OLEH :
Habiburrahman
H1A 011 026
SUPERVISOR:
dr. Badriyatud Dini, Sp.BP-RE
BAB I
PENDAHULUAN
Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya
dari lingkungan hidup manusia, juga mempunyai peranan yang sangat penting.
Fungsi utama kulit adalah proteksi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh,
pembentukan pigmen, pembentukan vitamin D dan keratinisasi. Kulit menjaga
bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis, misalnya gesekan atau
tarikan. Trauma mekanis ini yang menyebabkan terjadinya degloving.1
Degloving merupakan gangguan pada kulit sedikit sampai luas dengan
variasi kedalaman jaringan yang disebabkan trauma ditandai dengan rusaknya
struktur yang menghubungkan kulit dengan jaringan dibawahnya ,kadang masih
ada kulit yang melekat dan ada juga bagian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI KULIT
Kulit merupakan pembatas tubuh dengan lingkungan sekitar karena
posisinya yang terletak di bagian paling luar. Luas kulit dewasa 15 m 2 dengan
berat kira-kira 15% berat badan. Struktur kulit terdiri dari epidermis, dermis, dan
hipodermis.3
b.
Lapisan Dermis (korium, kutis vera, true skin) terdiri dari lapisan elastik dan
fibrosa pada dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut.3
c.
B. DEGLOVING INJURY
1. Definisi
Degloving merupakan gangguan pada kulit sedikit sampai luas dengan
variasi kedalaman jaringan yang disebabkan trauma ditandai dengan rusaknya
struktur yang menghubungkan kulit dengan jaringan dibawahnya, kadang
masih ada kulit yang melekat dan ada juga bagian yang terpisah dari jaringan
dibawahnya. Degloving dapat juga berhubungan dengan permukaan pada
jaringan lunak, tulang, persarafan ataupun vaskuler. Jika trauma menyebabkan
kehilangan aliran darah pada kulit, maka dapat terjadi nekrosis. Trauma
degloving ini seringkali membutuhkan debridement untuk menghilangkan
jaringan yang nekrosis. Trauma degloving dalam jumlah besar disertai dengan
jaringan yang lebih profunda menyebabkan jaringan terkelupas atau berupa
sayatan.4
Degloving paling sering terjadi pada daerah lengan maupun tungkai.
Hal ini biasanya disebabkan oleh trauma mekanis, biasanya oleh karena
trauma pada kendaraan bermotor, trauma akibat kipas angin. Namun juga bisa
akibat trauma tumpul.4
2. Etiologi
yang tertutup terjadi jika ada kekuatan shear dengan energi yang cukup
dalam waktu yang singkat sehingga kulit tidak terkelupas. Tapi
didalamnya kadang dapat terjadi pemisahan antara jaringan dengan
pembuluh darah, hal ini menyebabkan bagian yang atas dari jaringan
yang terpisah menjadi nekrosis karena tidak mendapat aliran darah.
Komplikasi dari traksi dapat mengakibatkan trauma degloving luka
tertutup pada kulit sehingga dapat menyebabkan terjadinya lesi pada
kulit. Hal ini mungkin disebabkan oleh usia lanjut dan kulit yang lemah.
Jadi pada trauma degloving tertutup jaringan subkutan terlepas dari
jaringan dibawahnya, sedang bagian luar atau permukaan kulit tanpa luka
atau ada luka dengan ukuran yang kecil 5,6.
2. Degloving Terbuka
Merupakan cedera degloving dengan jaringan kulit terpisah dari dasarnya
disertai terputusnya permukaan kulit. 80% kasus degloving terbuka
disertai dengan fraktur tulang di bawahnya. Tanda yang dapat ditemukan
yaitu terangkatnya kulit dari jaringan sekitar disertai dengan luka terbuka
5,6
10
11
7. Manajemen
Trauma degloving pada pelvis, torso dan ekstremitas merupakan
tantangan penanganan luka. Tata laksana saat ini ditujukan untuk menutup
luka dengan split thickness skin graft (STSG). Masalah muncul dalam
preparasi bed luka karena pasien tidak mobile, kontaminasi urine atau feses,
dan permasalahan sistemik seperti anemia,
12
dan
menurunkan
resistensi
terhadap
cedera.
Penting
untuk
Manajemen nyeri
Manajemen nyeri pada degloving injury mungkin diperlukan karena
adanya laserasi pada tempat cedera dapat menyebabkan hipersensitfitas
pada ujung serabut-serabut saraf superfisialis. Analgesik oral, gas NO dan
oksigen direkomendasikan untuk menghilangkan rasa nyeri sebelum
injury.
