PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
2.2 EPIDEMIOLOGI
Sejak bulan maret 2012 hingga maret 2014 telah dicatat oleh WHO
terdapat 206 kasus yang terinfeksi MERS-CoV, termasuk 86 orang yang
meninggal.
2
Distribusi penyakit MERS terdapat kasus primer dan sekunder. Kasus
primer merupakan orang yang terinfeksi langsung oleh virus tersebut bukan
dari orang lain, lebih banyak menginfeksi orang yang lebih tua dan ber jenis
kelamin laki-laki dibanding kasus sekunder. Kasus sekunder merupakan orang
yang terinfeksi MERS-CoV dari orang lain yang terinfeksi virus tersebut.
3
Penyebaran Mers di Indonesia
Virus mers menyebar ke Indonesia melalui jemaah haji atau umroh
yang pulang dari arab Saudi, namun pemerintah telah melakukan pemeriksaan
kepada para Jemaah haji atau umroh yang pulang dengan gejala demam dan
batuk, dan sampai saat ini didapatkan hasil negative, sepanjag januari – 30
april, pasien dengan suspek MERS dinyatakan negative setelah dilakukan
pemeriksaan polymerase charin reaction (PCR).
2.3 ETIOLOGI
Ordo : Nidovirales
Famili : Corona viridae
Genus : Corona virus
4
2.4 KARAKTERISTIK VIRUS MERS-CoV
5
Virus ini memiliki RNA positive sebagai genomnya dan biasanya
sering disebut virus RNA. Mutasi virus terjadi pada saat replikasi dan virus
RNA bermutasi sekitar 1 juta kali lebih cepat dari pada virus DNA. Kalau
virus DNA mempunyai kecepatan mutasi 10-8 sampai 10-11 nukleotida setiap
kali proses replikasi, virus RNA berkecapatan 10-3 sampai 10-4. Maka tidak
bisa dimungkiri bahwa virus penyebab MERS adalah Coronavirus yang sudah
bermutasi.
Panjang genom MERS-CoV berkisar antara 27 sampai 32 kilobasa.
Genom ini membentuk protein-protein pembentuk tubuh virus seperti
fosfoprotein N, glikoprotein M, protein E, protein S, dan glikoprotein HE, dan
prtotein-protein atau enzim-enzim yang perlu untuk replikasi virus itu sendiri.
Selain menginfeksi manusia, MERS-CoV juga menginfeksi binatang
seperti unta dan kelelawar. Pada binatang-binatang ini, infeksi virus ini
umumnya juga menyebabkan gejala gangguan pernapasan (pneumonia) seperti
halnya pada manusia.
Virus ini tidak stabil di udara dan hanya mampu hidup selama 3 jam,
sehingga kecil sekali kemungkinan penularan lewat udara. Kemungkinan besar
penularan virus ini adalah lewat bersin atau batuk dari orang yang terinfeksi
kepada orang yang dekat dengannya.
6
2.5 PATOGENESIS
Virus ini dapat menular antar manusia secara terbatas dan tidak
terdapat transmisi penularan antar manusia melalui:
1. Langsung : melalui percikan dahak (droplet) pada saat pasien batuk atau
bersin.
2. Tidak Langsung : melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi
virus.
7
2.6 MANIFESTASI KLINIS
8
Namun tidak semua gejala tersebut akan terjadi pada setiap orang.
Seperti diare dan gagal ginjal, hanya beberapa orang saja yang mengalaminya.
Virus ini akan menyerang penderita yang miliki kekebalan tubuh rendah.
Mereka seperti lansia, orang yang mudah lelah, anak kecil, serta mereka yang
sedang dalam perjalanan. Sampai saat ini, masih terus dilakukan investigasi
mengenai pola penularan MERS-Cov. Virus ini dapat menular antar manusia
secara terbatas, dan tidak terdapat transmisi penularan antar manusia yang
berkelanjutan
2.7 DIAGNOSIS
a. Anamnesis : demam > 38°C, batuk dan sesak, ditanyakan pula riwayat
berpergian dari negara Timur Tengah 14 hari sebelum onset
b. Pemeriksaan Fisik : sesuai dengan gambaran Pneumonia
c. Pemeriksaan penunjang untuk mendukung diagnosis MERS adalah
pemeriksaan laboratorium dengan sediaan :
Spesimen dari saluran napas atas ( hidung, nasofaring, dan atau
swab tenggorokan )
Kultur mikroorganisme
9
Merujuk pada definisi kasus WHO, klasifikasi kasus MERS-CoV adalah :
2. Kasus probable
Seseorang dengan pneumonia atau ARDS dengan bukti klinis,
radiologis atau histopatologis dan tidak tersedia pemeriksaan MERS-
CoV atau hasil laboratoriumnya negatif pada satu kali pemeriksaan
spesimen yang tidak adekuat dan adanya hubungan epidemiologis
langsung dengan kasus konfirmasi MERS-CoV.
Seseorang dengan pneumonia atau ARDS dengan bukti klinis,
radiologis atau histopatologis dan hasil pemeriksaan laboratorium
inkoklusif (pemeriksaan skrining hasilnya positif tanpa konfirmasi
biomolekular ) dan adanya hubungan epidemiologis langsung dengan
kasus konfirmasi MERS-CoV.
3. Kasus konfirmasi
Seseorang yang terinfeksi MERS-CoV dengan hasil pemeriksaan
laboratorium positif.
10
2.8 PENATALAKSANAAN
Terapi oksigen pada pasien dengan tanda depresi napas berat, hipoksemia (
SpO2 <90%) atau syok
Mulai terapi oksigen dengan 5 L / menit lalu titrasi sampai SpO2 ≥ 90%
pada orang dewasa yang tidak hamil dan SpO2 ≥ 92-95% pada pasien
hamil
Pulse oximetri, oksigen, selang oksigen dan masker harus tersedia di
semua tempat yang merawat pasien ISPA berat/SARI .
11
2.9 PENCEGAHAN
Mencuci tangan dengan air dan sabun. Bila tangan tidak tampak kelihatan
kotor gunakan antiseptik.
Menjaga higiene perorangan, berperilaku hidup bersih dan sehat
Mematuhi praktek-praktek pengamanan makanan seperti menghindari
daging yang tidak dimasak atau penyediaan makanan dengan kondisi
sanitasi yang baik, mencuci buah dan sayuran dengan benar,
Menghindari kontak yang tidak perlu dengan hewan-hewan yang
diternakkan, hewan peliharaan dan hewan liar.
Tidak menyentuh hidung dan mulut setelah kontak.
2.10 PROGNOSIS
12
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
13