Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2016
LAPORAN KASUS
ILMU PENYAKIT BEDAH
PASIEN LAKI-LAKI USIA 55 TAHUN DENGAN ABSES PERIANAL
Diajukan oleh :
MUHAMAD PRAYOGA
J510165065
Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta pada hari ,
..
Pembimbing :
Dipresentasikan di hadapan :
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama pasien : An. D
Umur : 5 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Papahan Kranganyar
Pekerjaan :-
Status Perkawinan :-
Agama : Islam
Suku : Jawa
Berat Badan : 20 kg
Tinggi badan : 90 cm
Tanggal masuk : 27 Oktober 2016
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Luka bakar air panas di paha kiri, paha kanan, gluteus kiri, gluteus
kanan, cruris dextra, pubis dan perineum.
E. Riwayat Pribadi
Riwayat Merokok : diakui
Riwayat minum-minuman beralkohol : disangkal.
Riwayat minum jamu : disangkal
Riwarat sering menahan BAB : disangkal
F. Anamesis sistemik:
a.Cerebrospinal
Penurunan kesadaran (-), nyeri kepala (-), demam (-), mual
(-), muntah (-), kejang (-)
b. Kardivaskular
Nyeri dada (-), berdebar-debar (-)
c.Respirasi
Batuk (-), pilek (-), sesak (-).
d. Gastrointestinal
Kesulitan menelan (-), mual (+), muntah (-), diare (-).
e.Muskuloskletal
Nyeri otot (-), kelemahan gerak (-), luka bakar (+).
f. Integumentum
Bintik merah (-), gatal (-).
g. Urogenital
Nyeri saat BAK (-), Nyeri saat BAB (-).
Abdomen
Inspeksi : Terlihat lebih tinggi dari pada dada, sikatrik (-),
purpura (-), massa (-), terlihat distended (+)
Auskultasi : Peristaltik (+) 12 x/ menit, bunyi tambahan
(-)
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : Nyeri tekan ( - ), distended (-), pekak beralih (-).
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Murphy sign : (-)
Nyeri kostovertebra (-)
Ekstremitas superior: edema (-/-), akral dingin (-), tonus (+/+).
Ekstremitas inferior: edema (-/-), akral dingin (-), tonus (+/+).
C. Status Lokalis
Terdapat luka bakar
Ekstremitas inf sin : 8%
Ekstremitas inf dx : 14%
Abdomen :
Anterior : 8% Posterior : 9%
Perineum : 1%
Total 40%
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : 25-10-2016
V. Diagnosis Kerja
Combutio 40% grade II
VI. Penatalaksanaan
- Debridement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Luka Bakar adalah suatu bentuk kerusakan dan atau kehilangan
jaringan disebabkan kontak dengan sumber yang memiliki suhu yang
sangat tinggi misalnya api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi
(Moenadjat,2009). Luka bakar menyebabkan hilangnya integritas kulit dan
dapat menimbulkan efek sistemik yang sangat kompleks. Luka bakar
merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi
yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai
fase lanjut.
B. ANATOMI KULIT
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya
sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 3,6 kg dan
luasnya sekitar 1,5 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5
mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Secara
embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah
epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan
lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang
merupakan suatu lapisan jaringan ikat.
Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri
dari epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit,
Langerhans dan merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai
tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan
epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi
setiap 4-6 minggu.
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas
sampai yang terdalam): Stratum Korneum, Stratum Lusidum, Stratum
Granulosum, Stratum Spinosum dan Stratum Basale (Stratum
Germinativum). Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis
vitamin D dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi
(melanosit) dan pengenalan alergen (sel Langerhans).
Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap
sebagai True Skin. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis
dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi,
yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm. Dermis terdiri dari dua
lapisan : Lapisan papiler dan Lapisan retikuler. Dermis mempunyai banyak
jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung beberapa derivat
epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.
Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di dalam
dermis. Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai
nutrisi, menahan shearing forces dan respon inflamasi.
Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri
dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan
kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya
berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu.
Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi. Fungsi
Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan
kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.
Vaskularisasi Kulit
Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak
antara lapisan papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan
jaringan subkutis. Cabang kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi
papilla dermis, tiap papilla dermis punya satu arteri asenden dan satu cabang
vena. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat nutrient
dari dermis melalui membran epidermis.
C. FAAL KULIT
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh
diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi
lingkungan, sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi),
sensasi, eskresi dan metabolisme. Fungsi proteksi kulit adalah melindungi
dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan
sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen. Sensasi telah diketahui
merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang raba karena
banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari.
Kulit berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit.
Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami
proses keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru
dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi
pembuluh darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi vasodilatasi
pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi temperatur dengan
melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang dapat
meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun,
pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan
mempertahankan panas.
D. ETIOLOGI
Beberapa penyebab luka bakar menurut Syamsuhidayat (2007) adalah
sebagai berikut:
a. Luka bakar suhu tinggi (thermal burn)
Gas
Cairan
Bahan padat (solid)
b. Luka bakar bahan kimia (chemical burn)
c. Luka bakar sengatan listrik (electrical burn)
d. Luka bakar radiasi (radiasi injury)
a. Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita
akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing
(mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak
hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih
dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72
jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama
penderita pada fase akut
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik.
b. Fase sub akut
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah
kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas.
Luka yang terjadi menyebabkan :
Proses inflamasi dan infeksi
Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka yang tidak
berepitel luas atau pada struktur atau organ fungsional
Keadaan hipermetabolisme
c. Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat
luka dan pemuluhan fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah
penyakit berupa sikatrik yang hipertrofik, keloid, gangguan pigmentasi,
deformitas dan kontraktur.
F. DERAJAT KEDALAMAN
Kedalaman kerusakan jaringan akibat luka bakar tergantung pada derajat
panas, sumber, penyebab dan lamanya kontak dengan tubuh penderita. Dahulu
Dupuytren membagi atas 6 tingkat, sekarang lebih praktis hanya dibagi 3
tingkat/derajat, yait sebagai berikut: