Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

TUBERKULOSIS PARU

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Stase Komprehensif


di Rumah Sakit Islam Kendal

Disusun oleh :
Ahmad Auli Roziqi H2A012032
Dyah Dwi Putri A H2A012064
Farah Nida Adillah H2A012066

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KASUS STASE KOMPREHENSIF
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan stase komprehensif


di Rumah Sakit Islam Kendal

Oleh:
Ahmad Auli Roziqi H2A012032
Dyah Dwi Putri A H2A012064
Farah Nida Adillah H2A012066

Pembimbing :

dr. Fatimah Azzahra


UPAYA PENDEKATAN TERHADAP KELUARGA Ny. M
DALAM MENANGANI PERMASALAHAN PENDERITA
TUBERKULOSIS PARU

TAHAP I. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA


Nama kepala keluarga : Tn. S (57 tahun)
Alamat : Tambak Rejo 3/1 Patebon
Bentuk keluarga : Nuklear family

Tabel 1. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah


No Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien Keterangan
.
1. Tn. S Kepala L 57th SMA Swasta - Sehat
keluarga
2. Ny. M Istri P 55 th SMP Swasta - Sakit
3. Sdr. J Anak L 25 th SMA Karyawan - Sehat
4. Sdri. C Anak P 22 th SMA Mahasiswi - Sehat

Kesimpulan tahap I :
Di dalam keluarga Tn. S berbentuk Nuclear family didapatkan pasien atas nama
Ny.M usia 55 tahun, tamat SMP, seorang pekerja swasta dengan penyakit
Tuberkulosis Paru.

TAHAP II
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Tambak Rejo 3/1 Patebon
Nomor CM : 00229651
Tanggal Periksa : 2-02-2018

II. ANAMNESIS
a. Keluhan utama
Pasien mengeluh batuk lama.
b. Riwayat penyakit sekarang
± 1 bulan yang lalu pasien mengeluh batuk. Keluhan dirasakan terus-
menerus. Batuk seperti berdahak tapi tidak bisa dikeluarkan. Keluhan
disertai demam terutama malam hari. Pasien juga mengeluh setiap malam
keluar keringat dingin, nafsu makan menurun.
± 1 minggu yang lalu SMRS, pasien merasa batuk semakin
bertambah sering. Setiap kali batuk pasien mengeluarkan dahak berwarna
kuning kehijauan. Pasien mengeluh demam nglemeng setiap hari. Kepala
terasa sakit. Pasien tidak mengeluh mual dan muntah. BAK dan BAB
lancar tidak ada keluhan. Pasien belum pernah periksa, namun sudah
minum obat warung tapi tidak ada perubahan.
Saat masuk RS pasien mengeluh batuk lama tidak sembuh.
Sebelumnya pasien sudah minum obat warung namun belum ada
perubahan. Batuk dirasakan lebih sering sore hari. Demam nglemeng
dirasakan sepanjang hari. Nafsu makan semakin turun dan pasien mengaku
berat badan turun.
c. Riwayat penyakit dahulu
- Riwayat penyakit batuk seperti ini : disangkal
- Riwayat darah tinggi : disangkal
- Riwayat kencing manis : disangkal
- Riwayat asma : disangkal
- Riwayat merokok : disangkal
- Riwayat batuk lama : disangkal
- Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
d. Riwayat penyakit keluarga
- Riwayat darah tinggi : disangkal
- Riwayat kencing manis : disangkal
- Riwayat asma : disangkal
- Riwayat batuk lama : disangkal
- Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
e. Riwayat pribadi
- Riwayat Merokok : disangkal
- Riwayat minum-minuman keras : disangkal
- Kebiasaan penderita membuang dahak di sembarang tempat, serta
tidak memakai masker saat bekerja dan sehari-hari dirumah.
f. Riwayat sosial ekonomi
Pasien bekerja sebagai pekerja swasta. Penghasilan perbulan ± Rp.
1.200.000,00. Pasien tinggal bersama suami dan kedua anaknya. Biaya
kehidupan sehari-hari ditanggung suami. Biaya pengobatan ditanggung
oleh BPJS non PBI. Status ekonomi cukup.

III. PEMERIKSAAN FISIK


a. Keadaan umum : compos mentis
b. Tanda Vital
- Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
- Nadi
- Pernapasan : 86 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
- Suhu
: 20 x/menit
: 36.40C
c. Status gizi
BB
: 49
TB
BMI : 160
Kesan
: 19.14
: Normoweight
d. Kulit : Warna coklat, sama seperti warna sekitar
e. Kepala : Bentuk mesosephal, rambut warna hitam,
lurus, luka (-)
f. Wajah : Moon face (-), luka (-)
g. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), reflek pupil (+/+)
isokor 3 mm, sklera ikteri (-/-), mata cekung
(-)
h. Telinga : Sekret (-/-), serumen (+/+), darah (-/-), nyeri
tekan mastoid (-/-), nyeri tekan tragus (-/-)
i. Hidung : Sekret (-/-), napas cuping hidung (-/-),
epistaksis (-/-)
j. Mulut : Sianosis (-), bibir kering (-), lidah kotor (-),
pernapasan mulut (-)
k. Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), trakea
ditengah
l. Thorax : Mormochest, simetris, adanya tambahan otot-
otot pernafasan (-)

1. Paru
PULMO DEXTRA SINISTRA
Depan
1. Inspeksi
Bentuk dada Normal Normal
Hemitorak Simetris Simetris
Warna Sama dengan warna Sama dengan warna
sekitar. sekitar.
2. Palpasi
Nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan
Stem fremitus Normal Normal
3. Perkusi sonor seluruh lapang paru redup di basal paru
4. Auskultasi
Suara dasar Vesikuler Vesikuler
Suara tambahan
 Wheezing - -
 Ronki kasar - -
 RBH + +
 Stridor - -
Belakang
1. Inspeksi
Warna Sama dengan warna sekitar Sama dengan warna
sekitar
2. Palpasi
Nyeri tekan (-) (-)
Stem Fremitus Tidak ada pengerasan dan Tidak ada pengerasan
pelemahan dan pelemahan
3. Perkusi
Lapang paru sonor seluruh lapang paru redup di basal paru
4. Auskultasi
Suara dasar Vesikuler Vesikuler
Suara tambahan
 Wheezing - -
 Ronki kasar - -
 RBH + +
 Stridor - -

Tampak anterior paru Tampak posterior paru

Ronki basah halus paru

2. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak, ICS melebar (-)
Palpasi : ictus cordis teraba, kuat angkat (-), ICS melebar (-)
Perkusi : batas kiri atas : ICS II linea parasternal sin.
batas kanan atas : ICS II linea parasternal dextra
pinggang jantung : ICS III linea parasternal sinistra
batas kanan bawah : ICS V linea sternalis dextra
kiri bawah : ICS V 2 cm lateral linea
midclavicula sinistra
Kesan : Konfigurasi jantung dalam batas normal

Auskultasi : Suara jantung murni: Suara I dan Suara II reguler.


Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-)
m. Abdomen
1. Inspeksi : Dinding perut sejajar dengan dinding dada, ikterik (-),
sikatrik (-), caput medusa (-).
2. Auskultasi : Bising usus (+) normal, 8 x/menit.
3. Perkusi : Tympani seluruh abdomen, pekak sisi (+) normal.
4. Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-), nyeri hipokondria kanan (-),
defans muskular (-), hepar dan lien tidak teraba.
n. Ekstremis
Superior Inferior
Capp Refill <2”/ <2” <2”/<2”
Akral dingin -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Edema -/- -/-
Nyeri gerak -/- -/-
Motorik :
- Gerakan +/+ +/+
- Kekuatan 5/5 5/5
- Tonus +/+ +/+

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Parameter Hasil Nilai normal Satuan


Hb (dewasa) 10 12-16 Gr/dl
Leukosit ( dewasa) 15.300 2500-10800 /mm3
Trombosit 422.000 150000-450000 /mm3
Hematocrit 29 37-47 %
7 0-20 mm/jam
(dewasa)
13 0-20 mm/jam
LED 1 jam
-
LED 2 jam
0 2-4 %
Diff count
0 0-1 %
Eosinophil
0 2-6 %
Basophil
81 50-70 %
Netrofil batang
15 25-40 %
Netrofil segmen
4 2-8 %
Limfosit

 Foto Thorax PA
Cor : CTR < 50 %, letak dan bentuk normal.
Pulmo : - Corakan vaskuler kasar
: - Bercak kesuraman kanan atas dan kiri bawah
: - fibrosis (+)
Diaphrgama : Kanan : tenting, kiri : baik
Sinus contophrenicus : Lancip
Kesan : Cor : Normal
Pumo : TB paru lama aktif

 Pemeriksaan sputum
Mikrobiologi (B)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Sewaktu (++) -
Pagi (++) -
Sewaktu (+) -

V. RESUME
Seorang perempuan 55 tahun datang dengan keluhan batuk lama. Batuk
dirasakan kurang lebih 1 bulan SMRS. Batuk dirasakan terus-menerus,
semakin hari semakin bertambah. Batuk seperti berdahak tapi tidak bisa
dikeluarkan. Keluhan disertai demam nglemeng. Pasien juga mengeluh setiap
malam keluar keringat dingin, nafsu makan menurun, merasa berat badan
semakin menurun. Pasien tidak mengeluh pusing, mual dan muntah. BAK dan
BAB lancar tidak ada keluhan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD : 120/80 mmHg, Nadi : 86
x/menit, RR : 20 x/menit, Suhu : 36.4 0 C. Pada pemeriksaan thorax didapatkan,
pulmo : suara tambahan ronki basah halus dan cor : dalam batas normal. Pada
pemeriksaan sputum dahak didapatkan Sewaktu ++, pagi ++, sewaktu +.
VI. PATIENT CENTERED DIAGNOSIS
1. Diagnosis Holistik
Ny. M 55 tahun, Nuclear family, Tuberkulosis Paru, status gizi cukup.
Hubungan keluarga cukup harmonis dan hubungan dengan masyarakat
sekitar terjalin baik. Status ekonomi cukup.
2. Diagnosis Biologis
Tuberkulosis Paru
3. Diagnosis Psikologis
Pasien tidak mengalami beban pikiran terhadap penyakitnya. Hubungan
pasien dengan anggota keluarga lain baik dan saling mendukung.
4. Diagnosis Sosial, Ekonomi, Budaya
Pasien merupakan anggota masyarakat biasa, cukup berperan aktif dalam
kegiatan kemasyarakatan, hubungan dengan masyarakat baik, status
ekonomi cukup.

VII. PENATALAKSANAAN
 Non medikamentosa:
Memberikan edukasi kepada pasien tentang :
 Memberikan motivasi kepada pasien agar dapat menerima keadaan
sekarang.
 Memberikan edukasi mengenai apa itu penyakit tuberkulosis, penyebab,
gejalanya, cara penularan, cara pencegahan, komplikasi, serta cara
pengobatan tuberkulosis paru.
 Minum obat secara teratur dan tidak boleh berhenti sesuai anjuran
dokter
 Saat batuk usahakan untuk menutup mulut, dan dahak jangan dibuang
disembarang tempat.
 Usahakan untuk memakai masker saat bekerja, saat batuk, dan setiap
hari dirumah minimal selama 2-3 bulan pengobatan fase awal dengan
hasil BTA negatif.
 Usahakan untuk tidak menggunakan peralatan makan dan minum secara
bersamaan dengan anggota keluarga lain.
 Makan makanan tinggi protein, sayur, dan banyak minum.
 Olahraga ringan secara teratur.
 Usahakan untuk tetap membuka jendera pagi sampai sore sagar cahaya
dapat masuk ke dalam ruamah dan sirkulasi udara bagus.
 Usahakan untuk membawa anggota keluarga terutama yang tinggal
dalam satu rumah agar mau memeriksakan diri kepuskesmas terdekat.
 Obat disimpan ditempat yang aman, hindari terkena sinar matahari, dan
dari jangkauan anak.
 Bila minum obat diusahakan pada jam yang sama, misalnya jam 7
malam, maka selanjutnya jam 7 malam juga. Telat minum obat
maksimal 1 jam.
 Menjaga higene pribadi

 Medikamentosa :
Assesment TB Paru Baru :
 Kategori-1 (2HRZE/4H3R3) : 3 tablet KDT (kombinasi dosis tetap)
Tabel 2. Dosis Panduan OAT KDT Kategori 1
Berat Tahap intensif tiap hari Tahap lanjutan 3x
Badan (Kg) selama 56 hari seminggu selama 16
RHZE (150/75/400/275) minggu
RH (150/150)
30-37 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
38-54 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55-70 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
≥ 70 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT

 Pada kasus, Ny.M memiliki berat badan 49 kg. Pasien meminum OAT
Kategori 1 KDT 3 tablet setiap harinya selama 2 bulan dilanjutkan
dengan sisipan selama 1 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan, mium
obat setiap 3 kali seminggu.

VIII. FOLLOW UP
Tanggal 9 Februari 2018 pukul 19.00 WIB
 Subyektif : batuk (+) berkurang
 Obyektif
Tanda Vital : TD = 120/70 mmHg
HR = 86x/menit
RR = 18x/menit
t = 36,5°C
 Status lokalis : (pemeriksaan thorax)
 Inspeksi Bentuk dada normal, Gerakan simetris, statis, dinamis,
 Perkusi Stem fremitus kanan = kiri , Nyeri tekan (-)
 Palpasi  sonor seluruh lapang paru
 Auskultasi Suara dasar vesikuler (+)Suara tambahan : ronchi (+/+),
wheezing (-)
Pemeriksaan abdomen:
 Inspeksi : Permukaan dinding abdomen datar, bentuk simetris,
benjolan (-), warna kulit seperti kulit sekitar,
 Auskultasi : Bising usus (+) N
 Perkusi : Tympani, pekak sisi (+), pekak alih (-), undulasi (-)
 Palpasi : Palpasi Ringan: nyeri tekan (-), rigiditas (-), benjolan (-),
spasme otot (-) Palpasi Dalam : hepar, lien dan ginjal
dalam batas normal.

 Assessment : TB Paru
 Planning : terapi medikamentosa : OAT kategori 1, curcuma 1x1;
nonmedikamentosa : memakai masker di dalam rumah, mengkonsumsi
makanan tinggi protein, meminum obat secara teratur.

IX. FLOW SHEET


Nama : Ny. M (55 tahun)
Diagnosis : Tuberkulosis Paru

Tabel 3. Flowsheet penderita


Tanggal Keluhan Tanda Vital Rencana Terapi Target
9/02/18 Batuk (+)<< Tensi : 120/70 mmHg Medika mentosa Gejala klinis
1. Kategori-1
sesak (-) Nadi : 86x/menit menghilang,
(2HRZE/4H3R3) : 3 tablet
RR : 18x/menit rontgen
KDT (kombinasi dosis
Suhu : 36,5°C perbaikan
tetap)
Thx : ronchi +/+
2. Curcuma 1 x 1
Non medikamentosa:
1. meminum obat secara
teratur
2. Saat batuk usahakan untuk
menutup mulut, dan dahak
jangan dibuang
disembarang tempat.
3. Usahakan untuk memakai
masker saat bekerja, saat
batuk, dan setiap hari
dirumah
4. Makan makanan tinggi
protein, sayur, dan banyak
minum.
TAHAP III
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

I. FUNGSI HOLISTIK
a. Fungsi Biologis
Keluarga terdiri atas suami (Tn.S, 57 tahun), penderita (Ny. M, 55
tahun), anak (Sdr. J , 25 tahun), dan anak (Sdri. C, 22 tahun) tinggal
bersama dalam satu rumah.
b. Fungsi Psikologis
Hubungan keluarga cukup harmonis, saling mendukung, dan
perhatian satu sama lain.
c. Fungsi Sosial
Penderita dan keluarga hanya sebagai anggota masyarakat biasa.
Hubungan dengan masyarakat sekitar baik dan cukup aktif dalam
kegiatan kemasyarakatan.
d. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penderita bekerja sebagai karyawan swasta dengan penghasilan Rp
1.200.000 perbulan. Penghasilan mencukupi untuk pemenuhan
kebutuhan sehari-hari, status ekonomi cukup.
e. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Komunikasi anggota keluarga berlangsung baik, permasalahan
diselesaikan dengan cara dimusyawarkan bersama-sama.
II. FUNGSI FISIOLOGIS
Tabel 4. APGAR score keluarga Ny. M
Kode APGAR Tn. Ny. Sdr Sdr
S M .J i.C
A Saya puas bahwa saya dapat kembali 2 2 2 2
ke keluarga saya bila saya mendapat
masalah.
P Saya puas dengan cara keluarga saya 2 2 2 2
membahas dan membagi masalah
dengan saya.
G Saya puas dengan cara keluarga saya 2 2 2 2
menerima dan mendukung keinginan
saya untuk melakukan kegiatan baru
atau arah hidup yang baru.
A Saya puas dengan cara keluarga saya 2 2 2 2
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti
kemarahan, perhatian dll.
R Saya puas dengan cara keluarga saya 2 2 2 2
dan saya membagi waktu bersama-
sama.
Total (kontribusi) 10 10 10 10

Rata-rata APGAR score keluarga Tn. S = 10 + 10 +10 + 10 = 10


4
Kesimpulan : Fungsi fisiologis keluarga Ny. M baik
III. FUNGSI PATOLOGIS
Tabel 5. Fungsi Patologis SCREEM keluarga Ny. M
Sumber Patologi Keterangan
Social Interaksi sosial cukup, aktif dalam kegiatan -
kemasyarakatan.
Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, -
banyak tradisi budaya yang masih diikuti.
Religion Beragama dan memiliki pemahaman terhadap ajaran -
agama, ketaatan ibadah cukup baik
Economic Penghasilan keluarga cukup untuk memenuhi -
kebutuhan
Education Tingkat pendidikan keluarga sudah cukup tinggi untuk +
mampu mengetahui tentang informasi kesehatan.
Medical Kesadaran tentang pentingnya kesehatan cukup baik. +
Jika sakit pasien segera berobat ke dokter, puskesmas,
rumah sakit.
Kesimpulan : Terdapat fungsi patologis pada keluarga Ny. M yaitu fungsi
Education dan Medical.

IV. GENOGRAM

Tn.S Ny. M

Diagram 1. Genogram keluarga Ny. M


Keterangan :
: laki-laki : pasien
: perempuan
: laki-laki, perempuan meninggal : tinggal serumah

Kesimpulan : penyakit yang diderita pasien tidak ditemukan pada anggota


keluarganya. Dari genogram tersebut terdapat penyakit menular.
V. POLA INTERAKSI KELUARGA

Keterangan :
Tn. Ny.
S M : Hubungan baik

: Hubungan tidak baik

Sdri. Sdr J
C

Diagram 2. Pola interaksi keluarga Ny.M

Kesimpulan: pola interaksi dua arah antar keluarga berjalan baik dan harmonis.

VI. FAKTOR PERILAKU


a. Pengetahuan
Tingkat pendidikan keluaraga kurang baik. Tn.S tamat SMA dan
Ny.M tamat SMP, anak pertama dan kedua tamat SMA.
b. Sikap
Penderita dan keluarga kurang memiliki pengetahuan tentang hidup
sehat. Saat sakit pasien lebih suka beli obat warung daripada periksa ke
dokter atau pelayan kesehatan terdekat. Pasien tidak menggunakan
masker saat bekerja dan suka meludah disembarang tempat.
c. Tindakan
Penderita dan keluarga kurang memiliki kesadaran untuk segera
datang berobat jika ada keluhan. Penderita lebih memilih membeli obat
di warung terlebih dahulu dibandingkan periksa ke pelayanan kesehatan
terdekat.
VII.FAKTOR NON PERILAKU
a. Lingkungan
Rumah tertata kurang rapi, kebersihan kurang baik. ventilasi dan
pencahayaan kurang. Saluran pembuangan limbah tidak lancar, sampah
keluarga dibuang di tempat sampah. Lingkungan sekitar kurang bersih.
b. Keturunan
Tidak terdapat faktor keturunan yang mempengaruhi penyakit
penderita. Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit menular.
c. Pelayanan Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini jika
sakit adalah Puskesmas.

VIII. LINGKUNGAN INDOOR


Keluarga Ny. M tinggal di sebuah rumah berukuran 13 x 10 m 2 dengan
posisi rumah menghadap ke barat. Rumah terdiri atas ruang tamu yang
menyatu dengan ruang keluarga, 3 kamar tidur, 1 kamar mandi, dapur, tempat
cuci, dan garasi merangkap gudang. Dinding rumah terbuat dari batu bata
yang sudah dicat. Lantai rumah semuanya telah dilapisi keramik. Atap rumah
terbuat dari genteng dan ditutupi langit-langit. Rumah pasien terdapat 1 pintu
keluar, yaitu hanya pintu depan saja. Pencahayaan dan ventilasi udara kurang
baik. Masing-masing kamar tidur sudah memiliki ranjang dan kasur yang
layak. Perabotan rumah tangga terlalu banyak dan menumpuk. Secara
keseluruhan kebersihan rumah cukup baik, tetapi kurang rapi. Sehari-hari
keluarga memasak menggunakan kompor gas, sumber air berasal dari PDAM.
Gambar denah rumah pasien

IX. LINGKUNGAN OUTDOOR


Rumah pasien terletak di pinggir jalan tanpa halaman depan, terdapat pintu
pagar pada teras rumah. Di sebelah kanan rumah terdapat gapura sebagai pintu
masuk gang dan sebelah kiri rumah bersebelahan tepat dengan masjid. Di
depan rumah terdapat selokan dengan aliran lancar dan tempat sampah untuk
mengumpulkan sampah yang akan diambil setiap 2-3 hari sekali. Kondisi
jalan di depan rumah merupakan turunan jalan.

X. RESUME IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA


1. Fungsi Holistik (biopsikososial) : baik
2. Fungsi Fisiologis (APGAR) : baik
3. Fungsi Patologis (SCREEM) : Ada fungsi patologis yaitu fungsi
Education, dan Medical.
4. Fungsi Genogram Keluarga : tidak ada penyakit yang diturunkan.
Penyakit Tuberkulosis merupakan
penyakit menular.
5. Fungsi Pola Interaksi Keluarga : baik
6. Fungsi Perilaku Keluarga : kurang
7. Fungsi Non Perilaku Keluarga : baik
8. Fungsi Lingkungan Indoor : kurang
9. Fungsi Lingkungan Outdoor : kurang

XI. DAFTAR MASALAH


1. Masalah Medis
Tuberkulosis paru
2. Masalah Non-medis
a. Pengetahuan dan sikap penderita dan keluarga tentang faktor
resiko penyakit tuberkulosis paru masih rendah.
b. Pengetahuan penderita dan keluarga tentang pola hidup sehat
masih rendah.
c. Rumah kurang sehat
XII.PRIORITAS MASALAH
Tabel 5. Matrikulasi masalah untuk memilih prioritas masalah
N Daftar Masalah I T R Jumlah
o. IxTxR
P S SB Mn Mo Ma
1. Pengetahuan dan sikap 5 5 5 4 4 4 4
penderita dan keluarga 32.000
tentang faktor resiko (I)
penyakit tuberkulosis
paru masih rendah.

2. Pengetahuan penderita 5 5 4 3 4 5 4
dan keluarga tentang 24.000
pola hidup sehat masih (II)
rendah

3. 5 5 4 3 4 3 4 19.200
Rumah kurang sehat (III)
Keterangan :
I :Importancy (pentingnya masalah)
P :Prevalence (besarnya masalah)
S :Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB :Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
T :Technology (tehnologi yang tersedia)
R :Resourcers (sumber daya yang tersedia)
Mn :Man (tenaga yang tersedia)
Mo :Money (sarana yang tersedia)
Ma :Material (pentingnya masalah)

Dari indikator di atas, terdapat beberapa kriteria, antara lain:


1 = tidak penting
2 = agak penting
3 = cukup penting
4 = penting
5 = sangat penting

DIAGRAM PERMASALAH PASIEN

Pengetahuan penderita dan


keluarga tentang pola hidup
sehat masih rendah.

Ny.M, 55 tahun,
TUBERKULOSIS PARU

Pengetahuan dan sikap penderita dan Rumah kurang sehat


keluarga tentang faktor resiko penyakit
tuberkulosis paru masih rendah.
TAHAP IV
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA DAN
KELUARGA TENTANG POLA HIDUP SEHAT , PENYAKIT
TUBERKULOSIS PARU, SERTA RUMAH KURANG SEHAT
DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium


tuberculosis. Sebagian besar kuman Tuberkulosis menyerang paru, tetapi dapat
juga menyerang organ lainnya. Mycobacterium tuberculosis bersifat tahan asam,
berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, tidak berspora dan tidak
berkapsul.1,2
Tuberkulosis masih merupakan penyakit infeksi saluran napas yang
tersering di Indonesia. Keterlambatan dalam menegakkan diagnosa dan
ketidakpatuhan dalam menjalani pengobatan mempunyai dampak yang besar
karena pasien Tuberkulosis akan menularkan penyakitnya pada
lingkungan,sehingga jumlah penderita semakin bertambah. Pengobatan
Tuberkulosis berlangsung cukup lama yaitu setidaknya 6 bulan pengobatan dan
selanjutnya dievaluasi oleh dokter apakah perlu dilanjutkan atau berhenti, karena
pengobatan yang cukup lama seringkali membuat pasien putus berobat atau
menjalankan pengobatan secara tidak teratur, kedua hal ini ini fatal akibatnya
yaitu pengobatan tidak berhasil dan kuman menjadi kebal disebut MDR (Multi
Drugs Resistance), kasus ini memerlukan biaya berlipat dan lebih sulit dalam
pengobatannya sehingga diharapkan pasien disiplin dalam berobat setiap waktu
demi pengentasan tuberkulosis di Indonesia.2,3
Penyakit TB disebut juga silent disease, yaitu penderita sering kali tidak
menyadari kalau sudah tertular dan baru menyadari ketika gejala dan tanda yang
dirasakan sudah kronis. Adapun gejala dari penyakit ini adalah demam sub febril
menyerupai influenza, dan panas terkadang dapat mencapai 40-41 0C, batuk
disertai sputum, bercak darah, sesak nafas, nyeri dada, serta gejala malaise yang
sering ditemukan berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan semakin kurus,
sakit kepala, nyeri otot, berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan. 1,3,4,5
Sumber penularan penyakit ini adalah penderita tuberkulosis dengan BTA
positif. Proses terjadinya infeksi oleh Mycobacterium tuberculosis biasanya secara
inhalasi, sehingga TB Paru merupakan manifestasi klinis yang paling sering
dibanding organ lainnya.Penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi
basil yang terkandung dalam percikan dahak ( droplet nuclei ), khususnya yang
didapat dari pasien TB Paru dengan batuk berdahak yang mengandung BTA.1,6
Penyakit TB paru disebabkan oleh adanya faktor-faktor yang dipengaruhi
oleh pengetahuan, prilaku dan sikap. Dari sudut pandang biologis, prilaku adalah
suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati
secara langsung maupun tidak langsung. Prilaku diartikan sebagai suatu aksi-
reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada
sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni disebut rangsangan.
Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu
pula.5.6.7
Pengetahuan, sikap, dan tindakan sangat mempengaruhi perkembangan
penyakit Tuberculosis. Pengetahuan seseorang sangat mempengaruhi perilaku
individu. Dengan kata lain, semakin tinggi pengetahuan seseorang tentang
kesehatan, maka semakin tinggi pula kesadarannya untuk berperan serta dalam
kegiatan kesehatan. Pengetahuan merupakan tahap awal bagi seseorang
untuk berbuat sesuatu, sebagaimana dengan unsur-unsur yang dapat dilihat dari
dalam diri seseorang untuk dapat berbuat sesuatu seperti keyakinan/kepercayaan,
saran, dorongan/motivasi. Dengan demikian, penyakit tuberkulosis banyak
terdapat pada golongan masyarakat dengan tingkat pengetahuan yang rendah
tentang cara-cara hidup sehat. 7
Kondisi rumah juga sangat mempengaruhi penularan penyakit TB. Risiko
untuk menderita TB paru 9 kali lebih tinggi pada penduduk yang tinggal pada
rumah yang pencahayaannya tidak memenuhi syarat kesehatan karena kuman TB
sendiri mati oleh cahaya matahari. Kuman TB yang ditularkan melalui droplet
nuclei, dapat melayang di udara karena memiliki ukuran yang sangat kecil, yaitu
sekitar 50 mikron. Apabila ventilasi rumah memenuhi syarat kesehatan, maka
kuman TB dapat terbawa keluar ruangan rumah, tetapi apabila ventilasinya buruk
maka kuman TB akan tetap ada di dalam rumah. Kelembaban rumah yang tidak
memenuhi syarat kesehatan akan menjadi media yang baik bagi
pertumbuhan berbagai mikroorganisme seperti bakteri, spiroket, ricketsia, virus
dan mikroorganisme lainyang dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara
dan dapat menyebabkan terjadinya infeksi pernapasan pada penghuninya.
Kepadatan hunian rumah merupakan luas lantai dalam rumah dibagi dengan
jumlah anggota keluarga penghuni tersebut.7
Sejatinya jenis pekerjaan turut menentukan faktor risiko terjadinya penyakit
gangguan pernapasan, termasuk TB. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang
berdebu paparan partikel debu di daerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya
gangguan pada saluran pernafasan. Paparan kronis udara yang tercemar dapat
meningkatkan morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit saluran pernafasan
dan umumnya TB paru. Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus
dihadapi setiap individu.7
TAHAP V
SIMPULAN DAN SARAN

I. SIMPULAN
Diagnosis Holistik :
1. Diagnosis Biologis
Tuberkulosis Paru
2. Diagnosis Psikologis
Pasien tidak mengalami beban pikiran terhadap penyakitnya.
Hubungan pasien dengan anggota keluarga lain baik dan saling
mendukung, serta hubungan dengan tetangga dan lingkungan sekitar
terjalin dengan baik pula.
3. Diagnosis Sosial
Pasien merupakan anggota masyarakat biasa, cukup berperan aktif
dalam kegiatan kemasyarakatan, hubungan dengan masyarakat baik,
status ekonomi cukup.

II. SARAN
Saran Komprehensif
1. Promotif
Edukasi penderita dan keluarga mengenai pola hidup yang baik dan
kriteria rumah yang memenuhi syarat kesehatan. Edukasi penderita
dan keluarga mengenai penyakit tuberkulosis, penularan, pengobatan
dan komplikasinya.
2. Preventif
Melakukan pola hidup sehat, tidak membuang dahak di sembarang
tempat, menutup mulut ketika batuk, memakai masker, membersihkan
rumah dan menjaga pencahayaan rumah agar tidak lembab.
3. Kuratif
Assesment TB Paru :
 Kategori-1 (2HRZE/4H3R3) : 3 tablet KDT (kombinasi dosis
tetap)

Tabel 2. Dosis Panduan OAT KDT Kategori 1


Berat Tahap intensif tiap hari Tahap lanjutan 3x
Badan (Kg) selama 56 hari seminggu selama 16
RHZE (150/75/400/275) minggu
RH (150/150)
30-37 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
38-54 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55-70 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
≥ 70 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT

 Pada kasus, Ny. M memiliki berat badan 49 kg. Pasien meminum


OAT Kategori 1 KDT 3 tablet setiap harinya selama 2 bulan
dilanjutkan dengan sisipan selama 1 bulan dan fase lanjutan
selama 4 bulan, mium obat setiap 3 kali seminggu.
4. Rehabilitatif
a. Makan makanan dengan gizi seimbang.
b. Minum obat teratur agar tidak terajdi Tuberkulosis Paru Relap.
c. Berolahraga secara rutin dan teratur untuk mencegah terjadinya
komplikasi dari penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

1. Zulkifli Amin, Asril Bahar. Tuberkulosis Paru. Dalam buku : Aru W. Sudoyo,
editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam. Jakarta : FKUI, 2007 : 988 – 993.
2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia . Tuberkulosis . Jakarta : PDPI, 2006.
3. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.
Jakarta : DepKes RI, 2007.
4. Direktorat TB Departemen Kesehatan RI dan WHO. Lembar Fakta
Tuberkulosis ; 2008.
5. Suradi . Diagnosis dan Pengobatan TB Paru . Dalam buku : Temu Ilmiah
Respirologi, Surakarta 24 – 25 Maret 2001.
6. Corwin, E.J . Patofisiologi . Jakarta : EGC ; 2009.
7. Daud Imanuel. Faktor-Faktor Penentu Kejadian Tuberkulosis Paru Pada
Penderita Anak Yang Pernah Berobat. Program Pascasarjana, Universitas
Nusa Cendana. 2011
LAMPIRAN

FOTO KUNJUNGAN RUMAH

Foto 1. Tampak depan rumah pasien Foto 2. Ruang keluarga


merangkap ruang tamu

Foto 3. Kamar pasien Foto 4. Dapur rumah pasien


Foto 5. Kamar mandi pasien

Anda mungkin juga menyukai