Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PSIKOLOGI KOMUNIKASI

“Adiksi Internet; Salience; Tolerance; Mood Modification”

Dosen Pengampu :
JOANNE PINGKAN M TANGKUDUNG M,Si
Drs. JULIUS L K RANDANG M.Si

Disusun Oleh :
Marsell Stefen Lontaan 230814050098
Casey Gerungan 210811050136
Deo Egeten 210811050118
Eirene Eklesia Samudji 210811050070
Megenly Runtulalo 210811050168
Nesya Putri Panggau 210811050050

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
yang diberikan-Nya sehingga tugas makalah kelompok 5 dengan judul “Adiksi Internet;
Salience, Tolerance, Mood Modification” dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Psikologi
Komunikasi. Makalah ini kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai sumber sehingga memperlancar proses pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua
itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritikan dari
segala pihak. Akhir kata kami berharap semoga isi dari makalah ini dapat memberikan
manfaat dan inspirasi bagi siapa saja yang membacanya.

Manado, 31 Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
BAB I ................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................ 1
1.3 Tujuan ......................................................................................................................... 1
BAB II.................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN .................................................................................................................. 2
2.1 Adiksi Internet ............................................................................................................. 2
2.1.1 Salience ................................................................................................................. 3
2.1.2 Tolerance .............................................................................................................. 4
2.1.3 Mood modification ................................................................................................ 4
2.2 Aspek-Aspek Adiksi Internet ....................................................................................... 4
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Adiksi Internet ..................................................... 5
BAB III ................................................................................................................................ 7
PENUTUP ........................................................................................................................... 7
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam era digital yang semakin maju, internet telah menjadi bagian integral
dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan internet tidak hanya sebagai sumber
informasi, tetapi juga sebagai alat komunikasi, hiburan, dan banyak lagi. Meskipun
internet menawarkan banyak manfaat, ada tanda-tanda meningkatnya masalah terkait
penggunaan berlebihan yang disebut sebagai "adiksi internet." Adiksi internet adalah
fenomena yang semakin mendapat perhatian dalam penelitian psikologi komunikasi
karena dampaknya yang luas pada kesejahteraan individu.
Dalam konteks psikologi komunikasi, memahami aspek psikologis dari adiksi
internet, seperti peran komunikasi online, motivasi, dan dampak emosional, adalah
penting untuk mengembangkan strategi pencegahan dan intervensi yang efektif. Oleh
karena itu, penelitian dan analisis dalam bidang psikologi komunikasi sangat relevan
untuk mengeksplorasi adiksi internet dan dampaknya pada individu dan masyarakat.
Dengan memahami karakteristik adiksi internet, kita dapat mengidentifikasi
faktor-faktor penyebabnya dan mengembangkan solusi yang lebih efektif dalam
mengatasi masalah ini. Dalam makalah ini, kita akan mengeksplorasi adiksi internet
dengan fokus pada salience, tolerance, dan mood modification, serta
mempertimbangkan peran psikologi komunikasi dalam pemahaman lebih lanjut
mengenai fenomena ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Adiksi Internet?
2. Apa pengertian dari Konsep Salience?
3. Apa yang dimaksud dengan Tolerance?
4. Apa itu Mood Modification?

1.3 Tujuan
1. Untuk memahami apa itu Adiksi Internet
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep salience berkaitan dengan adiksi internet
3. Untuk memahami apa arti dari Tolerance
4. Untuk mengetahui bagaimana mood modification terkait dengan adiksi internet

