Anda di halaman 1dari 20

Makalah

Sosial Media

DAMPAK PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL TERHADAP KESEHATAN


MENTAL REMAJA DI MASA PANDEMI COVID-19

Kelompok 2:
1. Fakhirah Syukriyah Azis (15)
2. Zhafirah Nur Zahra (34)
3. Adinda Latifah Azzahra Rizal (04)
4. Hendera Kartika Putra (17)
5. M. Ikhsan Hartono (20)
6. Ahmad Dzaky Z. (05)

XI MIPA 2
SMA NEGERI 12 MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam.
Atas izin dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah “Dampak
Penggunaan Media Sosial Terhadap Kesehatan Mental Remaja Di Masa
Pandemi Covid-19” dengan baik. Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta
salam kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW. Semoga syafaatnya
mengalir pada kita di hari akhir kelak.
Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk menambah pengetahuan
kami mengenai dampak dari media sosial bagi kesehatan mental khususnya pada
remaja di masa pandemi. Rasa terima kasih saya ucapkan kepada bapak guru yang
membantu dalam pembuatan makalah ini serta semua pihak yang telah
mendukung dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kami membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Dengan demikian kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kami maupun bagi pembaca untuk menambah wawasan
dan pengetahuan. Sekian dan terima kasih .

Makassar, 13 Maret 2022

PENYUSUN
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
A. Latar Belakang .......................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 5
D. Manfaat Penulisan..................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 6
A. Pengertian Media Sosial ........................................................................... 6
B. Pengertian Kesehatan Mental .................................................................. 6
C. Dampak Media Sosial Terhadap Kesehatan Mental Remaja ............... 8
D. Cara Menjaga Kesehatan Mental .......................................................... 12
E. Cara Mengatasi Pengaruh Negatif dari Media Sosial ......................... 13
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 17
A. Kesimpulan .............................................................................................. 17
B. Saran ......................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan kasus COVID-19 saat ini telah menyebar di berbagai negara.
Dengan tingginya angka kasus positif COVID-19 menyebabkan aktivitas
masyarakat di berbagai negara menjadi terganggu sehingga membuat
masyarakat di dunia harus tetap diam di rumah untuk memutuskan rantai
penyebaran COVID-19. Hal ini menyebabkan masyarakat mengubah kebiasaan
dan cara berkomunikasi luring menjadi daring. Kegiatan daring telah
digunakan di berbagai negara di belahan dunia dengan menggunakan teknologi
data dan informasi yang saat ini tumbuh pesat. Di negara maju seperti Inggris,
jumlah peengguna internet meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 2020.
Peran internet terus menjadi berarti dalam kehidupan sosial, ekonomi, serta
politik di dunia global. Media sosial menjadi layanan yang sangat kerap
diakses oleh semua golongan masyarakat, terutama anak-anak atau remaja.
Media sosial menjadi salah satu perangkat yang banyak dicoba oleh para
remaja untuk memenuhi kebutuhan interaksi sosialnya. Media sosial
merupakan sebutan yang kerap digunakan untuk merujuk pada wujud media
baru yang mengaitkan interaktif partisipasi. Konten media sosial yang kerap
diakses antara lain Instagram, Facebook, Youtube, Twitter, Tiktok, serta
Google. Situs-situs tersebut terus tumbuh serta berperan selaku portal yang
mudah untuk interaksi serta hiburan.
Berdasarkan data Worldwide Digital Population (2021) jumlah pengguna
internet di dunia pada Januari 2021 sebanyak 4.66 miliar jiwa dan 4.2 miliar
diantaranya penggunan aktif media sosial. Menurut Kominfo pada tahun 2021
pengguna internet di Indonesia meningkat 11 % dari tahun sebelumnya, yaitu
dari 175,4 juta menjadi 202,6 juta pengguna serta pengguna media sosial
sebesar 90,4 % menjadi layanan peringkata teratas yang diakses dalam
pemanfaatan internet oleh masyarakat Indonesia. Remaja merupakan salah satu
penggunna aktif terbesar yang memakai sosial media sebagai sarana
komunikasi yang utama dan mayoritas berusia 18-25 tahun mempunyai jumlah
terbanyak dibandingkan dengan kelompok usi yang lain.
Tingginya penggunaan media sosia pada remaja dapat berpengaruh
terhadap perilaku remaja tersebut. Remaja dengan intensitas penggunaan media
sosial yang tingi menyebabkan interaksi sosialnya dapat bersifat tak langsung
yaitu sosiabilitasnya dan kepekaan sosialnya cenderung rendah. Hal ini dapat
berakbiat kurang baik bagi kesehatan mental secara tidak langsung seperti
timbulnya sikap anti sosial ataupun biasa disebut dengan sikap apatis.
Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan mental tidak lagi dipandang
sebagai masalah sekunder, akan tetapi dapat dianggap sama pentingnya dengan
kesehatan fisik.

B. Rumusan Masalah
1) Apa itu media sosial?
2) Apa itu kesehatan mental dan macam-macam penyakitnya?
3) Apa saja dampak media sosial terhadap kesehatan mental remaja?
4) Bagaimana cara menjaga kesehatan mental?
5) Bagaimana cara mengatasi kecanduan media sosial?

C. Tujuan Penulisan
1) Mengetahui pengertian dari media sosial
2) Mengetahui pengertian dari kesehatan mental
3) Memberikan pengetahuan tentang dampak media sosial terhadap
kesehatan mental remaja.
4) Memberikan pengetahuan mengenai cara menjaga kesehatan mental
5) Memberikan pengetahuan mengenai cara mengatasi kecanduan media
sosial

D. Manfaat Penulisan
Agar memberikan pemahaman terhadap pembaca untuk dapat mengetahui
dampak penggunan media sosial terhadap kesehatan mental remaja di masa
pandemi covid-19 serta meberikan kami saran terhadap tulisan ini.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Media Sosial


Media sosial adalah platform digital yang memfasilitasi penggunanya
untuk saling bersosial, baik itu berkomunikasi atau membagikan konten berupa
tulisan, foto dan video. Segala konten yang dibagikan tersebut akan terbuka
untuk publik secara realtime.
Hal tersebut karena media sosial adalah aplikasi yang dibantu internet,
sehingga selama pengguna tersambung dengan koneksi internet yang baik
maka proses penyebaran konten bisa dilakukan pada saat itu juga.
Pengertian Media Sosial Menurut para Ahli
Media sosial adalah fenomena populer yang menarik banyak perhatian.
Beberapa ahli pernah menyampaikan definisi mereka terhadap teknologi yang
satu ini. Simak sejumlah pengertian media sosial menurut para ahli berikut.
 B.K. Lewis (2010), media sosial adalah suatu label yang merujuk pada
teknologi digital yang bisa memungkinkan orang-orang untuk saling
melakukan interaksi, produksi dan bagi pesan.
 Chris Brogan (2010), media sosial adalah satu perangkat alat komunikasi
yang di dalamnya memungkinkan untuk terjadi jenis interaksi baru.
 Dave Kerpen (2011), media sosial adalah tempat kumpulan gambar, video,
teks serta hubungan interaksi dalam jaringan antara baik individu atau
kelompok seperti organisasi.

