Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENYULUHAN

ILMU KEDOKTERAN JIWA

“ADIKSI INTERNET”

Pembimbing:

Yunias Setiawati, dr., Sp.KJ(K)

NIP : 19621212 201601 6 201

i
BAGIAN/SMF PSIKIATRI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SOETOMO

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2019

Disusun oleh:

1. Andi Yasmin Wijaya 011823143099

2. Nadia Mulyanti Gunawan 011823143100

3. Naura Ega Kahayani 011823143174

4. Zakaria Rasyid 011823143175

5. Mayori Rachmawati 011823143176

6. Haidar Ali Robbani 011823143177

7. Debie Setiarini 011823143116

8. Mutia Adjani 011823143117

9. Achmad Ari Pratama 011823143118

10. Bella Dicky Wibowo 011823143119

11. Shofia Ihtasya 011823143120

12. Nurun Nujum 011823143178

13. M Hammam Mahrus 011823143179

14. Hernawan Febrianto 011823143002

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i

TIM PENYUSUN.................................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang........................................................................................1

1.2 Rumusan masalah..................................................................................2

1.3 Tujuan....................................................................................................2

1.4 Manfaat..................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batasan Adiksi dan Adiksi Internet.......................................................4

2.2 Etiologi...................................................................................................5

2.3 Mekanisme Adiksi.................................................................................6

2.4 Gejala dan Derajat Adiksi......................................................................7

2.5 Penilaian Adiksi.....................................................................................10

2.6 Tatalaksana Adiksi Internet...................................................................11

BAB III RINGKASAN.........................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meningkatnya popularitas dan frekuensi penggunaan internet telah


menyebabkan munculnya suatu kasus klinis yang merujuk pada gejala
penyalahgunaan. Dalam 15 tahun terakhir, penggunaan internet telah berkembang
sangat pesat. Menurut data yang ada, bahkan sekitar 40% dari total populasi dunia
sedang online saat ini. Perkiraan prevalensi adiksi internet juga sangat bervariasi,
meskipun dapat diperkirakan saat ini besarnya prevalensi adiksi internet pada populasi
dewasa umum adalah sekitar 2%. Klasifikasi adiksi internet saat ini masih
kontroversial dan ada beberapa kriteria diagnostik serta berbagai alat ukur. Namun
tidak ada kriteria diagnostik yang diterima secara luas (Poli, 2017).

Efek adiksi internet pada kesehatan fisiologis dan psikologis sangatlah luar
biasa. Efeknya terhadap kesehatan psikologis dalam tahun-tahun penting kehidupan
ini jelas menghambat produktivitas dan kinerja skolastik orang dewasa muda maupun
remaja. Memahami masalah dan memberikan intervensi tepat waktu sangatlah penting
untuk mencegah morbiditas psikologis jangka panjang (Saikia et al., 2019).

Dengan penetrasi internet yang cepat ke seluruh penjuru dunia,


ketergantungan terhadapnya untuk berbagai keperluan mulai dari media sosial,
pengumpulan data hingga berita, telah meningkat. Orang sering memasuki koridor
sempit di dunia maya baik untuk melarikan diri dari depresi atau untuk mendapatkan
penerimaan dari teman dan teman sebaya. Sebuah penelitian telah menunjukkan
hubungan yang signifikan antara kecanduan internet dan depresi, kecemasan, dan
stres. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang holistik untuk membatasi
penggunaan Internet oleh remaja dengan melibatkan dan mendidik orang tua, guru,
dan pembuat kebijakan tentang konsekuensi buruk dari terjadinya adiksi internet
(Saikia et al., 2019).

1
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa saja batasan dari adiksi internet?
2. Apa saja jenis adiksi internet?
3. Bagaimana etiologi dari adiksi internet?
4. Bagaimana mekanisme terjadinya adiksi internet?
5. Bagaimana gejala dan derajat adiksi internet?
6. Bagaimana penilaian pasien dengan adiksi internet?
7. Bagaimana tatalaksana pasien dengan adiksi internet?

1.3 Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Mengetahui batasan dari adiksi internet.
2. Mengetahui berbagai jenis adiksi internet.
3. Mengetahui etiologi dari adiksi internet.
4. Mengetahui mekanisme terjadinya adiksi internet.
5. Mengetahui gejala dan derajat adiksi internet.
6. Mengetahui penilaian pasien dengan adiksi internet.
7. Mengetahui tatalaksana pasien dengan adiksi internet.

1.4 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dapat di ambil dari pembuatan makalah ini adalah sebagai
berikut:

1.4.1 Manfaat Akademis


Makalah ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi
mengenai batasan, jenis, etiologi, mekanisme, gejala, penilaian, dan
tatalaksana pada pasien dengan adiksi internet.

2
1.4.2 Manfaat Praktis
Makalah ini diharapkan dapat memberikan gambaran pada masyarakat
mengenai adiksi internet sehingga dapat melakukan tindakan preventif.
Selain itu, makalah ini juga dapat digunakan sebagai pedoman dokter
dalam menangani pasien maupun masyarakat dengan adiksi internet.

BAB II
3
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batasan Adiksi dan Adiksi Internet

Menurut istilah awam, segala bentuk kegiatan yang menimbulkan ketagihan


adalah kecanduan. Hal tersebut tidak sepenuhnya salah, namun pada dasarnya
terdapat 2 syarat yang harus dipenuhi untuk menegakkan diagnosis kecanduan, yaitu
dependence (ketergantungan) dan withdrawal (Yee, 2003). Seseorang yang
mengalami dependence pada zat maka dia akan selalu memerlukan zat tersebut untuk
membuat hidupnya terus berjalan, tanpa zat maka dia tidak bisa melakukan aktivitas
sehari-hari seperti biasa. Jika penggunaan zat dihentikan maka dia akan mengalami
withdrawal (penarikan diri) yang ditandai dengan marah, cemas, mudah tersinggung,
dan frustrasi.

Cromie (1999, dalam Kem, 2005) menyebutkan ancaman paling umum saat
seseorang kecanduan adalah ketidakmampuannya dalam mengatur emosi. Individu
lebih sering merasakan perasaan sedih, kesepian, marah, malu, takut untuk keluar,
berada dalam situasi konflik keluarga yang tinggi, dan memiliki self-esteem yang
rendah. Hal ini aka berdampak pada kehidupan sosial individu, seperti mempengaruhi
hubungan dengan teman sekamar, siswa lainnya, orangtua, teman, fakultas, dan
pembimbing. Pecandu juga kesulitan membedakan antara permainan atau fantasi dan
realita. Pecandu cenderung menutupi masalah psikologis tersebut.

Kecanduan internet games merupakan jenis kecanduan psikologis seperti


halnya Internet Addiction Disorder (IAD). menyebutkan bahwa penggunaan internet
yang maladaptif yang mengarah pada perusakan atau distress yang signifikan secara
klinis dan terwujud melalui tiga atau lebih dari hal-hal berikut, yang terjadi kapan saja
dalam tempo 12 bulan yang sama (Ivan Goldberg, 1996):

1. Toleransi, didefinisikan oleh salah satu dari berikut:

a. Demi mencapai kepuasan, jumlah waktu penggunaan internet meningkat


secara mencolok.

b. Kepuasan yang diperoleh dalam menggunakan internet secara terus-


menerus dalam jumlah waktu yang sama, akan menurun secara mencolok.

4
2. Penarikan diri (withdrawal) terwujud melalui salah satu dari berikut:

a. Sindrom penarikan diri (withdrawal syndrome) yang khas:

 Penghentian atau pengurangan internet terasa berat dan lama

 Dua atau lebih dari hal-hal berikut (berkembang dalam beberapa hari
hingga satu bulan setelah kriteria a), yaitu: agitasi psikomotor,
kecemasan, pemikiran yang obsesif mengenai apa yang tengah terjadi
di internet, khayalan atau mimpi tentang internet, dan gerakan jari
seperti mengetik baik sadar maupun tak sadar.

b. Penggunaan atas jasa online yang mirip, dilakukan untuk menghilangkan


atau menghindarkan simtom-simtom penarikan diriI.

3. Internet sering atau lebih sering digunakan lebih lama dari yang direncanakan.

4. Usaha yang gagal dalam mengendalikan penggunaan internet.

5. Menghabiskan banyak waktu dalam kegiatan yang berhubungan dengan


penggunaan internet.

6. Kegiatan-kegiatan yang penting seperti bidang sosial, pekerjaan, atau


rekreasional dihentikan atau dikurangi karena penggunaan internet.

Penggunaan internet tetap dilakukan walaupun mengetahui adanya masalah-


masalah fisik, sosial, pekerjaan, atau psikologis yang kerap timbul dan kemungkinan
besar disebabkan penggunaan internet.

2.2 Etiologi

Hal-hal yang dapat mempengaruhi adiksi internet menurut Montag dan Reuter
(2015), yaitu dari segi sosial, psikologis dan biologis. Pada segi sosial didapatkan
bahwa individu mengalami kesulitan dalam melakukan komunikasi secara face to
face, sehingga lebih mudah untuk memilih menggunakan internet untuk melakukan
komunikasi karena dianggap lebih aman dan mudah. Rendahnya kemampuan
komunikasi dapat juga menyebabkan rendahnya harga diri, mengisolasi diri
menyebabkan permasalahan dalam hidup seperti kecanduan terhadap internet (Reuter,
2015).

5
Dari segi psikologis,kecanduan internet dapat disebabkan karena individu
mengalami permasalahan psikologis seperti depresi, kecemasan,obsessive compulsive
disorder (OCD), penyalahgunaan obat obat terlarang dan beberapa sindroma yang
berkaitan dengan gangguan psikologis. Gangguan tersebut memicu individu untuk
melarikan diri dari masalah, menerima hiburan menjadi rasa senang dari penggunaan
internet. Pelarian diri ini menyebabkan individu terdorong untuk lebih sering
menggunakan internet sebagai pelampiasan dan akan menyebabkan kecanduan
(Reuter, 2015).

Dari segi biologis. menunjukkan bahwa terdapat perbedaan fungsi otak antara
individu yang mengalami kecanduan internet dengan yang tidak. Individu yang
mengalami kecanduan internet menunjukkan bahwa dalam memproses informasi jauh
lebih lambat, kesulitan dalam mengontrol dirinya dan memiliki kecenderungan
kepribadian depresif. Penelitian tersebut dilakukan menggunakan functional magnetic
resonance image (fMRI) ( Montag &Reuter, 2015).

Faktor psikologis merupakan faktor yang disebabkan karena individu


mengalami permasalahan psikologis dengan memungkinkan individu untuk melarikan
diri dari kenyataan,sehingga menyebabkan individu terdorong untuk lebih sering
menggunakan internet sebagai pelampiasan dan akan membuat kecanduan ( Montag
&Reuter, 2015).

2.3 Mekanisme Adiksi

Kecendrungan seseorang untuk mencari kesenangan dan menghindar dari rasa


sakit menimbulkan dorongan impuls untuk menggunakan Internet. Penguatan positif
melalui Internet dapat menghasilkan kognisi yang maladaptif seperti “Di dunia online
saya orang yang sukses, tetapi di dunia offline saya bukan siapa-siapa ”. Pikiran yang
berpotensi delusi seperti itu sering diperkuat oleh interaksi online yang melimpah
(mis., Sukses dalam permainan komputer online atau mendapatkan hadiah instan
dengan pesan lucu atau ramah melalui saluran komunikasi sosial online seperti
Facebook atau WhatsApp). Perasaan puas dan gembira tersebut menimbulkan
dorongan bagi individu untuk terus menggunakan internet. Ketika sudah terbentuk
adiksi, pengalaman euforik tersebut akan menjadi kebiasaan dan dilakukan terus
menerus. Oleh karena dilakukan terus menerus, ambang sensorik dari pengalaman
euforik akibat penggunaan internet tersebut meningkat, sehingga individu tersebut

6
harus menggunakan waktu maupun passion yang lebih besar untuk mendapatkan
kepuasan yang sama. Pada fase ini, akan timbul reaksi-reaksi abstinen apabila
individu tersebut gagal menggunakan internet atau waktu penggunaan internetnya
berkurang, misalnya disforia, insomnia, emosional tidak stabil, iritabel, dll.

Selain itu, penggunaan internet akan menstimulasi sistem saraf pusat dari
individu tersebut, sehingga timbul perasaan puas dan gembira (euphoria). Perasaan
puas dan gembira tersebut menimbulkan dorongan bagi individu untuk terus
menggunakan internet. Ketika pecandu internet dihadapkan dengan isyarat terkait
Internet, akan terjadi peningkatan dopamine yaitu neurotransmitter yang berperan
penting dalam regulasi mood dan afek serta proses motivasi dan penghargaan yang
kuat yang berasal dari daerah striatal bersama dengan gangguan regulasi top-down
prefrontal (gangguan fungsi eksekutif di korteks prefrontal dorso-lateral dan proses
pemantauan dalam ACC) secara bertahap dapat menyebabkan hilangnya kontrol lebih
dari penggunaan Internet.

2.4 Gejala dan Derajat Adiksi

Gejala Adiksi Internet dapat muncul dalam manifestasi secara psikologis dan
secara fisik. Beberapa gejala psikologis adiksi internet termasuk:

 Depresi

 Suka berbohong

 Perasaan bersalah

 Cemas

 Tidak mengenal waktu

 Menelantarkan pekerjaan

 Mood swing

 Mendapati masalah pada pekerjaannya

Gejala fisik adiksi internet meliputi:

 Sakit punggung
7
 Carpal Tunne Syndrome

 Sakit kepala

 Insomnia

 Gangguan pola makan

 Kebersihan diri buruk

 Sakit leher

 Mata Kering dan Masalah Penglihatan lainnya

2.5. Penilaian Adiksi

Ada beberapa instrumen terstandarisasi yang telah dikembangkan untuk


menilai adiksi internet (Weinstein & Lejoyeux, 2010). Salah satunya adalah Young
Internet Addiction Test. Kuesioner tersebut didesain untuk menilai status dan
tingkatan adiksi internet pada individu (Widyanto & McMurran, 2004). Kuesioner ini
telah divalidasi di banyak negara dan digunakan di beberapa penelitian epidemiologi.
YIAT dikatakan lebih reliabel pada poulasi yang lebih muda dan populasi yang
tinggal di daerah Asia (Frangos, 2012).

Untuk pengujian validitas dan reliabilitas YIAT sudah pernah diteliti di


Indonesia dan menunjukkan validitas dan reliabilitas yang tinggi (Ningtyas, 2013).
Sejak perkembangan dari YIAT, instrumen penilaian adiksi internet lain juga
berkembang, seperti Chen Internet Addiction Scale, Compulsive Internet Use Scale,
Problematic Internet Use Questionnaire, Generalized Problematic Internet Use Scale,
Internet-Related Addictive Behavior Inventory, dan Pathological Internet Use Scale
(Jares et al., 2013). Sedangkan tes yang akan digunakan untuk kali ini adalah milik
YIAT. Alat tes ini merupakan alat tes yang mengukur konstruk perilaku adiksi
terhadap penggunaan internet.Alat tes ini dapat digolongkan ke dalam jenis alat tes
kepribadian, yaitu alat tes yang  bertujuan mengukur perilaku adiksi internet pada
individu yang menjadi internet user . Alat tes ini akan digunakan untuk kepentingan
kuratif dan preventif pada individu yang menjadi internet user. Skor alat tes ini dapat
mengidentifikasi seberapa adiksi individu terhadap internet.

8
1. Seberapa sering Anda online lebih lama dari yang Anda rencanakan?

2. Seberapa sering Anda mengabaikan tugas rumah tangga demi bisa online lebih
lama?

3. Seberapa sering Anda lebih memilih kesenangan main internet dibandingkan


menghabiskan waktu bersama teman?

4. Seberapa sering Anda menjalin pertemanan baru dengan sesama pengguna


internet?

5. Seberapa sering orang lain dalam hidup Anda mengeluh karena seringnya Anda
menghabiskan waktu untuk online?

6. Seberapa sering nilai Anda turun atau tugas sekolah Anda tercecer karena Anda
sering online?

7. Seberapa sering Anda memeriksa email dulu sebelum melakukan hal lain?

8. Seberapa sering kualitas pekerjaan atau produktivitas Anda merosot karena


internet?

9. Seberapa sering Anda jadi mudah tersinggung atau tertutup jika ada orang yang
bertanya apa yang Anda lakukan saat online?

10. Seberapa sering Anda menutupi kecemasan Anda tentang kehidupan nyata
dengan nyamannya hidup dunia intenet?

11. Seberapa sering Anda menunggununggu waktu kapan bisa online lagi?

12. Seberapa sering Anda merasa takut bahwa hidup tanpa internet itu akan
membosankan, tidak bermakna, dan tidak menyenangkan?

13. Seberapa sering Anda menggerutu, membentak, atau merasa kesal ketika ada
orang yang mengganggu ketika Anda sedang online?

14. Seberapa sering Anda kehilangan jam tidur karena bergadang demi bisa online
saat malam?

15. Seberapa sering Anda memikirkan internet ketika sedang offline dan berkhayal
sedang online?

16. Seberapa sering Anda berkata “sebentar lagi” ketika sedang online?
9
17. Seberapa sering Anda berusaha mengurangi waktu untuk online tapi gagal?

18. Seberapa sering Anda merahasiakan sudah berapa lama Anda online?

19. Seberapa sering Anda lebih memilih online daripada keluar dengan teman-
teman?

20. Seberapa sering Anda merasa tertekan, tidak bersemangat, atau cemas ketika
offline, dan rasa itu hilang begitu Anda online lagi?

Dari 20 pertanyaan di atas, kuesioner IAT yang dibagikan memiliki 20


pertanyaan dengan masing-masing pertanyaan memiliki nilai minimal 0 dan maksimal
5. Penilaian total yang didapatkan adalah dengan menjumlahkan nilai yang didapat.
Pengelompokan nilai total berdasarkan berikut.

• 0-30 : Tingkat penggunaan internet yang normal

• 31-49 : Kecanduan internet ringan (mild)

• 50-79 : Kecanduan internet sedang (moderate)

• 80-100: Kecanduan internet parah (severe)

Setelah skor total telah dihitung dan kategorinya telah terpilih, maka perlu
dievaluasi pertanyaan dengan jawaban 4 (sangat sering) atau 5 (selalu) tersebut untuk
meningkatkan utilitas instrument. Jenis analisis item ini berguna untuk
mengidentifikasi dan menentukan bidang masalah spesifik terkait penyalahgunaan
internet. Secara keselurahan, YIAT menyediakan kerangka kerja untuk penilaian
situasi tertentu atau masalah yang disebabkan oleh penggunaan computer yang
berlebihan.

2.6. Tatalaksana Adiksi Internet

Menurut (Chick, 2018), (Cash et al., 2012) dan (Young and Abreu, 2011)
terapi adiksi internet diharapkan agar dapat mengendalikan penggunaan internet dan
menguranginya. Ada beberapa jenis terapi, antara lain:

1. Cognitive Behavior Therapy (CBT)

10
Terapi ini dilakukan dengan cara pendekatan yang berorientasi pada
tindakan dan pemecahan masalah agar mengerti dampak adiksi internet
terhadap hubungan sosialnya dengan orang lain dan mengajarkan metode
penggunaan internet yang lebih positif. Pada sesi terapi ini akan diajarkan
teknik mengendalikan diri yang aman dan bertahap terhadap adiksi internet
agar meminimalkan keparahan gejalanya, karena apabila seseorang tidak
mampu mengendalikan adiksinya maka akan semakin susah untuk dihentikan.

2. Behavioural Activation.

Teknik terapi ini sangat efektif pada seseorang yang telah depresi
karena adiksi internet. Terapi ini bertujuan agar mencari hobi alternatif dan
meningkatkan aktivitas lain yang dapat mengurangi penggunaan internet.

3. Reality Therapy (RT).

Teknik ini membantu individu meningkatkan nilai hidupnya dan


berkomitmen membuat perubahan dalam hidupnya. Terdapat 3 konsep dalam
terapi ini, yaitu kerjasama antara dokter dan pasien, memotivasi pasien agar
memiliki ide-idenya sendiri untuk berubah, serta pada terapi ini menekankan
bahwa yang dapat membuat keputusan untuk melakukan perubahan adalah
dirinya sendiri bukan orang lain. Pada teknik ini tidak hanya memberi
kekuatan pada pasien tetapi juga agar pasien bertanggung jawab atas
tindakannya sendiri.

4. Terapi utama kerjasama antara dokter dan keluarga adalah:

a) Membatasi dan menjadwalkan waktu penggunaan internet dengan


pengawasan.

b) Mendorong minat untuk melakukan aktivitas sosial atau mencari hobi


alternatif.

c) Menggunakan waktu luang untuk mencari solusi atas masalah yang


dialami.

5. Psikofarmaka

Beberapa studi telah memberikan psikofarmaka untuk pasien dengan


kecanduan internet. Diantaranya adalah anti-depresan seperti Selective
11
Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI), Mood stabilizer dan anti-anxietas juga
dapat digunakan sebagai psikofarmaka adiksi internet karena adanya komorbid
psikiatri yang menyertai (depresi, gangguan cemas, mood swing)

BAB III

RANGKUMAN

Dari segi psikologis,kecanduan internet dapat disebabkan karena individu


mengalami permasalahan psikologis seperti depresi, kecemasan,obsessive compulsive
disorder (OCD), penyalahgunaan obat obat terlarang dan beberapa sindroma yang
berkaitan dengan gangguan psikologis. Gangguan tersebut memicu individu untuk
melarikan diri dari masalah, menerima hiburan menjadi rasa senang dari penggunaan

12
internet. Pelarian diri ini menyebabkan individu terdorong untuk lebih sering
menggunakan internet sebagai pelampiasan dan akan menyebabkan kecanduan.

Penguatan positif melalui Internet dapat menghasilkan kognisi yang


maladaptif seperti “Di dunia online saya orang yang sukses, tetapi di dunia offline
saya bukan siapa-siapa ”. Pikiran yang berpotensi delusi seperti itu sering diperkuat
oleh interaksi online yang melimpah (mis., Sukses dalam permainan komputer online
atau mendapatkan hadiah instan dengan pesan lucu atau ramah melalui saluran
komunikasi sosial online seperti Facebook atau WhatsApp). Perasaan puas dan
gembira tersebut menimbulkan dorongan bagi individu untuk terus menggunakan
internet.

Gejala Adiksi Internet dapat muncul dalam manifestasi secara psikologis dan secara
fisik. Beberapa gejala psikologis adiksi internet antara lain depresi, suka berbohong,
perasaan bersalah, cemas, tidak mengenal waktu, menelantarkan pekerjaan, mood
sang, mendapati masalah pada pekerjaannya. Sedangkan untuk gejala fisik adiksi
internet meliputi sakit punggung, carpal tunne syndrome, sakit kepala, insomnia,
gangguan pola makan, kebersihan diri buruk, sakit leher, mata kering dan masalah
penglihatan lainnya

Terapi adiksi internet diharapkan agar dapat mengendalikan penggunaan


internet dan menguranginya. Ada beberapa jenis terapi, antara lain cognitive behavior
therapy (CBT), behavioural activation., reality therapy (RT), terapi utama kerjasama
antara dokter dan keluarga dan psikofarmaka.

13
15

DAFTAR PUSTAKA

Cash, H., D. Rae, C., H. Steel, A. and Winkler, A. (2012). Internet Addiction: A Brief
Summary of Research and Practice. Current Psychiatry Reviews, 8(4), pp.292-
298.

Chick, S. (2018). Internet Addiction Treatment & Counselling | Priory Group.


[online] Priorygroup.com. Available at:
https://www.priorygroup.com/addiction-treatment/internet-addiction-treatment
[Accessed 24 Jul. 2019].

Cromie, W. (1999) Computer Addiction is coming On-Line. Retrieved from


http://www.news.harvard.edu/gazette/1999/01/.21/computer.html

Frangos, C. C., Frangos, C. C., & Sotiropoulos, I. (2012, July). A meta-analysis of the
reliabilty of young’s internet addiction test. In Proceedings of the World
Congress on Engineering (Vol. 1, pp. 368-371). London, United Kingdom:
World Congress on Engineering.

Montag & M. Reuter (Eds). Internet addiction, studies in neuroscience, psychology


and behavioral economics (pp. 77-91). London: Springer International
Publishing.

Pezoa-Jares, R. E., Espinoza-Luna, I. L., & Vasquez-Medina, J. A. (2012). Internet


addiction: A review. Journal of Addiction Research and Therapy S, 6, 004.

Poli, R. (2017). Internet addiction update: diagnostic criteria, assessment and


prevalence. Neuropsychiatry, 07(01).

Saikia, A., Das, J., Barman, P. and Bharali, M. (2019). Internet Addiction and its
Relationships with Depression, Anxiety, and Stress in Urban Adolescents of
Kamrup District, Assam. J Family Community Med, 26(2), pp.108-112.

Weinstein, A., & Lejoyeux, M. (2010). Internet addiction or excessive internet


use. The American journal of drug and alcohol abuse, 36(5), 277-283.

Widyanto, L., & McMurran, M. (2004). The psychometric properties of the internet
addiction test. Cyberpsychology & behavior, 7(4), 443-450.
15

Young, K. and Abreu, C. (2011). Internet addiction: A Handbook and Guide to


Evaluation and Treatment. Hoboken, N.J.: John Wiley & Sons.

Anda mungkin juga menyukai