Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

Anterior Cruciate Ligament (ACL) adalah ligamen yang terdapat pada


sendi lutut. Ligamen ini berfungsi sebagai stabilisator yang mencegah pergeseran
kedepan yang berlebih dari tulang tibia terhadap tulang femur yang stabil, atau
mencegah pergeseran ke belakang yang berlebih tulang femur terhadap tulang
tibia yang stabil.Setiap cedera yang terjadi pada ACL berpotensi menimbulkan
gangguan kestabilan pada sendi lutut.
Ruptur adalah robeknya atau koyaknya jaringan yang diakibatkan karena
trauma. Anterior cruciatum ligament (ACL) adalah salah satu dari empat
ligamentum utama didalam lutut yang menghubungkan tulang tibia dan femur.
Fungsi utama ligamentum ini adalah untuk mencegah tulang tibia bergeser
kearah depan dari tulang femur dan untuk mengontrol gerakan rotasi dari lutut.
Oleh karena itu, ruptur ACL dapat mengakibatkan sendi lutut menjadi tidak
stabil sehingga tulang tibia dapat bergerak secara bebas.
Ruptur ACL adalah cedera pada lutut tersering yang dialami oleh atlet.
Cedera ini umumnya terjadi pada olahraga yang melibatkan gerakan-gerakan zig-
zag, perubahan arah gerak dan perubahan kecepatan yang mendadak (akselerasi-
deselerasi) seperti sepakbola, basket, bola voli dan futsal. Mayoritas cedera yang
terjadi adalah non-kontak dengan mekanisme valgus lutut dan twisting (puntiran),
Situasi ini sering terjadi ketika atlet menggiring bola atau salah posisi lutut ketika
mendarat. Trauma juga dapat menyebabkan robeknya ACL, terutama trauma
langsung pada lutut dengan arah gaya dari samping.

1
2

Robekan ACL lebih dari 50% atau robekan total dapat menyebabkan
ketidakstabilan sendi lutut. Atlet akan merasa lututnya sering “goyang”, nyeri dan
bengkak berulang sehingga kinerja berolahraganya menurun. Ketidakstabilan
sendi lutut juga akan menimbulkan cedera lanjutan berupa rusaknya bantal
sendi/meniskus dan tulang rawan sendi.
Tata laksana cedera ACL berupa terapi non-operatif dan operatif. Terapi
non-operatif dilakukan dengan menggunakan modalitas terapi seperti ultrasound
dan diatermi, pemakaian brace lutut, dan program penguatan otot sedangkan
terapi operatif dilakukan dengan metode rekonstruksi. Rekonstruksi menjadi
pilihan utama karena tindakan penjahitan ligamen ACL sering mengalami
kegagalan. Hal itu disebabkan karena ligamen ACL tidak memiliki fibrin sehingga
setiap robekan yang terjadi tidak dapat mengalami penyembuhan sendiri.
Rekonstruksi adalah metode operatif untuk mengganti ligamen ACL dengan
bahan yang lain (graft). Umumnya bahan tersebut diambil dari tendon hamstring
atau tendon patella pasien itu sendiri sehingga disebut autograft.
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : Ganjar Iman Yuwana
Usia : 29 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Indrapuri, Aceh Besar
Pekerjaan : TNI
No. CM : 1150623
Tanggal masuk Rumah Sakit : 10 Desember 2017
Tanggal pemeriksaan : 15 Desember 2017

2.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Nyeri di lutut kanan
Keluhan Tambahan
Tidak ada
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli orthopedi dengan keluhan utama nyeri di lutut kanan sejak ±
2 tahun SMRS. Nyeri dirasakan memberat sejak 6 bulan terakhir. Riwayat trauma
disangkal. Pasien mengatakan keluhan nyeri dirasakan pertama kali ketika pasien
sedang bermain sepak bola. Tampak bengkak dan kemerahan pada lutut sebelah
kanan. Keluhan nyeri dirasakan hilang timbul. Keluhan memberat ketika
menggerakkan kaki atau ketika akan berjalan. Pasien juga mengeluhkan susah
berhenti jika sedang berlari. Pasien sering datang ke panti pijat untuk mengurut
kakinya

3
4

sejak 3 bulan terakhir dan mengaku nyeri menghilang setelah dipijat.


Riwayat penyakit dahulu
Tidak ada
Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama dengan
pasien
Riwayat penggunaan obat
Tidak ada
Pemeriksaan umum
Kesadaran : Compos Mentis

Vital sign
TD : 120/80 mmHG
HR : 78 kali/menit
RR : 20 kali/menit
Suhu : 36,6 oC

2.3 Pemeriksaan Fisik


Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva palpebral inferior pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga : Normotia
Hidung : Sekret (-)
Mulut : Sianosis (-), mukosa bibir kering (-)
Leher : Peningkatan TVJ (-), pembesaran KGB (-)
Thorax
Inspeksi : simetris statis dan dinamis
Palpasi : krepitasi (-), sf kiri = sf kanan
Perkusi : sonor (+/+) di seluruh lapangan paru
Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Auskultasi : BJI > BJ II, regular (+), bising (-)
5

Abdomen
Inspeksi : Distensi (-)
Auskultasi : Peristaltik meningkat (-)
Palpasi : Turgor kembali lambat (-), hepar/lien/renal tidak teraba
Perkusi : Timpani
Ekstremitas
Status lokalis ar genue dextra
I = luka tertutup perban, deformitas (-), sweling (-)
F = nyeri tekan (+), Lachman test (+), anterior drawer test (+)
M = ROM terbatas

2.4 Foto Klinis

2. 5 Diagnosis Banding
1. Ruptur ACL dextra + discoid meniscus dextra
2. Dislokasi patella

2.6 Usulan Pemeriksaan


1. Rontgen genue
2. MRI genue
3. Laboratorium

2.4 Pemeriksaan Penunjang


6

Foto Rontgen

MRI Genue (23/11/2017)


7

Laboratorium (28/11/2017)
Hematologi
Hemoglobin 17,0 14,0 – 17,0 g/dL
Hematokrit 48 45 – 55 %
Eritrosit 5,8 4,7 – 6,1 106/mm3
Trombosit 231 150 – 450 103/mm3
Leukosit 8,5 4,5 – 10,5 103/mm3
MCV 83 80 – 100 fL
MCH 29 27 – 31 Pg
MCHC 35 32 – 35 %
RDW 13,0 11,5 – 14,5 %
MPV 9,5 7,2 – 11,1 fL
LED 9 < 15 mm/jam
Eosinofil 10 0–6 %
Basofil 1 0–2 %
Netrofil Batang 0 2–6 %
Netrofil Segmen 48 50 – 70 %
Limfosit 35 20 – 40 %
8

Monosit 6 2–8 %
FAAL HEMOSTASIS
Waktu Perdarahan 2 1–7 Menit
Waktu Pembekuan 8 5 – 15 Menit
KIMIA KLINIK
GDS 95 < 200 Mg/dL
Ureum 18 13 – 43 Mg/dL
Kreatinin 1,00 0,67 – 1,17 Mg/dL

2. 5 Diagnosis Kerja
Ruptur ACL dextra + discoid meniscus dextra

2.6 Tindakan Pembedahan


Arthroscopy ACL reconstruction
9

2.7 Terapi
IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Cefazolin 1 gr/12 jam
Inj. Tramadol 1 amp//12 jam
Ranitidin 2x50 mg
Paracetamol 3x 1 gr

2.8 Prognosis
Quo ad Vitam : Dubia ad bonam
Quo ad Functionam : Dubia ad bonam
Quo ad Sanactionam : Dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi
Secara anatomis knee joint dibentuk oleh tibia bagian proximal, femur
bagia distal dan patella. Knee joint terdiri dari tiga bagian persendian; medial dan
lateral antara condyle femur dan tibia serta persendian intermediate antara patella
dan femur. Femur distal terdiri medialcondyle dan lateral condyle, femoral
trochlear groove dan intercondyler notch.Ligament tersebut melewati anterior,
medial dan distal sendi dari femur ke tibia. Ligament berputar atas diri
membentuk spiral sedikit luar (lateral), melewati bawah ligamentum transverse
meniscal di ujung tibialisnya. Beberapa fasikula mungkin menyatu dengan
perlekatan anterior dengan meniscus lateral. Ikatan tibialis lebih lebar dan lebih
kuat dari perlekatan femoralis.

Ligamentum Intra Capsular


Ligamentum cruciate adalah dua ligamentum intra capsular yang sangat
kuat, saling menyilang didalam rongga sendi.Ligamentum ini terdiri dari dua
bagian yaitu posterior dan

10
11

anterior sesuai dengan perlekatannya pada tibia.Ligamentum ini penting karena


merupakan pengikat utama antara femur dan tibia.
1. Anterior Cruciate Ligament
Istilah cruaciate berasal dari kata crux yang artinya menyilang dan crucial
sangat penting. Cruciate Ligament saling bersilangan satu sama lain. Menyerupai
huruf X. ACL adalah stabilizer untuk knee joint pada aktivitas pivot. ACL mulai
berkembang pada usia 14 minggu gestasi, berukuran sebesar jari kita dan
panjangnya rata-rata 38 mm dan lebar rata-rata 10 mm dan dapat menahan
tekanan seberat 500 pon sekitar 226 kg.
Ligamentum ini melekat pada area intercondylaris anterior tibiae dan
berjalan kearah atas, kebelakang dan lateral untuk melekat pada bagian posterior
permukaan medial condyles lateralis femoris. Ligamentum ini akan mengendur
bila lutut ditekuk dan akan menegang bila lutut diluruskan sempurna. Ini tidak
hanya mencegah anterior translasi dari tibia pada femur tetapi juga
memungkinkan untuk patologi meniscal. Ini terdiri dari dua bundel, sebuah
bundel anteromedial, yang ketat di fleksi dan bundel posterolateral yang lebih
cembung dan ketat dalam ekstensi.
Suplai vaskuler ACL berasal dari arteri geniculate middle, serta dari difusi
melalui sheath sinovialnya.Persarafan dari ACL terdiri dari mechanoreseptor
berasal dari saraf tibialis dan memberikan kontribusi untuk proprioseptifnya,
serabut rasa nyeri dalam ACL yang hamper tidak ada, ini menjelaskan mengapa
ada rasa sakit yang minimal setelah rupture ACL akut sebelum pengembangan
hemarthrosis yang menyakitkan.

2. Posterior Cruciate Ligament


Ligamentum cruciatum posterior melekat pada area intercondylaris posterior
dan berjalan kearah atas, depan dan medial untuk dilekatkan pada bagian anterior
permukaan lateral condylus medialis femoris. Serat-serat anterior akan
mengendur bila lutut sedang ekstensi, namun akan menjadi tegang bila sendi
lutut dalam keadaan fleksi Serat-serat posterior akan menjadi tegang dalam
keadaan ekstensi. Ligamentum cruciatum posterior berfungsi untuk mencegah
12

femur ke anterior terhadap tibia. Bila sendi lutut dalam keadaan fleksi,
ligamentum cruciatum posterior akan mencegah tibia tertarik ke posterior.

Ligamentum Extracapsular
1. Ligamentum Patellae
Melekat (diatas) pada tepi bawah patella dan pada bagian bawah melekat
pada tuberositas tibiae. Ligamentum patellae ini sebenarnya merupakan lanjutan
dari bagian pusat tendon bersama m.quadriceps femoris. Dipisahkan dari
membrane synovial sendi oleh sebuah bursa yang kecil. Bursa infra patellaris
superficialis memisahkan ligamentum ini dari kulit.

