lebih sulit dan memakan banyak
waktu dibandingan dengan histerektomi. Kehilangan darah substansial
dapat menyertai prosedur miomektomi, sehingga membutuhkan transfusi
dan kekambuhan mioma tidak dapat dihindari. Nilai kasarnya sekitar 20%-
25% pasien yng menjalani miomektomi membutuhkan ultimately prsedur
untuk kejadian kekambuhan.
2. Histerektomi:10 dengan beberapa pengecualaian, menghilangkan uterus
adalah prosedur pilihan saat pembedahan diindikasikan untuk mioma dan

Mioma Uteri 22
saat keinginan mempunyai anak telah terpenuhi. Histerektomi harus
dipertimbangkan pada kejadian pembesaran tumor yang cepat.
3. Miolisis koagulasi laparoskopi mioma:10 atau miolisis dilakukan dengan
neodimium: yttrium-aluminum-garnet laser selama degenerasi protein dan
destruksi vaskularitas. Adesi pelvis yang padat telah ditemukan pada saat
follow up. Koagulasi bipolar dan kriomiolisis juga dapat digunakan,
namun kecukupan follow up tidak tesedia untuk mengevaluasi keamanan
dan fertilitas kedepannya.
4. uterine artery embolization (UAE):10 diajukan pertama kali untuk
managemen komplikasi perdarahan obstetri. Baru-baru ini, UAE telah
menjadi terapi alternatif untuk mioma. UAE bekerja dengan menutup
arteri uteri, akan menurunkan suplai darah ke uterus, utamanya ke mioma.
Prosedur dilakukan dengan memindahkan kateter ke dalam arteri femoralis
dan menuju arteri hipogastrik. Gelfoam adalah substrat yang digunkan,
merupakan alkohol absolut dan partikel ivalon (polivinil alkohol).
Angiogram ditujukan untuk menilai anatomi pembuluh darah dan
keberhasilan prosedur. Keuntungannya adalah waktu operasi dan recovery
menjadi singkat, menggunakan anastesi lokal, dan kehilnagan darah
minimal. Risiko prosedur ini adalah infeksi, komplikasi angiografi, dan
iskemia uteri. Sindom postembolisasi adalah demam, mual, muntah, dan
nyeri abdomen yang berat.
Hasil dari embolisasi adalah 40-60% berkurangnya ukuran uteri dan
menurunnya perdarahan menstruasi.

Tabel Perbandingan Pemilihan Tatalaksana untuk Wanita dengan Mioma Uteri9


Tatalaksana Gambaran Keuntungan Kerugian Harapan
kesuburan
GnRH agonis Tatalaksana Menurunkan Tatalaksana Bergantung
preoperatif kehilangan jangka lama pada prosedur
untuk darah dan menghabiskan lanjutannya
menurunkan waktu operasi biaya besar, (subsequent)

Mioma Uteri 23
ukuran tumor dan perbaikan massa tulang
sebelum keadaan lebih berkurang,
histerektomi, singkat meningkatkan
miomektomi, risiko
dan miolisis berulang
dengan
miomektomi
Histerektomi Pembedahan Bagi wanita Risiko bedah Tidak
dengan yang sudah
menghilangkan tidak
uterus menginginkan
anak lagi
Prosedur
vagina
mengurangi
perdarahan,
nyeri, demam
dan kepuasan
pasien lebih
besar
dibandingkan
dengan
transabdominal
Miolisis Destruksi in Prosedur yang Ukuran uterus Tidak
situ tumor ease dan cepat, lambat diketahui
dengan panas, perdarahan berkurang,
laser, atau minimal, perdarahan
krioterapi waktu vagina
recovery memanjang
singkat
Miomektomi Eksisi Perbaikan Angka Ya
endoskopik gejala dengan kekambuhan

Mioma Uteri 24
tumor adanya fibroid 15%-
kesuburan, 30% dalam 5
morbiditas tahun,
perioperatif keberhasilan
serupa dengan prosedur
histerektomi ditentukan
dengan
jumlah dan
luasnya tumor
UAE Intervensi Invasif Kekambuhan Tidak
radiologi minimal, gejala 17%- (pengalaman
prosedur untuk menghidari 30%, risiko terbatas)
menutup pembedahan, rawat iniap
pmbuluh darah masa rawat lebih panjang
inap singkat nila terdapat
(24-36 jam) nyeri pasca
prosedur

Skema Diagnosis dan Tatalaksana Mioma Uteri

Anamnesis: Pemeriksaan bimanual


Gangguan haid Suspek mioma uteri Pemeriksaan tambahan bila perlu:
Merasa ada benjolan di perut tes kehamilan, USG dan
bawah histeroskopi
Keluhan penekanan

Mioma Uteri Mioma uteri 25

Tanpa kehamilan Dengan kehamilan


Pengobatan tergantung komplikasi
Keluhan + Keluhan - Bila menghalangi jalan lahir pada
persalinan dilakukan seksio sesar

Uterus ≤ Uterus > Keluhan


12 mgg 12 mgg penekanan Perdarahan

Ingin punya anak

Ya tidak Umur agak tua:


dilatasi dan kuretase

Miomektomi
Pemeriksaan PA
bila teknis
memungkinkan
Tidak ganas Ganas

Observasi Histerektomi Lihat pengelolaan


karsinoma endometrium

II.12. Komplikasi9

- Torsio dari mioma yang bertangkai


- Infeksi dari mioma submukosa
- Keganasan terjadi pada 0,2% mioma uteri
- Degenerasi
- Komplikasi kehamilan abortus spontan, persalinan prematur, solusio
plasenta

