PENDAHULUAN
1
2
Robekan ACL lebih dari 50% atau robekan total dapat menyebabkan
ketidakstabilan sendi lutut. Atlet akan merasa lututnya sering “goyang”, nyeri dan
bengkak berulang sehingga kinerja berolahraganya menurun. Ketidakstabilan
sendi lutut juga akan menimbulkan cedera lanjutan berupa rusaknya bantal
sendi/meniskus dan tulang rawan sendi.
Tata laksana cedera ACL berupa terapi non-operatif dan operatif. Terapi
non-operatif dilakukan dengan menggunakan modalitas terapi seperti ultrasound
dan diatermi, pemakaian brace lutut, dan program penguatan otot sedangkan
terapi operatif dilakukan dengan metode rekonstruksi. Rekonstruksi menjadi
pilihan utama karena tindakan penjahitan ligamen ACL sering mengalami
kegagalan. Hal itu disebabkan karena ligamen ACL tidak memiliki fibrin sehingga
setiap robekan yang terjadi tidak dapat mengalami penyembuhan sendiri.
Rekonstruksi adalah metode operatif untuk mengganti ligamen ACL dengan
bahan yang lain (graft). Umumnya bahan tersebut diambil dari tendon hamstring
atau tendon patella pasien itu sendiri sehingga disebut autograft.
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Nyeri di lutut kanan
Keluhan Tambahan
Tidak ada
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli orthopedi dengan keluhan utama nyeri di lutut kanan sejak ±
2 tahun SMRS. Nyeri dirasakan memberat sejak 6 bulan terakhir. Riwayat trauma
disangkal. Pasien mengatakan keluhan nyeri dirasakan pertama kali ketika pasien
sedang bermain sepak bola. Tampak bengkak dan kemerahan pada lutut sebelah
kanan. Keluhan nyeri dirasakan hilang timbul. Keluhan memberat ketika
menggerakkan kaki atau ketika akan berjalan. Pasien juga mengeluhkan susah
berhenti jika sedang berlari. Pasien sering datang ke panti pijat untuk mengurut
kakinya
3
4
Vital sign
TD : 120/80 mmHG
HR : 78 kali/menit
RR : 20 kali/menit
Suhu : 36,6 oC
Abdomen
Inspeksi : Distensi (-)
Auskultasi : Peristaltik meningkat (-)
Palpasi : Turgor kembali lambat (-), hepar/lien/renal tidak teraba
Perkusi : Timpani
Ekstremitas
Status lokalis ar genue dextra
I = luka tertutup perban, deformitas (-), sweling (-)
F = nyeri tekan (+), Lachman test (+), anterior drawer test (+)
M = ROM terbatas
2. 5 Diagnosis Banding
1. Ruptur ACL dextra + discoid meniscus dextra
2. Dislokasi patella
Foto Rontgen
Laboratorium (28/11/2017)
Hematologi
Hemoglobin 17,0 14,0 – 17,0 g/dL
Hematokrit 48 45 – 55 %
Eritrosit 5,8 4,7 – 6,1 106/mm3
Trombosit 231 150 – 450 103/mm3
Leukosit 8,5 4,5 – 10,5 103/mm3
MCV 83 80 – 100 fL
MCH 29 27 – 31 Pg
MCHC 35 32 – 35 %
RDW 13,0 11,5 – 14,5 %
MPV 9,5 7,2 – 11,1 fL
LED 9 < 15 mm/jam
Eosinofil 10 0–6 %
Basofil 1 0–2 %
Netrofil Batang 0 2–6 %
Netrofil Segmen 48 50 – 70 %
Limfosit 35 20 – 40 %
8
Monosit 6 2–8 %
FAAL HEMOSTASIS
Waktu Perdarahan 2 1–7 Menit
Waktu Pembekuan 8 5 – 15 Menit
KIMIA KLINIK
GDS 95 < 200 Mg/dL
Ureum 18 13 – 43 Mg/dL
Kreatinin 1,00 0,67 – 1,17 Mg/dL
2. 5 Diagnosis Kerja
Ruptur ACL dextra + discoid meniscus dextra
2.7 Terapi
IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Cefazolin 1 gr/12 jam
Inj. Tramadol 1 amp//12 jam
Ranitidin 2x50 mg
Paracetamol 3x 1 gr
2.8 Prognosis
Quo ad Vitam : Dubia ad bonam
Quo ad Functionam : Dubia ad bonam
Quo ad Sanactionam : Dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi
Secara anatomis knee joint dibentuk oleh tibia bagian proximal, femur
bagia distal dan patella. Knee joint terdiri dari tiga bagian persendian; medial dan
lateral antara condyle femur dan tibia serta persendian intermediate antara patella
dan femur. Femur distal terdiri medialcondyle dan lateral condyle, femoral
trochlear groove dan intercondyler notch.Ligament tersebut melewati anterior,
medial dan distal sendi dari femur ke tibia. Ligament berputar atas diri
membentuk spiral sedikit luar (lateral), melewati bawah ligamentum transverse
meniscal di ujung tibialisnya. Beberapa fasikula mungkin menyatu dengan
perlekatan anterior dengan meniscus lateral. Ikatan tibialis lebih lebar dan lebih
kuat dari perlekatan femoralis.
10
11
femur ke anterior terhadap tibia. Bila sendi lutut dalam keadaan fleksi,
ligamentum cruciatum posterior akan mencegah tibia tertarik ke posterior.
Ligamentum Extracapsular
1. Ligamentum Patellae
Melekat (diatas) pada tepi bawah patella dan pada bagian bawah melekat
pada tuberositas tibiae. Ligamentum patellae ini sebenarnya merupakan lanjutan
dari bagian pusat tendon bersama m.quadriceps femoris. Dipisahkan dari
membrane synovial sendi oleh sebuah bursa yang kecil. Bursa infra patellaris
superficialis memisahkan ligamentum ini dari kulit.
dari dua meniscus dan ke bawah melekat pada ligamentum cruciatum anterior.
Selanjutnya capsula articularis ini menutupi kedua ligamentun cruciatum pada
sendi lutut sebagai suatu lembaran dan melintasi tepi posterior ligamentum
cruciatum posterior. Dari tepi medial dan lateral dari fascies articularis
membentuk dua tonjolan , lipatan synovial, plica alares yang terkumpul pada
bagian bawah. Kesemuanya hal ini membentuk suatu synovial villi.
Plica synovialis patellaris, membentang pada bagian belakang yang
mengarah pada bidang sagital menuju cavum sendi dan melekat pada bagian
paling bawah dari tepi fossa intercondyloidea femoris.Plica ini merupakan lipatan
sagital yang lebar pada synovial membran.
Lipatan ini membagi cavum sendi menjadi dua bagian ,
berhubungan dengan dua pasang condylus femoris dan tibiae. Lipatan capsul
sendi pada bagian samping berjalan dekat pinggir tulang rawan. Sehingga
regio epicondylus tetap bebas. Kapsul sendi kemudian menutupi
permukaan cartilago, dan bagian permukaan anterior dari femur tidak
ditutupi oleh cartilago. Pada tibia capsul sendi ini melekat mengelilingi
margo infraglenoidalis, sedikit bagian bawah dari permukaan cartilago,
selanjutnya berjalan kebawah tepi dari masing-masing meniscus.
Bursa Anterior
1. Bursa supra patellaris terletak di bawah m. quadriceps femoris dan
berhubungan erat dengan rongga sendi.
2. Bursa Prepatellaris terletak pada jaringan subcutan diantara kulit dan
bagian depan belahan bawah patella dan bagian atas ligamentum patellae.
3. Bursa infrapatellaris superficialis terletak pada jaringan subcutan diantara
kulit dan bagian depan belahan bawah ligamentum patellae
4. Bursa Infapatellaris Profunda terletak di antara permukaan posterior dari
ligamentum patellae dan permukaan anterior tibiae. Bursa ini terpisah dari
cavum sendi melalui jaringan lemak dan hubungan antara keduanya ini
jarang terjadi.
Bursa Posterior
1. Recessus Subpopliteus ditemukan sehubungan dengan tendon m. popliteus
dan berhubungan dengan rongga sendi.
16
Suplai Darah
Suplai darah pada sendi lutut berasal dari anastomose pembuluh
darah disekitar sendi ini. Dimana sendi lutut menerima darah dari descending
genicular arteri femoralis, cabang-cabang genicular arteri popliteal dan
cabang descending arteri circumflexia femoralis dan cabang ascending arteri
tibialis anterior. Aliran vena pada sendi lutut mengikuti perjalanan arteri
untuk kemudian akan memasuki vena femoralis
Sistem Limfe
Sistem limfe pada sendi lutut terutama terdapat pada perbatasan fascia
subcutaneous. Kemudian selanjutnya akan bergabung dengan lymph node sub
inguinal superficialis. Sebagian lagi aliran limfe ini akan memasuki lymph
node popliteal, dimana aliran limfe berjalan sepanjang vena femoralis menuju
deep inguinal lymph node.
17
3.2 Definisi
Anterior Cruciate Ligament (ACL) adalah ligament yang terdapat pada
sendi lutut. Ligamen ini berfungsi sebagai stabilitator yang mencegah pergeseran
ke depan yang berlebih dari tulang tibia terhadap tulang femur yang stabil atau
mencegah pergeseran ke belakang yang berlebih tulang femur terhadap tulang
tibia yang stabil.
Cedera ACL atau rupture ACL merupakan robekan di salah satu ligament
lutut yang menghubungkan tulang kaki atas dengan tulang kaki bagian bawah.
Cedera ACL adalah cedera lutut tersering yang dialami oleh atlet.
3.3 Epidemiologi
Prevalensi kejadian cedera ACL yang lebih besar ditemukan pada
wanita dibandingkan dengan laki-laki. Sekitar 50% pasien dengan
cedera ACL juga didapati ruptur pada meniskus. Pada cedera ACL akut,
meniscus lateralis lebih sering robek; pada ACL kronis, meniscus medial lebih
sering robek. Pada penelitian prevalensi mengenai cedera ACL pada populasi
umum, didapati bahwa 1 kasus dijumpai dalam 3500 orang, memperkirakan
95.000 ruptur ACL per tahun.
Sekitar 200.000 ACL terkait cedera terjadi setiap tahun di Amerika
Serikat, dengan sekitar 95.000 ruptur ACL. Sekitar 100.000 ACL
rekonstruksi dilakukan setiap tahun. Insiden cedera ACL lebih tinggi pada orang
yang berpartisipasi dalam olahraga yang berisiko tinggi seperti basket, bola
sepak, ski. Pada tanggapan frekuensi partisipasi, prevalensi cedera ACL yang
lebih tinggi diamati lebih pada wanita dari laki-laki, pada tingkat 2,4-9,7 kali
lebih besar pada wanita.
3.4 Klasifikasi
Tingkat keparahan cedera ligamen dinilai sebagai:
GRADE I- Sebuah hamparan ringan, dengan nyeri ringan
dan bengkak tetapi tidak ada perpanjangan permanen atau kerusakan
pada ligamen.
18
3.5 Etiologi
Diperkirakan bahwa 70 persen dari cedera ACL terjadi
melalui mekanisme non – kontak sementara 30 persen adalah hasil dari kontak
langsung dengan pemain lain atau object. Mekanisme cedera sering dikaitkan
dengan perlambatan diikuti dengan pemotongan, berputar atau “side stepping
manuver”, pendaratan canggung atau "out of control play". Beberapa studi telah
menunjukkan bahwa atlet wanita memiliki insiden yang lebih tinggi cedera
ACL dari atlet laki-laki di olahraga tertentu, telah diusulkan bahwa ini adalah
karena perbedaan kondisi fisik, kekuatan otot, dan kontrol neuromuskular.
Penyebab lain dari hipotesis ini adalah perbedaan kelamin yang berkaitan dengan
tingkat cedera ACL yang termasuk keselarasan pelvis dan ekstremitas bawah
(kaki), peningkatan kelemahan ligamen, dan efek estrogen pada sifat ligamen.
Jatuh dari tangga atau hilang satu langkah di tangga adalah kemungkinan
penyebab
lainnya.
Seperti
bagian
tubuh lain,
ACL
menjadi
19
lemah dengan usia. Jadi robekan terjadi lebih mudah pada orang tua dari usia 40.
3.6 Patofisiologis
ACL seperti semua ligament lain, terdiri dari tipe I kolagen. Ultrastruktur
ligament adalah sangat mirip dengan tendon, tetapi serat didalam ligamen lebih
bervariasi dan memiliki isi elastin yang lebih tinggi. Ligamen menerima suplai
darah dari lokasi insersinya.Vaskularisasi dalam ligament adalah seragam, dan
ligamen masing-masing berisi mechanoreceptors dan ujung saraf bebas yang
diduga membantu dalam menstabilkan sendi. Avulsi ligamen pada umunya terjadi
diantar lapisan fibrokartilago tidak bermineral dan yang bermineral. Ruptur ACL
yang paling umum, adalah ruptur midsubstan. Jenis ruptur ini terjadi terutama
sewaktu ligamentum ditranseksi oleh kondilus femoral lateral yang berputar.
ACL menerima suplai darah dari arteri geniculate medial, sewaktu ACL
pecah, haemoarthrosis biasanya berkembang dengan cepat. Namun meskipun intra
articular lokasinya ACL sebenarnya di ekstrasinovial.
3.7 Diagnosis
Pemeriksaan pada atlet berusia muda mungkin lebih sulit dilakukan karena
mereka memiliki kecenderungan cemas terutama ketika merasakan nyeri.
Pemeriksaan fisik pada lutut dilakukan setelah fase akut cedera terlewati yang
ditandai dengan berkurangnya bengkak dan rasa nyeri. Seluruh pemeriksaan
fisik harus membandingkan antara sisi tercedera dan sisi yang sehat untuk
mendapatkan penilaian yang objektif.
Tes Lachmann dan tes Pivot Shift adalah dua jenis pemeriksaan fisik
yang dinilai akurat dalam penegakan diagnosis ACL. Tes Lahmann dilakukan
untuk melihat pergeseran antara tungkai atas dan tungkai bawah yang
menunjukkan adanya ketidakstabilan lutut. Pergeseran sebanyak 5 mm dapat
menjadi indikasi untuk dilakukan rekonstruksi. Tes Pivot Shift juga
direkomendasikan oleh beberapa ahli untuk menilai apakah robekan parsial ACL
yang terjadi menyebabkan gejala ketidakstabilan sehingga membutuhkan
tindakan rekontruksi.
Pemeriksaan stabilitas patella juga harus dilakukan karena banyak kasus
20
dislokasi patella yang menyerupai cedera ACL. Selain itu pemeriksaan struktur
lain pada lutut yang meliputi ligamen (posterior cruciate, medial collateral,
lateral collateral) dan bantal sendi harus dilakukan.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan rontgen dengan posisi anteroposterior (AP) dan lateral sangat
bermanfaat untuk mengetahui adanya fraktur tulang pada atlet berusia muda.
Gambaran rontgen lateral biasanya dapat memberikan gambaran fraktur
eminantia intercondylaris tibia dibanding rontgen posisi AP. Pemeriksaan
penunjang Magnetic Resonance Imaging (MRI) bisa memberikan gambaran
yang jelas untuk mengetahui cedera jaringan lunak (ligamen, tendon dan bantal
sendi). MRI memiliki sensitivitas sebesar 95 % dan spesitivitas sebesar 88 %
dalam penegakan diagnosis robekan ACL pada atlet berusia muda. Meskipun
Lawrance et al. (1996) pernah berpendapat bahwa MRI memiliki sensitivitas
yang rendah untuk memeriksa robekan parsial ACL, namun pemeriksaan ini
tetap bermanfaat dalam membantu penegakan diagnosis kasus-kasus robekan
total dan fraktur eminantia intercondylaris tibia.
21
3.8 Tatalaksana
Penanganan untuk ACL yang robek tergantung pada keperluan pasien.
Contohnya atlet yang muda akan terlibat dalam aktivitas olahraga dan perlu
dioperasi supaya fungsi dapat kembali. Bagi individu yang lebih tua, dengan
aktivitas yang lebih sederhana biasanya tidak perlu dioperasi dan kembali ke
kehidupan yang sederhana.
Namun sering, setelah cedera 1-2 hari, pasien dapat jalan seperti biasa.
Keadaan ini bukan berarti ACL sudah sembuh. Pada perkembangannya pasien
akan merasakan bahwa lututnya tidak stabil, gampang 'goyang' dan sering timbul
nyeri. Dengan cedera ACL pasien akan sulit sekali untuk dapat melakukan
aktifitas high-impact sports, seperti main bola, futsal, basket atau badminton.
Sebagian besar cedera ACL memerlukan tindakkan operasi Arthroscopy agar
pasien dapat pulih seperti sedia kala. Standar operasi Arthroscopy ACL
Reconstruction yang dipakai adalah Arthroscopic ACL Double Bundle
Reconstruction. Tehnik ini telah dilakukan lebih dari 200 kali sejak tahun
2007.Tehnik operasi ini sangat populer di USA, Eropa dan Jepang karena dengan
tehnik ini, hasilnya sangat memuaskan pasien.Saat ini tehnik operasi ini dipakai
sebagai standard untuk operasi cedera ACL atlet-atlet papan atas kelas dunia,
misalnya Tiger Wood.
Setelah luka bedah disembuhkan oleh pasien maka akan menjadwalkan
pertemuan pertama mereka dengan seorang fisioterapis. Terapis fisik untuk
mengembangkan rencana untuk mengobati pasien.Tujuan utama awal untuk
mengurangi pembengkakan dan bekerja untuk mencegah pembentukan jaringan
parut.Tujuan berikutnya adalah untuk menyediakan berbagai gerak kembali,
21
22
Terapi Operasi
Pembentukan ligament.
Kebanyakan ACL yang robek tidak boleh di jahit dan disambung
semula.Untuk membolehkan reparasi dari ACL untuk restorasi stabilitas lutut
adalah rekonstruksi dari ligament tersebut. Ligament tersebut akan di ganti dengan
graft jaringan ligament. Graft tersebut akan menjadi dasar untuk ligament yang
baru untuk tumbuh.
Graft tersebut diambil dari beberapa sumber. Selalunya dari tendon patella,
yang merupakan sambungan ‘kneecap’ dan ‘shinbone’. Tendon hamstring pada
posterior pada juga sering digunakan. Kadang tendon kuadrisep yang insersinya
dari ‘kneecap’’ ke paha dapat digunakan. Graft dari kadever (allograft) juga dapat
digunakan. Penyembuhan semula mengambil masa sekurang-kurangnya 6 bulan
sebelum atlit dapat berolahraga setelah operasi.
Tindakan.Operasi untuk rekonstruktif ACL dapat digunakan dengan artroscopi
dengan insisi yang kecil. Opperasi artroskopi kurang invasive. Kelebihan dari
artroskopi adalah kerana kurang invasive,kurang nyeri, masa rawat inap lebih
pendek dan penyembuhan lebih cepat.
Selain rekonstruktif ACL adalah terapi yang dikombinasi untuk kerusakan
ligament, selalunya tidak dilakukan segera. Keterlambatan ini memberi waktu
proses inflamasi untuk berjalan, dan memberi kelonggaran bagi pergerakan untuk
belaku sebelum operasi. Rekonstruktif ACL terlalu awal dapat meningkatkan
resiko artofibrosis atau parut terjadi pada sendi dan bisa meningkatkan resiko
kehilangan pergerakan.
Bracing.
Alat ini dapat memproteksi lutut dari ketidakstabilan. Selanjutnya bias
diteruskan dengan pemakaian tongkat yang dapat mengurangi beban pada kaki.
Terapi Fisikal.
Apabila oedem berkurang, rehabilitasi akan bermula. Olahraga yang spesifik
dapat restorasi fungsi pada lutut dan menguatkan otot kaki yang memberi
sokongan padanya.
Berikut lima langkah ini setiap hari seorang pasien untuk mengurangi nyeri
dan pembengkakan serta untuk lebih mempersiapkan proses penyembuhan
mereka bersama-sama. Sekitar satu atau dua minggu setelah operasi, pasien akan
mulai fisioterapi. Terapis fisik melakukan evaluasi awal yang terdiri dari isu-isu
substantif, dan pemeriksaan visual dan fisik dari lutut yang sama. Dengan
informasi ini, seorang fisioterapis, rehabilitasi khusus rinci kebutuhan setiap
pasien. Satu pasien, rata-rata, dari operasi ACL tradisional, akan mulai jogging
ringan sekitar empat bulan setelah operasi dengan kekuatan dan mobilitas tidak
sepenuhnya pulih sampai sekitar enam sampai sembilan bulan setelah operasi.
Kebanyakan dokter menyarankan pasien tidak kembali ke aktivitas fisik mereka
lebih agresif sampai penyembuhan tulang telah memenangkan setidaknya 90%
kekuatan kaki suara.Ada operasi yang lebih canggih yang atlet dapat di tanah
dalam waktu sekitar enam bulan.Pilihan ini adalah untuk atlet yang serius dan
hanya seorang dokter harus dikonsultasikan sebelum penelitian dari jenis cedera
dapat alternatif.
Rehabilitasi
Penggunaan olahraga closed-chain adalah untuk membantu pergerakan dari
awal dan untuk jangka waktu yang panjang. Protocol terapi dibagi empat menurut
Shelbourne and Nitz.
Fase I : titik sebelum operasi dan memenuhi ROM yang maksimal.
Fase II : (0-2minggu): target adalah mencapai ektensi penuh, control
tendon kuadrisep dan mengurangi bengkak dan target flexi
hingga 90 derajat.
25
3.9 Komplikasi
Komplikasi/Resiko graft kegagalan karena luka kambuh, risiko infeksi luka,
Operasi menyebabkan radang sendi, otot melemah dan kekurangan daya gerakan
(ROM).
BAB IV
ANALISA KASUS
Pasien laki-laki usia 29 tahun datang Pasien datang ke poli orthopedi dengan
keluhan utama nyeri di lutut kanan sejak ± 2 tahun SMRS. Nyeri dirasakan
memberat sejak 6 bulan terakhir. Riwayat trauma disangkal. Pasien mengatakan
keluhan nyeri dirasakan pertama kali ketika pasien sedang bermain sepak bola.
Pasien mengaku salah posisi lutut ketika mendarat saat bermain sepak bola hingga
menimbulkan rasa nyeri. Keluhan nyeri dirasakan hilang timbul. Keluhan
memberat ketika menekuk lutut atau ketika akan berjalan. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan test Lachman dan anterior drawer test positif. Pasien didiagnosa
dengan Ruptur ACL dextra + ruptur discoid meniscus medial posterior dextra.
Cedera ACL atau rupture ACL merupakan robekan di salah satu ligament
lutut yang menghubungkan tulang kaki atas dengan tulang kaki bagian bawah.
Cedera ACL adalah cedera lutut tersering yang dialami oleh atlet. Anterior
Cruciate Ligament (ACL) adalah ligamen yang terdapat pada sendi lutut. Ligamen
ini berfungsi sebagai stabilisator yang mencegah pergeseran ke depan yang
berlebih dari tulang tibia terhadap tulang femur yang stabil, atau mencegah
pergeseran ke belakang yang berlebih tulang femur terhadap tulang tibia yang
stabil. Setiap cedera yang terjadi pada ACL berpotensi menimbulkan gangguan
kestabilan pada sendi lutut.
Cedera ACL adalah cedera lutut tersering yang dialami oleh atlet. Cedera
ini umumnya terjadi pada olahraga yang melibatkan gerakan-gerakan zig-zag,
perubahan arah gerak, dan perubahan kecepatan yang mendadak (akselerasi-
deselerasi) seperti sepak bola, basket, bola voli, dan futsal. Mayoritas cedera yang
terjadi adalah non-kontak dengan mekanisme valgus lutut dan twisting (puntiran).
Situasi ini sering terjadi ketika atlet menggiring bola atau salah posisi lutut ketika
mendarat.
Anterior Cruciatum Ligament (ACL) merupakan tempat yang paling
sering terkena cedera. Hal ini dapat disebabkan karena kontak langsung maupun
kontak tidak langsung pada lutut. Kontak langsung dapat terjadi karena adanya
gaya dari samping atau luar seperti benturan langsung ke lutut. Kontak tidak
26
27
langsung terjadi tanpa adanya kontak langsung ke lutut seperti mendarat setelah
melompat dengan lutut hiperekstensi dengan rotasi panggul dan kaki yang
berlebihan.
Beberapa pemeriksaan khusus pada ruptur ACL meliputi test Lachman,
test Pivot, dan anterior drawer test. Tes Lachman dilakukan untuk melihat apakah
ACL masih utuh atau tidak. Dikatakan positif jika end point dari translasi anterior
tibia tidak jelas dan infrapatellar slope menghilang, yaitu jika ACL robek,
pemeriksa akan merasakan gerakan ke depan dari tibia meningkat (ke atas atau
anterior) dengan hubungannya dengan tulang paha (jika dibandingkan dengan
kaki normal) dan gerakan lembut pada end point (karena ACL robek) saat ini
gerakan berakhir.
Pada pivot shift test tes positif jika lutut tereduksi ke posterior. Jika ACL
robek, tibia akan mulai maju ketika lutut sepenuhnya lurus dan kemudian akan
bergeser kembali ke posisi yang benar dalam hubungannya dengan tulang paha
ketika lutut dibengkokkan lebih 30 derajat. Sedangkan pada anterior drawer test
dikatakan positif jika terdapat translasi lebih dari 6 mm. Ataupun apabila tibia
didorong ke posterior akan terjadi translasi jauh ke posterior berarti positif.
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan meliputi
pemeriksaan roentgen dan MRI. Pemeriksaan rontgen dengan posisi
anteroposterior (AP) dan lateral sangat bermanfaat untuk mengetahui adanya
fraktur tulang pada atlet berusia muda. Gambaran rontgen lateral biasanya dapat
memberikan gambaran fraktur eminantia intercondylaris tibia dibanding rontgen
posisi AP. Pemeriksaan penunjang Magnetic Resonance Imaging (MRI) bisa
memberikan gambaran yang jelas untuk mengetahui cedera jaringan lunak
(ligamen, tendon dan bantal sendi). MRI memiliki sensitivitas sebesar 95 % dan
spesitivitas sebesar 88 % dalam penegakan diagnosis robekan ACL. Meskipun
Lawrance et al. (1996) pernah berpendapat bahwa MRI memiliki sensitivitas yang
rendah untuk memeriksa robekan parsial ACL, namun pemeriksaan ini tetap
bermanfaat dalam membantu penegakan diagnosis kasus-kasus robekan total dan
fraktur eminantia intercondylaris tibia.
Penatalaksanaan kasus cedera ACL dapat berupa terapi non-operatif dan
terapi operatif. Terapi non-operatif dilakukan dengan menggunakan modalitas
28
terapi seperti ultrasound dan diatermi, pemakaian brace lutut, dan program
penguatan otot. Terapi non-operatif dapat diberikan pada kasus-kasus robekan
ACL parsial yang tidak menimbulkan gejala ketidakstabilan, sedangkan operatif
sebaiknya dilakukan pada kasus robekan di atas 50 % karena umumnya
menimbulkan keluhan. Fabricant et al (2013) telah menyusun sebuah alur
penanganan cedera ACL dan merekomendasikan tindakan rekonstruksi
berdasarkan beberapa pertimbangan, yaitu: (1) keluhan ketidakstabilan yang
menetap, (2) cedera lutut lain yang menyertai ACL, seperti: robekan bantal sendi,
robekan ligamen lutut lain, dan fraktur, (3) usia tulang, (4) target dan harapan
pasien, seperti: kembali ke olahraga kompetitif atau tidak.
Rekonstruksi menjadi pilihan utama karena tindakan penjahitan ligamen
ACL sering mengalami kegagalan. Hal itu disebabkan karena ligamen ACL tidak
memiliki fibrin sehingga setiap robekan yang terjadi tidak dapat mengalami
penyembuhan sendiri. Rekonstruksi adalah metode operatif untuk mengganti
ligamen ACL dengan bahan yang lain (graft). Umumnya bahan tersebut diambil
dari tendon hamstring atau tendon patella pasien itu sendiri sehingga disebut
autograft.
29
DAFTAR PUSTAKA
Dorland. 2002. Kamus saku kedokteran edisi 28. Jakarta : Buku kedokteran EGC
Edler, SS., Beckers, D., & Buck, M. 2008. PNF in practive. Third Edition.
Germany: Springer.
Fabricant, P.D., Jones, K.J., Delos, D., Cordaso, F.A., Marx, R.G., dan Pearle,
A.D., (2013). Reconstruction of the Anterior Cruciate Ligement in Sekeletally
Immature Athlete: a Review concept. J Bone Joint Surg Am, 95(5);e28:1-13.
Zein, MI. 2013. Cedera Anterior Cruciate Ligament (ACL) Pada Atlet Berusia
Muda. Jurnal Medikor. VOL XI. No. 2 Oktober:111-121