2. Ligamentum Collateral Fibulare


Ligamentum ini menyerupai tali dan melekat di bagian atas pada
condylus lateralis dan dibagian bawah melekat pada capitulum fibulae.
Ligamentum ini dipisahkan dari capsul sendi melalui jaringan lemak dan tendon
M.popliteus. Dan juga dipisahkan dari meniscus lateralis melalui bursa
M.poplitei.

3. Ligamentum Collateral Tibiae


Ligamentum ini berbentuk pipih yang melebar dan melekat dibagian atas
pada condylus medialis femoris dan pada bagian bawah melekat pada margo
infraglenoidalis tibiae. Ligamentum ini menembus dinding capsul sendi dan
sebagian melekat pada meniscus medialis. Di bagian bawah pada margo
infraglenoidalis, ligamentum ini menutupi tendon M. senimenbranosus dan
a.inferior medialis genu.

4. Ligamentum Popliteum Obliqum


Merupakan ligamentum yang kuat, terletak pada bagian posterior dari
sendi lutut, letaknya membentang secara oblique ke medial dan bawah.

5. Ligamentum Transversum Genu


13

Ligamentum ini terletak membentang paling depan pada dua meniscus,


terdiri dari jaringan connective, kadang-kadang ligamentum ini tertinggal dalam
perkembangannya, sehingga sering tidak dijumpai pada sebagian orang.
14

Cartilago Semilunaris (Meniscus)


Cartilago semilunaris adalah lamella fibrocartilago berbentuk C, yang pada
potongan melintang berbentuk segitiga. Batas perifernya tebal dan cembung,
melekat pada bursa. Batas dalamnya cekung dan membentuk tepian bebas.
Permukaan atasnya cekung dan berhubungan langsung dengan condylus femoris.
Fungsi meniscus ini adalah memperdalam fascies articularis condylus tibialis
untuk menerima condylus femoris yang cekung.
Cartilago Semilunaris Medialis
Bentuknya hampir semi sirkular dan bagian belakang jauh lebih lebar
daripada bagian depannya.Cornu anterior melekat pada area intercondylaris
anterior tibiae dan berhubungan dengan cartilago semilunaris lateralis melalui
beberapa serat yang disebut ligamentum transversum. Cornu posterior melekat
pada area intercondylaris posterior tibiae. Batas bagian perifernya melekat pada
simpai dan ligamentum collaterale sendi. Dan karena perlekatan inilah cartilago
semilunaris relatif tetap.
Cartilago Semilunaris Lateralis
Bentuknya hampir sirkular dan melebar secara merata. Cornu anterior
melekat pada area intercondylaris anterior, tepat di depan eminentia
intercondylaris. Cornu posterior melekat pada area intercondylaris posterior, tepat
di belakang eminentia intercondylaris.Seberkas jaringan fibrosa biasanya keluar
dari cornu posterior dan mengikuti ligamentum cruciatum posterior ke condylus
medialis femoris. Batas perifer cartilago dipisahkan dari ligamentum collaterale
laterale oleh tendon M. popliteus, sebagian kecil dari tendon melekat pada
cartilago ini. Akibat susunan yang demikian ini cartilago semilunaris lateralis
kurang terfiksasi pada tempatnya bila di bandingkan dengan cartilago semilunaris
medialis.
Capsula Articularis
Capsula articularis terletak pada permukaan posterior dari tendon M.
quadriceps femoris dan didepan menutupi patella menuju permukan anterior dari
femur diatas tubrositas sendi. Kemudian capsula ini berlanjut sebagai loose
membran yang dipisahkan oleh jaringan lemak yang tebal dari ligamentum
patellae dan dari bagian tengah dari retinacula patellae menuju bagian atas tepi
15

dari dua meniscus dan ke bawah melekat pada ligamentum cruciatum anterior.
Selanjutnya capsula articularis ini menutupi kedua ligamentun cruciatum pada
sendi lutut sebagai suatu lembaran dan melintasi tepi posterior ligamentum
cruciatum posterior. Dari tepi medial dan lateral dari fascies articularis
membentuk dua tonjolan , lipatan synovial, plica alares yang terkumpul pada
bagian bawah. Kesemuanya hal ini membentuk suatu synovial villi.
Plica synovialis patellaris, membentang pada bagian belakang yang
mengarah pada bidang sagital menuju cavum sendi dan melekat pada bagian
paling bawah dari tepi fossa intercondyloidea femoris.Plica ini merupakan lipatan
sagital yang lebar pada synovial membran.
Lipatan ini membagi cavum sendi menjadi dua bagian ,
berhubungan dengan dua pasang condylus femoris dan tibiae. Lipatan capsul
sendi pada bagian samping berjalan dekat pinggir tulang rawan. Sehingga
regio epicondylus tetap bebas. Kapsul sendi kemudian menutupi
permukaan cartilago, dan bagian permukaan anterior dari femur tidak
ditutupi oleh cartilago. Pada tibia capsul sendi ini melekat mengelilingi
margo infraglenoidalis, sedikit bagian bawah dari permukaan cartilago,
selanjutnya berjalan kebawah tepi dari masing-masing meniscus.
Bursa Anterior
1. Bursa supra patellaris terletak di bawah m. quadriceps femoris dan
berhubungan erat dengan rongga sendi.
2. Bursa Prepatellaris terletak pada jaringan subcutan diantara kulit dan
bagian depan belahan bawah patella dan bagian atas ligamentum patellae.
3. Bursa infrapatellaris superficialis terletak pada jaringan subcutan diantara
kulit dan bagian depan belahan bawah ligamentum patellae
4. Bursa Infapatellaris Profunda terletak di antara permukaan posterior dari
ligamentum patellae dan permukaan anterior tibiae. Bursa ini terpisah dari
cavum sendi melalui jaringan lemak dan hubungan antara keduanya ini
jarang terjadi.
Bursa Posterior
1. Recessus Subpopliteus ditemukan sehubungan dengan tendon m. popliteus
dan berhubungan dengan rongga sendi.
16

2. Bursa M. Semimembranosus ditemukan sehubungan dengan insertio m.


semimembranosus dan sering berhubungan dengan rongga sendi.
3. Empat bursa lainnya ditemukan sehubungan dengan:
a) tendon insertio m. biceps femoris.
b) tendon m. sartorius , m. gracilis dan m. semitendinosus sewaktu berjalan
ke insertionya pada tibia.
c) di bawah caput lateral origo m. Gastrocnemius.
d) di bawah caput medial origo m. Gastrocnemius.
Persarafan Sendi Lutut
Persarafan pada sendi lutut adalah melalui cabang - cabang dari
nervus yang mensarafi otot-otot di sekitar sendi dan befungsi untuk
mengatur pergerakan pada sendi lutut. Sehingga sendi lutut disarafi oleh :
1. N. Femoralis
2. N. Obturatorius
3. N. Peroneus communis
4. N. Tibialis

Suplai Darah
Suplai darah pada sendi lutut berasal dari anastomose pembuluh
darah disekitar sendi ini. Dimana sendi lutut menerima darah dari descending
genicular arteri femoralis, cabang-cabang genicular arteri popliteal dan
cabang descending arteri circumflexia femoralis dan cabang ascending arteri
tibialis anterior. Aliran vena pada sendi lutut mengikuti perjalanan arteri
untuk kemudian akan memasuki vena femoralis

Sistem Limfe
Sistem limfe pada sendi lutut terutama terdapat pada perbatasan fascia
subcutaneous. Kemudian selanjutnya akan bergabung dengan lymph node sub
inguinal superficialis. Sebagian lagi aliran limfe ini akan memasuki lymph
node popliteal, dimana aliran limfe berjalan sepanjang vena femoralis menuju
deep inguinal lymph node.
17

3.2 Definisi
Anterior Cruciate Ligament (ACL) adalah ligament yang terdapat pada
sendi lutut. Ligamen ini berfungsi sebagai stabilitator yang mencegah pergeseran
ke depan yang berlebih dari tulang tibia terhadap tulang femur yang stabil atau
mencegah pergeseran ke belakang yang berlebih tulang femur terhadap tulang
tibia yang stabil.
Cedera ACL atau rupture ACL merupakan robekan di salah satu ligament
lutut yang menghubungkan tulang kaki atas dengan tulang kaki bagian bawah.
Cedera ACL adalah cedera lutut tersering yang dialami oleh atlet.

3.3 Epidemiologi
Prevalensi kejadian cedera ACL yang lebih besar ditemukan pada
wanita dibandingkan dengan laki-laki. Sekitar 50% pasien dengan
cedera ACL juga didapati ruptur pada meniskus. Pada cedera ACL akut,
meniscus lateralis lebih sering robek; pada ACL kronis, meniscus medial lebih
sering robek. Pada penelitian prevalensi mengenai cedera ACL pada populasi
umum, didapati bahwa 1 kasus dijumpai dalam 3500 orang, memperkirakan
95.000 ruptur ACL per tahun.
Sekitar 200.000 ACL terkait cedera terjadi setiap tahun di Amerika
Serikat, dengan sekitar 95.000 ruptur ACL. Sekitar 100.000 ACL
rekonstruksi dilakukan setiap tahun. Insiden cedera ACL lebih tinggi pada orang
yang berpartisipasi dalam olahraga yang berisiko tinggi seperti basket, bola
sepak, ski. Pada tanggapan frekuensi partisipasi, prevalensi cedera ACL yang
lebih tinggi diamati lebih pada wanita dari laki-laki, pada tingkat 2,4-9,7 kali
lebih besar pada wanita.
3.4 Klasifikasi
Tingkat keparahan cedera ligamen dinilai sebagai:
 GRADE I- Sebuah hamparan ringan, dengan nyeri ringan
dan bengkak tetapi tidak ada perpanjangan permanen atau kerusakan
pada ligamen.
18

 GRADE II– Ligamentum tertarik keluar (seperti gula-gula) dan


diperpanjang. Ada rasa sakit umumnya lebih dan bengkaka dan sering
memar. Ligament biasanya akan sembuh tanpa operasi. Ligament akan
memiliki beberapa kelemahan (yaitu “member” atau “membuka”)
dibandingkan dengan normal tetapi sendi akan sembuh dan biasanya dapat
berfungsi normal dengan sedikit ketidakstabilan.
 GRADE III- Ligamentum tertarik jauh sehingga robek menjadi dua.
Sering kali ada rasa sakit yang relative sedikit. Namun, sendi sangat tidak
stabil, dan menahan seringkali sangat sulit bahkan dengan tongkat
sekalipun. Lutut akan terlepas atau “buckle”. Sering memar disekitar lutut,
operasi seringkali diperlukan untuk perbaikan.

