PENDAHULUAN
1
infeksi. Dan untuk mencegah injury dalam penatalaksanaan dilakukan dengan traksi dan
latihan aktif.
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui definisi OREF
2. Dapat mengetahui tujuan OREF
3. Dapat mengetahui indikasi dari OREF
4. Dapat mengetahui keuntungan dan komplikasi OREF
5. Dapat mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan OREF
6. Dapat mengetahui pathway atau perjalanan terjadinya OREF
7. Dapat mengetahui penatalaksanaan dan perawatan OREF
8. Dapat mengetahui asuhan keperawatan OREF
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
OREF adalah reduksi terbuka dengan fiksasi eksternal di mana prinsipnya tulang
ditransfiksasikan di atas dan di bawah fraktur , sekrup atau kawat ditransfiksi di bagian
proksimal dan distal kemudian dihubungkan satu sama lain dengan suatu batang lain.
Fiksasi eksternal digunakan untuk mengobati fraktur terbuka dengan kerusakan
jaringan lunak. Alat ini memberikan dukungan yang stabil untuk fraktur kominutif
(hancur atau remuk ). Pin yang telah terpasang dijaga agar tetap terjaga posisinya,
kemudian dikaitkan pada kerangkanya. Fiksasi ini memberikan rasa nyaman bagi pasien
yang mengalami kerusakan fragmen tulang.
3
e. Fraktur pelvis yang tidak bisa diatasi dengan cara lain.
f. Fraktur yang terinfeksi di mana fiksasi internal mungkin tidak cocok. Misal : infeksi
pseudoartrosis ( sendi palsu ).
g. Non union yang memerlukan kompresi dan perpanjangan.
h. Kadang – kadang pada fraktur tungkai bawah diabetes melitus.
4
kebersihannya. Bila pin atau klem mengalami pelonggaran, dokter harus diberitahu.
Klem pada fiksator eksternal tidak boleh diubah posisi dan ukurannya.
d. Latihan isometrik
Latihan isometrik dan aktif dianjurkan dalam batas kerusakan jaringan bisa
menahan. Bila bengkak sudah hilang, pasien dapat dimobilisasi sampai batas cedera di
tempat lain. Pembatasan pembebanan berat badan diberikan untuk meminimalkan
pelonggaran puin ketika terjadi tekanan antara interface pin dan tulang.
5
a) Perawatan RS lebih lama
b) Mobilisasi terbatas
c) Penggunaan alat-alat lebih banyak.
Prinsip Perawatan Traksi
a) Berikan tindakan kenyamanan (contoh: sering ubah posisi, pijatan punggung)
dan aktivitas terapeutik
b) Berikan obat sesuai indikasi contoh analgesik relaksan otot.
c) Berikan pemanasan lokal sesuai indikasi.
d) Beri penguatan pada balutan awal/ pengganti sesuai dengan indikasi, gunakan
teknik aseptic dengan tepat.
e) Pertahankan linen klien tetap kering, bebas keriput.
f) Anjurkan klien menggunakan pakaian katun longgar.
g) Dorong klien untuk menggunakan manajemen stress, contoh: bimbingan
imajinasi, nafas dalam.
h) Kaji derajat imobilisasi yang dihasilkan
i) Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh:
edema, eritema.
2) Pencegahan Injury dengan Latihan aktif
Definisi ROM
Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa
otot dan tonus otot dan sebagai dasar untuk menetapkan adanya kelainan
ataupun untuk menyatakan batas gerakan sendi yang abnormal.
Jenis ROM
a) ROM Pasif
Latihan ROM pasif adalah latihan ROM yang di lakukan pasien dengan
bantuan perawat setiap-setiap gerakan. Indikasi latihan fasif adalah pasien
semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak
mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan
mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas
total (suratun, dkk, 2008). Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga
kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain
secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.
6
b) ROM Aktif
Latihan ROM aktif adalah Perawat memberikan motivasi, dan
membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri
sesuai dengan rentang gerak sendi normal. Hal ini untuk melatih kelenturan
dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara
aktif. Pergerakan aktif adalah dimana seseorang yang bisa untuk melakukan
latihan / menggerakan anggota tubuh dengan kekuatannya sendiri tanpa
dibantu oleh orang lain. Tujuannya adalah:
a) Mencegah terjadinya kelumpuhan pada otot – otot.
b) Memprlancar predaran darah.
c) Mencegah terjadinya atrofi.
d) Untuk mendorong dan membantu agar pasien dapat menggunakan lagi
anggota gerak yang lumpuh.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Pre operasi :
a) Nyeri b/d trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat fraktur ditandai
dengan mengeluh sakit, sulit bergerak, tampak meringis dan memegangi tubuh yang
cedera.
b) Kecemasan b/d ancaman integritas biologis sekunder akibat operasi d/d mengeluh
takut operasi, takut dipasang alat, khawatir tangan dan kaki tidak berfungsi, tampak
gelisah dan murung, tachicardi.
