Anda di halaman 1dari 63

KELOMPOK 4

SAMA-SAMA DOKTER
PUSKESMAS
Pemicu 2 Blok Etika & Hukum
kedokteran
Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara 2011
Tutor : dr. Magdalena.L.J,Sp.Park

ANGGOTA KELOMPOK 4
NAMA

NIM

Andi Surya Jaya

405070010

Penulis

Handri

405080024

Anggota

Victoria

405080027

Anggota

Mandy

405080040

Anggota

Sabri Hifzi

405080041

Anggota

Cicilia Yunita.P.

405080132

Anggota

Paramita Adinda Putri

405080139

Ketua

Wismaytra Condro

405080163

Anggota

Purbo Prawiro B

405080166

Anggota

Suci Mega Sari

405080186

Sekretaris

Mieliani

405080191

Anggota

Devia Arista Sani

405080198

Anggota

Skenario
A adalah seorang dokter muda yang baru ditempatkan di puskesmas
kelurahan,di daerah perdalaman Cianjur-Jawa Barat,sekitar 4 bulan yang
lalu. Ia sangat disenangi oleh masyarakat sekitar terutama pasien yang
datang berobat ke puskesmas. Hal ini disebabkan karena ia selalu
berbuat baik,ramah dan rela menolong siapapun. Bila ada pasien gawat
darurat,ia selalu sigap menolong tanpa merugikan pasien tersebut.
Kalaupun tak sanggup menangani,ia akan segera merujuk pasiennya ke
RS kecamatan terdekat. Sebelum merujuk,ia selalu berterus terang ke
pasiennya. Begitu juga dengan setiap tindakan medis yang akan
dilakukannya,ia selalu meminta persetujuan dari pasien.
Di dalam pelayanannya,dr. A tidak pernah membeda-bedakan pasien.
Semua pasien harus tertib menunggu giliran kecuali bila tiba-tiba datang
pasien gawat. Ia selalu sabar mendengarkan keluhan pasiennya dan
menuliskan segalanya dalam rekam medis. Di waktu luangnya,ia sering
berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Selain itu,ia selalu mengikuti
perkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan dengan membaca
majalah-majalah kedokteran terbaru. Pokoknya dr. A menjalankan
praktik kedokteran yang sesuai dengan etika,standar pelayanan medis
dan peraturan perundang-undangan,berkompeten,bersikap
profesional,serta patuh pada disiplin profesi.

Ini sangat berbeda dengan Q,seorang dokter senior yang


juga bekerja di puskesmas tersebut. Dokter Q sering
datang terlambat dan pulang paling awal dibandingkan
tenaga medis lainnya. Ia tak peduli walaupun saat itu
puskesmas sedang banyak pasien.
Dalam praktiknya sehari-hari,ia sering terburu-buru
dalam menangani pasien. Hanya berdasarkan keluhan
pasien saja dan tanpa melakukan pemeriksaan fisik,ia
langsung menuliskan resep obat. Untuk catatan medis
pasien sering ditugaskan ke perawat yang bertugas. Ia
juga jarang memberikan edukasi dan menerangkan
tindakan medis yang akan dilakukan kepada pasien
kecuali bila ada pasien yang bertanya. Jika ada kasus
dimana pasien tidak dapat ditangani di puskesmas
tersebut,maka ia akan merujuk hanya ke RS yang
memberikan imbalan kepadanya atas rujukan tersebut.
Apa yang dapat Anda pelajari dari pemicu ini?

Learning Objective
Mengetahui dan menjelaskan kaidah dasar normal

Bioetika kaidah dasar bioetika (Beneficence,


Nonmaleficence, Otonomi, Justice)
Mengetahui dan menjelaskan Prima Facie
Mengetahui dan menjelaskan Pasal-pasal Kodeki dan
penerapannya
Mengetahui dan menjelaskan Rekam medis

Asas- Asas Etika Medis

Kaidah
Kaidah dasar
Moral

LO. 1
Empat kaidah dasar moral bioetika
1.

