Anda di halaman 1dari 2

Bimbingan Kepaniteraan Ilmu Bedah Koja

UKRIDA periode 19 Agustus 2019 – 26 Oktober 2019

Hari : Selasa
Tanggal : 12 September 2019
Topik : Urological emergencies, BPH
Pembimbing : dr. Nurul Akbar, Sp.U

Ringkasan :

Urological emergencies terbagi kepada non-traumatic dan traumatic. Non-traumatic terbagi


kepada retensi urin akut, nyeri scrotum, priapism dan paraphimosis. Pada retensi urin akut
dapat dipasang foley catheter sebagai tatalaksana awal. Traumatic terbagi pada testicular,
penile, urethral, bladder, ureteral dan renal injury. Urethral injuries terbagi pada anterior dan
posterior. Trauma pada urethral anterior sangat jarang dan kebanyakannya pada laki-laki.
Gejalanya adalah perdarahan pada hujung penis, kesulitan buang air kencing, gross hematuria
dan penile swelling. Penanganannya tergantung pada tipe traumanya. Sekiranya contusio,
maka dipasang small-gauge urethral catheter selama 1 minggu. Pada ruptur parsial, tidak
diindikasikan untuk pemasangan catheter, sebaliknya dilakukan suprapubic urinary diversion
selama 1 minggu. Pada ruptur complete, sekiranya pasien dalam keadaan stabil maka
dipasang suprapubic catheter dan dioperasi untuk perbaiki urethra sekiranya pasien tidak
stabil. Trauma pada urethral posterior ditandai dengan “triad of blood” di meatus, tidak dapat
kencing tetapi kandung kemih teraba penuh, high-riding prostate, gross hematuria dan
perineal atau memar pada scrotum. Penanganan pada trauma tipe I dan II adalah dengan
pemasangan stent dengan urethral catheter, pada tipe III dilakukan suprapubic cycstotomy
dan primary repair 7-10 hari setelah trauma.

Penyebab bladder injuries dapat berupa iatrogenic, luka penetrasi pada abdomen bagian
bawah atau belakang, trauma tumpul pelvis atau ruptur secara spontan pasca
enterocystoplasty. Manifestasi klinis berupa nyeri pada suprapubic, nyeri tekan suprapubic,
sulit atau tidak bisa kencing dan hematuria. Tatalaksana pada extraperitoneal bladder injuries
dilakukan bladder drainage, sedangkan pada intraperitoneal dilakukan open repair. Trauma
pada ginjal dapat disebabkan trauma tumpul dan penetrasi. Indikasi operasi trauma pada
ginjal adalah hemorrhage persisten yang dapat mengancam nyawa, renal injury grade 5,
hematoma yang menyebar ke retroperitoneal.

BPH (benign prostatic hyperplasia) adalah proliferasi dari otot polos dan sel epitel pada
prostat, yang menyebabkan pembesaran kelenjar tersebut. Manifestasi klinisnya merupakan
sindrom LUTS (lower urinary tract symptoms) yang terdiri dari incomplete emptying,
frequency, intermittency, urgency, weak stream, straining dan nocturia. Diagnosis dapat
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan digital rectal exam dan tes darah PSA
(prostate-specific antigen). Terapi BPH adalah berdasarkan skor I-PSS (international prostate
symptom score) yang terdiri dari pharmacotherapy dan non-pharmacotherapy. Pada lelaki
dengan skor LUTS yang tidak signifikan (mild) atau keluhan LUTS tidak mengganggu
aktivitas sehari-hari, maka penanganan yang dapat dilakukan adalah observasi dan modifikasi
gaya hidup serta diet. Pemberian α1-blockers disarankan pada lelaki dengan skor LUTS
moderate-to-severe, ia juga berfungsi untuk relaksasi otot polos prostat. Pemberian 5α-
reductase inhibitor adalah sebagai inhibisi pembentukan dihydrotestosterone dari
testosterone. Kombinasi α1-blocker dan 5α-reductase inhibitor diberikan sekiranya volume
prostat melebihi 30mL.

Anda mungkin juga menyukai