“ADIKSI INTERNET”
Pembimbing:
i
BAGIAN/SMF PSIKIATRI
SURABAYA
2019
Disusun oleh:
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
TIM PENYUSUN.................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan....................................................................................................2
1.4 Manfaat..................................................................................................2
2.2 Etiologi...................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Efek adiksi internet pada kesehatan fisiologis dan psikologis sangatlah luar
biasa. Efeknya terhadap kesehatan psikologis dalam tahun-tahun penting kehidupan
ini jelas menghambat produktivitas dan kinerja skolastik orang dewasa muda maupun
remaja. Memahami masalah dan memberikan intervensi tepat waktu sangatlah penting
untuk mencegah morbiditas psikologis jangka panjang (Saikia et al., 2019).
1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa saja batasan dari adiksi internet?
2. Apa saja jenis adiksi internet?
3. Bagaimana etiologi dari adiksi internet?
4. Bagaimana mekanisme terjadinya adiksi internet?
5. Bagaimana gejala dan derajat adiksi internet?
6. Bagaimana penilaian pasien dengan adiksi internet?
7. Bagaimana tatalaksana pasien dengan adiksi internet?
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dapat di ambil dari pembuatan makalah ini adalah sebagai
berikut:
2
1.4.2 Manfaat Praktis
Makalah ini diharapkan dapat memberikan gambaran pada masyarakat
mengenai adiksi internet sehingga dapat melakukan tindakan preventif.
Selain itu, makalah ini juga dapat digunakan sebagai pedoman dokter
dalam menangani pasien maupun masyarakat dengan adiksi internet.
BAB II
3
TINJAUAN PUSTAKA
Cromie (1999, dalam Kem, 2005) menyebutkan ancaman paling umum saat
seseorang kecanduan adalah ketidakmampuannya dalam mengatur emosi. Individu
lebih sering merasakan perasaan sedih, kesepian, marah, malu, takut untuk keluar,
berada dalam situasi konflik keluarga yang tinggi, dan memiliki self-esteem yang
rendah. Hal ini aka berdampak pada kehidupan sosial individu, seperti mempengaruhi
hubungan dengan teman sekamar, siswa lainnya, orangtua, teman, fakultas, dan
pembimbing. Pecandu juga kesulitan membedakan antara permainan atau fantasi dan
realita. Pecandu cenderung menutupi masalah psikologis tersebut.
4
2. Penarikan diri (withdrawal) terwujud melalui salah satu dari berikut:
Dua atau lebih dari hal-hal berikut (berkembang dalam beberapa hari
hingga satu bulan setelah kriteria a), yaitu: agitasi psikomotor,
kecemasan, pemikiran yang obsesif mengenai apa yang tengah terjadi
di internet, khayalan atau mimpi tentang internet, dan gerakan jari
seperti mengetik baik sadar maupun tak sadar.
3. Internet sering atau lebih sering digunakan lebih lama dari yang direncanakan.
2.2 Etiologi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi adiksi internet menurut Montag dan Reuter
(2015), yaitu dari segi sosial, psikologis dan biologis. Pada segi sosial didapatkan
bahwa individu mengalami kesulitan dalam melakukan komunikasi secara face to
face, sehingga lebih mudah untuk memilih menggunakan internet untuk melakukan
komunikasi karena dianggap lebih aman dan mudah. Rendahnya kemampuan
komunikasi dapat juga menyebabkan rendahnya harga diri, mengisolasi diri
menyebabkan permasalahan dalam hidup seperti kecanduan terhadap internet (Reuter,
2015).
5
Dari segi psikologis,kecanduan internet dapat disebabkan karena individu
mengalami permasalahan psikologis seperti depresi, kecemasan,obsessive compulsive
disorder (OCD), penyalahgunaan obat obat terlarang dan beberapa sindroma yang
berkaitan dengan gangguan psikologis. Gangguan tersebut memicu individu untuk
melarikan diri dari masalah, menerima hiburan menjadi rasa senang dari penggunaan
internet. Pelarian diri ini menyebabkan individu terdorong untuk lebih sering
menggunakan internet sebagai pelampiasan dan akan menyebabkan kecanduan
(Reuter, 2015).
Dari segi biologis. menunjukkan bahwa terdapat perbedaan fungsi otak antara
individu yang mengalami kecanduan internet dengan yang tidak. Individu yang
mengalami kecanduan internet menunjukkan bahwa dalam memproses informasi jauh
lebih lambat, kesulitan dalam mengontrol dirinya dan memiliki kecenderungan
kepribadian depresif. Penelitian tersebut dilakukan menggunakan functional magnetic
resonance image (fMRI) ( Montag &Reuter, 2015).
6
harus menggunakan waktu maupun passion yang lebih besar untuk mendapatkan
kepuasan yang sama. Pada fase ini, akan timbul reaksi-reaksi abstinen apabila
individu tersebut gagal menggunakan internet atau waktu penggunaan internetnya
berkurang, misalnya disforia, insomnia, emosional tidak stabil, iritabel, dll.
Selain itu, penggunaan internet akan menstimulasi sistem saraf pusat dari
individu tersebut, sehingga timbul perasaan puas dan gembira (euphoria). Perasaan
puas dan gembira tersebut menimbulkan dorongan bagi individu untuk terus
menggunakan internet. Ketika pecandu internet dihadapkan dengan isyarat terkait
Internet, akan terjadi peningkatan dopamine yaitu neurotransmitter yang berperan
penting dalam regulasi mood dan afek serta proses motivasi dan penghargaan yang
kuat yang berasal dari daerah striatal bersama dengan gangguan regulasi top-down
prefrontal (gangguan fungsi eksekutif di korteks prefrontal dorso-lateral dan proses
pemantauan dalam ACC) secara bertahap dapat menyebabkan hilangnya kontrol lebih
dari penggunaan Internet.
Gejala Adiksi Internet dapat muncul dalam manifestasi secara psikologis dan
secara fisik. Beberapa gejala psikologis adiksi internet termasuk:
Depresi
Suka berbohong
Perasaan bersalah
Cemas
Menelantarkan pekerjaan
Mood swing
Sakit punggung
7
Carpal Tunne Syndrome
Sakit kepala
Insomnia
Sakit leher
8
1. Seberapa sering Anda online lebih lama dari yang Anda rencanakan?
2. Seberapa sering Anda mengabaikan tugas rumah tangga demi bisa online lebih
lama?
5. Seberapa sering orang lain dalam hidup Anda mengeluh karena seringnya Anda
menghabiskan waktu untuk online?
6. Seberapa sering nilai Anda turun atau tugas sekolah Anda tercecer karena Anda
sering online?
7. Seberapa sering Anda memeriksa email dulu sebelum melakukan hal lain?
9. Seberapa sering Anda jadi mudah tersinggung atau tertutup jika ada orang yang
bertanya apa yang Anda lakukan saat online?
10. Seberapa sering Anda menutupi kecemasan Anda tentang kehidupan nyata
dengan nyamannya hidup dunia intenet?
11. Seberapa sering Anda menunggununggu waktu kapan bisa online lagi?
12. Seberapa sering Anda merasa takut bahwa hidup tanpa internet itu akan
membosankan, tidak bermakna, dan tidak menyenangkan?
13. Seberapa sering Anda menggerutu, membentak, atau merasa kesal ketika ada
orang yang mengganggu ketika Anda sedang online?
14. Seberapa sering Anda kehilangan jam tidur karena bergadang demi bisa online
saat malam?
15. Seberapa sering Anda memikirkan internet ketika sedang offline dan berkhayal
sedang online?
16. Seberapa sering Anda berkata “sebentar lagi” ketika sedang online?
9
17. Seberapa sering Anda berusaha mengurangi waktu untuk online tapi gagal?
18. Seberapa sering Anda merahasiakan sudah berapa lama Anda online?
19. Seberapa sering Anda lebih memilih online daripada keluar dengan teman-
teman?
20. Seberapa sering Anda merasa tertekan, tidak bersemangat, atau cemas ketika
offline, dan rasa itu hilang begitu Anda online lagi?
Setelah skor total telah dihitung dan kategorinya telah terpilih, maka perlu
dievaluasi pertanyaan dengan jawaban 4 (sangat sering) atau 5 (selalu) tersebut untuk
meningkatkan utilitas instrument. Jenis analisis item ini berguna untuk
mengidentifikasi dan menentukan bidang masalah spesifik terkait penyalahgunaan
internet. Secara keselurahan, YIAT menyediakan kerangka kerja untuk penilaian
situasi tertentu atau masalah yang disebabkan oleh penggunaan computer yang
berlebihan.
Menurut (Chick, 2018), (Cash et al., 2012) dan (Young and Abreu, 2011)
terapi adiksi internet diharapkan agar dapat mengendalikan penggunaan internet dan
menguranginya. Ada beberapa jenis terapi, antara lain:
10
Terapi ini dilakukan dengan cara pendekatan yang berorientasi pada
tindakan dan pemecahan masalah agar mengerti dampak adiksi internet
terhadap hubungan sosialnya dengan orang lain dan mengajarkan metode
penggunaan internet yang lebih positif. Pada sesi terapi ini akan diajarkan
teknik mengendalikan diri yang aman dan bertahap terhadap adiksi internet
agar meminimalkan keparahan gejalanya, karena apabila seseorang tidak
mampu mengendalikan adiksinya maka akan semakin susah untuk dihentikan.
2. Behavioural Activation.
Teknik terapi ini sangat efektif pada seseorang yang telah depresi
karena adiksi internet. Terapi ini bertujuan agar mencari hobi alternatif dan
meningkatkan aktivitas lain yang dapat mengurangi penggunaan internet.
5. Psikofarmaka
BAB III
RANGKUMAN
12
internet. Pelarian diri ini menyebabkan individu terdorong untuk lebih sering
menggunakan internet sebagai pelampiasan dan akan menyebabkan kecanduan.
Gejala Adiksi Internet dapat muncul dalam manifestasi secara psikologis dan secara
fisik. Beberapa gejala psikologis adiksi internet antara lain depresi, suka berbohong,
perasaan bersalah, cemas, tidak mengenal waktu, menelantarkan pekerjaan, mood
sang, mendapati masalah pada pekerjaannya. Sedangkan untuk gejala fisik adiksi
internet meliputi sakit punggung, carpal tunne syndrome, sakit kepala, insomnia,
gangguan pola makan, kebersihan diri buruk, sakit leher, mata kering dan masalah
penglihatan lainnya
13
15
DAFTAR PUSTAKA
Cash, H., D. Rae, C., H. Steel, A. and Winkler, A. (2012). Internet Addiction: A Brief
Summary of Research and Practice. Current Psychiatry Reviews, 8(4), pp.292-
298.
Frangos, C. C., Frangos, C. C., & Sotiropoulos, I. (2012, July). A meta-analysis of the
reliabilty of young’s internet addiction test. In Proceedings of the World
Congress on Engineering (Vol. 1, pp. 368-371). London, United Kingdom:
World Congress on Engineering.
Saikia, A., Das, J., Barman, P. and Bharali, M. (2019). Internet Addiction and its
Relationships with Depression, Anxiety, and Stress in Urban Adolescents of
Kamrup District, Assam. J Family Community Med, 26(2), pp.108-112.
Widyanto, L., & McMurran, M. (2004). The psychometric properties of the internet
addiction test. Cyberpsychology & behavior, 7(4), 443-450.
15