Beneficence

Kewajiban berbuat baik terhadap manusia dan masyarakat

2.

Nonmaleficence

Kewajiban tidak menimbulkan mudharat ( first do no harm)

3.

Menghormati otonomi pasien

Otonomi : menghormati hak orang untuk mengambil


keputusan dan tentang dirinya sendiri

Berkata jujur (truth telling)

Menjaga kerahasiaan (konfidensialitas)

Menjaga kepercayaan, memenuhi kewajiban, menepati janji


, dsb

4.

Berlaku adil (justice)

Keadilan sosial : tdk membedakan latar belakang orang

Keadilan distributif : didistributifkan sumberdaya kesehatan


secara adil

Berlaku fair

Beneficence
Kewajiban untuk melakukan yang baik

terhadap manusia. Asas ini adalah substansi


pertama dalam Sumpah Hipokrates (460-377
SM). Saya akan menerapkan aturan tentang
makanan untuk kebaikan orang sakit
menurut kemampuan dan penilaian saya; saya
akan menjauhkan mereka dari cidera dan
ketidakadilan.

Beauchamp & Childress (filsuf-filsuf

kontemporer) menerjemahkan asas


beneficence ini utk pelayanan pasien
sebagai :

Kewajiban mencegah hal yang buruk

(evil) atau cidera (harm)


Kewajiban menghilangkan hal yang buruk
atau cidera
Kewajiban melakukan atau meningkatkan
yang baik pada pasien

BENEFICENCE
Kriteria
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan
orang lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya
5. Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang
6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia
7. Pembatasan goal based (sesuai tujuan/kebutuhan pasien)
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien
9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
12. Tidak menarik honorarium di luar kewajaran
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
14. Mengembangkan profesi secara terus menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah
16. Menerapkan golden rule principle

Nonmaleficence
Kewajiban untuk tidak melakukan hal-hal yang

buruk atau merugikan terhadap manusia. Asas ini


juga sudah ada dalam Sumpah Hippokrates, Saya
akan menjaga mereka terhadap bahaya dan
ketidakadilan.
Asas ini adalah pelengkap asas pertama tadi
(beneficence).
Nonmaleficence adalah kewajiban untuk tidak
menimbulkan mudarat.
Asas ini diungkapkan juga dalam bahasa latin
sebagai primum non nocere (pertama-tama tidak
berbuat salah).

Beauchamp & Childress menerjemahkan asas

nonmaleficence ini untuk pelayanan pasien sebagai


kewajiban untuk tidak menimbulkan cidera atau hal
yang buruk pada pasien.
Jika diperhatikan, terjemahan Beauchamp & Childress
di atas tentang asas beneficence & nonmaleficence
untuk pelayanan pasien, sebenarnya 2 hal yang tidak
dapat dipisahkan.
Keduanya bertujuan melakukan yang baik yang
sekaligus tentu berarti mencegah atau menghilangkan
yang buruk dan cidera pada pasien.
Seakan-akan 2 asas itu adalah 2 sisi dari mata uang
yang sama, yang tidak dapat dipisahkan 1 dari yang
lain.
Dalam ajaran agama Islam, 2 asas itu selalu disebut
dalam 1 kalimat : Amar maruf (beneficence) nahi
mungkar (nonmaleficence)

NONMALEFICENCE
Kriteria
1. Menolong pasien emergensi :
Dengan gambaran sbb :
- pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) /
berisiko
kehilangan sesuatu yang penting (gawat)
- dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- manfaat bagi pasien > kerugian dokter
2. Mengobati pasien yang luka
3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia )
4. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien
5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
6. Mengobati secara proporsional
7. Mencegah pasien dari bahaya
8. Menghindari misrepresentasi dari pasien
9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
10. Memberikan semangat hidup
11. Melindungi pasien dari serangan
12. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan

Menghormati Otonomi
Pasien
Otonomi = hak untuk memutuskan sendiri

dalam hal-hal yang menyangkut diri sendiri


Hak otonomi pasien adalah hak pasien
untuk mengambil keputusan dan
menentukan sendiri tentang kesehatan,
kehidupan, dan malahan secara ekstrim
tentang kematiannya.
Ini berlawanan dengan budaya tradisional
Hippokrates, di mana umumnya dokterlah
yang menentukan apa yg dianggapnya
paling baik untuk pasien.

