Dosen Pengampu :
JOANNE PINGKAN M TANGKUDUNG M,Si
Drs. JULIUS L K RANDANG M.Si
Disusun Oleh :
Marsell Stefen Lontaan 230814050098
Casey Gerungan 210811050136
Deo Egeten 210811050118
Eirene Eklesia Samudji 210811050070
Megenly Runtulalo 210811050168
Nesya Putri Panggau 210811050050
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
yang diberikan-Nya sehingga tugas makalah kelompok 5 dengan judul “Adiksi Internet;
Salience, Tolerance, Mood Modification” dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Psikologi
Komunikasi. Makalah ini kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai sumber sehingga memperlancar proses pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua
itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritikan dari
segala pihak. Akhir kata kami berharap semoga isi dari makalah ini dapat memberikan
manfaat dan inspirasi bagi siapa saja yang membacanya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami apa itu Adiksi Internet
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep salience berkaitan dengan adiksi internet
3. Untuk memahami apa arti dari Tolerance
4. Untuk mengetahui bagaimana mood modification terkait dengan adiksi internet
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
pada tahun 1996 menggunakan Diagnostic Questionnaire (YDQ). Berbagai macam kriteria
adiksi internet ini banyak diusulkan dan dipelajari oleh peneliti-peneliti lainnya, dan beberapa
diantaranya telah divalidasi. Usulan tersebut diperkuat kembali dengan beberapa alat
penilaian untuk mengevaluasi yaitu Questionnaire, Young’s Internet Addiction Test, the
Problematic Internet Use Questionnaire (PIUQ) yang dikembangkan oleh Demetrovics,
Szeredi, dan Pozsa, dan The Compulsive Internet Use Scale (CIUS). Ini semua dalah contoh
intrumen yang digunakan untuk menilai adanya adiksi internet. MRI (Magnetic Resonance
Imaging) Menggunakan Siemens 3.0 T Scanner dengan serangkaian 192 gambar anatomi
resolusi tinggi.
2. Realitas Persepsi
Realitas persepsi memandang adiksi internet terdapat hubungan adiksi internet dengan
mekanisme otak menurut beberapa ahli. Dari beberapa pendapat tersebut menunjukkan
kesamaan hasil terhadap gangguan penggunaan obat. Oleh karena itu, pembuktian ini
diklasifikasikan atau dinamakan sebagai adiksi internet.
3. Realitas yang dikonstruksi
Perdebatan yang berlangsung tentang cara terbaik untuk mengklasifikasikan perilaku
yang dicirikan oleh berjam-jam lamanya untuk menghabiskan waktu bermain komputer /
internet/ video game, semua hal yang berhubungan dengan teknologi yang disertai dengan
perubahan suasana hati, keasyikan dengan internet dan media digital lainnya,
ketidakmampuan untuk mengontrol jumlah waktu yang dihabiskan berinteraksi dengan
teknologi digital. Beberapa peneliti dan praktisi kesehatan mental melihat penggunaan
internet yang berlebihan sebagai gejala gangguan. Konsensus yang berkembang bahwa
konstelasi gejala ini adalah kecanduan. Kemudian, American Society of Addiction Medicine
(ASAM) merilis definisi baru kecanduan sebagai gangguan otak kronis, secara resmi
mengusulkan untuk pertama kalinya bahwa kecanduan tidak dibatasi karena penggunaan zat.
Adiksi internet memiliki beberapa karakteristik yang mencakup "salience"
(ketidakmampuan untuk mengabaikan internet), "tolerance" (kebutuhan untuk meningkatkan
waktu yang dihabiskan online), dan "mood modification" (penggunaan internet untuk
mengubah suasana hati). Ketiga karakteristik ini adalah gejala-gejala kunci dari adiksi
internet yang perlu dipahami lebih dalam untuk membantu individu yang terkena dampaknya.
2.1.1 Salience
Motivational salience ialah proses kognitif dan bentuk perhatian yang mendorong,
atau menggerakkan perilaku menuju atau menjauhi objek peristiwa, atau akibat. Salience
terjadi ketika Anda tidak lagi bisa mengendalikan "hawa nafsu". Salience muncul dalam
kehidupan kita sehari-hari, misalnya ketika kita jatuh cinta.
Kiss dan Griffiths (2015) menjadikan salience sebagai pembeda antara penderita adiksi
internet dan pengguna internet lainnya. Saya akan menggunakan kriteria adiksi normal yang
Anda gunakan untuk adiksi yang berkaitan dengan napza dan adiksi lainnya untuk
mendiagnosis adiksi internet): ketika perilaku tersebut berjalan dengan dinamikanya sendiri
ketika individu menimbulkan kesan bahwa ia sudah tidak mampu mengendalikan lagi apa
yang ia lakukan; ketika ia merasakan kesulitan untuk tidak menggunakannya dalam waktu
tertentu, misalnya, ketika perangkat kerasnya rusak.
3
Untuk orang ini, keadaan itu sudah tidak tertahankan lagi; ia harus mendapatkan perangkat
keras yang baru dengan segera dan dengan cara apa pun. Kemudian, tentu saja terungkap
betapa pentingnya kegiatan internet itu baginya sehingga kegiatan hidup lainnya di
tinggalkan. Satu-satunya yang ia kerjakan, yakni duduk di depan komputer-bermain dan
mengobrol-menjadi sangat dominan dan kegiatan lainnya menderita.
Contoh :
1) Seorang remaja yang seharusnya menghabiskan waktu berkualitas dengan
keluarganya terus-menerus terlibat dalam obrolan grup online dengan teman-
temannya. Dia merasa sangat sulit untuk memisahkan diri dari ponselnya.
2) Seorang mahasiswa yang seharusnya belajar untuk ujian akhir, tetapi terus-menerus
tergoda untuk memeriksa media sosial atau bermain game online. Dia merasa sangat
sulit untuk fokus pada tugas-tugas akademiknya.
2.1.2 Tolerance
Tolerance Merupakan proses dimana terjadinya peningkatan jumlah penggunaan
internet untuk mendapatkan efek perubahan dari mood. Seringkali toleransi pada internet
terjadi sebagai cara untuk melarikan diri dari persoalan. Contohnya Ketika seorang gadis
mengalami obesitas, ia mulai aktif di internet. Mungkin ia membuat avatar yang langsung di
Second Life. Makin sering ia mendapat apresiasi di dalamnya, makin lama waktu yang
digunakannya di internet. Setiap ada problem-psikologis, fisiologis, finansial, mungkin juga
spiritual-ia akan membuka laptop atau PC dan melupakan semua derita dengan
mengisi Facebook-nya.
4
1) Ciri khas
Biasanya dikaitkan dengan pikiran-pikiran yang berlebihan secara mencolok
terhadap internet, berkhayal atau berfantasi mengenai internet.
2) Penggunaan yang berlebihan ( excessive use )
Penggunaan internet yang terlalu berlebihan biasanya dikaitkan dengan
hilangnya pengertian tentang penggunaan waktu atau pengabaian kebutuhan-
kebutuhan dasar dalam kehidupannya. Individu biasanya menyembunyikan waktu
online (waktu yang digunakan untuk mengakses internet) dari keluarga atau orang
terdekat.
3) Pengabaian pekerjaan ( neglect to work )
Individu mengabaikan pekerjaannya karena aktivitas internet, sehingga
produktivitas dan kinerjanya menurun karena berinternet.
4) Antisipasi ( anticipation )
Internet digunakan sebagai strategi coping dari masalah, yaitu sarana untuk
melarikan diri atau mengabaikan permasalahan yang terjadi dikehidupan nyata.
Akibatnya, lama kelamaan aktivitas internet menjadi aktivitas yang paling penting
dalam hidup sehingga mendominasi pikiran, perasaan, dan perilaku.
5) Ketidakmampuan mengontrol diri ( lack of control )
Ketidakmampuan dalam mengontrol diri sendiri mengakibatkan bertambahnya
waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas dengan internet, baik dalam bentuk
frekuensi maupun durasi waktu.
6) Mengabaikan kehidupan sosial ( neglect to social life )
Individu mengabaikan kehidupan sosialnya, yaitu sengaja mengurangi
kegiatan sosial atau rekreasi demi mengakses internet. Individu yang banyak
menggunakan waktunya untuk melakukan aktivitas yang ada kaitannya dengan
internet, akan mengurangi aktivitasnya diluar aktivitas yang berkaitan dengan
internet.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adiksi internet adalah kondisi di mana seseorang terlalu bergantung pada kegiatan
online. Konsep adiksi ini melibatkan prioritas yang tinggi terhadap aktivitas internet
(salience), toleransi yang mengharuskan konsumsi yang lebih besar untuk merasakan
kepuasan yang sama, serta penggunaan internet untuk mengatur emosi (mood modification).
Dampak dari adiksi ini dapat mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang, mengurangi
produktivitas, dan mempengaruhi kesejahteraan psikologis dan sosial. Langkah-langkah
preventif dan pengelolaan yang tepat diperlukan untuk mengurangi risiko dan dampak negatif
adiksi internet pada individu.
7
DAFTAR PUSTAKA
https://repository.uhn.ac.id/bitstream/handle/123456789/5782/SARTIKA%20MAGDALEN
A%20PASARIBU.pdf?sequence=1&isAllowed=y
https://eprints.mercubuana-yogya.ac.id/id/eprint/12824/3/BAB%20II.pdf
https://lms-paralel.esaunggul.ac.id/mod/resource/view.php?id=297624