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Adiksi Internet


Addiction atau adiksi atau kecanduan adalah keadaan dimana seseorang memiliki dorongan
tak terkendali, sering disertai dengan hilangnya kontrol, keasyikan dengan penggunaan, dan
terus menggunakan meskipun menyebabkan masalah Penggunaan kata adiksi sebenarnya
lebih tepat digunakan pada kecanduan obat. Meskipun demikian, definisi adiksi telah
mengalami pergeseran arti dan mencakup sejumlah perilaku, seperti judi berulang, bermain
video game, makan berlebihan, olahraga, hubungan percintaan, dan menonton televisi
(Young, 2017).
Young (2010) menyebutkan bahwa adiksi internet didefinisikan sebagai ketidakmampuan
individu untuk mengontrol penggunaan internet, menghasilkan masalah berat dan
ketidaklengkapan kerja otak atau mental fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Kecanduan
internet merupakan sebuah sindrom yang ditandai dengan menghabiskan sejumlah waktu
yang sangat banyak dalam menggunakan internet dan tidak mampu mengontrol
penggunaanya saat online. Menurut Orzack (2004) kecanduan internet merupakan suatu
kondisi dimana individu merasa bahwa dunia maya dilayar komputernya lebih menarik
daripada kehidupan nyata sehari-hari yang dijalaninya.
Adiksi internet ditandai dengan keasyikan yang berlebihan atau kurang terkontrol dorongan
atau perilaku mengenai penggunaan komputer dan akses internet yang menyebabkan
gangguan atau penderitaan. Black et al. mendefinisikan adiksi internet adalah pengguna
komputer yang kompulsif. Dalam fenomena adiksi internet, terdapat lima subtype telah
diklasifikasikan yaitu :
1. Adiksi Cybersexual: individu terlibat dalam perilaku melihat, mengunduh, dan
menjual pornografi online.
2. Adiksi Cyber-relational: orang lain terlibat dalam hubungan secara online dan lebih
penting daripada kehidupan sebenarnya.
3. Net compulsions: seperti perjudian, belanja, dan perdagangan online.
4. Informasi yang berlebihan: terlalu sering melakukan pencarian informasi dari internet
5. Adiksi Komputer: individu yang terlibat dengan game yang sangat berlebihan.
Adiksi internet ditinjau dari 3 teori realitas
Pada buku The Routledge Companion oleh Martin Curd membahas tentang epistemik dari
teori relativisme. Epistemik relativisme yang dimaksud adalah pandangan yang menyatakan
bahwa sains selalu terikat oleh sejarah, budaya, konseptual tertentu dan kebenarannya hanya
relatif terhadap kondisi produksi para saintis. Konsepsi objektivitas sains tentang realism
ilmu pengetahuan terdiri dari tiga macam teori realistas yaitu realitas yang dikonstruksi,
realitas yang dipersepsi, dan realitas objektif(apa adanya).
1. Realitas Objektif
Adiksi internet jika dilihat dari teori realitas objektif yaitu banyaknya peneliti yang yakin
bahwa terdapat perilaku adiksi internet dimana proposal pertama kalinya yang digunakan
untuk mendiagnosis kriteria DSM-IV sebagai gangguan adiksi internet yaitu oleh Dr. Young

2
pada tahun 1996 menggunakan Diagnostic Questionnaire (YDQ). Berbagai macam kriteria
adiksi internet ini banyak diusulkan dan dipelajari oleh peneliti-peneliti lainnya, dan beberapa
diantaranya telah divalidasi. Usulan tersebut diperkuat kembali dengan beberapa alat
penilaian untuk mengevaluasi yaitu Questionnaire, Young’s Internet Addiction Test, the
Problematic Internet Use Questionnaire (PIUQ) yang dikembangkan oleh Demetrovics,
Szeredi, dan Pozsa, dan The Compulsive Internet Use Scale (CIUS). Ini semua dalah contoh
intrumen yang digunakan untuk menilai adanya adiksi internet. MRI (Magnetic Resonance
Imaging) Menggunakan Siemens 3.0 T Scanner dengan serangkaian 192 gambar anatomi
resolusi tinggi.
2. Realitas Persepsi
Realitas persepsi memandang adiksi internet terdapat hubungan adiksi internet dengan
mekanisme otak menurut beberapa ahli. Dari beberapa pendapat tersebut menunjukkan
kesamaan hasil terhadap gangguan penggunaan obat. Oleh karena itu, pembuktian ini
diklasifikasikan atau dinamakan sebagai adiksi internet.
3. Realitas yang dikonstruksi
Perdebatan yang berlangsung tentang cara terbaik untuk mengklasifikasikan perilaku
yang dicirikan oleh berjam-jam lamanya untuk menghabiskan waktu bermain komputer /
internet/ video game, semua hal yang berhubungan dengan teknologi yang disertai dengan
perubahan suasana hati, keasyikan dengan internet dan media digital lainnya,
ketidakmampuan untuk mengontrol jumlah waktu yang dihabiskan berinteraksi dengan
teknologi digital. Beberapa peneliti dan praktisi kesehatan mental melihat penggunaan
internet yang berlebihan sebagai gejala gangguan. Konsensus yang berkembang bahwa
konstelasi gejala ini adalah kecanduan. Kemudian, American Society of Addiction Medicine
(ASAM) merilis definisi baru kecanduan sebagai gangguan otak kronis, secara resmi
mengusulkan untuk pertama kalinya bahwa kecanduan tidak dibatasi karena penggunaan zat.
Adiksi internet memiliki beberapa karakteristik yang mencakup "salience"
(ketidakmampuan untuk mengabaikan internet), "tolerance" (kebutuhan untuk meningkatkan
waktu yang dihabiskan online), dan "mood modification" (penggunaan internet untuk
mengubah suasana hati). Ketiga karakteristik ini adalah gejala-gejala kunci dari adiksi
internet yang perlu dipahami lebih dalam untuk membantu individu yang terkena dampaknya.

2.1.1 Salience
Motivational salience ialah proses kognitif dan bentuk perhatian yang mendorong,
atau menggerakkan perilaku menuju atau menjauhi objek peristiwa, atau akibat. Salience
terjadi ketika Anda tidak lagi bisa mengendalikan "hawa nafsu". Salience muncul dalam
kehidupan kita sehari-hari, misalnya ketika kita jatuh cinta.
Kiss dan Griffiths (2015) menjadikan salience sebagai pembeda antara penderita adiksi
internet dan pengguna internet lainnya. Saya akan menggunakan kriteria adiksi normal yang
Anda gunakan untuk adiksi yang berkaitan dengan napza dan adiksi lainnya untuk
mendiagnosis adiksi internet): ketika perilaku tersebut berjalan dengan dinamikanya sendiri
ketika individu menimbulkan kesan bahwa ia sudah tidak mampu mengendalikan lagi apa
yang ia lakukan; ketika ia merasakan kesulitan untuk tidak menggunakannya dalam waktu
tertentu, misalnya, ketika perangkat kerasnya rusak.

3
Untuk orang ini, keadaan itu sudah tidak tertahankan lagi; ia harus mendapatkan perangkat
keras yang baru dengan segera dan dengan cara apa pun. Kemudian, tentu saja terungkap
betapa pentingnya kegiatan internet itu baginya sehingga kegiatan hidup lainnya di
tinggalkan. Satu-satunya yang ia kerjakan, yakni duduk di depan komputer-bermain dan
mengobrol-menjadi sangat dominan dan kegiatan lainnya menderita.
Contoh :
1) Seorang remaja yang seharusnya menghabiskan waktu berkualitas dengan
keluarganya terus-menerus terlibat dalam obrolan grup online dengan teman-
temannya. Dia merasa sangat sulit untuk memisahkan diri dari ponselnya.
2) Seorang mahasiswa yang seharusnya belajar untuk ujian akhir, tetapi terus-menerus
tergoda untuk memeriksa media sosial atau bermain game online. Dia merasa sangat
sulit untuk fokus pada tugas-tugas akademiknya.

2.1.2 Tolerance
Tolerance Merupakan proses dimana terjadinya peningkatan jumlah penggunaan
internet untuk mendapatkan efek perubahan dari mood. Seringkali toleransi pada internet
terjadi sebagai cara untuk melarikan diri dari persoalan. Contohnya Ketika seorang gadis
mengalami obesitas, ia mulai aktif di internet. Mungkin ia membuat avatar yang langsung di
Second Life. Makin sering ia mendapat apresiasi di dalamnya, makin lama waktu yang
digunakannya di internet. Setiap ada problem-psikologis, fisiologis, finansial, mungkin juga
spiritual-ia akan membuka laptop atau PC dan melupakan semua derita dengan
mengisi Facebook-nya.

2.1.3 Mood modification


Mood modification adalah pengaruh pada pengalaman individu sendiri, yang menjadi
hasil dari bermain internet, dan dapat dilihat sebagai strategi coping untuk memberikan
perasaan tenang dan santai yang terkait dengan pelarian. Karena hidup selalu dihantui
masalah, Anda harus mengatasi masalah itu dengan strategi koping. Anda harus
menumpulkan derita yang Anda alami atau melupakannya dengan melibatkan diri pada
kegiatan lain.
Strategi koping adalah cara mengubah derita menjadi bahagia, duka menjadi suka,
mood modification. Survei membuktikan bahwa motivasi utama dari pengguna internet yang
berlebihan adalah mengubah perasaan. Lari ke internet mungkin lebih baik daripada lari ke
tindakan agresif atau kekerasan: lebih baik dari lari ke alkohol atau berjudi; lebih baik bahkan
dari masuk aliran ekstrem. Tetapi, menggunakan internet untuk segala masalah adalah
strategi koping yang disfungsional.
Contoh Mood modification:
1) Seseorang yang merasa kesepian sering menghabiskan waktu di platform sosial media
untuk mendapatkan perasaan keterhubungan dengan orang lain. Dia menggunakan
internet sebagai sarana untuk mengatasi perasaan kesepiannya.

2.2 Aspek-Aspek Adiksi Internet


Adiksi internet terbagi menjadi enam aspek yang didasarkan Internet Addiction Test (IAT)
menurut Young (1996), yaitu :

4
1) Ciri khas
Biasanya dikaitkan dengan pikiran-pikiran yang berlebihan secara mencolok
terhadap internet, berkhayal atau berfantasi mengenai internet.
2) Penggunaan yang berlebihan ( excessive use )
Penggunaan internet yang terlalu berlebihan biasanya dikaitkan dengan
hilangnya pengertian tentang penggunaan waktu atau pengabaian kebutuhan-
kebutuhan dasar dalam kehidupannya. Individu biasanya menyembunyikan waktu
online (waktu yang digunakan untuk mengakses internet) dari keluarga atau orang
terdekat.
3) Pengabaian pekerjaan ( neglect to work )
Individu mengabaikan pekerjaannya karena aktivitas internet, sehingga
produktivitas dan kinerjanya menurun karena berinternet.
4) Antisipasi ( anticipation )
Internet digunakan sebagai strategi coping dari masalah, yaitu sarana untuk
melarikan diri atau mengabaikan permasalahan yang terjadi dikehidupan nyata.
Akibatnya, lama kelamaan aktivitas internet menjadi aktivitas yang paling penting
dalam hidup sehingga mendominasi pikiran, perasaan, dan perilaku.
5) Ketidakmampuan mengontrol diri ( lack of control )
Ketidakmampuan dalam mengontrol diri sendiri mengakibatkan bertambahnya
waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas dengan internet, baik dalam bentuk
frekuensi maupun durasi waktu.
6) Mengabaikan kehidupan sosial ( neglect to social life )
Individu mengabaikan kehidupan sosialnya, yaitu sengaja mengurangi
kegiatan sosial atau rekreasi demi mengakses internet. Individu yang banyak
menggunakan waktunya untuk melakukan aktivitas yang ada kaitannya dengan
internet, akan mengurangi aktivitasnya diluar aktivitas yang berkaitan dengan
internet.

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Adiksi Internet


Faktor-faktor yang mempengaruhi adiksi internet menurut Montag dan Reuter (2015), yaitu:
Faktor sosial
Kesulitan dalam melakukan komunikasi interpersonal atau individu yang mengalami
permasalahan sosial dapat menyebabkan penggunaan internet yang berlebihan. Hal tersebut
disebabkan individu merasa kesulitan dalam melakukan komunikasi dalam situasi face to
face, sehingga individu akan lebih memilih menggunakan internet untuk melakukan
komunikasi karena dianggap lebih aman dan lebih mudah daripada dilakukan secara face to
face . Rendahnya kemampuan komunikasi dapat juga menyebabkan rendahnya harga diri,
mengisolasi diri menyebabkan permasalahan dalam hidup seperti kecanduan terhadap
internet (Reuter, 2015).
Faktor psikologis
Kecanduan internet dapat disebabkan karena individu mengalami permasalahan psikologis
seperti depresi, kecemasan, obsesive compulsive disorder (OCD), penyalahgunaan obat-obat
terlarang dan beberapa sindroma yang berkaitan dengan gangguan psikologis. Gangguan
tersebut memicu individu untuk melarikan diri dari masalah, menerima hiburan menjadi rasa
senang dari penggunaan internet. Pelarian diri ini menyebabkan individu terdorong untuk
5
lebih sering menggunakan internet sebagai pelampiasan dan akan menyebabkan kecanduan
(Reuter, 2015).
Faktor biologis
Penelitian yang dilakukan oleh Montag & Reuter (2015) dengan menggunakan functional
magnetic resonance image (fMRI) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan fungsi otak antara
individu yang mengalami kecanduan internet dengan yang tidak. Individu yang mengalami
kecanduan internet menunjukkan bahwa dalam memproses informasi jauh lebih lambat,
kesulitan dalam mengontrol dirinya dan memiliki kecenderungan kepribadian depresif.

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adiksi internet adalah kondisi di mana seseorang terlalu bergantung pada kegiatan
online. Konsep adiksi ini melibatkan prioritas yang tinggi terhadap aktivitas internet
(salience), toleransi yang mengharuskan konsumsi yang lebih besar untuk merasakan
kepuasan yang sama, serta penggunaan internet untuk mengatur emosi (mood modification).
Dampak dari adiksi ini dapat mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang, mengurangi
produktivitas, dan mempengaruhi kesejahteraan psikologis dan sosial. Langkah-langkah
preventif dan pengelolaan yang tepat diperlukan untuk mengurangi risiko dan dampak negatif
adiksi internet pada individu.

7
DAFTAR PUSTAKA

https://repository.uhn.ac.id/bitstream/handle/123456789/5782/SARTIKA%20MAGDALEN
A%20PASARIBU.pdf?sequence=1&isAllowed=y
https://eprints.mercubuana-yogya.ac.id/id/eprint/12824/3/BAB%20II.pdf
https://lms-paralel.esaunggul.ac.id/mod/resource/view.php?id=297624

Anda mungkin juga menyukai