Otonomy
Kriteria
1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (kondisi elektif)
3. Berterus terang
4. Menghargai privasi
5. Menjaga rahasia pasien
6. Menghargai rasionalitas pasien
7. Melaksanakan informed consent
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi otonomi pasien
10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam mengambil keputusan termasuk
keluarga pasien sendiri
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergensi
12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien
13. Menjaga hubungan (kontrak)

Justice
Asas keadilan lahir dari hak asasi

manusia; setiap orang berhak untuk


mendapat pelayanan kesehatan yang
adil, karena kesehatan adalah hak yang
sama bagi setiap warga negara. Hak ini
dijamin dalam amandemen UUD 1945
Keadilan dalam pelayanan kesehatan

berarti perlakuan yang sama pada kasus


yang sama, tanpa melihat latar
belakang seseorang

Dalam Lafal Sumpah Dokter Indonesia, asas

keadilan terungkap sbb :


saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh
supaya saya tidak terpengaruh oleh pertimbangan
keagamaan, kebangsaan, kesukuan, politik
kepartaian, atau kedudukan sosial dalam
menunaikan kewajiban terhadap penderita
Keadilan dalam lafal sumpah di atas adalah

bersikap fair dalam hubungan dokter pasien


Keadilan dapat juga berarti keadilan distributif
yaitu keadilan dalam distributif sumberdaya
kesehatan (tenaga dokter, perawat,..) antara satu
daerah dan daerah lain

Kriteria Justice
1. Memberlakukan sesuatu secara universal
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
4. Menghargai hak sehat pasien
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok yang rentan
8. Tidak melakukan penyalahgunaan
9. Bijak dalam makro alokasi
10. Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban,
sanksi) secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan
kompeten
14. Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan tepat/sah
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan
kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dsb

LO.2 Prima Facie


Merupakan bahasa Latin untuk: at first

appearance atau at first sight


Pada ilmu filsafat dipakai sebagai, antara lain :
dasar teori etika oleh W.D. Ross yang berarti
mempunyai obligasi
Pemakaian dalam konteks modern
menggunakan istilah pro tanto obligation
yang berarti sebuah obligasi yang dapat di
overrule oleh obligasi lain yang lebih penting
dan berlaku hanya sementara
Sebagai dokter kita mempunyai kewajiban
prima facie yang terdiri atas empat kaida dasar
moral

Dalam kondisi atau konteks tertentu,

seorang dokter harus melakukan


pemilihan 1 kaidah dasar etik ter-absah
sesuai konteksnya berdasarkan data atau
situasi konkrit terabsah. Inilah yang
disebut pemilihan berdasarkan asas prima
facie.

LO.3
HUBUNGAN BIOETIKA - KODEKI

Pasal

Isi Kodeki

Bioetik

Pasal 1 Setiap dokter harus menjunjung tinggi,


menghayati dan mengamalkan sumpah dokter.

Semua asas

Pasal 2 Seorang dokter harus senantiasa berupaya


melaksanakan profesinya sesuai dengan standar
profesi yang tertinggi.

Beneficence
Nonmaleficence

Pasal 3 Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya,


seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh
sesuatu yang mengakibatkan hilangnya
kebebasan dan kemandirian profesi.

Justice

Pasal 4 Setiap dokter harus menghindarkan diri dari


perbuatan yang bersifat memuji diri.

Beneficence

Pasal 5 Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin


melemahkan daya tahan psikis maupun fisik
hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan
pasien, setelah memperoleh persetujuan pasien.

