Anda di halaman 1dari 27

REFRESHING

“ASMA BRONCHIAL”
DOKTER PEMBIMBING :
dr. Abdul Wahid, Sp.PD

Oleh :
Syifa Ramadhani
(2013730182)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


RSUD SAYANG CIANJUR
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2018
DEFINISI

Asma adalah penyakit heterogen, ditandai dengan


peradangan saluran napas kronis.
Hal ini yang ditentukan oleh :
Riwayat gejala pernapasan seperti mengi, sesak napas,
sesak dada dan batuk yang bervariasi dari waktu ke
waktu dan intensitas, bersama-sama dengan
keterbatasan variabel aliran udara ekspirasi.
EPIDEMIOLOGI

• Asma mengenai semua umur, lebih sering pada usia


anak dan dewasa muda.
• Prevalens asma sekitar 5 % seluruh penduduk
Indonesia, artinya saat ini ada 12,5 juta pasien asma
di Indonesia.
FAKTOR RISIKO ASMA
PATOFISIOLOGI
KLASIFIKASI

Derajat Asma Gejala Gejala Malam Faal paru


I. Intermiten
Bulanan APE  80%
* Gejala < 1x/minggu *  2 kali sebulan * VEP1  80% nilai
* Tanpa gejala di luar prediksi
serangan APE  80% nilai
* Serangan singkat terbaik
* Variabiliti APE < 20%
II. Persisten
Ringan Mingguan APE > 80%
* Gejala> 1x/minggu, * > 2 kali sebulan * VEP1  80% nilai
tetapi < 1x/ hari prediksi
* Serangan dapat APE  80% nilai terbaik
mengganggu aktivitas * Variabiliti APE 20-30%
dan tidur
III. Persisten
Sedang Harian APE 60 – 80%
* Gejala setiap hari *>1x seminggu * VEP1 60-80% nilai
*Serangan mengganggu prediksi
aktivitas dan tidur APE 60-80% nilai terbaik
*Membutuhkan * Variabiliti APE > 30%
bronkodilator
setiap hari

IV. Persisten
Berat Kontinyu APE  60%
* Gejala terus menerus * Sering * VEP1  60% nilai prediksi
* Sering kambuh APE  60% nilai terbaik
* Aktivitas fisik terbatas * Variabiliti APE > 30%
Ringan Sedang Berat Ancaman
henti napas
Sesak Saat berjalan Saat berbicara Saat istirahat
Masih dapat berbaring Harus duduk Duduk membungkuk

Bicara Satu Kalimat panjang Beberapa kata Satu kata

Kesadaran Dapat gelisah Umumnya gelisah Umumnya gelisah Kesadaaran menurun

Laju napas Meningkat Meningkat Lebih 30 /menit


Retraksi suprasternal Umumnya tidak Umumnya Umumnya

Wheezing Sedang, seringkali Keras Umumnya keras Umumnya wheezing


hanya pada akhir hilang
ekspirasi
Denyut/menit < 100 100 – 120 > 120 Bradikardi
Pulsus paradoksus Tidak ada Dapat ada Sering ada Tidak ada karena otot
< 10 mmHg 10 – 25 mmHg > 25 mmHg napas lemah

PEF > 80% Sekitar 60 – 80 % < 60% prediksi

SaO2 > 95% 91 – 95% < 90%


DIAGNOSIS
Penialian Keterangan
Anamnesis - Serangan / serangan ulang mengi?
Gejala gejala : sesak napas epidosik, bunyi - Batuk malam hari?
mengi, batuk, dada seperti diikat ; terjadi - Mengi/ batuk setelah olahraga?
setelah terpapar alergen , pengaruh musim, - Riwayat mengi , dada terikat, batuk
riw keluarga / atopi setelah terpapar alergen
- Gejala membaik setelah terapi asma?

Pemeriksaan fisik - Kesadaran menurun?


- Kulit sianosis?
- Kesulitan berbicara?
- Takikardi ?
- Auskultasi mengi ?

Pemeriksaan penunjang  - Spirometri


Pengukuran fungsi paru - Peak expiratory flow
( diagnosis dan monitoring)
Pemeriksaan Penunjang
• Dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator
Spirometri hirup (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik beta.
Peningkatan VEP1 atau KVP sebanyak 20% menunjukkan
diagnosis asma.

Pemeriksaan • Jumlah eosinofil total dalam darah sering meningkat pada


Eosinofil Total pasien asma dan hal ini dapat membantu dalam
membedakan asma dari bronkitis kronik..

• Menyingkirkan penyebab lain obstruksi saluran napas dan


Foto Dada adanya kecurigaan terhadap proses patologis di paru atau
komplikasi asma seperti pneumotoraks,
pneumomediastinum, atelektasis dan lain-lain.
PENATALAKSANAAN ASMA

TUJUAN : Untuk mengontrol penyakit ( asma terkontrol )


Medikasi Asma ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala
obstruksi jalan napas, terdiri atas pengontrol dan pelega
Eksaserbasi Ringan Eksaserbasi Sedang Eksaserbasi Berat

• Oksigen untuk mencapai saturasi O2 90% = Eksaserbasi Ringan + = Esaserbasi Ringan +


(95% pada anak) • Inhalasi antikolinergik • Inhalasi antikolinergik setiap 60
• Inhalasi β2-agonis kerja cepat 2 to 4 puffs setiap 60 menit menit
(atau nebulasi) setiap 20 menit dalam satu • Teruskan terapi untuk • Glukokortikosteroid oral
jam. 1-3 jam hingga prednisolon 40-50 mg, atau
• Bila tidak ada respon segera, atau bila perbaikan metilprednisolon 60-80 mg dosis
sebelumnya mendapat glukokortikosteroid tunggal, atau hidrokortison 300-
oral beri Glukokortikosteroid oral: 400 mg dosis terbagi selama 5-10
prednisolon 40-50 mg, atau hari tanpa tappering.
metilprednisolon 60-80 mg dosis tunggal, • Magnesium intravena, infus 2g
atau hidrokortison 300-400 mg dosis selama 20 menit satu kali
terbagi selama 5-10 hari tanpa tappering. pemberian
• Sedasi kontra indikasi pada terapi
eksaserbasi
PELEGA (Reliever)

Termasuk pelega adalah :


-Agonis beta2 kerja singkat
-Kortikosteroid sistemik. (Steroid sistemik digunakan
sebagai obat pelega bila penggunaan bronkodilator yang
lain sudah optimal tetapi hasil belum tercapai,
penggunaannya dikombinasikan dengan bronkodilator
lain)
- Antikolinergik
- Aminofillin
- Adrenalin
PELEGA
AGONIS BETA-2 KERJA SINGKAT

 Salbutamol, Terbutalin, Fenoterol dan Prokaterol


Inhasi ( mempunyai onset yang lebih cepat dan efek samping minimal tidak
ada) / Oral
Relaksasi otot polos saluran napas, meningkatkan bersihan mukosilier,
menurunkan permeabliti pembuluh darah dan modulasi penglepasan mediator
dari sel mast.
Terapi pilihan pada serangan akut dan praterapi pada exercised-induced
asthma
dimulai dengan 2 – 4 puff setiap 20 menit untuk 1 jam pertama, serangan
ringan 2 – 4 puff setiap 3 – 4 jam, dan serangan sedang 6 – 10 puff setiap 1 – 2
jam
PELEGA
ANTIKOLINERGIK

 Inhalasi
Memblok efek penglepasan asetilkolin dari saraf kolinergik pada
jalan napas.
Ipratropium bromide dan tiotropium bromide
PELEGA
ADRENALIN

 Asma eksaserbasi sedang sampai berat


Pemberian secara subkutan
PENGONTROL (Controllers)

Pengontrol sering disebut pencegah, yang termasuk obat


pengontrol :
- Kortikosteroid inhalasi
- Kortikosteroid sistemik
- Sodium kromoglikat
- Nedokromil sodium
- Metilsantin
- Agonis beta-2 kerja lama, inhalasi
- Agonis beta-2 kerja lama, oral
- Leukotrien modifiers
- Antihistamin generasi ke dua (antagonis -H1)
PENGONTROL
GLUKOKORTIKOSTEROID INHALASI
PENGONTROL
GLUKOKORTIKOSTEROID SISTEMIK

 Cara pemberian melalui Oral atau Parenteral


 Pengontrol pada keadaan asma persisten berat (setiap pagi hari atau
selang sehari )
 Gunakan prednison, prednisolon atau metilprednisolon karena
mempunyai efek mineralkortikoid minimal, waktu paruh pendek dan
efek striae pada otot minimal, bentuk oral bukan parenteral,
 0,5-1,0 mg prednisolon/kgBB selama 24 jam) pada serangan sedang
dan berat untuk mengurangi inflamasi dan mempercepat
penyambuhan
PENGONTROL
KROMOLIN (Sodium kromoglikat dan
Nedokkrmil sodium)

 Antiinflamasi nonsteroid, menghambat pelepasan mediator dari


sel mast melalui reaksi yang diperantarai IgE yang bergantung
kepada dosis dan seleksi serta supresi sel inflamasi tertentu
(makrofag, eosinofil, monosit )
 Menghambat saluraan kalsium pada sel target
 Pemberian : Inhalasi (pengontrol pada asma persisten ringan)
PENGONTROL
METILSANTIN

 Teofilin  bronkodilator yang mempunyai efek ekstrapulmoner


seperti antiinflamasi
 Teofilin / aminofilin oral diberikan bersama / kombinasi dengan
agonis beta-2 kerja singkat, sebagai alternatif bronkodilator jika
dibutuhkan.
PENGONTROL
AGONIS BETA-2 KERJA LAMA INHALASI

 Salmeterol dan Formoterol (waktu kerja lama >12 jam)


 Efek relaksasi otot polos, meningkatkan pembersihan mukosilier, menurunkan permeabiliti pembuluh
darah dan memodulasi penglepasan dari sel mast dan basofil.
PENGONTROL
LEUKOTRIENE MODIFIERS

 Oral
Menghambat 5-lipoksigenase sehingga memblok sintesis semua
leukotrin (contohnya zileuton) atau memblok reseptor-reseptor
leukotrien sisteinil pada sel target (contohnya montelukas,
pranlukas, zafirlukas)  Efek bronkodilator minimal dan
menurunkan bronkokonstriksi, dan efek antiinflamasi.
TUJUAN PENATALAKSANAAN
ASMA JANGKA PANJANG
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai