Anda di halaman 1dari 10

PENUNTUN PEMBELAJARAN

PEMERIKSAAN FISIS
KELAINAN KULIT

Penyusun:
dr.Fadlina Zainuddin, Sp.KK, M.Kes
dr. Indira Pratiwi

CLINICAL SKILL LAB


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BOSOWA
2021
KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIS
KELAINAN KULIT

TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Pada akhir latihan keterampilan ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan pemeriksaan
fisis yang menuntun ke arah diagnosis penyakit kulit pada sistem indera khusus.
Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
1. Mampu dan terampil melakukan komunikasi dengan pasien.
2. Mampu dan terampil menjelaskan mengenai pemeriksaan fisis yang akan dilakukan.
3. Mampu dan terampil mempersiapkan pasien sebelum pemeriksaan fisis.
4. Mampu dan terampil melakukan penilaian status pasien secara umum.
5. Mampu dan terampil melakukan pemeriksaan melakukan pemeriksaan fisis secara
sistematis dengan cara memeriksa :
a. lokasi kelainan kulit yang ditemukan
b. bentuk dan gambaran yang ditunjukkan
c. ukuran dan distribusi kelainan kulit
d. effloresensi kulit yang terlihat
e. tanda-tanda kekeringan dan pecah-pecah pada kulit.
6. Mampu dan terampil menginformasikan hasil yang ditemukan, pemeriksaan penunjang
yang dibutuhkan dan rencana pengobatan kepada pasien/keluarganya.
7. Mampu dan terampil membuat resume untuk arsip pasien

MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN


 Video, slide atau gambar untuk menampilkan tanda klinis yang khas pada beberapa
penyakit kulit dengan gambaran kelainan pada kulit.
 Buku status pasien untuk mencatat hasil pemeriksaan fisis
DESKRIPSI KEGIATAN
Kegiatan Waktu Deskripsi
1. Pengantar 5 menit Pengantar
 Instruktur menerangkan tentang tujuan
keterampilan ini.
 Instruktur memperlihatkan bahan dan alat yang
diperlukan untuk melakukan keterampilan ini.
2. Demonstrasi 15 menit 1. Seorang mahasiswa bertindak sebagai pasien.
2. Mentor memperlihatkan cara mempersiapkan pasien
sebelum pemeriksaan fisis.
3. Mentor memperlihatkan cara melakukan penilaian
status pasien secara umum.
4. Mentor memperlihatkan cara melakukan pemeriksaan
fisis secara sistematis untuk menegakkan diagnosis
pasien dengan cara memeriksa:
- lokasi kelainan kulit yang ditemukan
- bentuk dan gambaran yang ditunjukkan
- ukuran dan distribusi kelainan kulit
- effloresensi kulit yang terlihat
- tanda-tanda kekeringan dan pecah-pecah pada
kulit.
5. Mentor memperlihatkan cara
menginformasikan hasil yang ditemukan,
pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan dan
rencana pengobatan kepada
pasien/keluarganya.
6. Mentor memperlihatkan cara membuat resume untuk
arsip pasien
7. Mahasiswa diminta untuk menanyakan hal-hal yang
belum jelas sehubungan dengan kegiatan
keterampilan ini
3.Praktek 55 menit 1. Mahasiswa diminta untuk melakukan kegiatan
bermain peran keterampilan ini secara berpasang-pasangan, satu
dengan umpan bertindak sebagai dokter dan seorang lagi sebagai
balik pasien.
2. Berganti peran.
3. Mentor berkeliling di antara mahasiswa dan
melakukan supervisi
4. Mentor mengoreksi hal-hal yang belum sempurna.
4. Curah 10 menit Mahasiswa diberi kesempatan untuk mengemukakan
pendapat pendapatnya tentang kegiatan yang dilakukan
dan diskusi
Total waktu 90 menit
LANGKAH KEGIATAN
No Kegiatan yang dilakukan
Persiapan pasien
1 Menjelaskan mengenai pemeriksaan fisis yang akan dilakukan, tujuan dan
manfaatnya
2 Memberikan jaminan pada pasien dan keluarganya tentang kerahasiaan semua
informasi yang didapatkan pada pemeriksaan fisis tersebut.
3 Menjelaskan mengenai hak-hak pasien atau keluarganya, misalnya tentang hak
untuk menolak untuk diperiksa.
4 Mempersilahkan pasien membuka seluruh pakaian dan memastikan pasien mendapat
pencahayaan yang baik selama pemeriksaan fisis.
5 Berdiri di sebelah kanan pasien.
Pemeriksaan Fisis Kelainan Kulit
6 Amati letak/lokasi kelainan kulit tersebut
7 Perhatikanlah jenis effloresensi yang tampak: eritema, hipopigmentasi,
hiperpigmentasi, nodul vesikel, bulla, makula, papula, skuama, urtika, ulkus, krusta
8 Perhatikan ukuran lesi: milier, lentikular, numular, plakat
9 Perhatikanlah bentuk/susunan lesi yang tampak pada kulit pasien: teratur/tidak
teratur, linier, sirsinar/annular, arsinar, polisiklik, irisformis, herpetiformis,
serpiginosa
10 Perhatikan distribusi kelainan kulit yang terlihat pada pasien: bilateral, unilateral,
simetris, soliter, multipel, lokalisata, regional, generalisata, universal, dermatomal,
ekstensor, fleksor, intertriginosa
11 Bila seluruh permukaan lesi rata, perhatikan bagaimana gambaran permukaan kulit
kering yang terlihat: kering atau basah. Perhatikanlah secara keseluruhan kulit
disekitar kelainan yang ada apakah terdapat tanda-tanda kekeringan kulit atau kulit
tampak pecah-pecah.
12 Rabalah lesi, apakah terasa hangat, dingin atau lembab.
13 Perhatikan tekstur kulit, apakah kasar atau lembut, dan perhatikan turgor kulit.
Pemeriksaan Fenomena Tetesan Lilin
14 Pada skuama pasien psoriasis dilakukan pemeriksaan dengan cara :
- Menggunakan pinggiran kaca objek
- Goreslah pada bagian tengah skuama lesi pasien secara perlahan. Kemudian
perhatikanlah perubahan yang terjadi akibat goresan tersebut.
- Interpretasi :
Positif jika terjadi perubahan warna menjadi lebih putih.
Pemeriksaan fenomena Auzpits
15 Pada skuama pasien psoriasis dilakukan pemeriksaan dengan cara :
- Menggunakan pinggiran kaca objek
- Goreslah pada bagian tengah skuama lesi pasien secara perlahan sampai
skuamanya terbuang habis. Kemudian goreslah kembali perlahan dan
perhatikanlah perubahan yang terjadi akibat goresan tersebut.
- Interpretasi :
Positif jika terjadi perubahan dan timbul bintik-bintik perdarahan.
Pemeriksaan Alopesia (pada rambut kepala)
16 Pemeriksaan untuk membuktikan adanya kerontokan rambut kepala (alopesia) :
- Perhatikanlah secara seksama rambut kepala pasien.
- Peganglah rambut kepala pasien secara lembut dengan menggunakan 3 jari:
ibu jari, jari tengah dan jari telunjuk. Yakinkan rambut terpegang dengan
baik.
- Dengan tekanan ringan – sedang lakukanlah tarikan perlahan pada rambut
yang telah dipegang.
- Interpretasi :
 Normal: jika rambut yang tercabut kurang dari 6 lembar pada ketiga jari
tersebut.
 Aktif: jika yang tercabut lebih dari 6 lembar pada 3 jari yang memegang
rambut
Pemeriksaan Bercak
17 Pemeriksaan Pandang
 Pasein yang diperiksa menghadap ke sumber cahaya, berhadapan dengan
pemeriksa
 Pemeriksaan dimulai dari kepala sampai telapak kaki secara sistematis
 Perhatikan setiap bercak (makula), bintil-bintil (nodulus), jaringan parut, kulit
yang keriput, dan setiap penebalan kulit. Pada pemeriksaan pandang tentukan
kelianan kulit yang akan diperiksa rasa raba.
 Perhatikan kelainan dan cacat yang terdapat pada tangan dan kaki, antara lain
atropi, pemendekan jari dan ulkus.
18 Pemeriksaan Rasa Raba pada Kelainan Kulit
 Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan sepotong kapas yang ujungnya
dilancipkan, dengan menyentuhkan ujung dari kapas secara tegak lurus pada
kelainan kulit yang dicurigai
 Sebelum melakukan pemeriksaan, terangkan kepada pasien jika merasakan
sentuhan, pasien harus menunjuk kulit yang disentuh dengan jari telunjuknya.
Jika lokasi bercak sulit dijangkau, pasien diminta menghitung jumlah sentuhan
atau mengacungkan tangan.
 Jika telah jelas, pemeriksaan yang sama dilakukan dengan mata pasien tertutup.
Kelainan-kelainan di kulit diperiksa secara bergantian dengan kulit yang normal
di sekitarnya untuk mengetahui ada tidaknya anestesi.
19 Pemeriksaan Saraf Tepi
Pemeriksaan dilakukan pada saraf-saraf tepi yang paling sering terlibat dalam
penyakit kusta dan dapat diraba
 Pemeriksa berhadapan dengan pasien
 Perabaan dilakukan dengan tekanan ringan sehingga tidak menyakiti pasien
 Pada saat meraba, perhatikan:
- Apakah ada penebalan, pembesaran
- Apakah saraf kana dan kiri sama besar atau berbeda
- Apakah ada nyeri atau tidak pada saraf, perhatikan mimik pasien apakah ada
kesan kesakitan, tanpa menanyakan sakit atau tidak
a. Saraf ulnaris
 Tangan kanan pemeriksa memegang lengan kanan bawah pasien dengan
posisi siku sedikit ditekuk sehingga lengan pasien rileks.
 Dengan jari telunjuk dan jati tengah tangan kiri pemeriksa mencari sambil
meraba saraf ulnaris di dalam sulkus nervi ulnaris di antara tonjolan tulang
siku dan tonjolan kecil di bagian medial (epicondilus medialis)
 Dengan tekanan ringan gulirkan pada saraf ulnaris, dan telusuri ke atas
dengan halus sambil melijat mimik/reaksi pasien, apakah tampak kesakitan
atau tidak
 Lakukan prosedur yang sama untuk pemeriksaan saraf ulnaris kiri
b. Saraf peroneus communis (poplitea lateralis)
 Pasien diminta duduk di kursi yang tinggi dengan kaki dalam keadaan
menggantung dan rileks
 Pemeriksa duduk di depan pasien dengan tangan kanan memeriksa kaki kiri
pasien dan tangan kiri memeriksa kaki kanan.
 Pemeriksa meletakkan jari telunjuk dan jari tengah pada pertengahan betis
bagian luar pasien sambil pelan-pelan meraba ke atas sampai menemukan
benjolan tulang (caput fibula). Setelah menemukan tulang tersebut, jari
pemeriksa meraba saraf peroneus 1 cm ke arah belakang.
 Dengan tekanan yang ringan, saraf tersebut digulirkan bergantian ke kanan
dan ke kiri sambil melihat mimik/reaksi pasien
c. Saraf tibialis posterior
 Pasien diminta duduk di kursi yang tinggi dengan kaki dalam keadaan
menggantung dan rileks
 Dengan jari telunjuk dan tengah, pemeriksa meraba saraf tibialis posterior di
bagian belakang bawah dari mata kaki sebelah dalam (malleolus mediais)
dengan tangan menyilang (tangan kiri pemeriksa meraba saraf tibialis kiri
dan tangan kanan pemeriksa meraba saraf tibialis posterior kanan pasien)
 Dengan tekanan ringan saraf tersebut digulirkan sambil melihta mimic.reaksi
dari pasien.
20 Pemeriksaan fungsi saraf
Pemeriksaan fungsi saraf dilakukan secara sistematis pada mata, tangan dan kaki
berupa pemeriksaan fungsi raba rasa dan kekuatan otot
- Siapkan ballpoint yang ringan dan kertas, serta tempat duduk untuk pasien
a. Mata
Fungsi motorik saraf facialis
- Pasien diminta memejamkan mata
- Dilihat dari depan/samping apakah mata tertutup dengan sempurna/tidak ada
celah
- Bagi mata yang tidak menutup rapat, diukur lebar celahnya lalu dicatat,
misalnya lagophtalmus 3 mm mata kiri atau kanan
b. Tangan
Fungsi sensorik saraf ulnaris dan medianus
- Posisi pasien: tangan yang akan diperiksa diletakkan di atas meja/paha
pasien atau bertumpu pada tangan kiri pemeriksa sedemikian rupa, sehinga
semua ujung jari tersangga (tangan pemeriksa yang menyesuaikan diri
dengan keadaan tanganpasien) misalnya claw hand, maka tangan pemeriksa
menyangga ujung-ujung jari tersebut sesuai lengkungan jarinya.
- Jelaskan pada pasien apa yang akan dilakukan padanya, sambil
memperagakan dengan sentuhan ringan dari ujung ballpoint pada lengannya
satu atau dua titik pada telapak tangannya.
- Bila pasien merasakan sentuhan diminta untuk menunjuk tempat sentuhan
tersebut dengan jari tangan yang lain
- Pasien diminta menutup mata atau menoleh kea rah yang berlawanan dari
tangan yang diperiksa
- Pasien diminta menunjuk tempat yang terasa disentuh
- Usahakan pemeriksaan titik-titik tersebut tidak berurutan (secara acak)
- Bila pasien tidak dapat menunjukkan 2 titik atau lebih berarti ada gangguan
rasa raba pada saraf tersebut.
Fungsi motorik (kekuatan otot)
- Saraf Ulnaris
 Tangan kiri pemeriksa memegang ujung jari manis, jari tengah dan
telunjuk kanan pasien, dengan telapak tangan pasien menghadap ke
atas dan posisi ekstensi (jari kelingking bebas bergerak tidak
terhalang oleh tangan pemeriksa)
 Minta pasien mendekatkan (adduksi) dan menjauhkan (abduksi)
kelingking dari jari-jari lainnya. Bila pasien dapat melakukannya,
minta pasien menahan kelingkingnya pada posisi jauh dari jari
lainnya, kemudian jari tlunuk pemeriksa mendororng pada bagian
pangkal kelingking.
 Penilaian: bila jari kelingking pasien dapat menahan dorongan jari
pemeriksa, berarti kekuatan ototnya tergolong kuat. Bila jari
kelingking pasien tidak dapat menahan dorongan pemeriksa berarti
kekuatan ototnya tergolong sedang. Bila jari kelingking pasien tidak
dapat mendekat atau menjauh dari jari lainnya berarti sudah lumpuh.
 Bila hasil pemeriksaan meragukan, pemeriksa dapat melakukakan
pemeriksaan konfirmasi:
Minta pasien menjepit dengan kuat sehelai kertas yang diletakkan di
antara jari manis dan jari kelingking tersebut, lalu pemeriksa menarik
kertas rersebut sambil menilai ada tidaknya tahanan/jrpitan terhadap
kertas tersebut
Penilaian: bila kertas terlepas dengan mudah berarti kekuatan otot
lemah. Bila ada tahanan terhadap kertas berarti otot masih kuat.
- Saraf medianus
 Tangan kanan pemeriksa memegang jari telunjuk sampai kelingking
tangan kanan pasien agar telapk tangan pasien menghadap ke atas
dan dalam posisi ekstensi.
 Ibu jari pasien ditegakkan ke atas sehingga tegak lurus terhadap
telapak tangan pasien (seakan-akan menunjuk kea rah hidung) dan
pasien diminta untuk mempertahankan posisi tersebut
 Jari telunjuk pemeriksa menekan pangkal ibu jari pasien mendekati
telapak tangan.
 Penilaian: bila ada gerakan dan tahanan kuat berarti kekuatan ototnya
tergolong kuat. Bila ada gerakan dan tahanan lemah berarti kekuatan
ototnya tergolong sedang. Bila tidak ada gerkana berarti sudah
lumpuh.
 Selalu bandingkan kekuatan otot tangan kakan dan kiri untuk
menentukan adanya kelemahan.
- Saraf radialis
 Tangan kiri pemeriksa memegang punggung lengan bawah tangan
kanan pasien
 Pasien dimnta menggerakkan pergelangan tangan kanan yang
terkepal ke atas (ekstensi)
 Pasien diminta bertahan pada posisi ekstensi (ke atas) lal dengan
tangan kanan pemeriksa menarik tangan pasien ke arah pemeriksa
 Penilaian: bila pasien mampu menahan arikan berarti kekuatan
ototnya tergolong kuat. Bila ada gerakan tapi pasien tidak mampu
menahan tarikan berarti kekuatan ototnya tergolong sedang. Bila
tidak ada gerakan berarti lumpuh. (Pergelangan tangan tidak bisa
ditegakkan ke atas)
c. Kaki
- Fungsi sensorik saraf tibialis posterior
 Kaki kanan pasien diletakkan pada paha kiri, usahakan telapak kaki
menghadap ke atas
 Tangan kiri pemeriksa menyangga ujung jari kaki pasien
 Cara pemeriksaan sama seperti pada pemeriksaan rasa raba tangan.
 Bila pasien tidak dapat menunjukkan dua titik atau lebih berarti ada
ganggyan rasa raba pada saraf tersebut.
- Fungsi motorik saraf peroneus communis (popliteal lateralis)
 Dalam keadaan duduk, pasien diminta mengangkat ujung kaki
dengan tumit tetap terletak di lantaai (ekstensi maksimal)
 Pasien diminta bertahan pada posisi ekstensi tersebut lalu pemeriksa
dengan kedua tangan menekan punggung kaki pasien ke bawah/lantai
 Penilaian: bila ada gerakan dan pasien mampu menahan tekanan
pemeriksa berarti kekuatan otot tergolong kuat. Bila ada gerakan
namun pasien tifak mampu menahan tekanan berarti kekuatan otot
tergolong sedang. Bila tidak ada gerakan berarti lumpuh (ujung kaki
tidak bisa ditegakkan ke atas)
Mengakhiri Pemeriksaan Fisis
21 Jelaskan pada pasien/keluarga pasien tentang hasil pemeriksaan yang ditemukan dan
masih diperlukan beberapa pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis.
22 Jelaskan tentang diagnosis penyakitnya, rencana pengobatan, prognosis dan
komplikasi.
Membuat resume untuk arsip pasien
23 Tulislah resume secara keseluruhan (hasil anamnesis, hasil pemeriksaan fisis,
pengobatan sementara yang
diberikan dan pemeriksaan penunjang yang diminta) sebagai arsip pasien.

Anda mungkin juga menyukai