Beneficence
Otonomi

Pasal 6 Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati


Beneficence
dalam mengumumkan dan menerapkan setiap
Nonpenemuan teknik atau pengobatan baru yang
maleficence
belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang dapat
menimbulkan keresahan masyarakat.

Pasal

Isi Kodeki

Pasal 7 Seorang dokter hanya memberi surat


keterangan dan pendapat yang telah diperiksa
sendiri kebenarannya

Bioetik
Beneficence
Nonmaleficence

Pasal
7a

Seorang dokter harus, dalam setiap praktik


Beneficence
medisnya, memberikan pelayanan medis yang Nonkompeten dengan kebebasan teknis dan moral maleficence
sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang
(compassion) dan penghormatan atas martabat
manusia

Pasal
7b

Seorang dokter harus bersikap jujur dalam


berhubungan dengan pasien dan sejawatnya,
dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya
yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam
karakter atau kompetensi, atau yang
melakukan penipuan atau penggelapan, dalam
menangani pasien

Beneficence
Nonmaleficence

Pasal
7c

Seorang dokter harus menghormati hak-hak


pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak tenaga
kesehatan lainnya, dan harus menjaga
kepercayaan pasien

Otonom

Pasal

Isi Kodeki

Pasal 8 Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter


harus memperhatikan kepentingan masyarakat
dan memperhatikan semua aspek pelayanan
kesehatan yang menyeluruh (promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif), baik fisik maupun psikososial, serta berusaha menjadi pendidik dan
pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.

Bioetik
Beneficence
Nonmaleficence
Justice

Pasal 9 Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para


pejabat di bidang kesehatan dan bidang lainnya
serta masyarakat, harus saling menghormati.
Pasal
10

Setiap dokten wajib bersikap tulus ikhlas dan


mempergunakan segala ilmu dan ketrampilannya
untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak
mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan, maka atas persetujuan pasien,ia wajib
merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai
keahlian dalam penyakit tersebut.

Beneficence
Nonmaleficence
Otonom

Pasal
11

Setiap dokter harus memberikan kesempatan


Otonom
kepada pasien agar senantiasa dapat berhubungan
dengan keluarga dan penasehatnya dalam
beribadat dan atau dalam masalah lainnya.

Pasal

Isi Kodeki

Bioetik

Pasal
12

Setiap dokter wajib merahasiakan segala


sesuatu yang diketahuinya tentang seorang
pasien, bahkan juga setelah pasien itu
meninggal dunia

Beneficence
Nonmaleficence
Otonom

Pasal
13

Setiap dokter wajib melakukan pertolongan


darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan
mampu memberikannya.

Beneficence
Nonmaleficence

Pasal
14

Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya


sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.

Pasal
15

Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien


dan teman sejawat, kecuali dengan persetujuan
atau berdasarkan prosedur yang etis.

Pasal
16

Setiap dokter harus memelihara kesehatannya,


supaya dapat bekerja dengan baik.

Pasal
17

Setiap dokter harus senantiasa mengikuti


perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran/kesehatan.

LO.4 Rekam Medis

Definisi
Rekam medis adalah keterangan baik
yang tertulis maupun terekam tentang
identitas
,anamnesa,penentuan
fisik
,
laboratorium, diagnosa segala pelayanan
dan tindakan medik yang diberikan kepada
pasien dan pengobatan baik yang dirawat
inap
,
rawat
jalan
maupun
yang
mendapatkan pelayanan gawat darurat

2 bagian yang perlu diperhatikan yaitu:


1. Tentang INDIVIDU : suatu informasi tentang

kondisi kesehatan dan penyakit pasien yang


bersangkutan dan sering disebut PATIENT
RECORD
2. Manajemen
: suatu informasi tentang
pertanggungjawaban apakah dari segi
manajemenmaupun keuangan dari kondisi
kesehatan dan penyakit pasien yang
bersangkutan.

Isi Rekam Medis


Rekam Medis
Pasien Rawat Jalan

A.

B. Rekam Medis Pasien Rawat Inap

identitas pasien
pemeriksaan fisik
diagnosis/masalah
tindakan/pengobatan
pelayanan lain yang
telah diberikan
kepada pasien

- identitas pasien
- pemeriksaan
- diagnosis/masalah
- persetujuan tindakan medis (bila ada)
- tindakan/pengobatan
- pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien

Jenis Rekam Medis


Rekam medis
konvensional
Definisi

Rekam medis elektronik

Rekam medis yang


terbuat dan berbentuk
lembaran lembaran
kertas yang diiisi
dengan tulisan tangan
atau ketikan komputer
yang telah diprint.

Rekam medis yang


terbuat dan berbentuk
elektronik berupa data
data di komputer yang
diisi dengan hanya
mengetik di komputer

Bentuk rekam medis ini


sangat umum dan
dapat ditemukan
diseluruh RS, klinik,
maupun praktek dokter

Bentuk rekam medis ini


sangat jarang ditemukan
Hanya ditemukan pada
RS, klinik ataupun
praktek dokter yang
sudah modern dan

Rekam medik konvensional

Rekam medik elektronik

Keuntungan

Mudah untuk didapatkan


Bisa dilakukan oleh siapa saja
dalam hal ini staf medis yang
tidak memerlukan ketrampilan
khusus
Mudah dibawa dan mampu di
isi kapan saja dan di mana saja

Ringkas
Bisa menampung dalam
jumlah yang sangat banyak
Tidak memakan banyak
tempat dalam hal
penyimpanan karena disimpan
dalam bentuk data komputer,
Bisa disimpan lama

Kerugian

Dapat terjadi kesalahan dalam


- penulisan dan pembacaan,
tidak ringkas,
Mudah rusak oleh keadaan
basah,
Mudah terbakar karena
terbuat dari bahan kertas,
Memiliki keterbatasan dalam
hal penyimpanan karena
bentuknya yang bisa dikatakan
besar,
Kerapian dari penulisan akan
berkurang

Mudah terserang virus yang


merusak data
Tidak semua orang bisa
mengoperasikannya
Hanya terjangkau oleh
kalangan tertentu
Tidak dapat dioperasikan
apabila tidak ada sumber
listrik

Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan yang diatur dalam Pasal 2 ayat (2) sampai

dengan ayat (8) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996


tentang Tenaga Kesehatan terdiri dari :
1. Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi;
2. Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan;
3. Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan
asisten apoteker;
4. Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog
kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan,
penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian;
5. Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien;
6. Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis
dan terapis wicara;
7. Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis,
teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis
optisien, othotik prostetik, teknisi tranfusi dan perekam medis

Manfaat Rekam Medis


A. Pengobatan Pasien
Sebagai dasar dan petunjuk untuk merencanakan
dan menganalisis penyakit serta merencanakan
pengobatan, perawatan dan tindakan medis yang
harus diberikan kepada pasien.
B. Peningkatan Kualitas Pelayanan
Membuat Rekam Medis bagi penyelenggaraan
praktik kedokteran dengan jelas dan lengkap akan
meningkatkan kualitas pelayanan untuk melindungi
tenaga medis dan untuk pencapaian kesehatan
masyarakat yang optimal.

Manfaat Rekam Medis


C. Pendidikan dan Penelitian
Rekam medis yang merupakan informasi perkembangan
kronologis penyakit, pelayanan medis, pengobatan dan
tindakan medis, bermanfaat untuk bahan informasi bagi
perkembangan pengajaran dan penelitian di bidang
profesi kedokteran dan kedokteran gigi.
D. Pembiayaan
Dijadikan petunjuk dan bahan untuk menetapkan
pembiayaan dalam pelayanan kesehatan pada sarana
kesehatan. Catatan tersebut dapat dipakai sebagai bukti
pembiayaan kepada pasien.

Manfaat Rekam Medis


E. Statistik Kesehatan
Rekam medis dapat digunakan sebagai bahan
statistik kesehatan, khususnya untuk mempelajari
perkembangan kesehatan masyarakat dan untuk
menentukan jumlah penderita pada penyakitpenyakit tertentu.
F. Pembuktian Masalah Hukum, Disiplin dan Etik
Rekam medis merupakan alat bukti tertulis utama,
sehingga bermanfaat dalam penyelesaian masalah
hukum, disiplin dan etik.

Fungsi Data pada Rekam


Medis
a. Alat komunikasi (informasi) dan dasar
pengobatan bagi dokter, dokter gigi dalam
memberikan pelayanan medis.
b. Masukan untuk menyusun laporan
epidemiologi penyakit dan demografi (data
sosial pasien) serta sistem informasi
manajemen rumah sakit
c. Masukan untuk menghitung biaya
pelayanan
d. Bahan untuk statistik kesehatan
e. Sebagai bahan/pendidikan dan penelitian

Rekam Medis yang


Bermutu
1. Akurat, menggambarkan proses dan hasil akhir
pelayanan yang diukur secara benar
2. Lengkap, mencakup seluruh kekhususan
pasien dan sistem yang dibutuhkan dalam
analisis hasil ukuran
3. Terpercaya, dapat digunakan dalam berbagai
kepentingan
4. Valid atau sah sesuai dengan gambaran
proses atau produk hasil akhir yang diukur
5. Tepat waktu, dikaitkan dengan episode
pelayanan yang terjadi

Rekam Medis yang


Bermutu
6. Dapat digunakan untuk kajian, analis, dan
pengambilan keputusan
7. Seragam, batasan sebutan tentang
elemen data yang dibakukan dan konsisten
penggunaaannya di dalam maupun di luar
organisasi
8. Dapat dibandingkan dengan standar yang
disepakati diterapkan
9. Terjamin kerahasiaannya
10. Mudah diperoleh melalui sistem
komunikasi antar yang berwenang.

Standar Universal Rekam


Medis
a. Struktur dan isi rekam medis
b. Keseragaman dalam penggunaan simbol,
tanda, istilah, singkatan dan ICD
c. Kerahasiaan dan keamanan data.

Pendelegasian Membuat Rekam Medis


Selain dokter dan dokter gigi yang

membuat/mengisi rekam medis, tenaga


kesehatan lain yang memberikan
pelayanan langsung kepada pasien dapat
membuat/mengisi rekam medis atas
perintah/ pendelegasian secara tertulis
dari dokter dan dokter gigi yang
menjalankan praktik kedokteran.

Rekam Medis Berdasarkan Masalah


(POMR = Problem Oriented Medical
Record)
sistem pencatatan medis yang

dikembangkan dengan pendekatan


metode ilmiah untuk menunjang
pemecahan masalah secara klinik. POMR
ini biasanya digunakan di pusat-pusat
pendidikan

Tujuan POMR
Mencatat riwayat kesehatan pasien dan

keluarganya secara lengkap sesuai


dengan permasalahan yang ada
Memperoleh keterangan yang jelas
tentang riwayat medis dan permasalhan
kesehatan pasien dan keluarganya dalam
waktu yang singkat

4 unsur pokok dalam POMR

1. Data Dasar

Berupa : data demografi, riwayat kesehatan data biologis, riwayat

Keluarga (Data

tindakan pencegahan, data berbagai faktor resiko, dan data

Base)

kesehatan lingkungan rumah dan pemukiman,struktur keluarga,


fungsi keluarga dan aplikasinya

2. Data

Berasal dari hasil anamnesis, hasil pemeriksaan fisik dan hasil

Masalah

pemeriksaan penunjang dicatat adanya masalah: anatomi, fisiologi,

Kesehatan

sosial, ekonomi, mental dan perilaku, dan tulisankan penilaiannya

(Problem List)

(assessment).

3. Rencana

Pada bagian ini dicatat: diagnosis dengan terapi, prosedur lacak dan

Awal (initial

edukasi pasien yang akan dilakukan.

Plan)
4. Catatan

Pada bagian ini dicatat kemajuan yang diperoleh sebagai hasil dari

Kemajuan

tindakan yang telah dilakukan untuk setiap masalah kesehatan.

(Progress

Dibedakan menjadi 3 macam yaitu:

Note)

-Uraian narasi (narrative notes)


-Lembar alur (floe sheets)
-Ringkasan setelah pasien sembuh (discharge summary)

Isi POMR
S = Subjective Information (

Kelebihan POMR
Pasien ditangani berdasarkan prioritas

masalah
Data tersusun terklasifikasi berdasarkan
masalah
Memudahkan evaluasi rekam medis
Memudahkan penelitian terhadap
masalah tertentu

Kelemahan POMR
Perlu penyesuaian yang lama jika baru

pertama kali menerapkan sistem tsb


Perlu pelatihan intensif dan komitmen
dari seluruh staf untuk melaksanakan
POMR secara terpadu
Kekurangtelitian merugikan pelayanan

Aspek hukum rekam medis


UU RI No 29 Tahun 2004 Pasal 46:
1. Setiap dokter atau dokter gigi dalam

menjalankan praktik kedokteran wajib


membuat rekam medis.
2. Rekam medis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus segera dilengkapi setelah
pasien selesai menerima pelayanan
kesehatan.
3. Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi
nama, waktu dan tanda tangan petugas
yang memberikan pelayanan atau tindakan

UU RI No 29 tahun 2004 Pasal 47 :


1. Dokumen rekam medis sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 46 merupakan milik


dokter, dokter gigi, atau sarana pelayanan
kesehatan, sedangkan isi rekam medis
merupakan milik pasien.
2. Rekam medis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus disimpan dan dijaga
kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi
dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
3. Ketentuan mengenai rekam medis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri

Peraturan Menteri Kesehatan RI No


1419/Menkes/Per/X/2005

Pasal 16
1.

2.

Dokter dan dokter gigi dalam


pelaksanaan praktik kedokteran wajib
membuat rekam medis.
Rekam medis sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
ketentuan perundang-undangan

Kerahasiaan Rekam Medis


Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik

kedokteran wajib menyimpan kerahasiaan yang menyangkut


riwayat penyakit pasien yang tertuang dalam rekam medis.
Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana,

rahasia kedokteran (isi rekam medis) baru dapat dibuka bila


diminta oleh hakim majelis di hadapan sidang majelis.
Dokter dan dokter gigi bertanggung jawab atas kerahasiaan

rekam medis sedangkan kepala sarana pelayanan kesehatan


bertanggung jawab menyimpan rekam medis.

KERAHASIAAN REKAM MEDIS


KUHP Pasal 322
1. Barangsiapa dengan sengaja membuka sesuatu rahasia yang

menurut jabatannya atau pekerjaannya, baik yang sekarang


maupun yang dahulu, ia diwajibkan menyimpannya, dihukum
penjara selama-lamanya sembilan bulan atau denda
sebanyak-banyaknya Rp 9.000
2. Jika kejahatan ini dilakukan terhadap seorang yang ditentukan

maka perbuatan itu hanya dituntut atas pengaduan orang itu.

KUHAP Pasal 120

1. Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat meminta

pendapat orang ahli atau orang yang memiliki keahlian


khusus.
2. Ahli tersebut mengangkat sumpah atau mengucapkan janji

dimuka penyidik bahwa ia akan memberi keterangan


menurut pengetahuannya yang sebaik-baiknya kecuali bila
disebabkan karena harkat serta martabat, pekerjaan atau
jabatannya yang mewajibkan ia menyimpan rahasia dapat
menolak untuk memberikan keterangan yang diminta

KUHAP Pasal 170


1. Mereka yang karena pekerjaan, harkat

martabat atau jabatannya diwajibkan


menyimpan rahasia, dapat minta dibebaskan
dari kewajiban untuk memberi keterangan
sebagai saksi, yaitu tentang hal yang
dipercayakan kepada mereka.
2. Hakim menentukan sah atau tidaknya segala

alasan untuk permintaan tersebut.

Sanksi Hukum
Pasal 79 UU Praktik Kedokteran
Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja
tidak membuat rekam medis dapat dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau
denda paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh
juta rupiah).
Selain tanggung jawab pidana, dokter dan dokter gigi

yang tidak membuat rekam medis juga dapat


dikenakan sanksi secara perdata, karena dokter dan
dokter gigi tidak melakukan yang seharusnya
dilakukan (ingkar janji/wanprestasi) dalam hubungan
dokter dengan pasien.

Sanksi Disiplin dan Etik


Dokter dan dokter gigi yang tidak membuat rekam

medis selain mendapat sanksi hukum juga dapat


dikenakan sanksi disiplin dan etik sesuai dengan UU
Praktik
Kedokteran,
Peraturan
KKI,
Kode
Etik
Kedokteran Indonesia (KODEKI) dan Kode Etik
Kedokteran Gigi Indonesia (KODEKGI).
Dalam Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia
Nomor 16/KKI/PER/VIII/2006 tentang Tata Cara
Penanganan Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin MKDKI
dan MKDKIP, ada tiga alternatif sanksi disiplin yaitu :
a. Pemberian peringatan tertulis.
b. Rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau
surat izin
praktik.
c.Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di
institus pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi.

Kesimpulan
dr. A

dr. Q

Selalu berbuat baik, ramah dan rela


menolong siapapun beneficence
dan justice

Sering datang terlambat dan pulang


paling awal otonomi,
beneficence, nonmaleficence, dan
justice

Bila ada pasien darurat, ia


selalu sigap menolong tanpa
merugikan pasien
beneficence dan
nonmaleficence

Tidak peduli walaupun pasien


banyak beneficence

Kalaupun tidak sanggup


menangani ia merujuk
pasiennya ke RS kecamatan
nonmaleficence

Terburu-buru dalam menangani


pasien non maleficence dan
autonomy

Sebelum merujuk, ia selalu


Mengobati hanya berdasarkan
berterus terang ke pasiennya keluhan pasien tanpa
autonomy
pemeriksaan fisik langsung
menuliskan resep obat
autonomy dan nonmaleficence
Begitu juga dengan setiap tindakan
medis yang akan dilakukannya, ia
selalu meminta persetujuan dari

Catatan medis pasien sering


ditugaskan ke perawat yang

Kesimpulan
dr. A

dr. Q

Tidak pernah membeda-bedakan


pasien kecuali bila tiba-tiba
datang pasien gawat
beneficence, nonmaleficence, dan
justice

Jarang memberikan edukasi dan


menerangkan tindakan medis
yang akan dilakukan kecuali jika
pasien bertanya
nonmaleficence

Ia selalu mendengarkan keluhan


pasiennya beneficence

Merujuk pasien ke rumah sakit


yang memberi imbalan jasa
nonmaleficence

Menuliskan segalanya dalam


rekam medis autonomy
Di waktu luangnya, ia sering
berinteraksi dengan masyarakat
sekitar autonomy
Ia selalu mengikuti perkembangan
ilmu kedokteran dan kesehatan
dengan membaca majalahmajalah kedokteran terbaru
beneficence

Saran
Dr. Q ditegur oleh kepala Puskesmas atau

teman sejawat yang lebih senior sehingga


dr. Q dapat menjalankan praktik
kedokteran yang sesuai dengan 4 kaidah
dasar bioetika kedokteran.

Daftar Pustaka
Guwandi J. Hukum dan Dokter. Jakarta :

Sagung seto, 2008.


Jacobalis
Samsi.
Pengantar
tentang
Perkembangan Ilmu Kedokteran, Etika
Medis, dan Bioetika. Jakarta : Sagung Seto,
2005.
MKEK, IDI. Kode Etik Kedokteran Indonesia
dan Pedoman Pelaksanaan Kode Etik
Kedokteran Indonesia. Jakarta : IDI, 2002.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai