Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Bagian/SMF Ilmu Kebidanan dan Kandungan FK Unsyiah/RSUDZA
Banda Aceh
Oleh:
Rauzah Munziah
1607101030095
Riana Maya Sari
1607101030120
Willa Mutia Syafrida
1607101030162
Pembimbing:
dr. Roziana, Sp. OG
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
0,58 0/00, sedang kematian janin 14,5 0/00 pada persalinan 774 persalinan yang
kemudian terjadi, terdapat 1,03 0/00 ruptura uteri. (2)
Pasien yang telah melakukan operasi akan merasakan cemas bila melihat
lukanya dan akan takut untuk merawat lukanya itu. Oleh sebab itu pasien dan
keluarganya harus mengerti langkah-langkah dasar dari cara perawatan luka yang
ditutupi. Memberi kesempatan pada pasien atau anggota keluarganya untuk
mencoba tekniknya dibawah pengawasan sebelum keluar rumah sakit akan
berguna sekali.(2)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Persalinan sectio caesaria (SC) merupakan persalinan buatan melalui
dinding rahim untuk mengeluarkan janin karena tidak dapat dilakukan persalinan
spontan. Sectio caesaria merupakan bagian dari metode obstetrik operatif.
Tujuan dilakukan persalinan dengan cara ini agar ibu dan bayi yang dilahirkan
sehat dan selamat. (3)
2.1.2 Epidemiologi
Hasil riskesdas 2013 menunjukkan kelahiran melalui proses SC sebesar
9,8% dengan proporsi tertinggi di DKI Jakarta (19,9%), dan terendah di Sulawesi
Tenggara (3,3%). Secara umum pola persalinan melalui SC menurut karakteristik
menunjukkan proporsi tertinggi pada ibu yang menyelesaikan D1-D3/PT
(perguruan tinggi) (25,1%), pekerjaan sebagai pegawai (20,9%), tinggal di
perkotaan (13,8%). Dari data diatas dapat diketahui bahwa rata-rata yang
melakukan operasi SC adalah masayarakat dengan ekonomi menengah ke atas dan
dengan jenjang pendidikan yang cukup tinggi. (4)
2.1.3 Indikasi
Indikasi persalinan SC semakin berkembang, selain indikasi medis ada pula
indikasi nonmedis. Berikut indikasi persalinan SC: (5)
1. Indikasi mutlak
Indikasi ibu:
a. Panggul sempit absolut
b. Gagalnya persalinan normal karena kurangnya stimulasi
c. Adanya tumor jalan lahir
d. Stenosis serviks
e. Plasenta previa
f. Disproporsi sefalopelvik
g. Ruptur uteri
3
4
Indikasi janin(5)
a. Gawat janin
b. Prolapsus plasenta
c. Perkembangan janin terhambat
d. Mencegah hipoksia janin karena PE
2. Indikasi relatif
a. Riwayat SC sebelumnya
b. Presentasi bokong
c. Distosia fetaldis
d. Preeklampsia berat
e. Ibu dengan HIV positif sebelum inpartu
3. Indikasi sosial(5)
Permintaan ibu untuk melakukan SC sebenarnya bukanlah suatu indikasi
untuk dilakukan SC. Alasan yang spesifik dan rasional harus dieksplorasi
dan didiskusikan. Beberapa alasan ibu meminta dilakukan persalinan SC,
antara lain:
a. Ibu yang melahirkan berdasarkan pengalaman sebelumnya
b. Ibu yang ingin SC secara elektif karena takut bayinya mengalami
cedera atau asfiksia selama persalinan
2.1.4 Jenis Insisi Sectio Caesarea
Ada dua jenis insisi pada SC yaitu: (6)
1. Sayatan melintang
Sayatan ini dilakukan dibagian bawah rahim dari ujung selangkangan
bagian atasbatas rambut pubis sekitar 10-14 cm. keuntungan jenis ini adalah
meminimalkan risiko ruptur uteri, karena pada masa nifas bagian bawah
rahim tidak banyak mengalami kontraksi sehingga luka dapat sembuh
dengan sempurna.
2. Sayatan memanjang
Sayatan dilakukan secara vertikal atau mediana, tegak lurus mulai dari
tepat dibawah pusar sampai tulang simpisis pubis. Sayatan ini berupa insisi
yang panjang sehingga memberikan ruang yang luas untuk jalan keluarnya
5
janin. Namun cara ini jarang digunakan karena lebih berisiko untuk
menyebabkan komplikasi.
2.1.5 Kontra Indikasi
Kontraindikasi dilakukan SC adalah tidak adanya indikasi yang tepat
untuk melakukan SC. Kontraindikasi SC antara lain: janin mati, syok,
anemia berat, kelainan kongenital berat, infeksi progenik pada dinding
abdomen, minimnya fasilitas SC. (6)
2.1.6 Komplikasi(7)
Sectio Caesaria merupakan operasi besar dengan banyak keuntungan
tetapi juga dengan banyak risiko yang mungkin terjadi pada ibu dan janin.
Komplikasi utama SC adalah kerusakan organ-organ seperti vesika urinaria
dan uterus saat dilangsungkannya operasi, komplikasi anestesi, perdarahan,
infeksi dan tromboemboli. Kematian ibu lebih besar jika dibandingkan
dengan persalinan pervaginam.
Takipneu sesaat pada bayi baru lahir lebih sering terjadi pada persalinan
SC dan kejadian-kejadian trauma persalinan juga tidak dapat disingkirkan.
Risiko jangka panjang yang dapat terjadi adalah terjadinya plasenta previa,
solusio plasenta akreta, dan ruptur uteri.
2.2 Perawatan Pasca Seksio Sesarea
2.2.1 Tujuan
Tujuan perawatan pasca operasi adalah pemulihan kesehatan fisiologi dan
psikologi wanita kembali normal. Periode post operatif meliputi waktu dari akhir
prosedur pada ruang operasi sampai pasien melanjutkan rutinitas normal dan gaya
hidupnya. (8)
Secara klasik, kelanjutan ini dibagi menjadi 3 fase yang tumpang tindik
pada status fungsional pasien. Aturan dan perhatian para ginekolog secara gradual
berkembang sejalan dengan pergerakan pasien dari satu fase ke fase lainnya. Fase
pertama, stabilisasi perioperatif, menggambarkan perhatian para ahli bedah
terhadap permulaan fungsi fisiologi normal, utamanya sistem respirasu,
kardiovaskular dan saraf. Pada pasien yang berumur lanjut, akan memiliki
komplikasi yang lebih banyak, dan prosedur pembedahan yang lebih kompleks,
serta periode waktu pemulihan yang lebih panjang.(8)
6
i. Alcohol 70%
j. Kapas bulat dan sarung tangan bersih
2. Lingkungan
a. Menutup tirai/jendela
b. Merapikan tempat tidur
3. Pelaksanaan
a. Mengatur posisi sesuai dengan kenyamanan pasien
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
c. Inform consent
4. Prosedur Pelaksanaan
a. Jelaskan prosedur pada klien dengan menggambarkan langkah-
langkah perawatan luka
b. Dekatkan semua peralatan yang diperlukan
c. Letakkan bengkok dekat pasien
d. Tutup ruangan/tirai di sekitar tempat tidur
e. Bantu klien pada posisi nyaman
f. Cuci tangan secara menyeluruh
g. Pasang perlak dan alas
h. Gunakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan plester.
Angkat balutan dengan pinset.
i. Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan
perlahan, sejajar pada kulit dan mengarah pada balutan
j. Dengan sarung tangan/pindet, angkat balutan.
k. Bila balutan lengket pada luka, lepaskan dengan memberikan larutan
NaCl.
l. Observasi karakter dan jumlah drainase.
m. Buang bakutan kotor pada bengkok, lepaskan sarung tangan dan
buang pada bengkok yang berisi Clorin 5%
n. Buka bak instrument, siapkan betadin dan larutan NaCl pada kom,
siapkan plester, siapkan depress.
o. Kenakan sarung tangan steril.
10
BAB III
LAPORAN KASUS
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Gerakan janin berkurang
Riwayat Penyakit Sekarang:Pasien dating dengan kiriman Sp. OG dengan
keluhan gerakan janin berkurang. Pasien juga mengeluhkan mules-mules sejak
tadi pagi. Pasien mengaku hamil 9 bulan. HPHT: 22/7/2017, TTP: 29/4/18 ~38-39
minggu. Selama hamil pasien kontrol ke Sp. OG 5x dan USG terakhir di katakan
janin dalam keadaan baik. BAK dan BAB dalam batas normal.
Riwayat Penyakit Dahulu: Diabetes mellitus (-), hipertensi (-), asma(-), alergi(-).
Riwayat Penyakit Keluarga: Hipertensi (-), DM (-), Asma (-), Alergi (-)
Riwayat Pemakaian Obat :Tidak ada.
Riwayat Menarche : Usia 13 tahun, teratur, selama 6-7 hari, 2-3x ganti
pembalut,dismenorea (-).
Riwayat Pernikahan : Pernikahan 1 kali, saat berusia 25 tahun.
Riwayat Kehamilan dan Persalinan :
I. Perempuan, 4,5 thn, 2300 gr, SC a/i ketuban berkurang
II. Hamil saat ini
Riwayat ANC: Pasien rutin melakukan Antenatal Care, menurut keterangan
pasien pada kehamilan yang ini pasien ANC 5 kali ke SPOG.
Riwayat KB:Tidak ada
12
Darah Rutin
Hemoglobin 10,7 gr/dl 12-15 gr/dl
Hematokrit 32% 37-47 %
13
2. Pemeriksaan CTG
BAB IV
ANALISA KASUS
Foley kateter pada pasien dilepas setelah 24 jam, kateter ini berfungsi
untuk memantau pengeluaran urin karena efek anestesi spinal saat SC yaitu
gangguan eliminasi urin sehingga dapat menyebabkan retensi urin. Foley kateter
dapat dilepas setelah 12 jam pasca operasi atau satu hari setelah operasi.
Prevalensi terjadinya retensi urin setelah SC adalah 3-7%. Pada pasien tanpa
komplikasi, makanan padat dapat diberikan 8 jam pasca SC. Salah satu
komplikasi pasca sc pada bagian gastrointestinal adalah ileus dengan
gejaladistensi abdomen, kembung, dan sulit baung angin, jika terjadi ileus yang
berat dapat dilakukan dekompresi dengan menggunakan nasogastric tube
(NGT).(2)(10)
Mobilisasi bertahap dilakukan pada pasien ini, enam jam pasca operasi
pasien bergerak memiringkan badan kekiri dan kekanan, 24 jam pasca operasi
pasien sudah belajar untuk duduk dan , setelah dapat duduk psien dianjurkan
untuk belajar nerjalan. Salah satu risiko pasca SC adalah tromboembolisme.
Beberapa faktor risiko terjadinya tromboembolisme adalah usia>35 tahun,
obesitas, paritas>3 kali, SC emergency, infeksi, preeklampsia, deep vein
trombosis (DVT). Ambulasi merupakan salah satu cara untuk mengurangi risiko
tromboembolisme. Satu hari pasca SC, pasien harus dilatih berjalan dengan
bantuan asisten, pada hari kedua, pasien sudah harus dapat berjalan tanpa
bantuan.(6)
Pasien ini dilakukan penggantian perban pada hari ketiga pasca operasi.
Luka bekas insisi harus dievaluasi setiap hari, biasanya benang dapat dilepas pada
17
hari ke empat pasca SC, tetapi pada pasien dengan obesitas biasanya benang baru
dapat dibuka pada hari ke tujuh atau sepuluh pasca SC. Pasien dapat pulang pada
hari ketiga atau keempat pasca operasi jika tidak ada komplikasi. Aktivitas pada
minggu pertama harus dibatasi dan dibantu. (6)
18
BAB V
KESIMPULAN
Perawatan post SC merupakan tindakan yang sangat bermanfaaat, baik dilihat dari
segi kesehatan maupun segi kosmetiknya. Hal tersebut berguna untuk mencegah
terjadinya komplikasi pada ibu-ibu yang harus menjalani atau memilih operasi seksio
sesarea sebgai jalan untuk melahirkan bayi mereka. Untuk itu, dibutuhkan tenaga
medis professional yang mampu memahami dan menerapkan perawatan luka pasca
operai seksio sesarea dengan baik dan benar.
19
DAFTAR PUSTAKA