2) Post operasi :
a) Resti infeksi b/d tempat masuknya organisme sekunder akibat adanya jalur invasif
(pin ).
b) Resiko cedera b/d terpasang alat berujung tajam.
c) Hambatan mobilitas fisik b/d alat eksternal fiksasi.
d) Gangguan citra tubuh b/d perubahan dalam penampilan sekunder akibat
pemasangan eksternal fiksasi .
e) Resiko penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif b/d ketidaktahuan tentang
perawatan eksternal fiksasi.
7
3. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Pre operasi
a) Nyeri b/d trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat fraktur ditandai
dengan mengeluh sakit, sulit bergerak, tampak meringis dan memegangi tubuh yang
cedera.
Rencana tujuan :
Setelah diberikan askep selama 1×24 jam diharapkan keluhan nyeri berkurang.
b) Kecemasan b/d ancaman integritas biologis sekunder akibat operasi d/d mengeluh
takut operasi, takut dipasang alat, khawatir tangan dan kaki tidak berfungsi, tampak
gelisah dan murung , tachicardi.
Rencana tujuan :
Setelah diberikan tindakan perawatan selama 2 x 30 menit diharapkan kecemasan klien
berkurang.
Rencana tindakan Rasionalisasi
a. Kaji tingkat ansietas a. Sebagai acuan membuat strategi
tindakan.
b. Beri kenyamanan dan ketentraman b. Agar pasien lebih tenang
hati, perlihatkan rasa empati. menghadapi operasi.
c. Bila ansietas berkurang, beri c. Bila keadaan klien lebih tenang maka
penjelasan tentang operasi, pemasangan klien akan lebih mudah menerima
eksternal fiksasi, serta persiapan yang penjelasan yang
harus dilakukan. diberikan.
2. Post operasi
8
a) Resti infeksi b/d tempat masuknya organisme sekunder akibat adanya jalur invasif
(pin).
Rencana tujuan :
Setelah diberikan askep selama 1 minggu diharapkan tidak terjadi infeksi.
9
b. Bila bengkak pada daerah b. Membantu meningkatkan kekuatan
pemasangan eksternal fiksasi sudah
berkurang, latih pasien untuk latihan
isometrik di daerah tersebut.
c. Latih pasien menggunakan alat bantu c. Mempercepat kemampuan klien
jalan untuk mandiri serta meningkatkan rasa
percaya diri klien.
d) Gangguan citra tubuh b/d perubahan dalam penampilan sekunder akibat pemasangan
eksternal fiksasi.
Rencana tujuan :
Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan klien mempunyai gambaran diri
yang positif .
Rencana Tindakan Rasionalisasi
a. Dorong individu untuk a. Dapat mengidentifikasi gambaran
mengekspresikan pikiran, perasaan, klien tentang dirinya.
pandangan tentang dirinya.
b. Ungkapkan aspek positif dari klien. b. Membantu meningkatkan rasa
percaya diri klien.
c. Libatkan orang-orang c. Merngurangi kecemasan,
terdekat untuk : meningkatkan rasa percaya diri dan
- berbagi perasaan dan ketakutan adaptasi terhadap keadaan
dengan sekarang,serta memperoleh citra diri
klien yang positif.
- mengidentifikasi aspek positif klien
dan cara mengungkapkannya
- menerima perubahan fisik dan
emosional
klien.
10
Setelah diberikan askep selama 3 x 30 menit diharapkan klien dapat menunjukkan
prilaku yang mendukung penatalaksanaan program terapi.
Rencana Tindakan Rasionalisasi
a. Berikan pengertian bahwa OREF a. Agar secara psikologis klien terbiasa
memerlukan masa penyembuhan yang dengan alat yang terpasang di bagian
relatif tubuhnya
lama ( 6-8 bulan ).
b. Jelaskan tahap – tahap tindakan yang b. Klien mempunyai gambaran umum
mungkin akan dilakukan pada klien. tindakan yang akan dilakukan sehingga
klien
menjadi lebih kooperatif.
c. Jelaskan pada klien dan keluarga c. Menjamin kesinambungan program
tentang perawatan eksternal fiksasi di pengobatan .
rumah. Dorong keluarga untuk
memantau keefektifan
program terapi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
11
OREF adalah reduksi terbuka dengan fiksasi eksternal di mana prinsipnya tulang
ditransfiksasikan di atas dan di bawah fraktur , sekrup atau kawat ditransfiksi di bagian
proksimal dan distal kemudian dihubungkan satu sama lain dengan suatu batang lain.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito – Moyet, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10, EGC<
Jakarta, 2007.
12
Muttaqin, Arif, Ns, S.Kep, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Muskuloskeletal, EGC, Jakarta, 2008.
13