Dosen Pengampu:
Dr. Rohmah Rifani, S.psi., M.si., Psikolog
Kartika Cahyaningrum, S.psi., Mpsi., Psikolog
Disusun Oleh :
Anggota Kelompok 7
1. Meilin Amaliah Putri (230701502012)
2. Kalin Meidiah Martini (230701501010)
3. Ivan Aditnya (230701502007)
Kelas : E
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran tuhan yang maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya .
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah wawasan dan pengetahuan
para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengarapkan kritik serta saran yang
bersikap membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik dan kami
akan terhadap saran dan masukan dari semua pihak, akhir kata kamu mengucapkan
terimakasih.
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………..1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………...1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………….1
1.3 Tujuan………………………………………………………………………………….1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kesehatan Mental………………………………………………………….2
2.2 Definisi Digital Age……………………………………………………………............2
2.3 Isu-isu di Era Digital yang berpengaruh Terhadap kondisi Kesehatan Mental………...2
2.3.1 Problematika Penggunaan Internet……………………………………………….2
2.3.2 Cyberchondria…………………………………………………………………….3
2.3.3 Cyberbullying…………………………………………………………………….4
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………...6
3.2 Saran……………………………………………………………………………………..6
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………….7
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian Kesehatan mental
2. Mengetahui definisi dari era digital
3. Mengetahui apa saja isu-isu terkait Kesehatan mental di era digital sekarang ini
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.3 Isu-isu di Era Digital yang Berpengaruh Terhadap Kondisi Kesehatan Mental
Berbicara tentang teknologi digital, dalam hal ini lebih kepada media digital yang paling sering
digunakan oleh individu, seperti media sosial, situs website, aplikasi video game, dll, dampak
memberikan dampak positif dan negative. Secara positif, berdampak dalam kemudahan informasi,
komunikasi, pengembangan minat dan bakar, berbagai sudut pandang dan pemikiran hingga hiburan.
Namun, media digital juga memberikan dampak negatif yang mempengaruhi Kesehatan mental
seseorang. Berikut uraian beberapa Isu yang mempengaruhi Kesehatan mental di era digital :
2.3.1 Problematik Pengguanaan Internet
Perkembangan tren teknologi tentunya telah mempengaruhi berbagai bidang kehidupan, khususnya
aspek psikologis masyarakat. Teknologi mungkin berjalan seiring dengan perkembangan yang
mendorong peningkatan perekonomian dan kehidupan, namun perubahan ini tentunya dapat
membawa perubahan dan perubahan yang lebih besar di semua sistem. Inilah revolusi industri
keempat yang ditandai dengan integrasi beberapa teknologi dan memunculkan bidang-bidang baru
yang terdiri dari disiplin ilmu yang independen: fisika, digital, dan teknologi.
Kesehatan mental ini menjadi lebih sulit ketika Anda berada di rumah, memiliki ruang terbatas untuk
bergerak, dan tidak memiliki banyak cara untuk menghilangkan stres. Hiburan terbesar yang mungkin
ada adalah menjelajahi dunia digital . Situs resmi Kominfo melaporkan penggunaan internet
meningkat 5-10% pada tahun dan meningkat menjadi 40% menjelang Idul Fitri (Kementerian
Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, 2020). Hal ini terjadi pada tahun ketika seluruh
2
perkantoran, sekolah, dan kegiatan sosial dipindahkan ke ruang digital. Karyawan terbiasa bekerja
dari rumah.
Penelitian yang dilakukan oleh Muhimmatul Hasanah (2017) membahas tentang dampak gawai
terhadap kesehatan mental anak. Tidak dapat dipungkiri bahwa gadget mempunyai dampak positif
dan negatif terhadap tumbuh kembang anak. penelitian yang dilakukan oleh Fatahya dan Fitri Ariyanti
Abidin (2022) membahas tentang literasi kesehatan mental dan status kesehatan mental pada orang
dewasa awal yang menggunakan media sosial. Hasil penelitian ini berpendapat bahwa meskipun
penggunaan media sosial dapat menimbulkan dampak negatif, namun juga dapat memberikan manfaat
bagi kesehatan mental. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak literasi kesehatan
mental terhadap status kesehatan mental.
2.3.2 Cyberchondria
Nama Cyberchondria awalnya diciptakan dari kombinasi istilah “cyber” dan “hypochondriasis”
(Loos, 2013) yang selanjutnya dianut oleh media popular dan kemudia digunakan dalam publikasi
ilmiah, istilah cyberchondria ini awalnya mengacu pada siapapun yang secara berlebihan mencari
informasi online tentang Kesehatan atau penyalit di internet dan mereka yang menunjukkan,
berpotensi, atau memiliki gangguan mental. Istilah Cyberchondria bukanlah diagnosis resmi yang
terkandung dalam Diagnostic and Statistical Manual for mental disorder (DSM). Namun, Ofxford
English Dictionary baru-beru ini memasukkan istilah “cyberchondria’ untuk mendefinisikannya
sebagai orang yang terobsesi menemukank informasi yang berhubungan dengan Kesehatan di
internet, dan mereka biasanya mencari gejala yang sesuai dengan perasaan tertentu (Loos, 2013).
Cyberchondria digambarkan sebagai varian dari hypochondria (Bajcar, Babiak & Olchowska-Kotala,
2019). Sejalan dengan pendapat tersebut, Starcevic & Berle (2013) mengungkapkan bahwa istilah
cyberchondria berasal dari kata cyber fan hypochondria. Cyber sendiri dalam Merriam Webster
Dictionary (dalam Aulia 2019) merupakan sesuatu hal yang berkaitan dengan computer atau jaringan
computer, termasuk didalamnya adalah internet. Sedangkan hypochondria dalam DSM-5 yang isinya
telah berubah menjadi Somatic Symptom Disorder (SSD) dan Illness Anxiety Disorder (IAD) artinya
adalah suatu masalah kejiwaan yang ditandai dengan keyakinan bahwa di dalam tubuhnya ada
masalah, sekalipun sudah diberitahu oleh dokter bahwa ia tidak mengidap penyakit yang serius.
Berdasarkan asal kata, cyberchondria merupakan bentuk dari hipokondria yang terkait dengan
penggunaan internet atau computer,atau bahkan disebabkann oleh penggunaan internet.
Cyberchondria mengacu pada “pencarian online” yang berlebihan atau berulang kali untuk
informasi terkait Kesehatan, yang didorong oleh kebutuhan untuk mengurangi kesusahan atau
kecemasan seputar Kesehatan, tetapi hasil sebaliknya hal tersebut dapat menjadi penyebab
memburuknya keadaan mereka” (Starcevic & Berle 2013). Individu dengan cyberchondria sering
mengalami kesulitan dalam membedakan informasi autentik (kredibel) dan non-autentik yang terkait
dengan Kesehatan. Mereka sering mengandalkan informasi Kesehatan palsu atau tidak bertanggung
jawab, sehingga dapat memperkuat kesusahan mereka. Selain diakibatkan oleh aktivitas pencarian
informasi secara online, terdapat beberapa faktor yang dapat memicu cyberchondria. Berikut
merupakan faktor yang relevan memicu cyberchondria menurut starcevic & Berle (2013) yaitu :
a) Kecenderungan Perfeksionis
Keberagaman informasi yang ada di internet dapat memicu cyberchondria. Hal ini
dikarenakan individu mungkin berharap bahwa infromasi terkait Kesehatan yang ada di
internet tersebut dapat menjelaskan segalanya atau memberikan penjelasan yang sempurna.
Hal tersebut dapat memunculkan perilaku repetitif dari individu dalam melakukan pencarian
informasi Kesehatan di internet, dimana perilaku tersebut bisa menyebabkan individu tersebut
3
merasakan rasa cemas atau gelisah hingga individu tersebut mendapatkan jawaban yang
menurutnya lengkap dan sempurna.
b) Intoleransi Ketidakpastian
Kekayaan infromasi Kesehatan yang tersedia di internet dapat memunculkan ketidaktpastian
yang dapat menjadi pemicu cyberchondria.
c) Ambivelansi Tentang Apa yang Harus Dianggap Dapat Dipercaya
Beragam situs web yang menyediakan informasi Kesehatan ada di internet. Namun, seringkali
informasi Kesehatan pada berbagai situs web tersebut tidaklah akurat kebenarannya,
menyesatkan, tidak lengkap, bahkan terlalu disederhanakan. Hal inilah yang dapat memicu
individu untuk terus melakukan pencarian informasi terkait Kesehatan secara online hingga
individu tersebut dapat menemukan situs web yang menurutnya dapat dipercaya.
2.3.3 Cyberbullying
Cyberbullying atau pengintimidasi di dunia maya adalah sebuah kejadian di mana seseorang
menggunakan teknologi internet dan media sosial untuk melakukan tindakan yang mengganggu,
menyakiti, atau merendahkan orang lain secara online. Hal ini dapat terjadi pada siapa saja, termasuk
remaja, yang merupakan kelompok yang rentan terhadap pengaruh negatif dari teknologi dan media
sosial. Cyberbullying adalah tindakan mengganggu, mengintimidasi, atau merendahkan seseorang
menggunakan teknologi seperti media sosial, pesan teks, atau email. Cyberbullying dapat mengambil
banyak bentuk, termasuk mengirim pesan atau gambar yang menyakitkan, menyebarkan rumor atau
kebohongan, membuat profil palsu atau akun palsu, atau membagikan informasi pribadi tanpa izin.
Cyberbullying dapat memberikan dampak buruk pada kesehatan mental remaja, termasuk stres,
kecemasan, depresi, dan bahkan bunuh diri
Bentuk-bentuk Cyberbullying :
1. Pencemaran nama baik online Bentuk cyberbullying yang satu ini melibatkan upaya seseorang
untuk merusak atau mempermalukan seseorang dengan menyebarluaskan informasi yang salah atau
menyesatkan tentang dirinya secara online. Contoh dari bentuk ini adalah penyebaran foto atau video
yang memalukan atau menyebar gosip negatif tentang seseorang di media sosial.
2. Menyebar gosip atau rumor yang tidak benar Bentuk cyberbullying ini melibatkan menyebarkan
informasi yang salah atau tidak benar tentang seseorang dengan tujuan untuk merusak reputasinya
secara online. Contoh dari bentuk ini adalah menyebarkan rumor atau isu negatif tentang seseorang di
media sosial.
3. Mengintimidasi atau mengancam seseorang secara online Bentuk cyberbullying ini melibatkan
upaya seseorang untuk menakut-nakuti atau mengancam seseorang secara online. Contoh dari bentuk
ini adalah mengirim pesan teks atau email yang mengandung ancaman atau menyebarkan informasi
rahasia seseorang secara online.
4. Mem-posting atau mengirim gambar atau video yang memalukan secara online Bentuk
cyberbullying ini melibatkan upaya seseorang untuk memposting atau mengirimkan gambar atau
video yang memalukan atau merendahkan seseorang secara online. Contoh dari bentuk ini adalah
memposting foto atau video yang menghina atau memalukan seseorang di media sosial.
5. Menggunakan kata-kata kasar atau menyebutkan ejekan secara online Bentuk cyberbullying ini
melibatkan penggunaan kata-kata kasar atau ejekan untuk merendahkan atau mempermalukan
4
seseorang secara online. Contoh dari bentuk ini adalah mengirim pesan teks atau komentar yang
menyebutkan kata-kata kasar atau ejekan pada seseorang di media sosial.
