Disusun oleh:
dr. Verita Dian Permatasari
Pendamping
dr. Iin Hartinah
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap rumah bapak Asja, didapatkan luas rumah ±
72 m2. Rumah tersebut terdiri dari ruang keluarga dan dapur yang hanya dipisahkan oleh
lorong, serta 2 buah kamar. Jumlah anggota keluarga sebanyak sembilan orang. Kepadatan
penghuni merupakan luas lantai dalam rumah dibagi dengan jumlah anggota keluarga
penghuni tersebut. Kebutuhan ruang per orang yang baik yaitu ±10 m2. Pada rumah pasien
didapatkan luas ruang per orang ± 8 m. Hal tersebut tidak sesuai dengan kepadatan hunian
yang ideal. Adanya kriteria tersebut diharapkan dapat mencegah penularan penyakit dan
melancarkan aktivitas anggota keluarga yang tinggal di rumah. Luas bangunan yang tidak
sesuai dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan kepadatan (overcrowded). Hal ini
merupakan hal yang tidak sehat karena disamping kurangnya oksigen yang terhirup, juga bila
salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan memudahkan terjadinya penyakit
Pada rumah pasien didapatkan sebagian langit-langit rumah pasien terutama di kamar
dan dapur terbuat dari terpal sehingga rawan kecelakaan. Hal ini sewaktu-waktu dapat
membahayakan keluarga pasien sendiri. Dinding rumah semi permanen, terbuat dari batu
bata yang disusun pada bagian ruang keluarga dan kamar, sedangkan pada dapur terbuat dari
bambu. Pada bagian kamar dindingnya mengalami retak sehingga dapat membahayakan
keluarga pasien. Dinding tersebut tidak cukup untuk melindungi ruangan rumah dari
gangguan serangga, hujan, panas, dan angin. Sebagian lantai rumah pasien tidak berkeramik
namun di plester sehingga cukup mudah dibersihkan. Dalam rumah pasien tidak memiliki
lubang asap dapur yang baik untuk mengurangi polutan atau asap, namun dapur pasien dekat
Pada ruang keluarga, pencahayaan cukup memadai, walaupun jendela yang ada tidak
dapat dibuka. Sedangkan pencahayaan di kedua kamar tidak mencukupi karena hanya
terdapat 1 buah jendela saja sehingga kamar terasa lembab. Jendela yang dapat dibuka
diperlukan agar sinar matahari dan aliran udara dapat masuk. Ventilasi di rumah pasien pun
Sarana air bersih yang digunakan yaitu berasal dari sumur umum. Kualitas air tersebut
baik karena tidak berwarna, berbau, dan berasa. Kakus atau jamban di rumah pasien termasuk
kakus leher angsa. Kakus tersebut merupakan kakus yang terbaik dan dianjurkan dalam
kesehatan lingkungan. Sarana pembuangan air limbah cukup baik karena tidak mencemari
sumber air. Pasien memiliki tempat pembuangan sampah yang tidak kedap air, terbuka, dan
ditempatkan di luar rumah. Hal tersebut dapat mengundang serangga untuk mengotori
pekarangan ataupun mencemari makanan di dalam rumah. Halaman rumah Tn. Asja terlihat
kurang tertata rapih karena terdapat banyak tumpukan pasir yang dapat mengganggu saluran
Sehingga dapat disimpulkan bahwa rumah bapak Asja di Desa Putat belum memenuhi
kriteria Departemen Kesehatan Tahun 2007 mengenai Pedoman Teknis Penilaian Rumah
829/Menkes/SK/VII/1999.
LAMPIRAN DOKUMENTASI