3.5 Etiologi
Diperkirakan bahwa 70 persen dari cedera ACL terjadi
melalui mekanisme non – kontak sementara 30 persen adalah hasil dari kontak
langsung dengan pemain lain atau object. Mekanisme cedera sering dikaitkan
dengan perlambatan diikuti dengan pemotongan, berputar atau “side stepping
manuver”, pendaratan canggung atau "out of control play". Beberapa studi telah
menunjukkan bahwa atlet wanita memiliki insiden yang lebih tinggi cedera
ACL dari atlet laki-laki di olahraga tertentu, telah diusulkan bahwa ini adalah
karena perbedaan kondisi fisik, kekuatan otot, dan kontrol neuromuskular.
Penyebab lain dari hipotesis ini adalah perbedaan kelamin yang berkaitan dengan
tingkat cedera ACL yang termasuk keselarasan pelvis dan ekstremitas bawah
(kaki), peningkatan kelemahan ligamen, dan efek estrogen pada sifat ligamen.
Jatuh dari tangga atau hilang satu langkah di tangga adalah kemungkinan
penyebab
lainnya.
Seperti
bagian
tubuh lain,
ACL
menjadi
19

lemah dengan usia. Jadi robekan terjadi lebih mudah pada orang tua dari usia 40.

3.6 Patofisiologis
ACL seperti semua ligament lain, terdiri dari tipe I kolagen. Ultrastruktur
ligament adalah sangat mirip dengan tendon, tetapi serat didalam ligamen lebih
bervariasi dan memiliki isi elastin yang lebih tinggi. Ligamen menerima suplai
darah dari lokasi insersinya.Vaskularisasi dalam ligament adalah seragam, dan
ligamen masing-masing berisi mechanoreceptors dan ujung saraf bebas yang
diduga membantu dalam menstabilkan sendi. Avulsi ligamen pada umunya terjadi
diantar lapisan fibrokartilago tidak bermineral dan yang bermineral. Ruptur ACL
yang paling umum, adalah ruptur midsubstan. Jenis ruptur ini terjadi terutama
sewaktu ligamentum ditranseksi oleh kondilus femoral lateral yang berputar.
ACL menerima suplai darah dari arteri geniculate medial, sewaktu ACL
pecah, haemoarthrosis biasanya berkembang dengan cepat. Namun meskipun intra
articular lokasinya ACL sebenarnya di ekstrasinovial.

3.7 Diagnosis
Pemeriksaan pada atlet berusia muda mungkin lebih sulit dilakukan karena
mereka memiliki kecenderungan cemas terutama ketika merasakan nyeri.
Pemeriksaan fisik pada lutut dilakukan setelah fase akut cedera terlewati yang
ditandai dengan berkurangnya bengkak dan rasa nyeri. Seluruh pemeriksaan
fisik harus membandingkan antara sisi tercedera dan sisi yang sehat untuk
mendapatkan penilaian yang objektif.
Tes Lachmann dan tes Pivot Shift adalah dua jenis pemeriksaan fisik
yang dinilai akurat dalam penegakan diagnosis ACL. Tes Lahmann dilakukan
untuk melihat pergeseran antara tungkai atas dan tungkai bawah yang
menunjukkan adanya ketidakstabilan lutut. Pergeseran sebanyak 5 mm dapat
menjadi indikasi untuk dilakukan rekonstruksi. Tes Pivot Shift juga
direkomendasikan oleh beberapa ahli untuk menilai apakah robekan parsial ACL
yang terjadi menyebabkan gejala ketidakstabilan sehingga membutuhkan
tindakan rekontruksi.
Pemeriksaan stabilitas patella juga harus dilakukan karena banyak kasus
20

dislokasi patella yang menyerupai cedera ACL. Selain itu pemeriksaan struktur
lain pada lutut yang meliputi ligamen (posterior cruciate, medial collateral,
lateral collateral) dan bantal sendi harus dilakukan.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan rontgen dengan posisi anteroposterior (AP) dan lateral sangat
bermanfaat untuk mengetahui adanya fraktur tulang pada atlet berusia muda.
Gambaran rontgen lateral biasanya dapat memberikan gambaran fraktur
eminantia intercondylaris tibia dibanding rontgen posisi AP. Pemeriksaan
penunjang Magnetic Resonance Imaging (MRI) bisa memberikan gambaran
yang jelas untuk mengetahui cedera jaringan lunak (ligamen, tendon dan bantal
sendi). MRI memiliki sensitivitas sebesar 95 % dan spesitivitas sebesar 88 %
dalam penegakan diagnosis robekan ACL pada atlet berusia muda. Meskipun
Lawrance et al. (1996) pernah berpendapat bahwa MRI memiliki sensitivitas
yang rendah untuk memeriksa robekan parsial ACL, namun pemeriksaan ini
tetap bermanfaat dalam membantu penegakan diagnosis kasus-kasus robekan
total dan fraktur eminantia intercondylaris tibia.
21

3.8 Tatalaksana
Penanganan untuk ACL yang robek tergantung pada keperluan pasien.
Contohnya atlet yang muda akan terlibat dalam aktivitas olahraga dan perlu
dioperasi supaya fungsi dapat kembali. Bagi individu yang lebih tua, dengan
aktivitas yang lebih sederhana biasanya tidak perlu dioperasi dan kembali ke
kehidupan yang sederhana.
Namun sering, setelah cedera 1-2 hari, pasien dapat jalan seperti biasa.

Keadaan ini bukan berarti ACL sudah sembuh.
 Pada perkembangannya pasien

akan merasakan bahwa lututnya tidak stabil, gampang 'goyang' dan sering timbul
nyeri. Dengan cedera ACL pasien akan sulit sekali untuk dapat melakukan
aktifitas high-impact sports, seperti main bola, futsal, basket atau badminton.
Sebagian besar cedera ACL memerlukan tindakkan operasi Arthroscopy agar
pasien dapat pulih seperti sedia kala. Standar operasi Arthroscopy ACL
Reconstruction yang dipakai adalah Arthroscopic ACL Double Bundle
Reconstruction. Tehnik ini telah dilakukan lebih dari 200 kali sejak tahun
2007.Tehnik operasi ini sangat populer di USA, Eropa dan Jepang karena dengan
tehnik ini, hasilnya sangat memuaskan pasien.Saat ini tehnik operasi ini dipakai
sebagai standard untuk operasi cedera ACL atlet-atlet papan atas kelas dunia,
misalnya Tiger Wood.
Setelah luka bedah disembuhkan oleh pasien maka akan menjadwalkan
pertemuan pertama mereka dengan seorang fisioterapis. Terapis fisik untuk
mengembangkan rencana untuk mengobati pasien.Tujuan utama awal untuk
mengurangi pembengkakan dan bekerja untuk mencegah pembentukan jaringan
parut.Tujuan berikutnya adalah untuk menyediakan berbagai gerak kembali,

21
22

sekaligus memperkuat otot-otot yang mendukung sendi lutut.Dengan berbagai


peningkatan gerak dan kekuatan, terapis fisik rehabilitasi mereka akhirnya
kegiatan dengan panggung dan kontrol neuromuskular gerakan fungsional yang
sesuai dengan kebutuhan sehari-hari pasien.Ini harus mengikuti jalannya akronim
pada tahap awal pemulihan dari robek ACL.
Rekonstruksi berhasil ACL tergantung atas sejumlah faktor, termasuk teknik
operasi, rehabilitasi pasca bedah dan menghubungkan ketidakstabilan ligamen
sekunder. Saat ini, rekonstruksi ACL biasanya dilakukan dengan arthroscopic
bantuan.Graft mungkin dari tempat lain ekstremitas pasien dipelopori (autograft),
dipanen dari mayat (allograft) atau mungkin sintetis.
Selama prosedur: pasien dibius umum atau tulang belakang/epidural.
Arthroscopy membolehkan penentuan luka yang dihubungkan, yang biasanya
diobati di tempat sama (e.g., meniscal cabikan atau chondral trauma). Bagian di
lutut di mana PCL dan ACL terdapat, taktik, sering sempit dan di kasus itu
diperlebar (notchplasty) untuk memberi cangkokan akomodasi.mendapat kembali
dekat gerakan dan kekuatan penuh.
Lalu memisahkan aksesori torehan, terowongan dibor lewat tulang kering
(tulang kaki direndahkan) dan lewat tulang paha (tulang atas) di posisi sama
sebagai tempat pertalian ligamen asli. Graft diciptakan untuk bisa masuk di
terowongan ini. Graft dibereskan ke tulang paha dan tulang kering (sol bagian atas
dan menurunkan tulang kaki).
Penyembuhan beristirahat selama 3 atau 4 hari yang pertama, usaha ditujukan
di perkecil bengkak dan mendirikan kembali quadriceps fungsi. Selama kali ini
peninggian lutut, kaki dan pergelangan kaki ditekankan. Perpindahan sering
menambah darah mengalir kembali dari ekstremitas (e.g. pompa pergelangan
kaki). Tongkat dibiasakan dengan arah jalan-jalan menurut perintah dokter.
International Knee Documentation Committee:
Level I : loncatan, berputar, dan lompat tinggi
Level II : kerja berat, olahraga berat
Level III : perkerjaan keras, olahraga ringan
Level IV : aktivitas yang tak banyak bergerak dan tanpa olahraga
23

Pengobatan tanpa operasi mungkin dapat dipertimbangakan bagi pasien yang


mengambil bagian di aktivitas di level III & IV. Atlet muda harus
dipertimbangkan untuk operasi untuk mencegah ketidakstabilan berulang.

Terapi Operasi
Pembentukan ligament.
Kebanyakan ACL yang robek tidak boleh di jahit dan disambung
semula.Untuk membolehkan reparasi dari ACL untuk restorasi stabilitas lutut
adalah rekonstruksi dari ligament tersebut. Ligament tersebut akan di ganti dengan
graft jaringan ligament. Graft tersebut akan menjadi dasar untuk ligament yang
baru untuk tumbuh.
Graft tersebut diambil dari beberapa sumber. Selalunya dari tendon patella,
yang merupakan sambungan ‘kneecap’ dan ‘shinbone’. Tendon hamstring pada
posterior pada juga sering digunakan. Kadang tendon kuadrisep yang insersinya
dari ‘kneecap’’ ke paha dapat digunakan. Graft dari kadever (allograft) juga dapat
digunakan. Penyembuhan semula mengambil masa sekurang-kurangnya 6 bulan
sebelum atlit dapat berolahraga setelah operasi.
Tindakan.Operasi untuk rekonstruktif ACL dapat digunakan dengan artroscopi
dengan insisi yang kecil. Opperasi artroskopi kurang invasive. Kelebihan dari
artroskopi adalah kerana kurang invasive,kurang nyeri, masa rawat inap lebih
pendek dan penyembuhan lebih cepat.
Selain rekonstruktif ACL adalah terapi yang dikombinasi untuk kerusakan
ligament, selalunya tidak dilakukan segera. Keterlambatan ini memberi waktu
proses inflamasi untuk berjalan, dan memberi kelonggaran bagi pergerakan untuk
belaku sebelum operasi. Rekonstruktif ACL terlalu awal dapat meningkatkan
resiko artofibrosis atau parut terjadi pada sendi dan bisa meningkatkan resiko
kehilangan pergerakan.

Terapi tanpa operasi


ACL yang robek tidak akan sembuh sendiri dan harus dioperasi. Namun terapi
tanpa operasi efektif kepada pasien yang sudah tua dengan aktivitas kehidupan
yang sederhana.Jika stabilitas pada lutut intak, indikasinya adalah tanpa operasi.
24

Bracing.
Alat ini dapat memproteksi lutut dari ketidakstabilan. Selanjutnya bias
diteruskan dengan pemakaian tongkat yang dapat mengurangi beban pada kaki.

Terapi Fisikal.
Apabila oedem berkurang, rehabilitasi akan bermula. Olahraga yang spesifik
dapat restorasi fungsi pada lutut dan menguatkan otot kaki yang memberi
sokongan padanya.
Berikut lima langkah ini setiap hari seorang pasien untuk mengurangi nyeri
dan pembengkakan serta untuk lebih mempersiapkan proses penyembuhan
mereka bersama-sama. Sekitar satu atau dua minggu setelah operasi, pasien akan
mulai fisioterapi. Terapis fisik melakukan evaluasi awal yang terdiri dari isu-isu
substantif, dan pemeriksaan visual dan fisik dari lutut yang sama. Dengan
informasi ini, seorang fisioterapis, rehabilitasi khusus rinci kebutuhan setiap
pasien. Satu pasien, rata-rata, dari operasi ACL tradisional, akan mulai jogging
ringan sekitar empat bulan setelah operasi dengan kekuatan dan mobilitas tidak
sepenuhnya pulih sampai sekitar enam sampai sembilan bulan setelah operasi.
Kebanyakan dokter menyarankan pasien tidak kembali ke aktivitas fisik mereka
lebih agresif sampai penyembuhan tulang telah memenangkan setidaknya 90%
kekuatan kaki suara.Ada operasi yang lebih canggih yang atlet dapat di tanah
dalam waktu sekitar enam bulan.Pilihan ini adalah untuk atlet yang serius dan
hanya seorang dokter harus dikonsultasikan sebelum penelitian dari jenis cedera
dapat alternatif.

Rehabilitasi
Penggunaan olahraga closed-chain adalah untuk membantu pergerakan dari
awal dan untuk jangka waktu yang panjang. Protocol terapi dibagi empat menurut
Shelbourne and Nitz.
Fase I : titik sebelum operasi dan memenuhi ROM yang maksimal.
Fase II : (0-2minggu): target adalah mencapai ektensi penuh, control
tendon kuadrisep dan mengurangi bengkak dan target flexi
hingga 90 derajat.
25

Fase III : (3-5minggu) mempertahankan ektensi penuh dan


meninggkatkan flexi ROM yang maksimal. Menaik tangga dan
sepeda bisa digunakan.
Fase IV : (6minggu) Menambah kekuatan dan kelincahan, progresif
sampai kembali berolahraga.
Kembali berolahraga tanpa aktivitas mungkin mengambil 6-9 bulan dan
sebaiknya di pantau oleh ahli bedah dan terapi fisik.

3.9 Komplikasi
Komplikasi/Resiko graft kegagalan karena luka kambuh, risiko infeksi luka,
Operasi menyebabkan radang sendi, otot melemah dan kekurangan daya gerakan
(ROM).
BAB IV
ANALISA KASUS

Pasien laki-laki usia 29 tahun datang Pasien datang ke poli orthopedi dengan
keluhan utama nyeri di lutut kanan sejak ± 2 tahun SMRS. Nyeri dirasakan
memberat sejak 6 bulan terakhir. Riwayat trauma disangkal. Pasien mengatakan
keluhan nyeri dirasakan pertama kali ketika pasien sedang bermain sepak bola.
Pasien mengaku salah posisi lutut ketika mendarat saat bermain sepak bola hingga
menimbulkan rasa nyeri. Keluhan nyeri dirasakan hilang timbul. Keluhan
memberat ketika menekuk lutut atau ketika akan berjalan. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan test Lachman dan anterior drawer test positif. Pasien didiagnosa
dengan Ruptur ACL dextra + ruptur discoid meniscus medial posterior dextra.
Cedera ACL atau rupture ACL merupakan robekan di salah satu ligament
lutut yang menghubungkan tulang kaki atas dengan tulang kaki bagian bawah.
Cedera ACL adalah cedera lutut tersering yang dialami oleh atlet. Anterior
Cruciate Ligament (ACL) adalah ligamen yang terdapat pada sendi lutut. Ligamen
ini berfungsi sebagai stabilisator yang mencegah pergeseran ke depan yang
berlebih dari tulang tibia terhadap tulang femur yang stabil, atau mencegah
pergeseran ke belakang yang berlebih tulang femur terhadap tulang tibia yang
stabil. Setiap cedera yang terjadi pada ACL berpotensi menimbulkan gangguan
kestabilan pada sendi lutut.
Cedera ACL adalah cedera lutut tersering yang dialami oleh atlet. Cedera
ini umumnya terjadi pada olahraga yang melibatkan gerakan-gerakan zig-zag,
perubahan arah gerak, dan perubahan kecepatan yang mendadak (akselerasi-
deselerasi) seperti sepak bola, basket, bola voli, dan futsal. Mayoritas cedera yang
terjadi adalah non-kontak dengan mekanisme valgus lutut dan twisting (puntiran).
Situasi ini sering terjadi ketika atlet menggiring bola atau salah posisi lutut ketika
mendarat.
Anterior Cruciatum Ligament (ACL) merupakan tempat yang paling
sering terkena cedera. Hal ini dapat disebabkan karena kontak langsung maupun
kontak tidak langsung pada lutut. Kontak langsung dapat terjadi karena adanya
gaya dari samping atau luar seperti benturan langsung ke lutut. Kontak tidak

26
27

langsung terjadi tanpa adanya kontak langsung ke lutut seperti mendarat setelah
melompat dengan lutut hiperekstensi dengan rotasi panggul dan kaki yang
berlebihan.
Beberapa pemeriksaan khusus pada ruptur ACL meliputi test Lachman,
test Pivot, dan anterior drawer test. Tes Lachman dilakukan untuk melihat apakah
ACL masih utuh atau tidak. Dikatakan positif jika end point dari translasi anterior
tibia tidak jelas dan infrapatellar slope menghilang, yaitu jika ACL robek,
pemeriksa akan merasakan gerakan ke depan dari tibia meningkat (ke atas atau
anterior) dengan hubungannya dengan tulang paha (jika dibandingkan dengan
kaki normal) dan gerakan lembut pada end point (karena ACL robek) saat ini
gerakan berakhir.
Pada pivot shift test tes positif jika lutut tereduksi ke posterior. Jika ACL
robek, tibia akan mulai maju ketika lutut sepenuhnya lurus dan kemudian akan
bergeser kembali ke posisi yang benar dalam hubungannya dengan tulang paha
ketika lutut dibengkokkan lebih 30 derajat. Sedangkan pada anterior drawer test
dikatakan positif jika terdapat translasi lebih dari 6 mm. Ataupun apabila tibia
didorong ke posterior akan terjadi translasi jauh ke posterior berarti positif.
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan meliputi
pemeriksaan roentgen dan MRI. Pemeriksaan rontgen dengan posisi
anteroposterior (AP) dan lateral sangat bermanfaat untuk mengetahui adanya
fraktur tulang pada atlet berusia muda. Gambaran rontgen lateral biasanya dapat
memberikan gambaran fraktur eminantia intercondylaris tibia dibanding rontgen
posisi AP. Pemeriksaan penunjang Magnetic Resonance Imaging (MRI) bisa
memberikan gambaran yang jelas untuk mengetahui cedera jaringan lunak
(ligamen, tendon dan bantal sendi). MRI memiliki sensitivitas sebesar 95 % dan
spesitivitas sebesar 88 % dalam penegakan diagnosis robekan ACL. Meskipun
Lawrance et al. (1996) pernah berpendapat bahwa MRI memiliki sensitivitas yang
rendah untuk memeriksa robekan parsial ACL, namun pemeriksaan ini tetap
bermanfaat dalam membantu penegakan diagnosis kasus-kasus robekan total dan
fraktur eminantia intercondylaris tibia.
Penatalaksanaan kasus cedera ACL dapat berupa terapi non-operatif dan
terapi operatif. Terapi non-operatif dilakukan dengan menggunakan modalitas
28

terapi seperti ultrasound dan diatermi, pemakaian brace lutut, dan program
penguatan otot. Terapi non-operatif dapat diberikan pada kasus-kasus robekan
ACL parsial yang tidak menimbulkan gejala ketidakstabilan, sedangkan operatif
sebaiknya dilakukan pada kasus robekan di atas 50 % karena umumnya
menimbulkan keluhan. Fabricant et al (2013) telah menyusun sebuah alur
penanganan cedera ACL dan merekomendasikan tindakan rekonstruksi
berdasarkan beberapa pertimbangan, yaitu: (1) keluhan ketidakstabilan yang
menetap, (2) cedera lutut lain yang menyertai ACL, seperti: robekan bantal sendi,
robekan ligamen lutut lain, dan fraktur, (3) usia tulang, (4) target dan harapan
pasien, seperti: kembali ke olahraga kompetitif atau tidak.
Rekonstruksi menjadi pilihan utama karena tindakan penjahitan ligamen
ACL sering mengalami kegagalan. Hal itu disebabkan karena ligamen ACL tidak
memiliki fibrin sehingga setiap robekan yang terjadi tidak dapat mengalami
penyembuhan sendiri. Rekonstruksi adalah metode operatif untuk mengganti
ligamen ACL dengan bahan yang lain (graft). Umumnya bahan tersebut diambil
dari tendon hamstring atau tendon patella pasien itu sendiri sehingga disebut
autograft.
29

DAFTAR PUSTAKA

Dorland. 2002. Kamus saku kedokteran edisi 28. Jakarta : Buku kedokteran EGC

Edwards R. 2010. Rekonstruksi Kerusakan Anterior Cruciate Ligament (ACL)


dengan Arthroskopi [online]. Jakarta, Orthopedi Rumah Sakit Mitra Kemayoran;
2010. (diakses 11 maret 2015).
http://www.rumahsakitmitrakemayoran.com/rekonstruksi-kerusakananterior-
cruciate-ligament-acl-dengan-arthroskopi/

Edler, SS., Beckers, D., & Buck, M. 2008. PNF in practive. Third Edition.
Germany: Springer.

Fabricant, P.D., Jones, K.J., Delos, D., Cordaso, F.A., Marx, R.G., dan Pearle,
A.D., (2013). Reconstruction of the Anterior Cruciate Ligement in Sekeletally
Immature Athlete: a Review concept. J Bone Joint Surg Am, 95(5);e28:1-13.

Krisniaajati EL. 2017. Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kondisi Pasca Operasi


Rupture Anterior Cruciatum Ligament (ACL), Lateral Colateral Ligament (LCL)
dan Meniscus Medial di RS Orthopedi Prof. Dr. R. Seoharso Surakarta (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

McMillan, S. 2013. Anterior Cruciate Ligament Reconstruction. Burlington:


Lourdes Medical Associates Professional Orthopaedics

Moore, K.L. 2013. Anatomi Berorientasi Klinis. 5 th ed. Dialihbahasakan oleh


Hurniawati Hartanto. Jakarta : Penerbit Erlangga

Paulsen dan Waschke. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Dialihbahasakan


oleh Brahm U Penerbit. Jakarta : EGC

Wiratna AY, Fis M. 2015. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Post Operasi


Ruptur Anterior Craciatum Ligament (ACL) Di RS. Al. Dr Ramelan
Surabaya (Doctoral dissertation, Universitas Muhammaiyah Surakarta).

Zein, MI. 2013. Cedera Anterior Cruciate Ligament (ACL) Pada Atlet Berusia
Muda. Jurnal Medikor. VOL XI. No. 2 Oktober:111-121

Anda mungkin juga menyukai