TINJAUAN PUSTAKA
konjungtiva yang diakibatkan berkurangnya volume air mata. Pasien akan mengeluh
gatal, mata seperti berpasir, silau, dan penglihatan kabur. Mata akan memberikan
gejala sekresi mukus yang berlebihan, sukar menggerakkan kelopak mata, mata
tampak kering dan terdapat erosi kornea, konjungtiva bulbi edema, hiperemi, menebal
Mata kering dipengaruhi oleh idiopatik, gaya hidup, penyakit jaringan ikat,
Air mata adalah cairan bersifat basa yang dihasilkan terus-menerus oleh
kelenjar lakrimal. Air mata menjaga permukaan konjungtiva yang saling bersentuhan
5
6
Air mata melewati empat proses yaitu produksi dari sistem sekresi lakrimal,
distribusi oleh berkedip, evaporasi dari permukaan okular, dan drainase melalui
sistem ekskresi lakrimal. Abnormalitas salah satu dari keempat proses ini dapat
menyebabkan mata kering. Sistem lakrimal terdiri dari sistem sekresi dan sistem
(kelenjar meibom), dan sel-sel goblet dari konjungtiva (musin). Sistem sekresi terdiri
dari sekresi basal dan refleks sekresi. Sekresi basal adalah sekresi air mata tanpa ada
stimulus dari luar, sedangkan refleks sekresi terjadi hanya bila ada rangsangan
Perjalanan ekskresi lakrimal dimulai dari punkta, kemudian ekskresi air mata
akan masuk ke kanalikulus, setelah itu bermuara di sakus lakrimal melalui ampula.
Pada 90% orang, kanalikulus superior dan inferior akan bergabung menjadi
terdapat katup rosenmuller yang berfungsi untuk mencegah aliran balik air mata.
Setelah ditampung di sakus lakrimal, air mata akan diekskresikan melalui duktus
(Wagner, 2006)
Gambar 2.1
Anatomi Sistem Lakrimal
jaringan neural yang kompleks atau unit fungsional lakrimal. Jalur sensori aferen
berasal dari saraf ofthalmik cabang dari saraf trigeminus. Jalur eferen bersifat
otonom yaitu simpatis dan parasimpatis. Sistem saraf simpatis berasal dari
superior yang berlokasi di pons, keluar dari batang otak bersama saraf fasialis
lakrimal sehingga menjaga homeostasis lapisan air mata dan berespon terhadap stress
Gangguan pada jalur aferen dan atau eferen pada lengkung reflek
lain karena pengunaan lensa kontak, akibat operasi seperti laser insitu
dan pseudoefedrin; antihistamin; anti ulkus dan obat untuk spasme otot. Obat
antihipertensi yang terbukti menurunkan produksi air mata antara lain clonidine,
Ophthalmology, 2012).
dan autoimun lainnya. Walaupun kelenjar lakrimal bukan sebagai target primer,
namun proses inflamasi dapat terjadi. Salah satu penyakit yang dapat mengganggu
sekresi air mata adalah diabetes melitus (Grus, 2002). Kelenjar lakrimal sering
kondisi patologis tertentu. Hal ini dapat terjadi pada penyakit autoimun (Sjogren
Sistem endokrin berpengaruh terhadap fisiologi kelenjar lakrimal seperti aktivasi sel
asinar untuk memproduksi aqueous dan lipid yang berguna untuk menjaga mata agar
progesteron, dan prolaktin dalam jaringan mata manusia yang mengatur fungsi dan
sekresi kelenjar lakrimal dan meibom (Wulandari & Meida, 2013). Hormon yang
telah disebutkan lebih banyak terdapat pada wanita sehingga mata kering lebih sering
dialami oleh wanita. Keadaan wanita yang beresiko mengalami mata kering adalah
saat kehamilan, menyusui, pemakaian obat kontrasepsi, dan menopause (Dry Eye
Workshop, 2007)
Sekresi kelenjar lakrimal dipengaruhi oleh reflek lakrimasi yang dipicu oleh
suatu iritasi pada permukaan bola mata. Reseptor sensoris merespon kondisi
permukaan bola mata yaitu pada kornea dan konjungtiva, selanjutnya akan
mengirimkan sinyal aferen ke sistem saraf pusat yang kemudian akan memberikan
impuls eferen berupa parasimpatis dan simpatis pada kelenjar lakrimal. Kondisi
emosi seseorang juga dapat memicu reflek lakrimasi dan menghasilkan sekresi air
mata dalam jumlah yang banyak, dimana penting untuk melarutkan material asing
seperti debu, alergen dan toksin pada permukaan bola mata (Tsubota, 2008).
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan sekresi air mata tidak menurun, antara
lain gaya hidup seseorang seperti sering mengkonsumsi ikan tuna yang kaya omega-
asam lemak omega-3 mempunyai fungsi sebagai agen anti-inflamasi, rutin meminum
air putih 1,5 – 2 liter sehari dapat membantu mata untuk memproduksi lebih banyak
air mata. Orang yang jarang terpapar oleh angin dan melindungi matanya ketika
air mata, hal ini dikarenakan permukaan bola terlindungi dari benda asing seperti
debu yang dapat menyebabkan inflamasi di bola mata terutama pada kelenjar lakrimal
mata adalah dengan Schirmer 1. Pemeriksaan ini menggunakan strip kertas saring
Whattman 41. Kertas diletakkan pada palpebra bawah sampai ke cul-de-sac tanpa
Pasien dianjurkan menutup mata selama 5 menit. Panjang dari kertas yang basah
karena air mata diukur. Nilai panjang kertas yang basah lebih dari 10 mm berarti
Schirmer negatif yaitu produksi air mata normal. Nilai dibawah 5,5 mm merupakan
diagnostik dari aqueous tear deficiency (ATD) (Dry Eye Workshop, 2007).
(Asyari. 2007)
Gambar 2.2
Pemeriksaan Schirmer
11
mengandung estrogen dan progesteron yang sangat efektif, dengan angka kegagalan
kurang dari 1%. Sebagian besar wanita usia reproduksi lebih menyukai obat suntik
sebulan sekali daripada obat suntik jangka panjang karena menghasilkan perdarahan
bulanan teratur dan jarang menyebabkan spotting, dan efek menghambat fertilitas-
dan Estradiol Sipionat 5 mg yang diberikan secara suntik intra muscular. Cara kerja
kontrasepsi ini antara lain menekan ovulasi, membuat lendir serviks menjadi kental
terganggu, dan menghambat transportasi gamet oleh tuba. Pada tahun pertama
penggunaan hanya terjadi 0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan (Saifuddin, 2006).
Usia Reproduksi adalah masa pada perempuan usia 15-46 tahun. Selama usia
reproduksi terjadi maturase folikel, ovulasi, dan pembentukan korpus luteum. Proses
dan korpus luteum, hormon steroid, gonadotropin hipofisis, dan faktor autokrin atau
parakrin. Pada usia reproduksi hormon estrogen dan progesterone sangat berperan
dan mencegah kehamilan. Alat kontrasepsi yang digunakan beraneka ragam, mulai
terdapat pada kelenjar lakrimal, kelenjar meibom, palpebral, dan kornea. Hormon
estrogen dan progesteron mengatur karakteristik struktural dan fungsi jaringan okular.
Reseptor mRNA tersebut rentan terhadap kontrasepsi hormonal. (Idu, et al, 2013).
progesteron mulai dari dua minggu setelah pemakaian (Suzuki, 2006). Kadar estrogen
normal dalam darah pada wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi adalah 80
pg/mL, sedangkan kadar progesteron normal selama fase folikuler kurang dari sama
dengan 1,40 ng/mL, fase luteal 3,34 – 25, 56 ng/mL, dan pada fase midluteal 4,44 –
28,03 ng/mL. Pada wanita yang menggunakan kontrasepsi kombinasi metode suntik,
kadar estrogen dalam darah ditambah 10 – 18 pg/mL setiap harinya, sehingga kadar
darah ditambah 1 – 6 ng/mL setiap harinya. Pada wanita yang mengalami sindrom
13
mata kering, kadar estrogen dalam darah meningkat lebih dari sama dengan 5 pg/mL,
untuk progesterone meningkat lebih dari sama dengan 3 ng/mL (Greenspan, 2007).
Hingga saat ini belum diketahui berapa kadar normal estrogen dan progesteron pada
kelenjar mata manusia sehingga dapat menjaga dari keluhan mata kering.
dengan cara mengganggu efek yang diinduksi androgen melalui jalur testosteron
menjadi androgen yang poten. Kadar hormon androgen yang berkurang ini berefek
atau kerusakan. Sel asinar pada kelenjar lakrimal merupakan penghasil aqueos yang
berfungsi membasahi permukaan mata, bila terjadi disfungsi sel asinar maka akan
menyebabkan produksi air mata menurun. Sel asinar pada kelenjar meibom adalah
penghasil lipid yang berfungsi mencegah penguapan berlebihan. Oleh karena itu,
penurunan kuantitas dapat terjadi karena dipicu oleh disfungsi sel asinar (Carlos,
2007). Beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan penurunan hormon androgen
antara lain adalah karena usia, penggunaan kontak lensa, alergi, pemakaian terapi
dengan mengaktifkan kaskade inflamasi pada lekenjar lakrimal, yang kemudian akan
14
signifikan ekspresi gen di kelenjar lakrimal. Perubahan yang terjadi antara lain
komunikasi sel, sinyal transduksi, katalis enzim, ekspresi imun, metabolism asam
sel dini (Sullivan, 2009). Hormon estrogen memiliki efek negatif pada kelenjar
lakrimal, dan menurunkan sekresi air mata. Level protein lakrimal yang tinggi yaitu
20 kilo dalton, akan mengalami penurunan saat kadar estrogen tinggi. Penurunan
level protein lakrimal dapat terjadi pada wanita yang menggunakan kontrasepsi
kombinasi jangka lama sehingga dapat menyebabkan penurunan produksi air mata
limfosit terganggu. Selain itu, progesteron juga menurunkan ekspresi dari protein
ligand 28 atau CCL28 yang merupakan natural killer cell dan berhubungan dengan
15
respon tubuh terhadap inflamasi. Apabila ekspresi protein tersebut menurun maka sel
mudah mengalami inflamasi. Penurunan dari FoxP3, CD86, IL-12 dan CCL28
merusak fungsi kelenjar lakrimal sehingga menurunkan kuantitas air mata (Mircheff,
2015).
semakin menurunkan produksi air mata karena tingginya kadar estrogen dan
progesteron dalam jangka waktu lama adalah faktor resiko penurunan kualitas air
mata. Hal ini terjadi karena kelenjar lakrimal mengandung reseptor hormon estrogen
dan progesteron untuk regulasi dari sekresi kelenjar lakrima (Idu, et al, 2013).
Paparan estrogen dan progesteron yang terus menerus di kelenjar air mata akan
merusak sel asinar yang berfungsi untuk memproduksi aqueous dan akan
produksi air mata berkurang (Emina dan Ubaru, 2012; Lines dan Albeson, 2006).