B. Pengertian Kesehatan Mental


Kesehatan mental adalah bagian dari kesehatan yang tidak bisa dilepaskan.
Sehat secara mental adalah keadaan ketika individu merasa sejahtera, baik
secara psikologis, emosional, ataupun secara sosial. Orang yang sudah
mencapai aktualisasi diri juga umumnya sehat secara mental. Kesehatan mental
berpengaruh terhadap bagaimana seseorang berpikir, merasa, bertindak, serta
membuat keputusan, juga bagaimana seseorang menangani stres dan
berinteraksi dengan orang lain.
Kesehatan mental merupakan hal penting yang perlu dijaga. Ini tidak
hanya berlaku pada orang dewasa yang sedang produktif, anak-anak, remaja,
bahkan orang lanjut usia pun harus peka dan sadar terhadap kesehatan mental.
Orang dengan kesehatan mental yang prima dapat beraktivitas secara
produktif dan menggunakan potensi yang dimilikinya dengan maksimal.
Mereka juga akan mampu berpikir secara positif dan jernih ketika dihadapkan
dengan berbagai persoalan. Hal ini akan menuntun dirinya untuk menjadi lebih
baik dalam menyikapi masalah.
Mental yang sehat juga baik untuk kehidupan sosial. Orang dengan mental
yang sehat akan dapat berkomunikasi lebih baik, mudah bergaul, dan memiliki
pertemanan yang sehat. Bahkan, mereka juga lebih mampu memberikan
kontribusi yang baik pada komunitas atau orang-orang di sekitarnya.
Tidak hanya itu, orang dahulu tidak main-main saat membuat pepatah “di
dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat”. Buktinya, seseorang dengan
kesehatan mental yang baik berisiko lebih rendah terhadap penyakit kronis,
seperti stroke, diabetes tipe 2, dan penyakit jantung.
Penyakit mental dibagi menjadi 2, yaitu psikotik dan nonpsikotik. Berikut
ini adalah penjelasannya:
 Penyakit mental psikotik
Penyakit mental psikotik atau psikosis adalah suatu kondisi mental yang
membuat penderitanya sulit membedakan realita. Seseorang yang mengalami
kondisi ini juga bisa mengalami halusinasi, yaitu melihat atau mendengar
sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Selain itu, penderita psikotik juga kerap
meyakini suatu hal yang sebetulnya tidak benar atau delusi. Beberapa penyakit
mental yang termasuk psikotik adalah:
- Gangguan bipolar
- Depresi berat dengan gejala psikotik
- Gangguan waham
- Skizofrenia
 Penyakit mental nonpsikotik
Penyakit mental nonpsikotik tidak membuat penderitanya mengalami
gangguan realita. Namun, biasanya, penderita penyakit mental nonpsikotik
mengalami gangguan perasaan atau memiliki pola pikir yang tidak sesuai
dengan hukum atau norma yang berlaku. Penyakit ini biasanya berhubungan
erat dengan stres dan trauma. Contoh penyakit mental nonpsikotik antara lain:
- Depresi
- Gangguan kepribadian, seperti kepribadian antisosial
- Gangguan kecemasan umum
- Fobia
- Serangan panik
- Obsessive-compulsive disorder (OCD)

C. Dampak Media Sosial Terhadap Kesehatan Mental Remaja


Data yang diperoleh dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Anak (PPA) menunjukkan bahwa banyak kekerasan yang terjadi selama masa
pandemi Covid-19. Selama tahun 2020 telah terjadi kasus kekerasan terhadap
anak, yaitu sebanyak 3.087 dan angka ini tergolong tinggi. Di sumber lain,
misalnya pada situs Covid-19 menuliskan bahwa angka kekerasan dalam
rumah tangga naik 75 persen.
Dapat diasumsikan bahwa angka kekerasan secara umum meningkat
selama masa pandemi Covid-19 dan PSBB berlangsung. kekerasan ini
memiliki implikasi bagi ancaman keberlangsungan hidup bagi korban, serta
kondisi fisik dan mental korbannya. Sebagaimana konsekuensi penyakit mental
ini sudah diprediksi oleh para ahli, dimana para psikolog dan ahli kesehatan
mental berspekulasi bahwa pandemi akan berdampak pada kesehatan mental
penduduk secara global dengan peningkatan kasus depresi, bunuh diri, dan
menyakiti diri sendiri, selain gejala lain yang dilaporkan secara global akibat
COVID 2019 (Kumar & Nayar, 2020).
Aspek menarik untuk diperhatikan adalah pandemi ini terjadi dalam era
media sosial, dimana masyarakat dibanjiri dengan berbagai informasi yang
belum tentu benar dan tidak terverifikasi. Adanya informasi yang penuh
dengan kekeliruan ini dapat menimbulkan rasa takut, cemas dan stress pada
tiap individu (Kumar & Nayar, 2020). Di Indonesia, angka kasus yang
terkonfirmasi positif mengalami kenaikan namun hal ini tidak diikuti dengan
kesadaran untuk melakukan tes, dikarenakan adanya stigma sosial dan isolasi
sosial. Adanya perasaan takut dan takut dikucilkan oleh anggota keluarga dan
komunitas. Di sinilah muncul beragam bentuk dinamika bagi keberlangsungan
kesehatan mental dari masyarakat.
Kesehatan mental ini semakin menjadi tantangan tersendiri ketika berada
di dalam rumah, ruang gerak terbatas, dan tidak terdapat banyak pilihan sarana
untuk menyalurkan stress. Hiburan yang paling memungkinkan adalah
berselancar di dunia digital. Berdasarkan hasil observasi penulis, pola
konsumsi penggunaan media digital jauh lebih meningkat dari sebelumnya.
Dilansir dari website resmi kominfo bahwa penggunaan internet naik 5 sampai
10 persen, bahkan melonjak mendekati lebaran hingga 40 persen (Kementerian
Komunikasi dan Informatika RI, 2020). Hal ini terjadi karena semua kegiatan
sosial perkantoran, sekolah, aktivitas sosial beralih kedalam ruang digital. Para
pekerja akrab dengan kegiatan work from home, sedangkan para siswa akrab
dengan istilah learn from home atau pembelajaran jarak jauh (pjj).
Pola kegiatan yang serba dilakukan di rumah dan terpaku pada layar kaca
menimbulkan konsekuensi tersendiri. Hasil studi literatur mengungkapkan
banyaknya resiko terhadap Kesehatan fisik dan mental akibat dari adanya
frekuensi dan durasi penggunaan media digital. Berbicara media digital, salah
satu platform yang sering digunakan dalah media sosial. Di Indonesia penetrasi
terhadap penggunaan media sosial mengalami kenaikan yang signifikan.

Gambar 1. Angka pengguna media sosial di Indonesia Pada Tahun 2020


Sumber: https://andi.link/hootsuite-we-are-social-indonesian-digital-report-2020/
Penggunaan media sosial yang kurang bijak dapat berpengaruh buruk
terhadap kesehatan mental Anda. Saat ini, media sosial kerap dikaitkan sebagai
salah satu faktor risiko depresi dan gangguan kecemasan. Kaitan antara depresi
dan media sosial tidak hanya seputar tekanan sosial untuk membagikan atau
mengikuti berita terkini.
Penelitian yang dilaporkan dalam jurnal JAMA Psychiatry menemukan
bahwa remaja yang menggunakan media sosial lebih dari tiga jam per hari
berisiko tinggi terhadap masalah kesehatan mental terutama masalah
internalisasi alias citra diri.
Munculnya kondisi kejiwaan yang satu ini juga disebabkan oleh
kecenderungan pengguna sosial media membandingkan dirinya dengan
keberhasilan yang dicapai orang lain. Saat melihat teman atau kerabat yang
memiliki pekerjaan yang bagus, pasangan yang baik, serta rumah yang indah,
Anda dapat merasa turut berbahagia. Namun tidak jarang, rasa iri yang dapat
memicu depresi, justru muncul. Bahkan perasaan ini memicu keinginan bunuh
diri, ketika melihat pencapaian Anda tidak sebanding dengan teman-teman
Anda.
Hubungan depresi dan media sosial, juga berkaitan dengan koneksi yang
Anda miliki dengan teman-teman di jejaring tersebut. Koneksi yang terbentuk
di media sosial, tidak berlangsung melalui tatap muka secara langsung. Hal
tersebut membuat koneksi yang terbentuk menjadi kurang memuaskan secara
emosional, sehingga memicu munculnya rasa terisolasi dari kehidupan sosial.
Survei Pew Research Center tahun 2018 tentang remaja Amerika Serikat
(AS), menunjukkan bahwa satu dari enam remaja telah mengalami setidaknya
satu dari enam bentuk perilaku penganiayaan online mulai dari
- Panggilan nama (42 persen).
- Menyebarkan rumor palsu (32 persen).
- Menerima gambar eksplisit yang tidak diminta (25 persen).
- Mendapatkan ancaman fisik (16 persen).
Hal yang membuat kondisi ini semakin buruk adalah ketika remaja
menganggap hal-hal negatif yang terjadi di media sosial sebagai hal yang
lumrah dan “risiko” dari bermain di media sosial. Jika hal ini terus dibenarkan,
maka dapat memicu masalah yang lebih serius lagi.
Bukan tak mungkin remaja yang menjadi korban penganiayaan di online
justru malah melakukan hal yang sama kepada orang lain. Menggunakan media
sosial dengan cara yang cerdas adalah salah satu upaya membentengi diri dari
dampak negatif konsumsi media sosial terhadap kesehatan mental.
Salah satu peneliti studi, Jordyn Young dari Universitas Pennsylvania,
Amerika Serikat, mengemukakan bahwa seseorang yang lebih jarang
menggunakan media sosial umumnya cenderung tidak depresi dan tidak
kesepian. Ia juga menambahkan, mengurangi penggunaan media sosial dapat
menyebabkan terjadinya perbaikan, utamanya dalam hal kualitas kesejahteraan
hidup seseorang.
Studi tersebut melibatkan 143 mahasiswa dari Universitas Pennsylvania
yang dibagi secara acak menjadi dua kelompok: kelompok yang diperbolehkan
melanjutkan penggunaan media sosial seperti biasa dan kelompok yang
diberikan batasan signifikan terhadap penggunaan media sosialnya.
Selama tiga minggu, kelompok yang dibatasi tersebut hanya boleh
mengakses media sosial paling lama 30 menit setiap harinya. Waktu tersebut
dibatasi, yaitu 10 menit untuk masing-masing tiga platform yang berbeda,
yakni Facebook, Instagram, dan Snapchat.
Untuk memastikan kondisi eksperimental tetap berjalan, para peneliti
melihat data penggunaan aplikasi di ponsel para peserta, yang
mendokumentasikan berapa lama waktu yang digunakan untuk membuka
masing-masing aplikasi setiap harinya. Pada akhir studi, didapat hasil bahwa
pada kelompok yang dibatasi penggunaan media sosialnya, tampak terdapat
penurunan gejala depresi serta kesepian setelah membatasi penggunaan media
sosial.
Para pakar berhipotesis, ini merupakan akibat suatu konten yang biasanya
telah dipilih secara saksama, dalam arti hanya menampilkan apa yang ingin
orang tersebut perlihatkan. Misalnya mengunggah makan di restoran mewah,
dokumentasi kebahagiaan liburan keluarga, liburan romantis dengan pasangan,
pesta dengan teman-teman, atau konten lain yang umumnya ingin
memperlihatkan keriaan atau energi positif lainnya.
Orang-orang yang melihat konten tersebut akan membandingkan hidupnya
dengan konten yang ia lihat, yang mana konten tersebut terkesan jauh lebih
menarik. Adanya perbandingan inilah yang diduga memicu seseorang
mengalami depresi.
Karena sudah ada hasil studi yang mengemukakan bahwa aktivitas media
sosial yang berlebihan dapat mengakibatkan rasa kesepian dan depresi,
karenanya Anda diharapkan bersikap bijak dalam hal penggunaannya.
Misalnya saat bersama dengan teman-teman atau keluarga, baiknya jangan
sibuk memandangi smartphone. Ingat, kebersamaan di dunia nyata jauh lebih
membahagiakan ketimbang sibuk melihat berbagai konten unggahan di media
sosial.

D. Cara Menjaga Kesehatan Mental


Upaya untuk mencegah dampak negatif dari penggunaan media sosial oleh
remaja dimulai dengan mendidik remaja tentang bahaya yang diberikan oleh
media sosial. Salah satu cara paling efektif lainnya adalah memastikan
penggunaan media sosial remaja memiliki dampak positif pada kehidupan.
Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Social and Clinical
Psychology menemukan bahwa mahasiswa sarjana yang membatasi waktu
mereka di Facebook, Instagram, dan SnapChat, hingga 10 menit setiap hari
atau total 30 menit penggunaan untuk semua media sosial umumnya memiliki
citra diri yang lebih positif.
Para siswa yang membatasi penggunaan media sosial mereka hingga 30
menit sehari melaporkan lebih sedikit depresi dan kesepian setelah tiga
minggu. Selain itu, ada peningkatan mood yang mengurangi tingkat depresi.
Agar dapat beraktivitas dan berinteraksi dengan baik dalam masyarakat
serta terhindar dari penyakit mental, penting untuk senantiasa menjaga
kesehatan mental. Berikut ini adalah panduan umum yang bisa diterapkan
untuk menjaga kesehatan mental:
- Hargai diri sendiri, misalnya dengan tidak membandingkan diri sendiri
dengan orang lain.
- Usahakan untuk selalu melihat sisi positif dari suatu masalah.
- Perlakukan dirimu seperti kamu memperlakukan orang lain yang kamu
sayangi.
- Temukan cara terbaik mengelola stres untuk diri sendiri, misalnya
menulis buku harian, berjalan-jalan, dan berbincang atau deep talk.
- Syukuri segala yang hal dimiliki agar dapat menerima dan mencintai
diri sendiri.
- Terapkan pola hidup yang sehat, seperti konsumsi makanan sehat, rutin
berolahraga, dan istirahat yang cukup.
- Kembangkan potensi yang kamu miliki atau coba hal-hal baru yang
belum pernah dilakukan.
- Pelihara hubungan yang baik dengan orang lain.
- Lakukan hal-hal yang membuatmu bahagia.
- Berhenti bersikap terlalu perfeksionis.
Penting untuk diingat, kesehatan mental merupakan hal yang tidak boleh
diabaikan dan harus dipelihara sebaik mungkin. Lakukan cara menjaga
kesehatan mental yang telah dipaparkan di atas agar fisik, mental, emosi, dan
kehidupan sosialmu senantiasa dalam kondisi yang baik.
Jika merasa mengalami tanda gangguan mental atau memiliki keluarga
maupun kerabat yang memiliki masalah ini, jangan malu untuk meminta
bantuan psikolog dan psikiater. Dengan penanganan yang tepat, gangguan
mental akan bisa dikendalikan dan kamu pun bisa menjalani hidup yang lebih
berkualitas dan bahagia.

E. Cara Mengatasi Pengaruh Negatif dari Media Sosial


Kecanduan tidak hanya berhubungan dengan alkohol, rokok, seks,
makanan/minuman manis, obat-obatan, atau game saja. Ada pula kecanduan
media sosial yang perlu diwaspadai. Pasalnya, dampak dari kecanduan media
sosial tidak main-main, masalah ini bisa memicu berbagai masalah. Sebut saja
membuat tidak percaya diri, kecenderungan membandingkan diri dengan orang
lain, hingga depresi.
1) Fokus pada Orang di Sekelilingmu
Untuk mengatasi kecanduan media sosial, cobalah mulai dengan satu
hal yang sederhana. Misalnya, fokuskan dirimu terhadap teman atau keluarga
ketika sedang menghabiskan waktu bersama. Pendek kata, simpan rapat-rapat
smartphone di tas atau tempat lainnya. Ingat, yang mereka butuhkan bukan
sekadar kehadiranmu, tetapi juga energi positif yang kamu berikan terhadap
mereka.
2) Matikan Notifikasinya
Cara yang satu ini juga tidak kalah ampuh untuk mencegah kecanduan
media sosial. Dengan mematikan notifikasi, dirimu akan lebih fokus
mengerjakan tugas atau hal lainnya yang sedang kamu kerjakan.
3) Hapus Akun yang Tak Digunakan
Menghapus akun media sosial merupakan salah satu cara terjitu untuk
mengatasi kecanduan media sosial. Menurut Marie Potter, Marketing Director
for Professional Organizers di Kanada, langkah pertama untuk menghentikan
kecanduan terhadap media sosial adalah dengan mengonsolidasi perangkat dan
menghapus platform apapun yang tidak kamu gunakan.
4) Perbanyak Sosialisasi di Kehidupan Nyata
Sebenarnya memang tak ada salahnya berkomunikasi via media sosial
yang menyediakan fitur seperti FaceTime. Namun, bila cara berkomunikasi
seperti ini yang sering kamu pilih, ada baiknya untuk berpikir ulang. Namun,
lebih baik berhubungan secara face to face, bukan? Bersosialisasi dalam
kehidupan nyata jauh lebih memiliki banyak manfaat.
Ketika kamu berhadapan dengan seseorang secara langsung, tak ada
tembok besar yang memisahkan kamu dan lawan bicaranya. Dengan begitu,
kalian berdua bisa berkomunikasi lebih intim, bebas, dan pastinya lebih
menyenangkan.
5) Bersihkan Daftar “Friends” and “Follow”
Cara mengatasi kecanduan media sosial juga bisa dengan
membersihkan daftar “friends” dan “follow”. Sayangnya, melakukan tindakan
ini terbilang sulit, sebab kedua fitur tersebut merupakan cara untuk kita
terhubung dengan kerabat, teman, atau orang-orang di luar sana.
“Orang-orang memiliki perasaan tidak ingin ketinggalan, dan kami
pikir jika kami membuat koneksi, kami mungkin membutuhkannya pada suatu
saat.” ujar Marie Potter.
Meskipun demikian, tidak ada salahnya memeriksa daftar kontak
media sosialmu dan menekan tombol "hapus". Namun, sebelum melakukan
tindakan tersebut, tanyalah pada diri sendiri tiga pertanyaan berikut:
Apakah kamu mengenal mereka dalam kehidupan nyata?
Apakah mereka menambah nilai positif dalam hidupmu?
Apakah mereka pemicu masalah?
Jika jawaban untuk pertanyaan pertama dan kedua “Tidak”, dan “Iya”
untuk pertanyaan ketiga, maka jangan ragu untuk menekan tombol “hapus”
atau “unfollow”. Hal ini bisa membantu membuat perbedaan pada kesehatan
mental dan kesejahteraan hidupmu dalam jangka panjang.
6) Cari Kegiatan Lain
Bila sudah merasa kecanduan media sosial, segeralah cari kegiatan
lainnya yang bermanfaat. Tujuannya untuk mengurangi intensitas untuk
berselancar di dunia maya tersebut. Semakin sibuk dirimu menghabiskan
waktu di kegiatan lain, maka waktu untuk terpaku pada media sosial akan
semakin minim.
Kegiatan seperti apa yang bisa dicoba? Banyak, kamu bisa
mengalihkan perhatian pada olahraga atau sekadar berkumpul bersama
keluarga atau teman-teman terdekat, membaca buku maupun mencoba ataupun
mengembangkan hobi, mencoba aktivitas baru yang menyenangkan bersama
teman.
7) Gunakan Secara Bijak
Menggunakan smartphone secara bijak bisa menjadi cara efektif untuk
mengatasi kecanduan media sosial. Ketika menggunakannya dengan bijak, ada
manfaat lainnya yang bisa kamu dapatkan dari media sosial. Tidak cuma itu,
kamu juga bisa merasa lebih nyaman bila menggunakan media sosial dengan
cerdas. Ingat, bagaimana media sosial berdampak itu bergantung bagaimana
dirimu menggunakannya.
Misalnya, sebenarnya tak perlu memiliki semua jenis media sosial.
Alternatifnya, kamu bisa aktif di media sosial yang memang sering digunakan.
Semakin banyak media sosial yang kamu miliki, akhirnya semakin banyak pula
waktu yang akan dihabiskan di dunia maya.
8) Selalu Batasi Penggunaannya
Hal yang satu ini bisa menjadi cara terampuh agar terhindar dari
kecanduan media sosial. Cobalah batasi waktu yang kamu habiskan di media
sosial tiap harinya. Kamu bisa menggunakan alarm atau stopwatch untuk
mengontrol penggunaan media sosial. Ketika dirimu sudah terbiasa membatasi
waktu menggunakan media sosial, maka kecanduan media sosial pun bisa
diredam.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Media sosial adalah platform digital yang memfasilitasi penggunanya
untuk saling bersosial, baik itu berkomunikasi atau membagikan konten berupa
tulisan, foto dan video. Segala konten yang dibagikan tersebut akan terbuka
untuk publik secara realtime. Media sosial memiliki dampak positif maupun
negatif tergantung dari penggunanya. Jika digunakan secara berlebihan media
sosial dapat mempengaruhi kesehatan mental kita. Maka dari itu penting untuk
membatasi kegiatan bermain sosial media maksimal tiga jam perhari.

B. Saran
Memberikan pengetahuan kepada seluruh masyarakat untuk bijak dalam
penggunaan media sosial, khususnya pada kelompok usia remaja yang sering
menghabiskan waktunya bermain gadget. Memberikan pengetahuan kepada
remaja agar selalu menghargai diri sendiri dan tidak membandingkan dirinya
dengan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Siahaan M. Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Dunia Pendidikan.
2020;1(1):73–80.
News B. UK internet use doubles in 2020 due to pandemic.
CoronaVirus Pandemic.2020
APJII. Laporan Survei Internet APJII 2019–2020. Asos Penyelenggara
Jasa InternetIndonesi [Internet]. 2020;2020:1–146. Available from:
https://apjii.or.id/survei
Agustini, Pratiwi. 2021. Warganet Meningkat, Indonesia Perlu Tingkatkan
Nilai Budaya di Internet. Jakarta Pusat:
https://aptika.kominfo.go.id/2021/09/warganet-meningkat-indonesia-perlu-
tingkatkan-nilai-budaya-di-internet/
Handikasari RH, Jusup I, Johan A. Hubungan Intensitas Penggunaan
Media Sosialdengan Gejala Depresi Mahasiswa Kedokteran. J Kedokt
Diponegoro. 2018;7(2):919–34.
Pratama BA, Setiyaningsih R. Efek Penggunaan Jejaring Sosial terhadap
Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja di SMP Negeri 1 Sukoharjo.
Indones J Med Sci.2015;2(2):56–64.
Taqwa MI. Intensitas Penggunaan Media Sosial Instagram Stories dengan
KesehatanMental.2018: papers2://publication/uuid/512EBCE8-D635-4348-
A67D-22DD52988F4C
Populix. 2021. Media Sosial Adalah: Contoh hingga Manfaatnya bagi Pebisnis.
Jakarta Barat: Populix.
dr. Meva Nareza. 2020. Kesehatan Mental: Pengertian, Jenis, dan Cara
Menjaganya: Alodokter
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian
Kesehatan RI. (2020).Pengendalian Stunting di Era Pandemi COVID-19.
https://kesmas.kemkes.go.id/portal/konten/~rilisberita/060912-pengendalian-
stunting-di-era-pandemi-covid-19
P.A. Janitra, P. Prihandini, N. Aristi. 2021. PEMANFAATAN MEDIA
DIGITAL DALAM PENGELOLAAN KESEHATAN MENTAL REMAJA DI
ERA PANDEMI vol. 20 no.1. hal. 19
dr. Rizal Fadli. 2021. Pengaruh Sosial Media Pada Kesehatan Mental Remaja:
Halodoc
Muchamad Naufal Falakhi. 2021. Dampak Media Sosial terhadap Kesehatan
Mental: Airlangga Nursing Journalist
dr. Fadhli Rizal Makarim. 2021. Kecanduan Media Sosial? Begini Tips Ampuh
Mengatasinya: Halodoc
TUGAS
1. Buatlah sebuah karya ilmiah dengan topik/ masalah yang kamu kuasai.
2. Susunlah karya ilmiah tersebut dengan langkah-langkah seperti yang
telah kamu pelajari sebelumnya.
3. Lakukan silang baca dengan salah seorang teman untuk saling memberi
koreksi terhadap karya ilmiahmu itu. Gunakanlah format berikut.

Aspek Isi Tanggapan

Topik pada makalah ini


memberikan pengetahuan pada
masyarakat bahwa dengan terlalu
a. Daya tarik topik/masalah
lama menghabiskan waktu dalam
bermain media sosial dapat
menyebabkan penyakit mental.
Sesuai. Memiliki 3 bab yaitu
b. Ketepatan dalam struktur teks pendahuluan, pembahasaan, dan
penutup
c. Kebakuan dalam penggunaan Menggunakan bahasa baku sesuai
kaidah kebahsaan dengan bahasa Indonesia
Kalimat menggunakan istilah yang
d. Kefektifan Kalimat
mudah dipahami
e. Ketepatan ejaan tanda baca Sudah tepat.

Anda mungkin juga menyukai