Mioma Uteri 26
- Komplikasi persalinan: inersia, distosia dan perdarahan postpartum (PPP)
 Kehamilan muda. (1) keguguran pada awal kehamilan sering terjadi
bila mioma terletak di bagian corpus dibandingkan pada segmen
bawah dan pada wanita dengan mioma intramural atau submukosa.
Terjadi peningkatan iritabilitas uteri dan kontraktilitas, yang
diakibatkan dari efek penekanan mioma dan bekurangnya suplai darah
ke plasenta yang sedang berkembang. (2) perdarahan pada awal
kehamilan: lokasi mioma menentukan risiko perdarahan. Kondisi ini
akan terjadi pada plasenta yang implantasinya dekat dengan mioma.
 Kehamilan akhir: (1)persalinan prematur, (2) solusio plasenta terjadi
karena berkurangnya aliran darah ke mioma dan jaringan disekitarnya
sehingga terjadi iskemia parsial dan nekrosis desidua plasenta yang
overlying mioma. (3) plasenta previa, (4) pertumbuhan janin
terhambat: pertumbuhan mioma dapat menekan dan mendistorsi
rongga uteri memicu terjadinya deformitas fetus.
 Labor dan delivery: (1) malpresentasi, distosia, dan seksio sesar.
Besarnya mioma, multipel mioma, dan mioma pada segmen bawah
rahim berperan terhadap terjadinya malpresentasi, seksio sesar dan
distosia. Adanya mioma dengan ukuran > 5 cm pada saat hamil
menjadi kontraindikasi untuk dilakukan percobaan persalinan. (2)
perdarahan postpartum. Mioma dapat mendistorsi arsitektur uteri dan
mengganggu kontraksi miometrium memicu atonia uteri, dan PPP.

Mioma Uteri 27
BAB III

PENUTUP

III.1. Kesimpulan

Mioma uteri adalah jenis tumor uterus yang paling sering dtemukan.
Sering ditemukan pada wanita berusia 35 tahun meskipun tanpa gejala. Kejadian
ini lebih banyak pada wanita hitam dibandingkan kulit putih.

Berdasarkan posisinya mioma uteri dibedakan menjadi tiga lokasi; yaityu


mioma submukosa, mioma intramural, dan mioma subserosa. Terdapat perubahan
sekunder pada mioma yaitu atrofi, degenerasi hialin, degenerasi kistik, degenerasi
calcareous, degenerasi merah, degenerasi lemak, infeksi, dan degenerasi mukoid.

Etiologi pada mioma uteri masih berupa teori saja, seperti kelainan
genetik, hormonal, dan faktor pertumbuhan lainnya. Gejala mioma uteri seperti
perdarahan abnormal bisanya menoragia, nyeri akibat tekanan, infertilitas, dan
abortus.

Menentukan diganosis dpat dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan


dilanjutkan pemeriksaan radiologis seperti USG, histeroskopi dan
histerosalfingografi.

Terapi terhadap mioma uteri dapat secara bedah maupun non bedah, hal
ini bergantung pada keluhan pasien,status fertilitas, ukuran dan letak mioma, dan
keinginan mempunyai anak.

Terapi medikasi dengan memberikan GnRH agonis. Terapi bedah yang


digunakan seperti miomektomi, histerektomi, embolisasi, dan miolisis.

Mioma Uteri 28
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S. ilmu kandungan. Edisi 3. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono.


274-8.
2. Rasjidi I, Muljadi R, Cahyono K. Imaging Ginekologi Onkologi. Jakarta:
Sagung Seto 2010.
3. Katz, Lentz, Lobo, Gershenson. Coprehensive Gynecology. Edisi 5.
Philadelphia: Mosby;2007.
4. DeCherney AH, Nathan L,Goodwin M, Laufer N. Current Diagnosis &
Treatment Obstetrics & Gynecology. Edisi 10. USA: McGraw-Hill
Companies, Inc, 2007.
5. Gibbs RS, Karlan BY, Haney AF, Nygaard I. Danforth’s Obstetrics and
Gynecology. Edisi 10. Lippincott Williams & Wilkins. 2008
6. Hadibroto BR. Mioma Uteri. Majalah Kedokteran Nusantara. Vol 28. No.
3.2005.
7. Gordon PF, Janet A, Darlene D. Etiology and Pathogenesis of Uterine
Leiomyomas: A Review. Environmental Health Perspectives. Vol 111;
(8):June 2003
8. Patricia E, Susan B. Uterine fibroid tumors: diagnosis and teatment.
American Family Physician. Vol 75;(10):2007
9. Fortner K, Szymanski LM, Foz HE, Wallach EE. The Jhon Hopkins
Mnual of Gynecology and Obstetrics. Edisi 3. Philadelphia: lippincott
Williams & Wilkins, 2007. Hal 161-73.
10. Edward EW,Nikos FV. Uterine Myomas: An Overview of Development,
Clinical Features, and Management. The American College of
Obstetricians and Gynecologists. Vol. 104, ( 2), 2004.
11. Lee HJ, Norwitz ER. Shaw J. Contemporary Management of Fibroid in
Pregnancy. Med review. Vol 3(2);2010.

Mioma Uteri 29

Anda mungkin juga menyukai