6. Membuat akun palsu atau mengambil alih akun seseorang secara online Bentuk cyberbullying ini
melibatkan upaya seseorang untuk membuat akun palsu atau mengambil alih akun seseorang dengan
tujuan untuk merusak reputasi atau merendahkan seseorang secara online. Contoh dari bentuk ini
adalah membuat akun palsu yang menyerupai akun seseorang di media sosial dan menyebarkan
informasi yang salah atau menyesatkan.
7. Menyebar foto atau video pribadi tanpa izin secara online Bentuk cyberbullying ini melibatkan
upaya seseorang untuk menyebar foto atau video pribadi seseorang tanpa izin atau persetujuan dengan
tujuan untuk merendahkan atau mempermalukan seseorang secara online. Contoh dari bentuk ini
adalah menyebar foto atau video tanpa persetujuan seseorang di media sosial atau aplikasi pesan.
8. Mengisolasi atau mengecualikan seseorang secara online Bentuk cyberbullying ini melibatkan
upaya seseorang untuk mengisolasi atau mengecualikan seseorang dari grup atau komunitas online
dengan tujuan untuk merendahkan atau mempermalukan seseorang secara online. Contoh dari bentuk
ini adalah menghindari atau mengecualikan seseorang dari grup obrolan atau media sosial tertentu.
5
Remaja yang menjadi korban cyberbullying dapat mengalami depresi, terutama jika mereka merasa
tidak mampu mengatasi situasi atau merasa terisolasi dari teman dan keluarga mereka
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kunci utama menjaga kesehatan mental adalah dengan menghindari penyebab yang menjadi
turunnya sebuah mental. Menjaga kesehatan mental dengan membatasi penggunaan teknologi agar
kita bisa membatasi apa sajayang menjadi penyebab utama kesehatan mental kita menurun.
Untuk itu, gunakanlah teknologi seperlu nya agar dampak yang diberikan oleh teknologi tidak
berefek besar pada kehidupan kita. Sebab dengan teknologi juga selain sebagai pendukung
untuk suatu kehidupan, teknologi juga memiliki pengaruh yang besar terhadap kehidupan manusia
yang mana salah satunya adalah mental. Mental seseorang sangat perlu diperhatikan agar tidak
memberikan dampak kepada orang sekitar atau masa depan yang akan ia jalani nantinya. Mental yang
sehat menuju hidup yang tenang merupakan keinginan setiap orang agar bisa hidup dengan layak dan
nyaman sesuai dengan tujuan dan prinsip yang ada pada diri mereka.
3.2 Saran
Makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna dikarenkan beberapa factor, termasuk
kurangnya referensi yang kami gunakan dalam pembuatan makalh ini. Untuknya kami harap bagi para
pembaca yang ingin menulis memakalah
6
DAFTAR PUSTAKA
Ni’mah, S. A. (2023, July). Pengaruh Cyberbullying pada Kesehatan Mental Remaja. In Prosiding
Seminar Sastra Budaya dan Bahasa (SEBAYA) (Vol. 3, pp. 329-338).
Fakhriyani V. D. (2019). KESEHATAN MENTAL. Pamekasan : Duta Media.
Harum Basmalah, et. all. (2022). Dampak Digital terhadap Kesehatan Mental Remaja di SMA
Bawakaraeng. Jurnal Pengabdian Masyarakat Nusantara, 4(2), 62-68.
Rahahyu, Puji. (2019). PENGARUH ERA DIGITAL TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA
ANAK. Al-Fathin, Vol. 2, 48-59
Nurwahideni, Siti. (2022). Hubungan Antara E-Health Literacy dengan Cyberchondria pada Dewasa
Awal Pengguna Internet di Kota Pekanbaru. (Skripsi Sarjana, Universitas Islam Riau).
https://repository.uir.ac.id/18047/1/188110173.pdf
Anggraini, Juniat Dwi, Nasichah, Ghozi Jaisy Shidiq, Alvin Faiz Al-Farizi. (2023). Kesehatan
Mental Di Era Digital. Medic Nutricia, 21-30. Jurnal Ilmu Kesehatan.