Irigasi
Irigasi harus tetap dilakukan pada semua luka traumatis yang
terkontaminasi baik oleh tanah ataupun bahan limbah. Irigasi dapat
dilakukan dengan menggunakan larutan garam. Namun pada saat irigasi
dilakukan, sebaiknya menghindari pemberian tekanan yang tinggi pada
luka karena dapat menyebabkan cedera jaringan dan dapat meghambat
penyembuhan luka.
Kontrol infeksi
Luka bisa menjadi salah satu media untuk masuknya mikroorganisme ke
dalam jaringan dan struktur yang lebih dalam yang dapat memudahkannya
untuk berkembang biak sehingga perlu diberikan pengobatan untuk
menghambat terjadinya infeksi tersebut. Pengobatan yang bisa diberikan
antara lain memberikan antibiotik spectrum luas seperti sefalosporin dan
penisilin serta memberikan anti tetanus. Pada luka yang kurang dari 24
jam maka harus diberikan 250 unit tetanus immunoglobulin, sedangkan
pada luka yang lebih dari 24 jam maka harus diberikan 500 unit tetanus
14
terapi
non
farmakologis
yang
digunakan
dalam
sudah
dikenal
sejak
tahun
1940an.
Namun
mulai
15
8. Pilihan Operasi
Replantasi-Revaskularisasi
Pilihan utama dan terbaik pada kasus degloving adalah dengan
replantasi dan revaskularisasi. Ketika kulit yang cedera sudah terangkat
secara total dari tubuh, kulit dapat dikembalikan dengan prosedur bedah
yang dinamakan replantasi 4.
Saat kulit secara fisiologis mengalami degloving tetapi masih
menempel pada tubuh, kulit dapat divaskularisasi dengan anastomosis
arteri-arteri, arteri-vena, maupun vena-vena. Prosedur ini disebut
revaskularisasi. Jadi, menggantikan kulit yang mengalami degloving dan
memvaskularisasinya dengan anastomosis mikrovaskuler mengembalikan
kulit dan jaringan lunak dalam kualitas dan kuantitas yang baik 4. Namun,
pilihan ini mungkin tidak biasa dilakukan pada pasien-pasien tertentu
dengan alasan:
16
. Berdasarkan
penelitian Bosse dkk tahun 2002, outcome pada 2 tahun yang didapat pada
pasien yang menjalani rekonstruksi dengan pasien yang mengalami
amputasi adalah sama.
Tujuan Rekonstruksi 4:
1. Membuat kulit yang tipis, lentur, dan sensitif untuk mencegah
kekakuan dan pengerutan
2. Membuat jaringan yang direkonstruksi cepat sembuh, agar segera
dapat dilakukan mobilisasi
3. Membuta kulit cukup bertahan lama untuk menghadapi prosedur
bedah sekunder
4. Membuat hasil yang secara kosmetik dapat diterima
Tangga rekonstruktif pada degloving injury
17
terapi
terbaik
untuk
trauma
degloving
dan
juga
dapat
Skin graft
Skiin graft adalah tindakan memindahkan sebagian tebal kulit dari satu
tempat ke tempat yang lain, dimana jaringan tersebut bergantung pada
pertumbuhan pembuluh darah kapiler baru dari jaringan penerima untuk
menjamin kehidupannya. Bagian kulit yang diangkat meliputi epidermis dan
sebagian atau seluruh dermis, tergantung ketebalan kulit yang dibutuhkan.
Jenis 13:
Split Thickness Skin Graft (STSG) yaitu skin graft yang terdiri atas
epidermis dan sebagian dermis, dibagi lagi menjadi
o Thick
o Medium
o Thin
Full Thickness Skin Graft (FTSG) yaitu skin graft yang terdiri atas
epidermis dan seluruh bagian tebal dermis.
Composite Graft, yaitu skin graft yang terdiri atas epidermis, dermis dan
lemak subkutan dan jaringan tulang rawan.
Flap
18
19
20
Merupakan patah tulang yang bersifat ekstra kapsuler dari femur, sering
terjadi pada lansia dengan kondisi osteoporosis. Fraktur ini memiliki
risiko nekrotik avaskuler yang rendah sehingga prognosanya baik.
Penatalaksanaannya sebaiknya dengan reduksi terbuka dan pemasangan
fiksasi internal. Intervensi konservatif hanya dilakukan pada penderita
yang sangat tua dan tidak dapat dilakukan dengan anestesi general.
Fraktur Subtrokhanter Femur
Garis fraktur berada 5 cm distal dari trokhanter minor, diklasifikasikan
menurut Fielding & Magliato sebagai berikut: 1) Tipe 1 adalah garis
fraktur satu level dengan trokhanter minor; 2) Tipe 2 adalah garis patah
berada 1-2 inci di bawah dari batas atas trokhanter minor; 3) Tipe 3
adalah 2-3 inci dari batas atas trokhanter minor. Penatalaksanaannya
dengan cara reduksi terbuka dengan fiksasi internal dan tertutup dengan
pemasangan traksi tulang selama 6-7 minggu kemudian dilanjutkan
dengan hip gips selam tujuh minggu yang merupakan alternatif pada
pasien dengan usia muda.
Fraktur Batang Femur
Fraktur batang femur biasanya disebabkan oleh trauma langsung, secara
klinis dibagi menjadi:
1. Fraktur terbuka yang disertai dengan kerusakan jaringan lunak,
risiko infeksi dan perdarahan dengan penatalaksanaan berupa
debridement, terapi antibiotika serta fiksasi internal maupun
ekternal;
2. Fraktur tertutup
dengan
penatalaksanaan
konservatif
berupa
Penatalaksanaan Fraktur
Prinsip penanganan fraktur adalah mengembalikan posisi patahan tulang
ke posisi semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa
penyembuhan patah tulang (imobilisasi).
Reposisi
Tindakan reposisi dengan cara manipulasi diikuti dengan imobilisasi
dilakukan pada fraktur dengan dislokasi fragmen yang berarti seperti
pada fraktur radius distal. Reposisi dengan traksi dilakukan terusmenerus selama masa tertentu, misalnya beberapa minggu, kemudian
diikuti dengan imobilisasi. Tindakan ini dilakukan pada fraktur yang
bila direposisi secara manipulasi akan terdislokasi kembali dalam
gips. Cara ini dilakukan pada fraktur dengan otot yang kuat,
misalnya fraktur femur.
Reposisi dilakukan secara non-operatif diikuti dengan pemasangan
fiksator tulang secara operatif, misalnya reposisi patah tulang pada
fraktur kolum femur. Fragmen direposisi secara non-operatif dengan
meja traksi, setelah tereposisi, dilakukan pemasangan prosthesis
secara operatif pada kolum
femur. Reposisi diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar
(OREF) dilakukan untuk fiksasi fragmen patahan tulang, dimana
digunakan pin baja yang ditusukkan pada fragmen tulang, kemudian
pin baja disatukan secara kokoh dengan batangan logam di kulit luar.
Beberapa indikasi pemasangan fiksasi luar antara lain fraktur dengan
rusaknya jaringan lunak yang berat (termasuk fraktur terbuka),
dimana pemasangan internal fiksasi terlalu berisiko untuk terjadi
22
23
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama
: Tn. M
Usia
: 21 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Praya
Suku
: Sasak
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Security
No. RM
: 583152
24
MRS
: 19 September 2016
Tanggal pemeriksaan
: 22 September 2016
II. SUBYEKTIF
Keluhan Utama: Luka pada paha kiri
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien masuk RSUP NTB melalui UGD dan rujukan dari RSUD Kota
Mataram dengan post OREF Femur sinsitra hari 10 post Kecelakaan lalu
lintas.
Sepuluh hari SMRS, saat pasien sedang mengendarai sepeda motor terlindas
oleh truk dari arah bersamaan. Riwayat pingsan (-). Setelah kejadian pasien
mengeluh nyeri dan luka terbuka di paha kiri. Oleh penolong pasien dibawa
ke RS Kota Mataram, diinfus, disuntik obat-obatan, di roentgen, dilakukan
debridement dan jahit, dan dilakukan fiksasi eksternal terhadap fraktur femur
pasien. Saat ini pasien mengeluhkan luka pada paha kiri semakin nyeri dan
berubah warna menjadi hitam dan berair.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan serupa seperti pasien.
Penyakit DM, hipertensi, penyakit jantung, penyakit paru atau asma disangkal
oleh keluarga pasien.
Riwayat Pengobatan:
Pasien sebelumnya dirawat di RS kota mataram dan dilakukan jahit dan
fixasi external pada femur sinistra.
Terapi yang diberikan:
Transfuse PRC
IVFD D5%
25
Injeksi santagesik
III. OBYEKTIF
Status Generalis
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran
: E4V5M6
Nadi
: 80 x/menit
Pernapasan
: 20 x/menit
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Suhu aksila
: 36,8 C
Status Lokalis
Kepala:
1. Inspeksi:
Bentuk dan ukuran : asimetris
Rambut
: normal
Edema
: (-)
Mata:
-
Simetris
26
Telinga:
-
Otorea (-)
Hidung:
-
Rinorrea (-)
Mulut:
-
Leher:
Simetris
Jejas (-)
Thoraks:
1. Inspeksi:
Bentuk dan ukuran: normal, simetris
Permukaan dada: ikterik (-), jejas (-), massa (-)
Iga dan sela iga: simetris, pelebaran ICS (-)
Tipe pernapasan: torakoabdominal
Ictus cordis : tidak tampak
2. Palpasi:
Posisi mediastinum: deviasi trakea (-)
Nyeri tekan (-), benjolan (-), krepitasi (-)
Pergerakan dinding dada simetris, gerakan tertinggal (-)
Fremitus vocal:
Normal
Normal
Normal
Normal
27
Normal
Normal
Ictus cordis teraba pada ICS V linea midclavicula sinistra, thrill (-).
3. Perkusi:
Densitas
Sonor
Sonor
Sonor
Sonor
Sonor
Sonor
Batas paru-hepar:
-
Inspirasi
: ICS VI
Ekspirasi
: ICS IV
Batas paru-jantung:
-
Kanan
4. Auskultasi:
Cor : S1 S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
Vesikuler (+/+)
Abdomen:
1. Inspeksi:
Distensi (-), darm contour (-), darm steifung (-).
Umbilicus: masuk rata
Permukaan kulit: ikterik (-), jejas (-), vena collateral (-), massa (-), scar
(-)
2. Auskultasi:
Bising usus (+) normal, frekuensi 12 x/menit
Metallic sound (-)
Bising aorta (-)
3. Perkusi:
28
+
+
- Deformitas
+
+
:
Fraktur
- Jejas
+
- -
Status lokalis
-
Vulnus
IV. RESUME
Pasien laki-laki usia 21 tahun dirawat dengan keluhan luka di paha kiri.
Keluhan ini dialami pasien sejak 10 hari yang lalu setelah mengalami kecelakaan
lalu lintas.
29
Terapi
VII.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Lengkap 19/09/2016
Parameter
HGB
RBC
HCT
MCV
MCH
MCHC
Hasil
10,8
3,80
32,1
84,5
28,4
33,6
Nilai Rujukan
13,0 18,0 g/dL
4,5 5,5 x 106 /L
40 50 %
82,0 92,0 fl
27,0 31,0 pg
32,0 37,0 g/dL
30
WBC
PLT
16,29
697
Hasil
103
42
75
0,8
47
Nilai Rujukan
< 160 mgl/dl
< 40 mgl/dl
< 41 mgl/dl
0,9 - 1,3 mg/dl
10 15 mg/dl
Foto Rontgen
31
Rontgen :
Tampak Fraktur os femur 1/3 tengah dengan terpasang eksterna fixasi, displaced
(+), kedudukan tulang dan implant kurang , callus (-), belum union.
Trabekulasi tulang tampak baik
Celah dan permukaan sendi tampak baik.
Tak tampak erosi atau destruksi tulang.
Tak tampak soft tissue mass/swelling.
KESAN :
Fraktur os femur sinistra 1/3 tengah dengan terpasang fixasi eksterna , displaced
(+), kedudukan tulang dan implant kurang baik, callus (-), belum union
VIII. PROGNOSIS:
32
IX. LAMPIRAN
33
Debridement
34
Skin Graft
Follow up
36
Tangg
al
19/09/2
016 23/09/2
06
A
Open
degloving
injury
femur
dextra dan
post
OREF
fraktur
femur
sinistra
P
Planning terapi :
Infus RL 20 tpm
Inj. Ranitidin 2 x 1 a
Inj. Ceftriaxone 2x1
gr
Inj. Ketorolac 3x1 gr
Diet TKTP extra
telur
Susu 2x250 cc
Kalbamin 500cc/hari
Kaen3B 500 cc/hari
Planning lab :
Cek DL
Dilakukan
Degloving Disinfeksi lapangan
Debridement di injur
operasi
dengan
IBS.
femur
povidone iodin +
Intra operasi : sinistra
savlon 1:30 dan
necrotic
pada dan post
persempit
dengan
kulit, degloving OREF
doek steril.
melingkar pada Femur
Necrotomy
dan
femur
sinistra Sinistra
debridement.
sisi anterior dan
Instruksi :
posterior.
Cek DL dan
albumin
24/10/2016 :
Inj.ceftriaxone
HB : 10,3
3x1 gr
HCT : 31,5
Injeksi ketorolac
PLT : 609
3% 3x1
Albumin : 3,5
Injeksi ranitidin
Na : 136
3x1 amp
K : 5,1
Diet TKTP
Cl : 106
Susu 2x250 cc
Telur 6 butir
perhari.
37
Balutan (+)
Post
debrideme
nt
degloving
injury
femur
sinistra +
pos OREF
femur
sinistra.
Inj.ceftriaxone
3x1 gr
Injeksi ketorolac
3% 3x1
Injeksi ranitidin
3x1 amp
Diet TKTP
Susu 2x250 cc
Telur 6 butir
perhari.
Post
Rawat luka
debrideme Terapi
nt
Inj.ceftriaxone
degloving
3x1 gr
injury
Injeksi ketorolac
femur
3% 3x1
sinistra +
Injeksi ranitidin
pos OREF
3x1 amp
femur
Diet TKTP
sinistra.
Susu 2x250 cc
Telur 6 butir
perhari.
Post
Terapi
debrideme
Inj.ceftriaxone
nt
3x1 gr (resisten)
degloving
ganti
dengan
injury
levofloxacin 750
femur
mg/hari.
sinistra +
Injeksi ketorolac
pos OREF
3% 3x1 ganti
femur
dengan duragesic
sinistra.
patch 25mg
38
2/10/2016
HB : 11,1
HCT : 33,0
WBC : 5,89
PLT : 376
Albumin : 3,6
GDS : 100
Kr : 1,0
Ur : 23
Intra operasi :
RS
8
%,
granulasi (+),
slough
minimal.
3/10/2016
HB : 11,5
HCT : 34,7
WBC : 8,48
PLT : 348
Albumin : 3,4
Post
debrideme
nt
degloving
injury
femur
sinistra +
pos OREF
femur
sinistra.
Post
debrideme
nt
degloving
injury
femur
sinistra +
pos OREF
femur
sinistra.
Injeksi ranitidin
3x1 amp
Inj. Omeprazol 1
amp/12 jam
Inj. Ondansentron
4 mg (k/p)
Diet TKTP
Susu 2x250 cc
Telur 6 butir
perhari.
Transfusi PRC 2
kolf
Cek DL dan
Albumin
Rawat luka
Terapi
Inj. levofloxacin
750 mg/hari.
Duragesic patch
25mg
Injeksi ranitidin
3x1 amp
Inj. Omeprazol 1
amp/12 jam
Inj. Ondansentron
4 mg (k/p)
Diet TKTP
Susu 2x250 cc
Telur 6 butir
perhari.
Disinfeksi lapangan
operasi
dengan
povidone iodin +
savlon 1:30 dan
persempit
dengan
doek steril.
Debridement
dan
skin graft
Instruksi :
Cek DL dan
albumin
Inj. levofloxacin
750 mg/hari.
Duragesic patch
39
04/10/2 Luka
bekas
016operasi (+)
05/10/2
016
Balutan (+)
Post skin
graft
degloving
injury
femur
sinistra
dan post
OREF
femur
sinistra.
06/10/2 Nyeri
bekas
016
operasi (+)
Tampak kulit
skin graft pada
area
degloving,
tampak
vaskularisasi
baik.
Post skin
graft
degloving
injury
femur
sinistra
dan post
OREF
femur
sinistra.
07/09/2 Nyeri
bekas
016 operasi (+)
Balutan (+)
Post skin
graft
25mg
Injeksi ranitidin
3x1 amp
Inj. Omeprazol 1
amp/12 jam
Inj. Ondansentron
4 mg (k/p)
Diet TKTP
Susu 2x250 cc
Telur 6 butir
perhari.
Rawat luka 4 hari
post operasi.
Inj. levofloxacin
750 mg/hari.
Duragesic patch
25mg
Injeksi ranitidin
3x1 amp
Inj. Omeprazol 1
amp/12 jam
Inj. Ondansentron
4 mg (k/p)
Diet TKTP
Susu 2x250 cc
Telur 6 butir
perhari.
Rawat luka
Inj. levofloxacin
750 mg/hari.
Duragesic patch
25mg
Injeksi ranitidin
3x1 amp
Inj. Omeprazol 1
amp/12 jam
Inj. Ondansentron
4 mg (k/p)
Diet TKTP
Susu 2x250 cc
Telur 6 butir
perhari.
Inj. levofloxacin
750 mg/hari.
40
09/10/2
016
degloving
injury
femur
sinistra
dan post
OREF
femur
sinistra
Tampak kulit
skin graft pada
area
degloving,
tampak
vaskularisasi
baik.
Duragesic patch
25mg
Injeksi ranitidin
3x1 amp
Inj. Omeprazol 1
amp/12 jam
Inj. Ondansentron
4 mg (k/p)
Diet TKTP
Susu 2x250 cc
Telur 6 butir
perhari.
Post skin
Rawat luka
graft
Inj. levofloxacin
degloving
750 mg/hari.
injury
Duragesic patch
femur
25mg
sinistra
Injeksi ranitidin
dan post
3x1 amp
OREF
Inj. Omeprazol 1
femur
amp/12 jam
sinistra
Inj. Ondansentron
4 mg (k/p)
Diet TKTP
Susu 2x250 cc
Telur 6 butir
perhari.
BPL
Degloving Disinfeksi lapangan
femur
operasi
dengan
sinistra
povidone iodin +
dan Post
savlon 1:30 dan
OREF
persempit
dengan
Femur
doek steril.
sinistra
Debridement
dan
skin graft
Instruksi :
Cek DL dan
albumin
Inj. Ketorolac 3%
3x1 amp
Inj. levofloxacin
750 mg/hari.
Duragesic patch
41
16/10/2 Nyeri
bekas Balutan (+).
016operasi (+)
19/10/2
16/10/2016
016
HB : 10,8
HCT : 33,6
WBC : 9,97
PLT : 319
Albumin : 3,5
GDS : 100
Post skin
graft
degloving
injury
femur
sinistra
dan post
OREF
femur
sinistra
Post skin
graft
degloving
injury
femur
sinistra
dan post
OREF
femur
sinistra
Balutan (+)
25mg
Injeksi ranitidin
3x1 amp
Inj. Omeprazol 1
amp/12 jam
Inj. Ondansentron
4 mg (k/p)
Diet TKTP
Susu 2x250 cc
Telur 6 butir
perhari.
RL 500cc/hari
Kalbamin
500
cc/hari.
Inj. Ketorolac 3%
3x1 amp
Inj. levofloxacin
750 mg/hari.
Duragesic patch
25mg
Injeksi ranitidin
3x1 amp
Inj. Omeprazol 1
amp/12 jam
Inj. Ondansentron
4 mg (k/p)
Diet TKTP
Susu 2x250 cc
Telur 6 butir
perhari.
RL 500cc/hari
Kalbamin 500
cc/hari.
BPL
42
Kasus II
Nama
: Tn M
Usia
: 20
43
44
BAB IV
KESIMPULAN
Degloving merupakan gangguan pada kulit sedikit sampai luas dengan
variasi kedalaman jaringan yang disebabkan trauma ditandai dengan rusaknya
struktur yang menghubungkan kulit dengan jaringan dibawahnya ,kadang masih
ada kulit yang melekat dan ada juga bagian
45
DAFTAR PUSTAKA
Vol.
44,
No.2:
227-236.
[online].
Available
<https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3193635/>
at:
[Accessed
Article.
Vol.
19,
No.
6.
[online].
<https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24347210>
Available
[Accessed
at:
on:
83,
No.
5:
276-282.
[online].
<https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22166481>
Available
at:
[Accessed
on:
No.
54:
363-365.
[online].
Available
at:
<https://www.jprasurg.com/article/S0007-1226(00)93565-3/pdf>
[Accessed on: October 31th 2016]
8. Santy W. 2013. Negative pressure wound therapy (NPWT) for the
management of diabetic foot wound. Journal of health of sciences. Vol 6
no.1
[online].
Available
at:
<
http://journal.unusa.ac.id/index.php/jhs/article/download/24/25>
[Accessed on: october 31th 2016]
46
[Accessed
on:
[Accessed
on:
at:
<https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19054845>
47